Oleh
ESTER SIMATUPANG
NIM. 051000040
HALAMAN PENGESAHAN
Ester Simatupang
NIM. 051000040
Tim Penguji
i
3
ABSTRAK
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
4
ABSTRACT
Vegetable was the plants that can be consumable as food supplement because
of it contained vitamin and minerals. The cultivation of vegetables are not separed to
the pest and disease problems. In dealing with the problems, use of chemical agents
is not a new issue to maintain the production such as salicilate acid. The acid is
unsolvable in water but solvable in boiled water in which the boiling point is 2800C.
In fact, the dosage of the acid is lower in vegetables, however, if they are consumed
continuously result in hardness of the vessel wall and cancer of respiratory tract.
Thist study is a descriptive survey. The objects of the study included
vegetables sold in Carrefour Department Store Medan consisting of 3 samples then
examined in Balai Laboratorium kesehatan Medan to know how much the residual
salicilate acid in the vegetables and the boiled water before and after cooked using a
titration method. The result of the study referred to the permenkes RI
No.1168/Menkes/PER/X/1999 regarding the supplemental foodstuff.
The vegetables containing the salicilate acid cooked at temperature ranging
600 to 800C reduced the content of salicilate acid especially in amaranth ranging
19.8 to 16 mg/Kg, cassava ranging 34.8 to 27.1 mg/Kg and frog ranging 21.1 to 16.6
mg/Kg. whereas in the boiled water, the content of salicilate acid increased from 600
to 800C, in amaranth ranging 24.9 to 27.1 mg/Kg, cassava ranging 39.2 to 45.8
mg/Kg and in frog ranging 24.9 to 28.2 mg/Kg. Based on the permenkes RI
No.1168/Menkes/PER/X/1999, the salicilate acid is prohibited to contain in any food.
From the result of the study, it can be known that there is a slightly reduced
content of the salicilate acid in the samples of vegetables prior to cook and after
cooked with the boiled water and majority of the salicilate acid only displaced from
the samples of vegetables solvable in the boiled water. It is due to the acid property
that is unsolvable in water but solvable in the boiled water with the boiling point of
2800C that is impossible to reach with the cooking temperature of vegetables. It was
needed to done the next survey about this, if the vegetables cooked at temperature
1000C as usually mother use to cook vegetable.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
5
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1993-1999 : SD Negeri 037 Air Jamban-Duri
2. Tahun 1999-2002 : SLTP Negeri 4 Mandau-Duri
3. Tahun 2002-2005 : SMA Negeri 10 Medan
4. Tahun 2005-2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Utara.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis
Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya serta dengan sabar
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
7
6. Seluruh staf pegawai dan karyawan khususnya kak Dian yang telah membantu
skripsi ini.
8. Orang tua tercinta, Ayah (R.Simatupang) dan Ibu (P.Sihombing) serta k’Rosa,
b’Frengki dan adikku David yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang,
nasehat, motivasi, doa serta moril dan materil yang tiada hentinya kepada penulis.
9. Sahabat-sahabatku : Juli, Mena, Ayu, Kiki, dan Nova terima kasih atas
10. Teman-teman satu PBL : b’Gibeon, k’Siti, Magdalena, Melvida dan Elina terima
khususnya : Darwina, Efvi, k’Youlan, k’Ishari, b’Al, Inur, Gita, Dian serta teman-
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
8
teman di FKM USU khususnya stambuk 2005, terima kasih atas kerjasama dan
Akhirnya penulis barharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
11
Daftar Tabel
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
12
Daftar Lampiran
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
13
BAB I
PENDAHULUAN
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Setiap orang
memiliki hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
telah mengusahakan berbagai cara dan upaya sebagaimana dijelaskan dalam Undang-
dimaksud dalam pasal 10 yang dilakukan melalui beberapa kegiatan, dimana salah
satu dari kegiatan itu adalah pengamanan makanan dan minuman (Depkes, 1992).
terbebasnya makanan dan minuman dari zat-zat atau bahan yang dapat
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
14
membahayakan kesehatan tubuh tanpa membedakan apakah zat tersebut secara alami
terdapat dalam makanan atau dengan sengaja atau tidak sengaja tercampur kedalam
memulihkan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, mengatur proses dalam
mengandung senyawa-senyawa zat gizi yang berguna bagi tubuh seperti karbohidrat,
Makanan yang kita makan sehari-hari tentu saja juga mempunyai resiko
meracuni, atau dapat mengakibatkan kecelakaan. Salah satu aspek yang harus
diperhatikan dalam hal ini adalah bahan-bahan yang ditambahkan terhadap bahan
pangan, yang kemudian dikenal dengan nama bahan tambahan makanan (Syah,
2005).
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
15
Salah satu contoh komponen bahan makanan yang mengandung zat gizi
seperti karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral adalah sayuran. Sayuran merupakan
bahan pangan yang mudah didapat di berbagai tempat dan sangat penting bagi kita.
Sangat penting karena kandungan vitamin dan mineral yang begitu lengkap dan
mengandung serat yang melancarkan pencernaan. Sebagai bagian dari menu makan,
sayuran juga dipercaya dapat menunda proses penuaan. Hanya saja masih banyak
orang yang tidak suka mengkomsumsinya dengan berbagai alasan, padahal dengan
berbagai kandungan vitamin dan mineral yang begitu lengkap serta bervariasi,
sayuran merupakan bahan pangan yang sangat penting bagi kita (Novary, 1997).
Budi daya sayuran tidak terlepas dari masalah hama dan penyakit tanaman.
bahan kimia seperti pestisida sudah dianggap sebagai keharusan untuk dilakukan.
Bukan hanya pestisida saja, petani juga telah menggunakan asam salisilat untuk
ditemukan kasus penggunaan asam salisilat pada produksi sayuran di daerah Bogor,
Jawa Barat. Sebagian petani suka mencoba-coba menggunakan asam salisilat untuk
mengatasi masalah hama dan untuk mengawetkan sayuran. Asam salisilat bukan
pestisida namun digunakan pada sayuran yang salah satu fungsinya untuk
berpenampilan sangat mulus, tak ada lubang bekas hama. Asam salisilat terserap
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
16
tanaman dan meninggalkan residu dalam jaringan tanaman. Karena residunya ada
dalam jaringan, maka asam salisilat tak akan hilang meskipun dicuci bersih.
pengerasan dinding pembuluh darah dan kanker saluran pencernaan. Sebuah survei
menyebutkan, asam salisilat pada sayuran non-organik jumlahnya enam kali lebih
anti-inflamasi. Secara analgetik berguna untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara
meningkatkan nilai ambang nyeri di sistem saraf pusat tanpa menekan kesadaran,
secara antipiretik berguna sebagai obat yang menekan suhu tubuh pada keadaan
tambahan makanan yang dilarang digunakan dalam makanan yaitu asam salisilat.
Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan karena
Bila kandungan asam salisilat melebihi dan berlebihan masuk kedalam tubuh,
maka, maka gangguan kesehatan dapat terjadi, misalnya terjadi pengerasan dinding
pembuluh darah dan kanker saluran pencernaan. Selain itu, dampak asam salisilat
Pasar swalayan yang ada di kota Medan sudah banyak yang menjual produk
kandungan asam salisilat dalam beberapa sayuran yang dijual dibeberapa pasar
swalayan di Kota Medan. Dari 20 sampel sayuran yang diperiksa, didapat 14 sampel
sayuran yang mengandung asam salisilat. Dari hasil pemeriksaan secara kuantitatif,
kandungan asam salisilat tertinggi terdapat pada sayur buncis sebesar 0,9115 g/kg dan
kandungan asam salisilat terendah terdapat pada sayur kangkung sebesar 0,1933. Dari
penelitian ini asal asam salisilat yang terdapat pada sayuran berasal dari
penyemprotan yang dilakukan di pasar swalayan, hal ini dilakukan dengan alasan
Berdasarkan sifat asam salisilat yaitu sukar larut dalam air dan dalam
benzena, larut dalam air mendidih dimana titik didih asam salisilat adalah 280 0C
(Depkes RI, 1995), sedangkan suhu yang sering digunakan untuk memasak sayuran
berkisar 60-820C (Simbar, 2008), maka alasan inilah yang melatarbelakangi penulis
untuk melakukan penelitian lanjutan terhadap sayuran yang dijual di beberapa pasar
swalayan di kota Medan untuk memeriksa apakah ada kandungan asam salisilat
dalam sayuran tersebut sesudah sayuran tersebut dimasak, karena kemungkinan besar
asam salisilat terserap tanaman dan meninggalkan residu dalam jaringan tanaman.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
18
kandungan asam salisilat dalam beberapa sayuran yang dijual dibeberapa pasar
swalayan di Kota Medan, maka penulis ingin mengetahui kandungan residu asam
salisilat pada sayuran sebelum dan sesudah dimasak, yang dijual di pasar swalayan
tersebut.
sesudah dimasak yang terdapat dalam sayuran yang dijual di pasar swalayan yang ada
di kota Medan.
2. Untuk mengetahui kadar asam salisilat pada sampel sayuran setelah dimasak
3. Untuk mengetahui kadar asam salisilat pada sampel sayuran setelah dimasak
4. Untuk mengetahui kadar asam salisilat pada sampel sayuran setelah dimasak
5. Untuk mengetahui kadar asam salisilat pada air rebusan sayuran pada suhu 600C,
700C, 800C.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
19
6. Untuk mengetahui penurunan residu asam salisilat pada sayuran sebelum dan
asam salisilat.
2. Bagi petani agar tidak menggunakan asam salisilat yang disemprotkan ke sayuran
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
manusia yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Karena dari makanan didapatkan
energi yang diperlukan untuk melangsungkan pelbagai faal tubuh. Makanan yang kita
butuhkan tidak hanya untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik saja, melainkan
Secara umum, makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi
(mengandung zat hidrat arang, protein, vitamin dan mineral). Agar makanan sehat
bagi konsumen diperlukan persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang
memenuhi syarat, cara penyimpanan yang betul, dan pengangkutan yang sesuai
dengan ketentuan. Agar makanan sehat maka makanan tersebut harus bebas dari
Dengan demikian, maka sanitasi makanan dan minuman menjadi sangat penting
(Mukono, 2000).
lingkungan karena sanitasi makanan dan minuman adalah usaha untuk mengamankan
7
8
dan menyelamatkan makanan dan minuman agar tetap bersih, sehat dan aman.
Berbagai hal yang dapat menyebabkan makanan jadi berbahaya bagi kehidupan, yaitu
(Azwar, 2006) :
1. Golongan parasit
Golongan parasit yang mencemari makanan ialah amuba dan pelbagai jenis
karena termakan daging atau ikan yang mengandung telur cacing atau cacing,
2. Golongan mikroorganisme
Berbagai jenis bakteri dan virus yang dapat menimbulkan penyakit melalui
makanan.
3. Golongan kimia
Pencemaran makanan karena zat kimia, biasanya terjadi karena kecelakaan atau
kelalaian. Adapun zat kimia yang sering mencemari makanan adalah antimony,
arsen, cadmium, tembaga dan timah hitam. Dan bisa juga pencemaran dengan
4. Golongan fisik
Adanya racun dalam makanan dapat dibedakan atas dua macam, yakni:
a. Yang dihasilkan oleh mikro organisme yang hidup atau berada dalam
b. Bahan makanan itu sendiri telah mengandung racun, yang karena tidak tahu,
3. Pengolahan makanan
5. Pengangkutan makanan
6. Penyajian makanan
Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan
mutunya dalam hal ini bentuk, warna, kesegaran, bau dan lainnya. Bahan makanan
yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
10
Selain itu, perlu dilihat sumber bahan makanan tersebut apakah diperoleh dari
hasil pertanian, peternakan, perikanan, atau lainnya, sumber bahan makanan harus
Contoh, hasil pertanian tercemar dengan pupuk kotoran manusia, atau dengan
insektisida.
mudah rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan
terlebih dahulu sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci.
a. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
11
Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk
riwayat keluar masuk barang dengan system FIFO (First In First Out)
Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya yaitu
1. Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 100 – 150 C untuk jenis
bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam.
makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam.
Daging, ikan,
udang dan -50 sampai 00 -100 sampai -00 Kurang dari -100
olahannya
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
12
menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang
kesehatan, mempunyai cita rasa yang sesuai serta mempunyai bentuk yang
masak yang digunakan, tempat pengolahan atau disebut dapur serta kebersihan
1. Bahan peralatan
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
13
cuprum, stibium atau arsenium. Logam ini dapat berakumulasi sebagai penyakit
2. Keutuhan peralatan
Tidak boleh patah, tidak mudah berkarat, gompel, penyok, tergores atau
retak karena menjadi sarang bakteri. Peralatan yang tidak utuh tidak mungkin
3. Fungsi
tersendiri.
4. Letak
Peralatan yang bersih dan siap digunakan sudah berada pada tempat
sakit flu, demam atau diare sebaiknya tidak dilibatkan dahulu dalam proses
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
14
pengolahan makanan. Jika terjadi luka, penjamah harus menutup luka dengan
pelindung kedap air misalnya plester atau sarung tangan plastik (Kusmayadi,
2008).
seperti kebersihan dan kerapian, memiliki etika dan sopan santun, memiliki
penampilan yang baik dan keterampilan membawa makanan dengan teknik, serta ikut
dalam program pemeriksaan kesehatan berkala setiap 6 bulan atau 1 tahun (Chandra,
2006).
4) Apabila disimpan diruangan terbuka hendaknya tidak lebih dari 6 jam dan
5) Lemari penyimpanan sebaiknya tertutup dan tidak berada tanpa kaki penyangga
atau dipojok ruangan karena tikus, kecoa dan hewan lainnya akan sangat mudah
untuk menjangkaunya.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
15
banyak pihak yang terkait mulai dari persiapan, pewadahan, orang, suhu dan
fisik, mikroba, maupun kimia. Untuk mencegah adalah dengan membuang atau
Caranya :
beracun (B3) seperti pupuk, obat hama atau bahan kimia lain.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
16
pembungkus seperti plastik, kertas atau boks plastik harus dalam keadaan bersih dan
Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan
bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, penyaji berpakaian bersih dan rapi,
menggunakan tutup kepala dan celemek. Tidak boleh terjadi kontak langsung dengan
2.3 Sayuran
Istilah sayuran biasanya digunakan untuk merujuk pada tunas, daun, buah, dan
akar tanaman yang lunak dan dapat dimakan secara utuh atau sebagian, segar/mentah
vitamin, mineral atau serat dan juga mempunyai khasiat lain untuk kesehatan,
dan lemak juga terdapat didalamnya, tetapi jumlahnya relatif kecil dibandingkan
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
17
kandungan vitamin dan mineral. Berikut ini beberapa jenis vitamin dan mineral yang
1. Vitamin A
3. Vitamin C
4. Vitamin E
Sayuran dikenal sebagai bahan pangan yang mempunyai banyak khasiat bagi
1997) :
Vitamin dan mineral adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang
lebih sedikit dibandingkan zat gizi lainnya. Kekurangan dan kelebihan vitamin
dan mineral mempunyai efek yang tidak baik bagi kesehatan tubuh.
terdapat zat-zat gizi maupun non-gizi yang berperan dalam hal kesehatan.
mineral besi mencegah anemia, kalsium mencegah rematik dan lain sebagainya.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
18
berat badannya, baik sebagai bagian dari menu makan, pengganti snack, maupun
kenyang lebih lama sehingga kecenderungan makan berlebih dapat dikurangi atau
dicegah.
Sayuran segar mengandung suatu zat antioksidan yang melindungi sel-sel tubuh
dari proses penuaan. Selain itu, zat antioksidan ini juga mencegah adanya radikal
1. Sayuran yang digunakan bunganya, seperti : bunga kol, tebu telor, sedap malam,
bunga turi.
daun seledri.
4. Sayuran yang dimakan umbi, seperti : wortel, biet, lobak, bawang merah, bawang
5. Sayuran yang dimakan buahnya, seperti : ketimun, labu siam, oyong, paria, tomat,
1. Sumber karbohidrat, seperti kentang, ubi jalar, biji kacang kering, ubi kayu, ubi
2. Sumber lemak, seperti biji matang beberapa kacang-kacangan dan cucurbit (labu-
labuan)
kubisan
4. Sumber vitamin A, seperti wortel, ubi jalar (berdaging kuning atau jingga), labu
5. Sumber vitamin C, seperti kubis-kubisan, tomat, cabai merah, melon, biji kacang
6. Sumber mineral, seperti kubis-kubisan dan sebagian besar sayuran daun lainnya.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
20
Sayuran merupakan bahan yang mudah rusak (perishable). Oleh karena itu,
dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan tekstur sayuran. Jika tekstur
sayuran rusak, maka akan mudah terjadi pencemaran baik mikroorganisme maupun
bahan pencemar kimia seperti residu pestisida, logam berat, dan lain-lain. Untuk
pengolahan sayuran yang meliputi pencucian dan pemasakan secara benar dan
1. Pencucian
membuang kotoran dan mengurangi residu pestisida atau bahan berbahaya lainnya
yang menempel pada sayuran. Saat mencuci hendaknya menggunakan wadah yang
Untuk mencuci sayuran sebaiknya air mengalir yang berdaya semprot tinggi
2. Pemasakan
Sebagian sayuran dapat disajikan dalam keadaan mentah seperti tauge, selada,
asparagus dan lain-lain. Namun, sebagian besar sayuran harus disajikan dalam
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
21
lunak
Pada proses pemasakan, vitamin dan mineral dalam sayuran bisa menjadi
berkurang, bahkan rusak dengan panas yang terlalu tinggi dan terlalu lama. Selain itu,
makanan yang hangus akibat panas tinggi akan membentuk zat karsinogenik yang
merangsang timbulnya kanker. Oleh karena itu, suhu pemasakan harus diperhatikan
benar, jangan sampai sayuran dimasak dengan panas yang terlalu tinggi dan terlalu
Untuk mendapatkan hasil yang baik, dalam proses pemasakan sayuran dapat
2. Sebelum memasak sayuran daun hijau, sebelum dipotong atau dipetik, dicuci
lebih dulu.
4. Angkat segera begitu sayuran masak, berwarna cerah, lunak dengan waktu
6. Untuk tiap jenis sayuran, lama pemasakan tidak dapat ditentukan dengan pasti
Namun, perlu diingat bahwa pemasakan sayuran jangan terlalu matang, jika
2008).
Tanaman yang diserang hama penyakit kuantitas dan kualitas produksinya buruk.
hama penyakit. Musuhnya banyak sekali sehingga ini dapat merugikan petani
(Nazaruddin, 2000).
Yang dimaksud dengan hama adalah semua binatang yang mengganggu dan
merugikan tanaman yang diusahakan manusia. Apabila asalnya bukan dari binatang,
gangguan itu akan disebut penyakit, misalnya gangguan dari virus, bakteri,
cendawan, tumbuh-tumbuhan yang bertingkat rendah atau yang sedikit lebih tinggi,
tanaman dengan bahan-bahan kimia seperti pestisida, herbisida, fungisida dan asam
salisilat sudah dianggap sebagai keharusan untuk dilakukan. Ini dikarenakan petani
suka mencoba hal-hal yang singkat dan cepat dalam mengatasi hama dan penyakit
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
23
makanan serta apa pengaruhnya terhadap kesehatan. Ini jelas dapat merugikan
bermanfaat untuk mengawetkan makanan. Tanaman akan terlihat segar dalam jangka
mengendalikan hama dan pemyakit tanaman. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan
kimia tersebut adalah bahan kimia yang terlarang masuk kedalam tubuh karena dapat
Bahan tambahan makanan adalah bahan apapun yang biasanya tidak dimakan
sendiri sebagai suatu makanan dan biasanya tidak digunakan sebagai bahan-bahan
khas untuk makanan, baik mempunyai nilai gizi atau tidak, yang bila ditambahkan
dengan sengaja pada makanan untuk tujuan teknologi dalam pembuatan, pengolahan,
makanan akan mengakibatkan, atau dapat diharapkan berakibat (secara langsung atau
tak langsung) makanan itu atau hasil sampingannya menjadi bagian komponen
dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan,
dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat
2. Bahan tambahan makanan yang tidak sengaja ditambahkan yaitu bahan yang
tidak mempunyai fungsi dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat
perlakuan selama proses produksi, pengolahan dan pengemasan. Bahan ini dapat
pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan
untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
25
makanan dalam golongan ini adalah residu pestisida, antibiotik dan hidrokarbon
aromatik polisiklis.
bahan tambahan makanan yang diizinkan digunakan dalam makanan adalah sebagai
berikut(Cahyadi, 2006) :
1. Antioksidan
2. Antikempal
3. Pengatur keasaman
4. Pemanis buatan
7. Pengawet
8. Pengeras
9. Pewarna
11. Sekuestran
2. Formalin
4. Kloramfenikol
5. Kalium klorat
6. Dietilpirokarbonat
7. Nitrofurazon
8. P-Phenetilkarbamida
kimia yang dilarang seperti rhodamin B (pewarna merah), methanyl yellow (pewarna
orang yunani kuno dan orang Indian yang merupakan penduduk asli Amerika untuk
mengobati demam dan rasa sakit. Asam salisilat terasa pahit dan dapat menimbulkan
Ahli kimia Jerman Felix Hoffman mensintesa turunan asam salisilat pada
tahun 1893 untuk mengobati penyakit rematik ayahnya. Obat itu kemudian
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
27
Analgesik adalah obat untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara meningkatkan
nilai ambang nyeri di sistem saraf pusat tanpa menekan kesadaran, sedangkan
antipiretik adalah obat yang menekan suhu tubuh pada keadaan demam. Karena
kedua efek ini didapatkan dalam satu obat, istilah analgesik-antipiretik dipakai
(pembengkakan). Dan obat alam yang tertua sebagai analgesik-antipiretik dan anti-
natrium salisilat, aspirin, salisimid, metisalisilat, dan saligenin. Yang dipakai sebagai
biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur putih, rasa agak manis, tajam dan
stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil
salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip
mentol. Sifat asam salisilat yaitu sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah
larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih dimana titik didih asam
salisilat adalah 280 0C dengan densitas 250C pada 1,84 kg/L (Depkes RI, 1995).
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
28
Sebagai analgesik efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang
misalnya sakit kepala, mialgia, artralgia, dan nyeri lain yang berasal dari
2. Secara antipiretik
3. Secara anti-inflamasi
(Ganiswara, 1996).
tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri dan demam. Dengan blokade sintesa
neurotransmitter tersebut maka otak tidak lagi mendapatkan sinyal nyeri, sehingga
Asam salisilat yang masuk kedalam tubuh diserap dengan baik dari traktus
digestivus dengan distribusi tersebar diseluruh tubuh. Ekskresi terutama melalui urin
dan ekskresi berlangsung dengan lebih cepat dan lebih baik dalam keadaan basa atau
dengan tujuan sebagai aroma penguat rasa. Sedangkan untuk sayuran, asam salisilat
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
29
salisilat, salisilamid dan yang terbanyak digunakan adalah aspirin. Asam salisilat
menjadi dasar dari banyak produk farmasi lainnya termasuk asam asetilsalisilat, yang
dikenal dengan nama aspirin pada saat sekarang ini. Salisilat juga berkhasiat anti-
inflamasi, anti-alergi dan meningkatkan ekskresi asam urat. Dosis asam salisilat
sebagai obat adalah < 0,6 gram dosis oral per 4 jam, dan pada dosis 3,2-4 gram setiap
hari masih dapat ditoleransi oleh orang dewasa, sedangkan pada anak-anak dosis
penghilang rasa sakit. Selain itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk
mengurangi sakit pada cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah.
lambung dan pada dosis yang cukup besar dapat mengakibatkan reaksi seperti mual
atau kembung, diare, pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis rata-rata adalah 0.3-1
gram, dosis yang mencapai 10-30 gram dapat mengakibatkan kematian (Wikipedia,
2005)..
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
30
pada makanan. Asam salisilat dapat menyebabkan iritasi yang kuat apabila terhirup
atau tertelan dan apabila ditambah air, asam salisilat tetap memberikan gangguan
kesehatan pada tubuh. Ini disebabkan karena sifat kelarutan asam salisilat yang sukar
1. Gejala pertama keracunan asam salisilat adalah muntah, mual dan tinitus (hingga
2. Alergi terhadap asam salisilat memberi gejala edema di muka, mulut dan mata.
3. Pada pemberian per oral, asam salisilat dapat menimbulkan gangguan epigrastik,
pusing, berkeringat, mual dan muntah karena asam salisilat mempunyai daya
korosif dan merusak jaringan yang berkontak misalnya kulit, mulut, lambung dan
daya korosif itu tergantung pada konsentrasi pemakaian secara kronis dan dalam
4. Bila kandungan asam salisilat melebihi dan berlebihan masuk kedalam tubuh,
5. Pada keracunan yang hebat, bisa terjadi acidosis dan ini merangsang regulatory
Akhirnya orang sakit akan mati oleh karena paralisa pernapasan (Anwar, 1973)
6. Dampak asam salisilat secara kronik dapat mengiritasi jantung dengan cara
Kadar asam
Sayuran: Kadar asam salisilat sesudah
-Bayam salisilat sayuran dimasak
sebelum pada suhu:
-Daun singkong
sayuran -600C
-Kangkung
dimasak -700C
-800C
Pemeriksaan
Laboratorium
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
perbandingan kandungan asam salisilat pada sayuran sebelum dan sesudah dimasak
Alasan pemilihan pasar swalayan tersebut diatas sebagai lokasi penelitian adalah :
1. Pasar swalayan tersebut diatas berada di pusat kota sehingga mudah untuk
2. Pasar swalayan tersebut sangat banyak dikunjungi oleh masyarakat kota Medan.
4. Di Pasar swalayan tersebut sudah pernah dilakukan penelitian pada sayuran dan
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
32
Objek penelitian adalah sayuran yang dijual di pasar swalayan di Kota Medan.
Dari pasar swalayan tersebut diambil sejumlah sayur sebagai bahan yang langsung
Sampel dalam penelitian ini adalah sayuran yang dijual di pasar swalayan
1. Bayam
2. Daun singkong
3. Kangkung
salisilat sebelum sayuran dimasak dan sesudah sayuran dimasak pada suhu 600C,
Data Sekunder
3.5.1 Alat-alat
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
33
b) Erlenmeyer
c) Buret
d) Timbangan
e) Waterbath
f) Termometer
3.5.2 Bahan
a) Sayuran
b) Etanol
c) FeCl3 1%
d) NaOH
e) Fenolftalein
Pemeriksaan Kualitatif
1. Sayuran terlebih dahulu dicuci bersih dengan menggunakan air yang mengalir.
dilakukan untuk memisahkan asam salisilat dari komponen yang terdapat dalam
sayuran. Asam salisilat disaring dengan menggunakan larutan etanol. Hal ini
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
34
4. Filtratnya di test
Pemeriksaan Kuantiatif
Erlenmeyer.
Erlenmeyer.
5. 1 ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 13,81 mg atau 0,01381 gram asam
salisilat.
B = Berat sampel
1. Sayuran terlebih dahulu dicuci bersih dengan menggunakan air yang mengalir.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
35
2. Timbang 25 gram setiap sayuran yang telah diiris-iris pada masing-masing beaker
glass
3. Nyalakan waterbath dan atur suhu untuk setiap perlakuan dan ukur suhu dengan
4. Sayur yang dimasak pada setiap beaker glass dimasak dengan cara dicelupkan
5. Pisahkan antara air rebusan dengan sayuran yang telah dimasak dengan cara
disaring.
7. Pada sampel sayuran dan air rebusan, titrasi dengan NaOH 0,1 N memakai
8. 1 ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 13,81 mg atau 0,01381 gram asam
salisilat.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
36
Sesuai dengan Jenis penelitian, maka analisa terhadap data yang terkumpul
disajikan dalam bentuk tabel, narasi, serta pembahasan dilakukan secara deskriptif
untuk diambil kesimpulan apakah ada penurunan residu asam salisilat sebelum dan
sesudah dimasak.
1. Sayuran adalah tumbuhan yang dapat dimakan sebagai pelengkap makanan yang
telah diketahui mengandung asam salisilat, terdiri dari bayam, daun singkong, dan
kangkung.
2. Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang digunakan untuk mengatasi
hama dan penyakit tanaman serta sebagai bahan pengawet yang dilarang pada
sayuran.
laboratorium untuk mengetahui seberapa banyak asam salisilat pada sayuran atau
sampel yang diperiksa setelah dicuci lalu dimasak dengan cara merebus sayuran
dilakukan di ruangan khusus dengan alat dan cara kerja di laboratorium kesehatan
Medan.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
sampel dari Carrefour Pasar Swalayan di Kota Medan yang kemudian dibawa ke
sampel yang diperiksa adalah sebanyak 3 sampel sayuran yang terdiri dari sayur
bayam, daun singkong dan kangkung. Setelah dilakukan penelitian diperoleh data
tentang kadar asam salisilat pada sayuran sebelum dan sesudah dimasak dengan air
pemeriksaan secara kualitatif dengan melihat adanya perubahan warna menjadi warna
ungu. Dari 3 sampel sayuran yang diperiksa dapat diketahui bahwa terbentuk warna
ungu pada ketiga sampel, hal ini menunjukkan bahwa sampel sayuran mengandung
asam salisilat. Sampel sayuran kemudian diperiksa dengan metode titrasi, yang mana
pada akhir titrasi akan terjadi perubahan warna menjadi merah jambu (pink). Hasil
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
38
pemeriksaan kadar asam salisilat pada sayuran sebelum dimasak dapat dilihat pada
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Asam Salisilat Pada Sayuran Sebelum
Dimasak
No. Sampel Kadar asam salisilat (mg/Kg)
1. Bayam 44,7
2. Daun singkong 74,6
3. Kangkung 47
Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kadar asam salisilat pada sayur bayam
adalah 44,7 mg/Kg, pada sayur daun singkong sebanyak 74,6 mg/Kg, dan pada sayur
Hasil pemeriksaan kadar asam salisilat pada sampel sayuran sesudah dimasak
pada suhu yang berbeda dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan kuantitatif Asam Salisilat Pada Sampel Sayuran
Sesudah Dimasak Dengan Suhu 600C, 700C, dan 800C.
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa ada penurunan kadar asam
salisilat pada setiap sampel yang dimasak pada suhu yang berbeda. Pada sampel sayur
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
39
bayam dapat diketahui bahwa kadar asam salisilat yang terbanyak pada suhu 600C
yakni sebanyak 19,8 mg/Kg dan kadar terendah pada suhu 800C yakni 16 mg/Kg.
Pada sayur daun singkong kadar asam salisilat terbanyak pada suhu 600C yakni 34,8
mg/Kg dan kadar terendah pada suhu 800C yakni 27,1 mg/Kg. Serta pada sayur
kangkung kadar asam salisilat terbanyak pada suhu 600C yakni 21,1 mg/Kg dan kadar
4.3 Hasil Pemeriksan kuantitatif Asam Salisilat Pada Air Rebusan Sayuran
Sesudah Dimasak Dengan Suhu 600C, 700C, dan 800C
Hasil pemeriksaan kadar asam salisilat pada air rebusan sayuran sesudah
dimasak pada suhu 600C, 700C, dan 800C dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksan kuantitatif Asam Salisilat Pada Air Rebusan
Sayuran Sesudah Dimasak Dengan Suhu 600C, 700C, dan 800C
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa kadar asam salisilat pada air
rebusan sayuran mengalami kenaikan pada suhu pemasakan yang lebih tinggi. Pada
air rebusan sayur bayam, dari suhu 600C sampai 800C kadarnya semakin tinggi yaitu
sebesar 24,9 mg/Kg sampai 27,1 mg/Kg. Pada air rebusan sayur daun singkong, dari
suhu 600C sampai 800C kadarnya semakin tinggi yaitu sebesar 39,2 mg/Kg sampai
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
40
45,8 mg/Kg. Pada air rebusan sayur kangkung, dari suhu 600C sampai 800C kadarnya
4.4 Jumlah Asam Salisilat Pada Sampel Sayuran dan Air Rebusan Sesudah
Dimasak Dengan Suhu 600C, 700C, dan 800C
Jumlah Asam Salisilat Pada Sampel Sayuran dan Air Rebusan dapat dilihat
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
41
Tabel 4.4 Jumlah Asam Salisilat Pada Sampel Sayuran dan Air Rebusan Sesudah
Dimasak Dengan Suhu 600C, 700C, dan 800C
No. Sampel Kadar Asam Salisilat Kadar Asam Salisilat Jumlah (mg/Kg)
Pada Sayuran Pada Air Rebusan
(mg/Kg) (mg/Kg)
600C 700C 800C 600C 700C 800C 600C 700C 800C
1. Bayam 19,8 18,2 16 24,9 26,5 27,1 44,7 44,7 43,1
2. Daun 34,8 30,4 27,1 39,2 43,1 45,8 74 73,5 72,9
singkong
3. kangkung 21,1 19,3 16,6 24,9 26,5 28,2 46 45,8 44,8
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa jumlah asam salisilat tertinggi
terdapat pada suhu 600C pada setiap sampel. Pada sayur bayam terdapat kadar asam
salisilat sebanyak 44,7 mg/Kg, pada daun singkong sebanyak 74 mg/Kg dan pada sayur
kangkung sebanyak 46 mg/Kg. Sedangkan jumlah asam salisilat terendah terdapat pada
suhu 800C pada setiap sampel. Pada sayur bayam terdapat kadar asam salisilat sebanyak
43,1 mg/Kg, pada daun singkong sebanyak 72,9 mg/Kg dan pada sayur kangkung
4.5 Persentase Penurunan Kadar Asam Salisilat Sebelum Sayuran Dimasak Dan
Sesudah Sayuran Dimasak Dengan Air Rebusan Pada Suhu 600C, 700C, dan
800C
penurunan kadar asam salisilat pada sampel sayuran sesudah dimasak dengan air rebusan
pada suhu 600C, 700C, dan 800C. Untuk melihat besarnya penurunan kadar asam salisilat
pada sampel sayuran sebelum dan sesudah dimasak dengan air rebusan dapat dilihat pada
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang Dijual
Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
42
Tabel 4.5 Persentase Penurunan Kadar Asam Salisilat Sebelum Sayuran Dimasak
Dan Sesudah Sayuran Dimasak Dengan Air Rebusan Pada Suhu 600C,
700C, dan 800C
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa persentase penurunan kadar
asam salisilat sesudah sayuran dimasak dengan air rebusannya tertinggi pada suhu 800C,
sedangkan persentase penurunan terendah terdapat pada suhu 600C. Pada sampel sayur
bayam dan air rebusannya persentase penurunan tertinggi pada suhu 800C, yakni 3,6%
dan penurunan terendah pada suhu 600C sebanyak 0%. Pada sampel sayur daun singkong
dan air rebusannya persentase penurunan tertinggi pada suhu 800C, yakni 2,3% dan
penurunan terendah pada suhu 600C sebanyak 0,8%. Pada sampel sayur kangkung dan
air rebusannya persentase penurunan tertinggi pada suhu 800C, yakni 4,7% dan
4.6 Persentase Penurunan Kadar Asam Salisilat Pada Sampel Sayuran Sebelum
Dan Sesudah Dimasak Dengan Suhu 600C, 700C, dan 800C
penurunan kadar asam salisilat pada sampel sayuran sesudah dimasak dengan suhu 600C,
700C, dan 800C. Untuk melihat besarnya penurunan kadar asam salisilat pada sampel
sayuran sebelum dan sesudah dimasak dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini :
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang Dijual
Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
43
Tabel 4.6 Persentase Penurunan Kadar Asam Salisilat Pada Sampel Sayuran
Sebelum Dan Sesudah Dimasak Dengan Suhu 600C, 700C, dan 800C
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa persentase penurunan kadar
asam salisilat pada sampel sayuran sesudah dimasak tertinggi pada suhu 800C, sedangkan
persentase penurunan terendah terdapat pada suhu 600C. Pada sampel sayur bayam
persentase penurunan tertinggi pada suhu 800C, yakni 64,2% dan penurunan terendah
pada suhu 600C sebanyak 55,7%. Pada sampel sayur daun singkong persentase
penurunan tertinggi pada suhu 800C, yakni 63,7% dan penurunan terendah pada suhu
600C sebanyak 53,4%. Pada sampel sayur kangkung persentase penurunan tertinggi pada
suhu 800C, yakni 64,7% dan penurunan terendah pada suhu 600C sebanyak 55,1%.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang Dijual
Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
44
BAB V
PEMBAHASAN
sebelum dan sesudah dimasak dengan suhu yang berbeda yakni dengan suhu 600C,
700C, dan 800C diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan kadar asam salisilat pada
Kadar asam salisilat sampel sayur bayam sebelum dimasak sebesar 44,7
mg/Kg dan sesudah dimasak dengan suhu antara 600C sampai 800C mengalami
penurunan kadar asam salisilat yaitu berkisar antara 19,8-16 mg/Kg. Artinya didalam
1 kilogram sampel sayuran bayam terdapat sebanyak 19,8-16 mg asam salisilat. Pada
sampel daun singkong, kadar asam salisilat sebelum dimasak sebesar 74,6 mg/Kg
dan sesudah dimasak dengan suhu antara 600C sampai 800C mengalami penurunan
kadar asam salisilat yaitu berkisar antara 34,8-27,1 mg/Kg. Artinya didalam 1
salisilat. Serta pada sayur kangkung, kadar asam salisilat sebelum dimasak sebesar 47
mg/Kg dan sesudah dimasak dengan suhu antara 600C sampai 800C mengalami
penurunan kadar asam salisilat yaitu berkisar antara 21,1-16,6 mg/Kg. Artinya
salisilat.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
45
Dari hal ini dapat diketahui bahwa kadar asam salisilat pada sampel sayuran
yang dimasak pada suhu 600C lebih tinggi dibandingkan dengan kadar asam salisilat
pada setiap suhu serta terjadi penurunan kadar asam salisilat. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi suhu pemasakan, maka semakin rendah pula kadar asam
dimasak pada berbagai suhu yang berbeda disebabkan oleh karena ketika melakukan
pemeriksaan kuantitatif sampel sayuran diiris tipis-tipis sehingga asam salisilat yang
sudah masuk kedalam jaringan sayuran ikut keluar bersama dengan air rebusan sayur.
Hal ini menunjukkan bahwa asam salisilat yang terdapat pada sayuran masuk
(Mudjajanto,2006).
Penurunan kadar asam salisilat pada sampel sayuran juga tidak terlalu banyak
berkurang jumlah asam salisilat walaupun sudah dimasak pada suhu yang berbeda-
beda, hal ini juga dikarenakan sifat asam salisilat yakni sukar larut dalam air
mendidih dimana titik didih asam salisilat adalah 2800C (Depkes RI, 1995).
5.2 Pemeriksaan Kuantitatif Asam Salisilat Pada Air Rebusan Sayuran Yang
Dimasak Dengan Suhu 600C, 700C, dan 800C
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
46
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara kuantitatif, kadar asam salisilat pada air
rebusan menunjukkan angka yang bervariasi pada suhu 600C, 700C, dan 800C.
Pada air rebusan sayur bayam, dengan suhu antara 600C sampai 800C, kadar
asam salisilat semakin meningkat, yakni berkisar antara 24,9-27,1 mg/Kg. Artinya
dalam 1 liter air terdapat sebanyak 24,9-27,1 mg asam salisilat. Pada air rebusan
sayur daun singkong, dengan suhu antara 600C sampai 800C, kadar asam salisilat
semakin meningkat, yakni berkisar antara 39,2-45,8 mg/Kg. Artinya dalam 1 liter air
terdapat sebanyak 39,2-45,8 mg asam salisilat. Serta pada air rebusan sayur
kangkung, dengan suhu antara 600C sampai 80 0C, kadar asam salisilat semakin
meningkat, yakni berkisar antara 24,9-28,2 mg/Kg. Artinya dalam 1 liter air terdapat
sebanyak 24,9-28,2 mg asam salisilat. Disini dapat diketahui bahwa kadar asam
salisilat pada air rebusan pada setiap sampel sayuran dengan suhu 800C adalah yang
tertinggi bila dibandingkan dengan kadar asam salisilat pada air rebusan dengan suhu
Munculnya kadar asam salisilat yang bervariasi pada air rebusan sayuran
sehingga terjadi perbedaan konsentrasi asam salisilat pada setiap suhu. Pada suhu
600C, 700C, dan 800C terjadi peningkatan kadar asam salisilat pada air rebusan
sayuran. Hal ini menunjukkan semakin tinggi suhu pemasakan sayuran, maka
semakin tinggi pula kadar asam salisilat pada air rebusan sayuran tersebut.
karena sifat asam salisilat yang bisa larut dalam air mendidih sehingga kadar asam
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
47
salisilat yang sudah meresap dalam jaringan sayuran ikut keluar bersama air rebusan
sayuran, maka kadar asam salisilat pada air rebusan pun semakin bertambah (Depkes
RI,1995).
5.3 Jumlah Asam Salisilat Pada Sayuran Dan Air Rebusan Setelah Dimasak
Dengan Suhu 600C, 700C, dan 800C
Berdasarkan hasil penjumlahan kadar asam salisilat pada sayuran dan air
rebusannya dapat diketahui bahwa ternyata kadar asam salisilat tertinggi terdapat
pada sampel sayuran yang dimasak dengan suhu 600C dan kadar asam salisilat
terendah terdapat pada sampel sayuran yang dimasak dengan suhu 800C.
Pada sampel sayuran bayam yang dimasak dengan suhu 600C, jumlah asam
sayuran dengan menggunakan air rebusan pada suhu 600C maka ada sekitar 44,7 mg
asam salisilat yang akan masuk kedalam tubuh konsumen tersebut, dan kadar asam
salisilat terendah terdapat pada suhu 800C dengan jumlah sebesar 43,1 mg/Kg.
rebusan pada suhu 800C maka ada sekitar 43,1 mg asam salisilat yang akan masuk
Pada sampel sayur daun singkong yang dimasak dengan suhu 600C, jumlah
sayuran dengan menggunakan air rebusan pada suhu 600C maka ada sekitar 74 mg
asam salisilat yang akan masuk kedalam tubuh konsumen tersebut, dan kadar asam
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
48
salisilat terendah terdapat pada suhu 800C dengan jumlah sebesar 72,9 mg/Kg.
rebusan pada suhu 800C maka ada sekitar 72,9 mg asam salisilat yang akan masuk
Pada sampel sayur kangkung yang dimasak dengan suhu 600C, jumlah asam
sayuran dengan menggunakan air rebusan pada suhu 600C maka ada sekitar 46 mg
asam salisilat yang akan masuk kedalam tubuh konsumen tersebut, dan kadar asam
salisilat terendah terdapat pada suhu 800C dengan jumlah sebesar 44,8 mg/Kg.
rebusan pada suhu 800C maka ada sekitar 44,8 mg asam salisilat yang akan masuk
Selain itu, dari hasil penjumlahan asam salisilat pada sayuran dan air rebusan
dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pemasakan ternyata jumlah asam salisilat
sangat sedikit berkurang melainkan sebagian besar hanya ikut larut dalam air rebusan.
Jadi asam salisilat hampir tidak ada yang hilang atau menguap, hal ini dikarenakan
sifat asam salisilat yang sukar larut dalam air dan larut dalam air mendidih dengan
titik didih 2800C, yang tidak mungkin tercapai dengan suhu pemasakan sayuran
Asam salisilat yang terdapat pada sayuran dan air rebusan tersebut
menunjukkan banyaknya jumlah asam salisilat yang masuk kedalam tubuh konsumen
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
49
tanpa disadari. Hal ini dapat membahayakan kesehatan konsumen dan akibat yang
Bila kandungan asam salisilat melebihi dan berlebihan masuk kedalam tubuh,
maka, maka gangguan kesehatan dapat terjadi, misalnya terjadi pengerasan dinding
pembuluh darah dan kanker saluran pencernaan. Selain itu, dampak asam salisilat
pada makanan. Asam salisilat dapat menyebabkan iritasi yang kuat apabila terhirup
atau tertelan dan apabila ditambah air, asam salisilat tetap memberikan gangguan
kesehatan pada tubuh. Ini disebabkan karena sifat kelarutan asam salisilat yang sukar
sesudah sayuran dimasak dengan air rebusannya terdapat pada sampel sayuran yang
dimasak pada suhu 800C, sedangkan persentase penurunan terendah kadar asam
salisilat pada sayuran terdapat pada sayuran yang dimasak dengan suhu 600C.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
50
Pada sayur bayam dan air rebusannya yang dimasak pada suhu 800C,
persentase penurunan kadar asam salisilat sebesar 3,6 %. Artinya ada sebanyak 3,6
bagian asam salisilat yang berkurang pada sampel sayur bayam, sedangkan persentase
penurunan terendah terdapat pada sampel sayuran yang dimasak pada suhu 600C
yakni sebesar 0%. Artinya tidak ada bagian asam salisilat yang berkurang pada sayur
bayam tersebut.
Pada sayur daun singkong dan air rebusannya yang dimasak pada suhu 800C,
persentase penurunan kadar asam salisilat sebesar 2,3 %. Artinya ada sebanyak 2,3
bagian asam salisilat yang berkurang pada sampel sayur daun singkong, sedangkan
persentase penurunan terendah terdapat pada sampel sayuran yang dimasak pada suhu
600C yakni sebesar 0,8%. Artinya ada sebanyak 0,8 bagian asam salisilat yang
Pada sayur kangkung dan air rebusannya yang dimasak pada suhu 800C,
persentase penurunan kadar asam salisilat sebesar 4,7 %. Artinya ada sebanyak 4,7
bagian asam salisilat yang berkurang pada sampel sayur kangkung, sedangkan
persentase penurunan terendah terdapat pada sampel sayuran yang dimasak pada suhu
600C yakni sebesar 2,1%. Artinya ada sebanyak 2,1 bagian asam salisilat yang
Dilihat dari penurunan jumlah asam salisilat sebelum sayuran dimasak dan
sesudah sayuran dimasak dengan air rebusan dapat diketahui bahwa penurunan kadar
asam salisilat pada setiap sampel sangat sedikit, sehingga bisa dikatakan hampir tidak
ada penurunan kadar asam salisilat jika sayuran dimasak pada suhu pemasakan
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
51
sayuran yang berkisar antara 600C-800C. Jumlah asam salisilat pada sayuran yang
dimasak dengan air rebusan sangat sedikit berkurang, hanya berpindah tempat yakni
dari sampel sayuran ikut larut dalam air rebusannya, hal ini dikarenakan sifat asam
salisilat yang sukar larut dalam air dan larut dalam air mendidih dimana titik didih
asam salisilat adalah 280 0C yang tidak mungkin tercapai dengan suhu pemasakan
Jika asam salisilat yang terdapat pada sayuran dan air rebusannya dikomsumsi
semuanya oleh konsumen setiap hari, maka dapat diketahui banyaknya jumlah asam
salisilat yang masuk kedalam tubuh konsumen tanpa disadari. Hal ini dapat
membahayakan kesehatan konsumen dan akibat yang ditimbulkan dapat bersifat akut
dan kronik.
terdapat pada sampel sayuran yang dimasak pada suhu 800C, sedangkan persentase
penurunan terendah kadar asam salisilat pada sayuran terdapat pada sayuran yang
Pada sayur bayam, yang dimasak pada suhu 800C, persentase penurunan kadar
asam salisilat sebesar 64,2 %. Artinya ada sebanyak 64,2 bagian asam salisilat yang
terdapat pada sampel sayuran yang dimasak pada suhu 600C yakni sebesar 55,7%.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
52
Artinya ada sebanyak 55,7 bagian asam salisilat yang berkurang pada sayur bayam
tersebut.
Pada sayur daun singkong, yang dimasak pada suhu 800C, persentase
penurunan kadar asam salisilat sebesar 63,7 %. Artinya ada sebanyak 63,7 bagian
asam salisilat yang berkurang pada sampel sayur daun singkong, sedangkan
persentase penurunan terendah terdapat pada sampel sayuran yang dimasak pada suhu
600C yakni sebesar 53,4%. Artinya ada sebanyak 53,4 bagian asam salisilat yang
Pada sayur kangkung, yang dimasak pada suhu 800C, persentase penurunan
kadar asam salisilat sebesar 64,7 %. Artinya ada sebanyak 64,7 bagian asam salisilat
terendah terdapat pada sampel sayuran yang dimasak pada suhu 600C yakni sebesar
55,1%. Artinya ada sebanyak 55,1 bagian asam salisilat yang berkurang pada sayur
kangkung tersebut.
Penurunan kadar asam salisilat terdapat pada sampel sayuran, dan penurunan
ini cukup banyak jika dibandingkan dengan sayuran sesudah dimasak yang ikut
dikomsumsi dengan air rebusannya, hal ini disebabkan asam salisilat yang terdapat
pada sampel sayuran tersebut berpindah tempat yakni ikut larut dalam air rebusannya,
tetapi jumlah asam salisilat tidak berkurang jika ikut dikomsumsi dengan air
yang dimasak tersebut, maka ketika mengkonsumsi sayuran yang berasal dari pasar
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
53
swalayan perlu memasak sayuran dengan suhu 800C atau lebih karena pada suhu
tersebut ada banyak penurunan kadar asam salisilat. Selain itu, berdasarkan survei
pendahuluan tidak semua sayuran yang disemprotkan asam salisilat, oleh karena itu
salisilat masih terdapat pada sampel sayuran walaupun sudah dimasak dapat
residunya ada dalam jaringan sayuran, maka asam salisilat tidak akan hilang
meskipun dicuci bersih atau dimasak dengan suhu pemasakan sayuran (Mudjajanto,
2006).
Tambahan Makanan yang dilarang digunakan dalam makanan yaitu asam salisilat.
Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan karena
asam salisilat mempunyai iritasi yang kuat ketika terhirup atau tertelan (Depkes RI,
1999).
Dalam penelitian ini diharapkan kadar asam salisilat adalah 0 atau tidak ada
sama sekali setelah dimasak, karena asam salisilat merupakan bahan tambahan
makanan yang dilarang digunakan pada makanan. Jadi tidak ada batas maksimum
sayuran sudah dimasak dengan suhu pemasakan sayuran, maka perlu diadakan
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
54
penyuluhan mengenai bahaya asam salisilat bagi kesehatan manusia oleh Departemen
agar produsen sayuran dan pengusaha pasar swalayan tidak menggunakan asam
salisilat sebagai bahan untuk mengatasi hama dan penyakit tanaman maupun sebagai
pengawet. Dan jika masyarakat membeli sayuran yang ada di pasar swalayan juga,
maka apabila memasak sayuran yang dibeli di pasar swalayan tersebut agar
mengkonsumsi sayurannya saja, tidak dengan air rebusannya karena kadar asam
salisilat sangat tinggi pada air rebusannya dan menurun kadarnya pada sampel
sayurannya saja. Dan ini diharapkan dapat menghindarkan masyarakat dari resiko
asam salisilat.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data asam salisilat pada sayuran dan air rebusannya,
kuantitatif yakni pada sayur bayam sebesar 44,7 mg/Kg, daun singkong
2. Kadar asam salisilat sesudah sayuran dimasak dengan suhu 600C pada sayur
bayam, daun singkong dan kangkung berturut-turut adalah 19,8 mg/Kg, 34,8
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
56
3. Kadar asam salisilat sesudah sayuran dimasak dengan suhu 700C pada sayur
bayam, daun singkong dan kangkung berturut-turut adalah 18,2 mg/Kg, 30,4
4. Kadar asam salisilat sesudah sayuran dimasak dengan suhu 800C pada sayur
5. Kadar asam salisilat pada air rebusan sayur bayam dengan suhu 600C, 700C,
dan 800C adalah sebesar 24,9-27,1 mg/Kg, pada air rebusan daun singkong
sebesar 39,2-45,8 mg/Kg, serta pada air rebusan sayur kangkung sebesar 24,9-
28,2 mg/Kg.
6. Jumlah asam salisilat tertinggi pada sayur bayam, daun singkong, dan
mg/Kg.
7. Ada sedikit penurunan jumlah asam salisilat pada sampel sayuran sebelum
sayuran dimasak dan sesudah dimasak dengan air rebusan dan sebagian besar
asam salisilat hanya berpindah tempat yakni dari sampel sayuran ikut larut
6.2 Saran
1. Bagi masyarakat sebaiknya harus lebih teliti dan jeli memilih sayuran untuk
dikomsumsi dengan cara lebih baik membeli sayuran dari pasar tradisional,
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
57
dan jika membeli sayuran di pasar swalayan dapat memilih sayuran yang air
masalah hama dan penyakit sayuran atau untuk mengawetkan sayuran karena
3. Kepada Dinas Kesehatan dan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
pada suhu 1000C yang biasanya digunakan ibu rumah tangga untuk memasak
sayuran.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, Wisnu, 2006. Analisis dan Aspek Bahan Tambahan Pangan. Cetakan
pertama. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
58
----------,2004. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Dirjen PPM dan PL.
Jakarta.
Mudjajanto, Eddy Setyo, 2006. Waspadai Bahan Kimia lain dalam Makanan.
www.kompas.com. Diakses tanggal 20 Agustus 2008.
Nugroho, Edi, 1995. Toksikologi Dasar : Asas, Sasaran dan Penilaian Resiko.
Edisi IV. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Syah, Dahrul, dkk, 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan.
Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bandung.
Ester Simatupang : Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum Dan Sesudah Dimasak Yang
Dijual Di Pasar Swalayan Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.