SKRIPSI
Oleh :
RIKKY SUHANDA
NIM. 081000012
SKRIPSI
Oleh :
RIKKY SUHANDA
NIM. 081000012
RIKKY SUHANDA
NIM. 081000012
Tim Penguji
Bubur ayam merupakan salah satu menu favorit untuk sarapan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat mulai dari kalangan anak-anak hingga dewasa karena
rasanya yang enak, mengenyangkan, murah, dan bergizi. Bubur ayam merupakan
makanan yang diproduksi oleh industri rumah tangga sehingga mutu makanan ini sangat
sulit dilakukan. Penambahan bahan tambahan makanan berbahaya sering kali terjadi
pada makanan jajanan yang diproduksi oleh rumah tangga. Boraks menjadi salah satu
pilihan untuk membuat bubur kental lebih dari 6 jam, berwarna putih cerah, dan
membuat bubur tidak mudah basi. Bahan tambahan berbahaya tidak boleh ada di dalam
makanan. Penerapan higiene sanitasi makanan jajanan menjadi salah satu cara untuk
mengidentifikasi penambahan bahan berbahaya pada bubur ayam tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan higiene
sanitasi pengolahan dan kandungan boraks pada bubur ayam yang diproduksi oleh
pedagang bubur ayam di Kecamatan Medan Sunggal.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah bersifat deskriptif untuk
melihat gambaran penerapan higiene sanitasi pengolahan dan analisis kandungan boraks
dalam 7 sampel bubur ayam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan bubur ayam yang diproduksi
oleh pedagang bubur ayam belum memenuhi syarat kesehatan karena hampir semua
pedagang bubur ayam belum menerapkan seluruh prinsip higiene sanitasi pengolahan
dengan baik mulai dari pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan baku, pengolahan
makanan, penyimpanan makanan jadi, pengangkutan makanan jadi, dan penyajian
makanan jadi. Hasil uji sampel di laboratorium menunjukkan tidak ada satupun sampel
bubur ayam yang mengandung boraks.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa bubur ayam aman untuk
dikonsumsi karena tidak terjadi penambahan boraks untuk tujuan pengentalan dan
pengawetan. Namun demikian, perlu diadakan pengawasan, penyuluhan, dan pelatihan
pengolahan makanan dan minuman oleh instansi terkait (Dinas Kesehatan) tentang
pentingnya penerapan higiene sanitasi pengolahan bubur ayam sehingga bubur ayam
yang diproduksi memenuhi syarat kesehatan dan aman untuk dikonsumsi.
Chicken porridge is one of the favorites menu for breakfast consumed by many
people from among the children to adults because it tastes good, glut, cheap, and
nutritious. Chicken porridge is a food produced by home industry so that the quality of
this food is very hard to do. The addition of dangerous food additives often occurs in
food products produced by households. Borax into one of the options to make a thick
porridge more than 6 hours, bright white, and make porridge is not perishable. An
additional ingredient dangerous should not be there in the food. The application of
hygiene sanitation food hawker be one way to identify the addition of hazardous
materials in chicken porridge.
The purpose of this research was to know the description of the application of
sanitary and hygiene processing content in chicken porridge borax produced by chicken
porridge sellers in Medan Sunggal sub-district.
The methods used in this research was a descriptive to see descriptions of the
application processing and analysis hygiene sanitation borax content in 7 samples of
chicken porridge.
The results of research showed that the process of chicken porridge produced by
chicken porridge sellers not yet qualified health because almost all chicken porridge
sellers have not implemented all the principles of good hygiene sanitation of processing
from selection raw materials, storage of raw materials, food processing, food storage,
transporting food, and serving food. The sample in the laboratory test results showed
none of samples of chicken porridge containing borax.
Based on the results of these research found that chicken porridge was safe for
consumption because it does not happen the addition of borax for the purpose of
coagulation and preservation. However, it should be held supervision, counseling, and
training of food and beverage processing by the relevant agencies (Health Office) about
the importance of the application of hygiene sanitation chicken porridge processing so
that chicken porridge produced qualified health and safe to eat.
Agama : Islam
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia NYAlah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Higiene
Sanitasi Pengolahan dan Analisa Boraks pada Bubur Ayam yang Dijual di
Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012” sebagai salah satu syarat untuk
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih teristimewa kepada orang
tuaku tercinta Ayahanda Poniran dan Ibunda Tumiyah karena tidak bosan bosannya
memberikan motivasi, dukungan moril maupun materil dan doa yang sangat luar biasa dari
awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. dr.
Wirsal Hasan, MPH selaku dosen pembimbing II yang dalam proses penulisan skripsi ini
telah begitu banyak meluangkan waktu dan penuh kesabaran dalam memberikan
bimbingan, petunjuk, saran dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai
dengan baik.
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
2. Ir. Evi Naria, MKes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas
3. Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Penasehat Akademik, terima kasih untuk
Masyarakat yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam perkuliahan dan
5. dr. Devi Nuraini Santi, Mkes dan Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku dosen penguji
skripsi yang telah memberikan saran dan dukungan untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
banyak terima kasih kepada Kak Dian yang banyak membantu dalam pengurusan
7. Kak Juli selaku pegawai perpustakaan FKM USU yang telah memberikan motivasi
dan bantuan berupa buku-buku sehingga skripsi saya dapat selesai dengan baik.
8. Bapak Alhamra selaku Ketua Bidang MMHP (Makanan Minuman Hasil Pertanian)
Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan yang telah banyak memberikan
10. Teristimewa buat yayukku Lili dan suaminya Ken besertanya anak-anaknya yang
11. Buat abangku Edi Sanjaya makasih banget buat motivasinya dan transportasinya.
12. Teman-teman satu angkatan FKM USU 2008 teristimewa kepada sahabat-sahabatku
tersayang yaitu Sri Lestari (Cinlau), Winni RE Tumanggor, Melly Fitri Siregar
Hilma Farhani (Himawari), Qiqi man, Azhary Azwar (kancut), DJ Solihin dan
teman-teman yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan motivasi, kebersamaan, berbagi suka dan duka serta doa selama masa
perkuliahan.
13. Nurwahyu Utami yang telah banyak membantu dalam mengedit, mengeprint, dan
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun
dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skrisi ini
dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
Rikky Suhanda
Tabel 4.8 Distribusi Pedagang Bubur Ayam Berdasarkan Ruang dan Peralatan
Pengolahan Makanan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012....... 79
Tabel 4.15 Hasil Analisis Kualitatif Boraks dalam Bubur Ayam dengan Metode
Reaksi Nyala Api pada Pedagang Bubur Ayam di Kecamatan Medan
Sunggal Tahun 2012 ................................................................................ 92
Tabel 4.16 Hasil Analisis Kualitatif Boraks dalam Bubur Ayam dengan Metode
Pewarnaan pada Pedagang Bubur Ayam di Kecamatan Medan
Sunggal Tahun 2012 ................................................................................ 92
Tabel 4.17 Hasil Observasi Daya Tahan Bubur Ayam dan Kandungan Boraks
pada Pedagang Bubur Ayam di Kecamatan Medan Sunggal
Tahun 2012 ............................................................................................... 93
Halaman
Gambar 2.1. Diagram Pembuatan Bubur Ayam……………………………………33
Halaman
Lampiran 7. Hasil Analisa Boraks pada Bubur Ayam di Balai Riset dan
Standarisasi Industri Medan .................................................................................................... 140
Bubur ayam merupakan salah satu menu favorit untuk sarapan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat mulai dari kalangan anak-anak hingga dewasa karena
rasanya yang enak, mengenyangkan, murah, dan bergizi. Bubur ayam merupakan
makanan yang diproduksi oleh industri rumah tangga sehingga mutu makanan ini sangat
sulit dilakukan. Penambahan bahan tambahan makanan berbahaya sering kali terjadi
pada makanan jajanan yang diproduksi oleh rumah tangga. Boraks menjadi salah satu
pilihan untuk membuat bubur kental lebih dari 6 jam, berwarna putih cerah, dan
membuat bubur tidak mudah basi. Bahan tambahan berbahaya tidak boleh ada di dalam
makanan. Penerapan higiene sanitasi makanan jajanan menjadi salah satu cara untuk
mengidentifikasi penambahan bahan berbahaya pada bubur ayam tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan higiene
sanitasi pengolahan dan kandungan boraks pada bubur ayam yang diproduksi oleh
pedagang bubur ayam di Kecamatan Medan Sunggal.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah bersifat deskriptif untuk
melihat gambaran penerapan higiene sanitasi pengolahan dan analisis kandungan boraks
dalam 7 sampel bubur ayam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan bubur ayam yang diproduksi
oleh pedagang bubur ayam belum memenuhi syarat kesehatan karena hampir semua
pedagang bubur ayam belum menerapkan seluruh prinsip higiene sanitasi pengolahan
dengan baik mulai dari pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan baku, pengolahan
makanan, penyimpanan makanan jadi, pengangkutan makanan jadi, dan penyajian
makanan jadi. Hasil uji sampel di laboratorium menunjukkan tidak ada satupun sampel
bubur ayam yang mengandung boraks.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa bubur ayam aman untuk
dikonsumsi karena tidak terjadi penambahan boraks untuk tujuan pengentalan dan
pengawetan. Namun demikian, perlu diadakan pengawasan, penyuluhan, dan pelatihan
pengolahan makanan dan minuman oleh instansi terkait (Dinas Kesehatan) tentang
pentingnya penerapan higiene sanitasi pengolahan bubur ayam sehingga bubur ayam
yang diproduksi memenuhi syarat kesehatan dan aman untuk dikonsumsi.
Chicken porridge is one of the favorites menu for breakfast consumed by many
people from among the children to adults because it tastes good, glut, cheap, and
nutritious. Chicken porridge is a food produced by home industry so that the quality of
this food is very hard to do. The addition of dangerous food additives often occurs in
food products produced by households. Borax into one of the options to make a thick
porridge more than 6 hours, bright white, and make porridge is not perishable. An
additional ingredient dangerous should not be there in the food. The application of
hygiene sanitation food hawker be one way to identify the addition of hazardous
materials in chicken porridge.
The purpose of this research was to know the description of the application of
sanitary and hygiene processing content in chicken porridge borax produced by chicken
porridge sellers in Medan Sunggal sub-district.
The methods used in this research was a descriptive to see descriptions of the
application processing and analysis hygiene sanitation borax content in 7 samples of
chicken porridge.
The results of research showed that the process of chicken porridge produced by
chicken porridge sellers not yet qualified health because almost all chicken porridge
sellers have not implemented all the principles of good hygiene sanitation of processing
from selection raw materials, storage of raw materials, food processing, food storage,
transporting food, and serving food. The sample in the laboratory test results showed
none of samples of chicken porridge containing borax.
Based on the results of these research found that chicken porridge was safe for
consumption because it does not happen the addition of borax for the purpose of
coagulation and preservation. However, it should be held supervision, counseling, and
training of food and beverage processing by the relevant agencies (Health Office) about
the importance of the application of hygiene sanitation chicken porridge processing so
that chicken porridge produced qualified health and safe to eat.
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Medan, pada tahun 2010 terdapat
28.501 TPUM (Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan), salah satunya adalah pusat
makanan jajanan. Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh
penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk
dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel
Salah satu makanan jajanan yang terdapat di Kota Medan adalah bubur ayam.
Bubur ayam merupakan makanan yang terbuat dari beras yang direbus dengan air kaldu
dalam waktu yang cukup lama sehingga menjadi lembek dan berair serta setelah bubur
ayam matang disajikan dengan kuah kaldu, suwiran daging ayam, kerupuk, cakwe,
Bubur ayam merupakan salah satu menu favorit untuk sarapan dimana bubur
ayam banyak dikonsumsi oleh masyarakat mulai dari kalangan anak-anak hingga
dewasa karena rasanya yang enak, mengenyangkan, murah, dan bergizi. Namun, bubur
ayam yang kita konsumsi sehari-hari mempunyai resiko menjadi tidak aman untuk
atau bahan lainnya yang dapat meracuni atau berbahaya bagi kesehatan manusia. Oleh
karena itu, tindakan-tindakan untuk mencegah timbulnya bahaya dalam makanan baik
fisik, kimia, dan biologi harus diperhatikan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan
adalah bahan-bahan yang ditambahkan dalam bubur ayam seperti bahan pengental dan
2011).
15750C dan titik lebur sekitar 7430C, berbentuk serbuk kristal berwarna putih, tidak
larut dalam eter, jika larut dalam air berubah menjadi natrium hidroksida dan asam
borat, mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada
suhu 1000C yang secara perlahan berubah menjadi asam metaborat serta menguap pada
suhu 1400C dan berubah menjadi asam piroborat sehingga boraks bersifat permanen
(Andiarti, 2003).
pembuatan kerupuk beras, mie, lontong (sebagai pengeras), ketupat (sebagai pengeras),
bakso (sebagai pengenyal dan pengawet), kecap (sebagai pengawet), bahkan pembuatan
bubur ayam (sebagai pengental dan pengawet). Produsen tersebut membeli bleng dalam
bentuk cair di pasar dengan harga yang murah dimana bleng adalah bentuk tidak murni
dari boraks yang terbuat dari campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang
dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur. Padahal fungsi boraks yang
sebenarnya adalah digunakan dalam dunia industri non pangan sebagai bahan solder,
bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik, dan pengontrol kecoa (Budiawan, 2004).
pedagang bubur ayam keliling yang sempat diliput oleh stasiun TV tersebut
menggunakan boraks. Penjual bubur ayam juga mengakui bahwa ia memang sengaja
bubur ayam menjadi kental lebih dari 6 jam, berwarna putih cerah, tidak mudah
berubah, dan tidak mudah basi. Untuk ukuran beras 2 kg, maka boraks yang
ditambahkan garam dan vetsin. Biasanya proses pembuatan bubur 2 hingga 4 jam, tetapi
karena bantuan boraks maka lamanya proses pematangan bubur paling lama cukup
hanya 3 jam saja agar matang sempurna. Penjual bubur ayam tersebut mengakui tidak
mengetahui adanya bahaya yang mengancam tubuh manusia bila terus menerus
mengonsumsi bubur yang dicampur dengan boraks. Penjual bubur tersebut juga
mengatakan bahwa hampir setiap pedagang bubur ayam selalu mencampurkan boraks
tersebut. Dari tujuh sampel bubur ayam yang diambil dan dibawa ke BPOM, ternyata
enam sampel bubur ayam tersebut positif mengandung boraks (Pariadi, 2011).
Dari tampilan fisik, bubur ayam yang mengandung boraks akan terasa lengket
seperti lem dan teksturnya terlihat padat, tampilan bubur akan tetap sama seperti baru
bahkan terlihat masih basah (masih mengandung air) jika didiamkan hingga keesokan
harinya, dan jika dibiarkan sampai esok hari, bubur ayam tidak berbau basi dan rasanya
Boraks yang dicampurkan pada makanan dapat menjadi racun bagi tubuh kita
boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya
terakumulasi (tertimbun) sedikit demi sedikit dalam organ hati, otak, ginjal, dan testis.
Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit.
Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikeluarkan melalui air
enzim-enzim metabolisme tetapi juga mengganggu alat reproduksi pria. Boraks yang
dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin),
koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan
Sunggal terlihat kental, berwarna putih cerah, bubur ayam yang tidak berkuah tahan
sampai 12 jam, sedangkan bubur ayam yang berkuah hanya tahan sampai 9 jam serta
hampir semua penjual bubur di Kecamatan Medan Sunggal berjualan dari pagi sampai
sore hari. Selain itu, bubur ayam yang dijual terkadang habis dalam 1 hari dan terkadang
tidak habis dijual dalam 1 hari. Dilihat dari bentuk bubur ayam yang kental dan awet
pengawet. Selain itu waktu menyajikan bubur ayam, penjual bubur tidak memakai
sarung tangan, celemek, penjepit makanan, serta tidak mencuci tangan ketika mau
penyimpanan bubur tidak ditutup rapat, penyimpanan ayam diletakkan di piring dan
dibiarkan terbuka. Hal ini tentu saja tidak memenuhi syarat higiene dan sanitasi
makanan. Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang
penerapan higiene sanitasi pengolahan dan analisa boraks pada bubur ayam yang dijual
pengolahan dan analisa boraks pada bubur ayam di Kota Medan, khususnya di
umur, pendidikan, lama berjualan, jumlah produksi bubur ayam per hari.
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi penjual
BPOM tentang pemakaian zat pengawet dan zat pengental berbahaya pada
pasaran.
dengan higiene sanitasi dan penggunaan zat pengawet berbahaya pada bubur
ayam.
Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan, istilah higiene dan sanitasi mempunyai
tujuan yang sama dan erat kaitannya antara satu dengan lainnya yaitu melindungi,
rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Misalnya, minum air yang direbus,
mencuci tangan sebelum memegang makanan, dan pengawasan kesegaran ataupun mutu
kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
serta membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan
kebersihan pada peralatan makan, serta pengawasan terhadap makanan (Azwar, 1990).
kebersihan lingkungan dari subyeknya, misalnya menyediakan air yang bersih untuk
keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar
keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada
jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan yang dapat merusak makanan dan
Menurut Chandra (2006) dan Oginawati (2008), tujuan dari sanitasi makanan
antara lain:
perantara-perantara makanan
Menurut WHO, makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh tubuh
tidak termasuk air, obat-obatan, dan substansi-substansi lain yang digunakan untuk
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pembuat
makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual
bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel (Depkes
RI, 2003).
a. Makanan sebagai sumber energi, yaitu makanan memberikan panas dan tenaga
pada tubuh
b. Makanan sebagai zat pembangun, yaitu membangun jaringan tubuh yang baru,
orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
ditetapkan terhadap produk rumah makan dan restoran, dan perlengkapannya yang
berperan sebagai:
1. Agent
yang terkenal di Jawa Timur (Lumajang) dan Jawa Tengah (Banyumas) yaitu
tempe bongkrek. Tempe bongkrek terbuat dari kacang kedelai ditambah dengan
ampas kelapa yang dijamurkan. Van veen dan Murtens menemukan 2 racun di
dalam tempe bongkrek yaitu racun berwarna kuning dan racun tidak berwarna.
Contoh lain yaitu jamur seperti Aspergillus yaitu spesies dari genus Aspergillus
yang diketahui terdapat pada semua substrat, yang akan tumbuh pada buah
2. Vehicle
Makanan juga dapat sebagai pembawa bibit penyakit yang bisa berasal dari luar
atau dari dalam makanan, seperti bahan kimia atau parasit yang ikut termakan
3. Media
waktu yang lama dan suhu yang cukup di dalam makanan, maka bisa
yaitu tempat atau bangunan, peralatan, orang dan bahan makanan. Keempat faktor
tersebut dikendalikan melalui 6 (enam) prinsip higiene sanitasi makanan yaitu (Depkes
RI, 2003) :
Bahan makanan mentah atau bahan baku merupakan dasar untuk menghasilkan
makanan yang baik. Bahan baku yang baik akan menghasilkan makanan yang baik,
sedangkan bahan baku yang tidak baik akan menghasilkan makanan yang kurang baik.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan bahan baku yang baik, bahan baku makanan harus
diamankan dari kerusakan seperti pecah dan busuk serta pencemaran, baik dari asal
bahan baku atau maupun dari lingkungan. Kualitas bahan baku makanan yang baik
dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan mutunya dalam hal bentuk, warna, kesegaran,
bau, dan lainnya. Bahan makanan dikatakan baik jika cukup tua atau matang sesuai
kebutuhan, bebas dari pencemaran, tidak rusak secara fisik atau bahan kimia, dan bebas
sebagai berikut:
1. Daging Ayam
− Tidak ada bercak darah atau bagian yang memar pada daging ayam
2. Beras
− Dicium beraroma segar, beras yang baik akan beraroma segar dan tidak apek
− Dilihat, tidak ada benda asing seperti batu, potongan kaca, plastik yang dapat
− Diperiksa tak banyak patahannya. Beras yang baik tidak rapuh sehingga
− Harus bebas dari zat pemutih (klorin). Bila beras terasa pahit, maka beras
− Jika dicuci dengan air, akan tetap harum atau beraroma segar
− Dikemas dengan kemasan 100% food grade agar tak terkontaminasi bahan
beracun
3. Kerupuk
pewarna
− Jika kerupuk rasa ikan dicium, ada aroma ikannya dan tidak amis, sedangkan
jika kerupuk rasa udang, tercium aroma udangnya dan tidak amis.
4. Telur
− Kulit bersih, kuat, tidak retak, tidak pecah, tidak bernoda kotoran, kering,
5. Sayur-sayuran
− bersih
bahan makanan yang baik pula. Sumber bahan makanan yang baik seringkali tidak
mudah kita temukan karena jaringan perjalanan makanan yang begitu panjang dan
dengan baik
Bahan makanan yang digunakan dalam proses produksi baik bahan baku, bahan
tambahan maupun bahan penolong, harus disimpan dengan cara penyimpanan yang baik
karena kesalahan dalam penyimpanan dapat berakibat penurunan mutu dan keamanan
Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak mudah
rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan terlebih dahulu
sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci. Setelah dikeringkan
kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan disimpan dalam ruangan
Tempat penyimpanan bahan baku makanan harus dalam keadaan bersih, kedap
air dan tertutup, serta penyimpanan bahan baku makanan terpisah dari makanan jadi.
Salah satu contoh tempat penyimpanan yang baik adalah lemari es atau freezer. Freezer
penyimpanan yang lain seperti lemari makan atau laci-laci penyimpanan makanan.
Freezer tidak mengubah penampilan, cita rasa dan tidak pula merusak nutrisi bahan
1. Tempat penyimpanan bahan baku makanan selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih
5. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak sedemikian
rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan. Bahan makanan yang
masuk lebih dahulu merupakan yang pertama keluar, sedangkan bahan makanan
yang masuknya belakangan terakhir dikeluarkan atau disebut dengan sistem FIFO
Daging, ikan, udang, dan -5ᵒC s.d 0ᵒC -10ᵒC s.d -5ᵒC <-10ᵒC
olahannya
Telur, susu dan olahannya 5ᵒC s.d 7ᵒC -5ᵒC s.d 0ᵒC <-5ᵒC
Ada 4 cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya yaitu (Depkes
RI, 2004) :
bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam
4. Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan < 0 ºC untuk bahan makanan
menjadi makanan siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti
kaidah dari prinsip-prinsip higiene dan sanitasi. Semua kegiatan pengolahan makanan
harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh.
syarat kesehatan, mempunyai cita rasa yang sesuai, serta mempunyai bentuk yang
mengundang selera (Azwar, 1990). Dalam pengolahan makanan, ada empat aspek yang
pengangkutan, sampai dengan tahap penyajian. Agar bahan makanan tidak sampai
tercemar, maka penjamah makanan harus terpelihara higiene dan sanitasinya. Syarat
yang ditetapkan pada penjamah makanan menurut Depkes RI (2003) antara lain:
kebersihan tangan (potong kuku dan mencuci tangan), kebersihan rambut (pakai
harus selalu berperilaku sehat ketika bekerja. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam
khusus. Penjamah harus selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan keluar dari
kamar mandi. Selain itu, kuku juga harus dirawat dan dibersihkan serta
ukuran pas dan bersih, umumnya pakaian berwarna terang (putih) dan
3. Topi / penutup kepala, semua penjamah makanan hendaknya memakai topi atau
tangan dan celemek (apron) selama mengolah makanan dan sarung tangan ini
5. Tidak merokok, penjamah makanan sama sekali tidak diizinkan merokok selama
mengolah makanan.
Cara pengolahan makanan harus baik seperti menggunakan air yang bersih
dalam setiap pengolahan, penjamah makanan mencuci tangan setiap kali hendak
menjamah makanan, serta penjamah tidak bersentuhan langsung dengan makanan tetapi
makanan yang terolah ataupun makanan jadi, biasanya disebut dapur. Dapur merupakan
1. Lantai
Lantai harus dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin, rata, dan
kedap air. Selain itu sudut lantai dengan dinding melengkung 7,62 cm dari lantai.
2. Dinding
Permukaan dinding sebelah dalam harus rata, halus, dan mudah dibersihkan. Jika
permukaan dinding terkena percikan air, maka harus dilapisi dengan bahan kedap
air dan mudah dibersihkan seperti porselen setinggi 2 meter dari lantai. Bagian
dinding yang kedap air tersebut dibuat halus, rata dan bewarna terang.
3. Atap
Atap harus rapat air, tidak bocor, cukup landai, dan tidak menjadi sarang tikus
4. Langit-langit
Selain itu langit-langit tidak boleh berlubang dan tinggi langit-langit sekurang-
5. Pintu
Pintu harus dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan, dapat menutup
sendiri dengan baik dan membuka ke arah luar, setiap bagian bawah pintu
cm.
6. Pencahayaan
(100 lux). Pencahayaan tidak boleh menyilaukan dan harus tersebar merata
7. Ventilasi / penghawaan
asap, dan debu dalam ruangan. Secara garis besar, ventilasi terbagi atas dua
macam yaitu ventilasi alam dan buatan. Ventilasi alam harus cukup (10% dari
luas lantai) dan mampu menjamin peredaran udara dengan baik dan harus dapat
menghilangkan uap, gas, asap, bau, dan debu dalam ruangan. Ventilasi buatan
8. Pembuangan asap
Dapur harus mempunyai cerobong asap yang dilengkapi dengan penyedot asap
Air bersih harus tersedia cukup dan memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan
bersih minimal harus memenuhi syarat fisik yaitu tidak bewarna, tidak berasa,
mencuci peralatan, dan tempat pencucian bahan makanan yang terbuat dari
makanan dari tempat sampah sehingga tempat sampah harus dipisahkan antara
serangga ke tempat sampah. Tempat sampah yang baik adalah sebagai berikut:
− terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah berkarat, mempunyai tutup dan
memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan
− mudah dibersihkan dan bagian dalam dibuat licin, serta bentuknya dibuat halus
Di samping itu sampah dibuang dalam waktu 24 jam dimana untuk sementara
dan tikus atau hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh
Sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air,
Tempat pengolahan makanan harus terhindar dari serangga dan tikus karena
malaria, disentri, dan pest sehingga harus dibuat anti serangga dan tikus. Setiap
lubang pada bangunan harus dipasang dipasang kawat kassa berukuran 32 mata
per inchi pada ventilasi untuk mencegah masuknya serangga dan dibuat teralis
− Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat
timah (Pb), arsen (As), tembaga (Cu), seng (Zn), cadmium (Cd), dan antimon
(Sb)
− Peralatan pengolahan makanan tidak boleh rusak, gompel, retak, dan tidak
− Permukaan peralatan yang kontak langsung dengan makanan harus conus atau
mengandung E.coli
− Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai
kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau mesin pengering dan tidak
pembusukan makanan, dan mencegah timbulnya sarang hama dalam makanan. Hal-hal
− Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus, dan hewan
lainnya
− Makanan yang cepat busuk disimpan dalam suhu panas (65,5 ºC atau lebih) atau
− Makanan cepat busuk untuk digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam)
suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu dibawah 100C atau diatas 600C.
aman bagi kesehatan atau tutup makanan dan minuman harus dalam keadaan
oleh alat pengangkut, teknik pengangkutan maupun tenaga pengangkut makanan. Perlu
diketahui bahwa makanan yang sudah dimasak sangatlah sensitif sifatnya, terutama
sensitif untuk tumbuhnya kuman maupun proses pembusukan. Hal-hal yang penting
sebagai berikut:
bercampur dengan makanan mentah) dan wadah yang digunakan harus baik,
utuh, kuat, dan ukurannya memadai dengan makanan yang akan diisi. Isi
makanan dalam wadah tidak boleh penuh (harus ada udara di bagian atas) untuk
− Setiap wadah makanan harus ditutup secara baik dan tidak banyak dibuka
− Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya pada suhu panas
− Pengangkutan makanan yang melewati daerah kotor harus dihindari dan cari
jalan terpendek
Proses terakhir dari prinsip higiene sanitasi makanan adalah penyajian makanan
penyajian, alat penyajian, dan tenaga penyaji. Makanan disajikan pada tempat yang
bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, peralatan yang digunakan bersih, dan orang
yang menyajikan makanan harus berpakaian bersih, menggunakan tutup kepala, dan
tangan penyaji tidak boleh kontak langsung dengan makanan yang disajikan (Slamet,
2004).
Adapun syarat penyajian makanan yang baik adalah sebagai berikut (Depkes RI,
2011):
kebersihannya
3) Makanan jadi yang disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan yang
bersih
4) Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas
− Meja dimana makanan disajikan harus tertutup kain putih atau tutup plastik
bewarna menarik kecuali bila meja dibuat dari formica, taplak tidak mutlak
ada
− Asbak tempat abu rokok yang tersedia di atas meja makan setiap saat
dibersihkan
− Peralatan makan dan minum yang telah dipakai, paling lambat 5 menit sudah
dicuci bersih
kesehatan
dijual oleh pedagang kaki lima didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang
keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau
persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat menjawab tantangan masyarakat
terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi. Karena pengolahannya
yang praktis dan hemat waktu, maka makanan jajanan sangat digemari (Februhartanty
Salah satu makanan jajanan adalah bubur ayam. Bubur ayam adalah makanan
yang terbuat dari beras yang direbus dengan air kaldu dalam waktu yang cukup lama
sehingga menjadi lembek dan berair lalu diberi kuah, suwiran daging ayam, kerupuk,
cakwe, dan irisan daun bawang. Bubur ayam merupakan salah satu menu favorit untuk
sarapan yang digemari oleh hampir semua kalangan dan semua usia, mulai dari anak-
anak hingga orang dewasa karena selain rasanya yang enak dan mengenyangkan,
Yaitu makanan yang terbuat dari campuran beras, air, serai, dan jahe yang
kering sampai menjadi abon. Dalam satu porsi bubur ayam abon terkandung nilai
gizi seperti karbohidrat (28,7 gr), energi (249 kal), protein (22,1 gr), dan lemak
Salah satu yang khas dari bubur ayam oriental adalah telur ayam kampung dan
kecap asin sebagai pelengkapnya dimana bumbu yang digunakan adalah jahe,
bawang putih, merica bubuk, dan garam. Satu porsi bubur ayam oriental
terkandung nilai gizi karbohidrat sebesar 39,7 gr, energi sebesar 331 kal, protein
Yaitu bubur ayam yang terbuat dari campuran beras, garam, daun salam, dan
kaldu bubuk dengan memakai kuah kuning, irisan daun seledri, suwiran ayam,
Yaitu bubur yang terbuat dari campuran sayur-sayuran seperti ubi, jagung, labu
kuning, daun melinjo, kacang panjang, bayam, dan kangkung yang dimasak
menjadi satu sampai kental dengan bumbu kemangi dan garam. Selain untuk
Adapun proses pembuatan bubur ayam adalah sebagai berikut (Utami, 2010):
Bahan utama :
a. 120 gr beras
b. 3500 cc air
c. Garam secukupnya
d. 1 ekor ayam
f. 2 batang serai
h. Merica
i. Ketumbar
j. 1 butir kemiri
m. kunyit
Bahan pelengkap:
a. Kecap manis
b. Cakwe
c. Kerupuk
d. Daun bawang
e. Sambal
1. Rebus ayam dengan 3500 cc air hingga mendidih, angkat dan saring air
kaldunya
1. Haluskan bumbu (bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, kunyit dan
merica)
Bubur Ayam
Bubur ayam
Kuah Kuning
Direbus
dengan
air kaldu Angkat ayam dan saring air Bumbu yang sudah
kaldunya dan ayam yang dihaluskan ditumis
sudah direbus kemudian
digoreng sampai matang
dan disuwir-suwir
Tambahkan air jeruk nipis,
Tambahkan garam dan serai, dan air kaldu
daun salam
Penyajian
(food additive) adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu
Menurut POM (2004), bahan tambahan makanan adalah bahan atau campuran
bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi di
tambahkan dalam makanan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk makanan, antara lain
bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat, dan pengental.
Defenisi lain mengatakan bahwa bahan tambahan makanan adalah bahan yang
ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil dengan tujuan
untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur dan memperpanjang daya simpan.
Selain itu, juga dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin
(Cahyadi, 2009).
− Menghemat biaya
gizi makanan, tidak mengurangi zat essensial, dapat meningkatkan mutu makanan,
kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk makanan, tidak
digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak
(Cahyadi, 2009).
menyembunyikan cara pembuatan atau pengolahan yang tidak baik, untuk mengelabui
konsumen seperti memberi kesan baik pada suatu makanan yang dibuat dari bahan yang
Pada umumnya bahan tambahan makanan dapat dibagi menjadi dua golongan
dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat
2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak
mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik
dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi,
pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau
kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan
mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa ke dalam makanan yang akan
dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini adalah residu
Apabila dilihat dari asalnya, bahan tambahan makanan terbagi menjadi dua yaitu
(Cahyadi, 2009):
1. Bahan tambahan makanan yang berasal dari sumber alamiah seperti lesitin dan
asam sitrat.
sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia maupun
sifat/fungsinya seperti amil asetat, ß-karoten dan asam askorbat. Pada umumnya
bahan sintetis mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih
mengandung lemak hewani, lemak nabati, produk pangan dengan kadar lemak
tinggi, produk daging, produk ikan, dan produk lainnya. Contoh antioksidan
palmitat, askorbil stearat, butil hidroksi anisol (BHA), butil hidrokinon tersier,
butil hidroksi toluen (BHT), dilauril tiodipropionat, propil galat, timah (II)
alumino silikat, kalium ferosianida, dan silikon dioksida yang digunakan untuk
garam meja.
Contohnya asam asetat glasial, asam laktat, dan asam nitrat yang digunakan
dapat memberikan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan pada umumnya
ditambahkan pada makanan khusus bagi penderita diabetes atau yang dimaksud
e. Pemutih dan pematang tepung (flour treatment agent), yaitu bahan makanan
yang seringkali digunakan pada bahan tepung dan produk olahannya dengan
maksud agar karakteristik warna putih dari tepung yang bermutu baik tetap
khamir sehingga produk makanan dapat disimpan lebih lama. Contoh natrium
benzoat yang digunakan untuk pengawet kecap, saus tomat, jeli, dan minuman
ini biasanya ditambahkan pada makanan yang berasal dari buah atau sayuran
yang diawetkan. Contoh aluminium sulfat untuk acar ketimun dalam botol dan
monokalsium fosfat yang digunakan dalam apel kaleng dan sayur kalengan.
i. Pewarna (colour), yaitu bahan tambahan makanan yang dapat memberi atau
pucat karena proses pengolahan. Contoh karamel untuk warna coklat yang
bersumber dari gula yang dipanaskan, klorofil untuk warna hijau, dan xanthon
j. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (flavour, flavour enhancer), yaitu bahan
daging.
pada makanan padat akan mengikat ion logam dalam makanan sehingga
aroma). Bahan tambahan makanan ini bisanya ditambahkan pada makanan yang
dikemas dalam kaleng atau yang cepat menjadi rusak oleh adanya sedikit logam.
Selain BTM yang tercantum dalam peraturan menteri tersebut, ada beberapa
BTM lainnya yang biasa digunakan dalam makanan, misalnya (Cahyadi, 2009) :
1. Enzim, yaitu BTM yang berasal dari hewan, tanaman, atau mikroba yang dapat
2. Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral, atau vitamin,
baik tunggal, maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi makanan.
ditambahkan pada kembang gula terutama kembang gula yang tidak dibungkus atu
dikemas secara baik agar kembang gula tersebut tidak menjadi keras. Contoh
BTP yang tidak diizinkan atau dilarang menurut Peraturan Menteri Kesehatan
3. Dietilpirokarbonat (diethylpirocarbonate)
6. Kloramfenikol (chloramphenicol)
8. Nitrofurazon (nitrofurazone)
9. Formalin (formaldehyde)
11. Rhodamin B
Pengental makanan disebut juga hidrokoloid, gum, maupun polimer larut air.
Prinsip kerja pengental adalah memodifikasi sifat air. Zat pengental adalah zat yang
(Cahyadi, 2009).
Secara umum, kegunaan pengental pada produk makanan adalah sebagai berikut
(Lisan, 2011):
kecil, dengan konsentrasi 0,15% pada produk selai, 0,35% pada produk krim, dan 1-2%
Dua jenis pengental yang digunakan pada makanan adalah sebagai berikut
(Lisan, 2011):
1. Pengental Alami
Adalah pengental yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan. Contohnya adalah
Adalah pengental yang diperoleh campuran bahan kimia dan bahan alami
bahan pengawet adalah bahan tambahan makanan yang berfungsi mencegah atau
Menurut Cahyadi (2009), bahan pengawet adalah zat yang mampu menghambat,
perlakuan terhadap bahan makanan untuk mencapai salah satu dari tujuan pengawetan
tetapi tidak efektif untuk mengawetkan makanan lainnya karena makanan mempunyai
pertumbuhannya juga berbeda. Pada saat ini, masih banyak ditemukan penggunaan
bahan-bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan seperti boraks dan formalin.
Menurut Yuliarti (2007), zat pengawet terbagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Pengawet alami
a. Chitosan
dilarutkan dalam asam asetat kemudian ikan asin yang akan diawetkan
Merupakan bahan pengenyal yang terbuat dari rumput laut yang dapat
Kapur sirih aman digunakan untuk bahan pengawet bakso dan lontong
Pengawetan mie basah dapat dilakukan dengan air ki. Air ki dapat
air dan abu merang padi. Air ki juga cukup mudah dibuat sendiri yaitu
Buah ini dapat mengawetkan ikan segar selama 6 hari tanpa mengurangi
mutunya. Tanaman ini mempunyai nama sesuai tempat tanaman ini berada.
dan dijemur selama 2-3 hari. Hasil cincangan tanaman ini kemudian
dimasukkan ke dalam perut ikan laut yang telah dibersihkan isi perutnya.
antibiotik, dan mampu mengawetkan tahu agar tidak cepat masam. Namun
g. Jeruk nipis
Asam sitrat yang diperoleh dari jeruk nipis berfungsi sebagai pengawet dan
h. Garam Dapur
Sejak lama hingga saat ini garam digunakan sebagai bahan pengawet
terutama untuk daging dan ikan. Larutan garam yang masuk ke dalam
disimpan selama beberapa jam atau hari pada kondisi lingkungan luar. Ikan
pindang, ikan asin, telur asin dan sebagainya merupakan contoh produk
2. Pengawet Sintetis
Zat pengawet organik lebih banyak dipakai dari pada zat pengawet
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hidrogen
peroksida, nitrat dan nitrit. Garam nitrat dan nitrit umumnya digunakan pada
proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah
Banyak cara yang telah dilakukan untuk mengawetkan bahan pangan, misalnya
digunakan bahan kimia dan dewasa ini penggunaannya semakin bertambah karena
merupakan salah satu pilihan yang menguntungkan bagi produsen makanan olahan.
makanan dapat disimpan lebih lama. Hal ini berhubungan dengan kepentingan
awet supaya tidak belanja setiap hari dan produsen ingin makanan cukup waktu
Bahan pengawet berfungsi untuk menambah antioksidan yang ada pada bahan
Higiene dan sanitasi pengolahan makanan dalam pabrik masih jauh dari
memadai, bahan pengawet dapat membantu membuat makanan tidak cepat rusak
4. Kebutuhan ekonomi
menambah biaya produksi dan tidak akan mempengaruhi harga bahan makanan
yang diawetkan. Dengan demikian bahan makanan dapat disimpan lebih lama
tidak tersedia
Safe) dalam artian zat pengawet harus aman dan tidak berefek toksik dalam
tubuh manusia
e. Tidak menurunkan kualitas (warna, cita rasa, dan bau) bahan makanan yang
diawetkan
f. Mudah dilarutkan
diawetkan
Pengawet yang diizinkan digunakan untuk makanan ada 26 jenis pengawet yang
Tentang Bahan Tambahan Makanan yang meliputi asam benzoat, asam propionat, asam
kalium meta bisulfit, kalium nitrat, kalium nitrit, kalium propionat, kalium sorbat,
kalium sulfit, kalsium benzoat, kalsium propionat, kalsium sorbat, natrium benzoat,
metal p-hidroksi benzoat, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, natrium nitrat, natrium
sebagai BTM untuk makanan yaitu formalin dan boraks karena kedua jenis pengawet ini
Pemakaian zat pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan
pengawet, bahan makanan dapat terbebas dari kehidupan mikroba baik yang bersifat
patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun
mikroba yang non patogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan. Namun
dari sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan
bahan asing yang masuk bersama bahan makanan yang dikonsumsi. Apabila pemakaian
jenis pengawet dan dosisnya tidak diatur maka akan menimbulkan kerugian bagi
konsumen, misalnya keracunan atau terakumulasinya pengawet dalam organ tubuh dan
bersifat karsinogenik.
Sebagai contoh asam benzoat. Jika asam benzoat dikonsumsi dalam jumlah
besar, maka akan mengiritasi lambung terutama pada penderita asma dan urticaria
dimana penderita ini sangat sensitif terhadap asam benzoat. Hasil penelitian pada tahun
1978 menunjukkan bahwa pemakaian nitrit dengan dosis tinggi pada daging curing dan
ini dikarenakan nitrit dapat berikatan dengan amino atau amida yang terdapat dalam
bahan makanan dan membentuk nitrosamin yang dikenal sebagai senyawa karsinogenik
(Cahyadi, 2009).
(NaB4O710H2O). Boraks juga memiliki nama lain seperti sodium borat, borax
fused borax.
domestik, boraks memiliki nama berbeda-beda. Di Jawa Tengah boraks disebut dengan
nama air bleng atau garam bleng, di daerah Sunda disebut bubuk gendar dan di Jakarta
disebut pijer. Di pasar, boraks diperdagangkan dalam bentuk air bleng dimana air bleng
merupakan bentuk tidak murni dari boraks yang terbuat dari campuran garam mineral
konsentrasi tinggi yang dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur, sedangkan
boraks murni diproduksi oleh industri farmasi dan diperdagangkan dalam bentuk balok
padat, kristal, tepung berwarna putih kekuningan, atau dalam bentuk cairan tidak
berwarna. Boraks berasal dari tambang alam dari daerah batuan mineral yang
mengandung boraks, misalnya batuan kernite, batuan colemanite, atau batuan ulexit
(Yuliarti, 2007).
Boraks atau yang lazim disebut asam borat (boric acid) adalah senyawa kimia
turunan dari logam berat boron (B). Asam borat terdiri atas tiga macam senyawa yaitu
asam ortoborat (H3BO 3), asam metaborat (HBO2), dan asam piroborat (H2B4 O7). Rumus
struktur ketiga asam borat tersebut adalah sebagai berikut (Khamid, 2006):
OH
O— B—O
/ │ \
\ │ /
O— B—O
(Asam piroborat)
Boraks merupakan senyawa hidrat dari garam natrium tetraborat dengan rumus
tetraborat (Na2B4O7 ) adalah garam natrium dari asam piroborat. Boraks adalah senyawa
bor berbentuk granular, tidak berbau, tidak larut dalam alkohol, dan stabil pada suhu
dan tekanan normal. Jika larut dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida
dan asam borat (H3 BO3). Dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam
15750C (Khamid, 2006). Asam borat larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air
mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter, kelarutan dalam air
bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat serta asam
borat mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada
suhu 1000C yang secara perlahan berubah menjadi asam metaborat (HBO2). Asam borat
merupakan asam lemah karena memiliki pH 9,5 dengan garam alkalinya bersifat basa,
menghasilkan larutan yang jernih, tidak berwarna dan tidak berbau serta agak manis
(Cahyadi,2009).
Boraks atau asam borat banyak digunakan dalam industri kimia, antara lain
(Budiawan, 2004):
1. Industri Gelas
Penggunaan yang paling banyak adalah pada industri serat gelas. Boraks (asam
borat) akan mempercepat peleburan dan dapat mengikat bahan yang lain. Asam
ini juga dapat memperbaiki warna dan meningkatkan ketahanan terhadap shock
2. Industri Elektronik
4. Industri Kimia
Dalam industri kimia, boraks berfungsi sebagai condensing agent, dan juga
berguna dalam berbagai analisa kimia. Boraks sangat penting dalam industri pulp
dan kertas dimana sodium perborat digunakan sebagai bahan pemutih dalam
industri tersebut.
5. Fotografi
pencetakan film.
7. Reaktor Nuklir
Boraks ditambahkan dalam air pendingin dalam suatu sistem tertutup yang
8. Bahan Pengawet
diantaranya adalah industri kulit, kayu dan tali. Dalam industri kulit,
penggunaan boraks berfungsi untuk meningkatkan kekuatan serat kulit dan daya
(wax), dan untuk campuran pada tinta cetak, obat untuk kulit dalam bentuk salep,
pembasmi semut dan kecoa, dalam bentuk larutan boorwater untuk pencuci mata, serta
boraxglycerin untuk pengobatan bibir. Boraks digunakan juga dalam pembuatan barang-
barang tahan api misalnya kertas tahan api, ubin tahan api, tekstil dan kayu tahan api
(Adiwisastra, 1992).
makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit
Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan
menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan (Adelaide, 2011). Ciri-ciri
pembuatan bubur ayam. Fungsinya adalah agar bubur jadi kental lebih dari 6 jam,
berwarna putih cerah, tidak mudah berubah, dan tidak mudah basi. Biasanya proses
pembuatan bubur 2 hingga 4 jam, tapi karena bantuan boraks maka lamanya proses
pematangan bubur paling lama cukup hanya 3 jam saja agar matang sempurna.
Penggunaan Pijer atau boraks di industri makanan seperti bubur sudah lama
Adapun cara membedakan bubur ayam yang menggunakan boraks dengan bubur
ayam yang tidak memakai boraks adalah sebagai berikut (Kompasiana, 2011):
− Jika disentuh dengan tangan, maka akan terasa lengket seperti lem dan
− Jika didiamkan dalam jangka waktu lama, maka tampilan bubur akan tetap
sama seperti baru bahkan tetap terkesan basah (masih mengandung air)
− Jika dibiarkan sampai esok hari, tidak berbau basi dan rasanya tidak berubah
− Teksturnya terlihat encer dan tidak lengket jika disentuh dengan tangan
− jika didiamkan dalam jangka waktu lama bubur akan mengental dan lama-
kelamaan airnya akan hilang, ini dikarenakan air memiliki sifat pengikat
− bubur akan berubah aroma dan rasanya jika dibearkan sampai esok hari
Mekanisme toksisitas terdiri dari dua fase. Fase pertama yaitu fase kinetik yang
Pada fase pertama ini bahan toksik akan mengalami proses sinergestis atau antagonis.
Fase kedua yaitu fase dinamik yang merupakan proses lanjut dari fase kinetik. Pada fase
dinamik, bahan toksik yang tidak bisa dinetralisir oleh tubuh akan bereaksi dengan
senyawa hasil proses biosintesa seperti protein, enzim dan lemak dan hasilnya bersifat
Proses masuknya boraks ke dalam tubuh yaitu melalui oral dimana manusia
memakan makanan yang mengandung boraks. Kemudian boraks yang masuk ke dalam
tubuh diabsorbsi secara kumulatif oleh saluran pencernaan (usus/lambung) dan selaput
lendir (membran mukosa) dan sedikit demi sedikit boraks terakumulasi. Konsumsi
boraks secara terus menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus dan dapat
mengakibatkan usus tidak mampu mengubah zat makanan sehingga tidak dapat diserap
dan diedarkan ke seluruh tubuh. Kemudian boraks didistribusikan lewat peredaran darah
oleh vena porta ke hati. Hati mempunyai banyak tempat pengikatan. Kadar enzim yang
memetabolisme xenobiotik di dalam hati juga tinggi terutama enzim sitokrom P-450.
Enzim ini membuat sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah
larut dalam air sehingga lebih mudah diekskresikan oleh hati. (Lu, 1995).
Masuknya boraks yang terus menerus akan menyebabkan rusaknya membran sel
hati, kemudian diikuti kerusakan pada sel parenkim hati. Hal ini terjadi karena gugus
peroksidasi lemak. Peroksidasi lemak dapat merusak permaebilitas sel karena membran
sel kaya akan lemak. Akibatnya semua zat dapat keluar masuk ke dalam sel yang dapat
Pada waktu sel-sel hati rusak, akan terjadi induksi enzim yang berada di dalam
sel hati (enzim intraseluler) sehingga enzim intraseluler akan dilepaskan ke dalam
darah. Enzim tersebut adalah Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan
Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT). Peningkatan kadar SGPT dan SGOT
dalam darah dapat dijadikan indikator biologis tidak langsung untuk keracunan boraks.
Di dalam darah, boraks mengganggu metabolisme asam folat dimana asam folat
dalam tubuh ion boraks berikatan dengan Riboflavin (Vitamin B2) dan akan
membentuk suatu zat komplek yang larut dalam air dan bersifat tidak aktif. Dengan
adanya ikatan riboflavin-boraks ini, tubuh akan mengalami defisiensi riboflavin yang
dapat menyebabkan gangguan metabolisme asam folat (Rennie dkk, 1990). Dengan
adanya gangguan metabolisme asam folat, maka pembentukan darah akan mengalami
gangguan sehingga darah yang terbentuk jumlahnya tidak normal. Akibatnya eritrosit,
metabolisme sel dapat menyebabkan perubahan struktur sel. Perubahan yang terjadi di
dalam ginjal akibat mengonsumsi makanan yang mengandung boraks yaitu terjadi
Adanya senyawa toksik yang mengganggu enzim-enzim dalam sel dapat menyebabkan
penurunan penggunaan lemak sehingga akan menimbulkan akumulasi lemak dalam sel.
(kemampuan beradaptasi sel telah terlampaui), tetapi hal itu termasuk gangguan yang
Efek toksik boraks akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan
1. Dampak Akut
Bila terpapar boraks dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi
gejala batuk-batuk
− Bila kontak dengan mata, dapat menimbulkan iritasi, mata memerah dan rasa
perih
terasa tidak enak (malaise), mual, nyeri hebat pada perut bagian atas (epigastrik),
dalam waktu lama (kronis) dapat menyebabkan nafsu makan menurun, gangguan
pencernaan, gangguan SSP (bingung dan bodoh), anemia, rambut rontok, kanker,
gangguan hati, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, menimbulkan depresi, apatis,
sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan. Kematian pada orang dewasa
dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada anak- anak dalam dosis 5-6 gram
(Cahyadi, 2009).
Karakteristik
s Pedagang
Bubur Ayam
Mengandung
boraks
Bubur Ayam Permenkes RI No.
1168/Menkes/PER/X/1999
Tidak
Mengandung
boraks
Pemeriksaan
Laboratorium
Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dengan melihat
boraks pada bubur ayam yang dijual di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012.
Medan Sunggal dan pemeriksaan sampel dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi
b. Bubur ayam B yang berlokasi di Jl. Kapten Muslim Kelurahan Sei Kambing
c. Bubur ayam C yang berlokasi di Jl. Kapten Muslim Kelurahan Sei Kambing
e. Bubur ayam E yang berlokasi di Jl. Setia Budi Kelurahan Tanjung Rejo
f. Bubur ayam F yang berlokasi di Jl. Setia Budi Kelurahan Tanjung Rejo
g. Bubur ayam G yang berlokasi di Jl. Dr. Mansyur Kelurahan Tanjung Rejo
1. Jumlah konsumen yang mengonsumsi bubur ayam di daerah ini cukup besar
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah total dari populasi yaitu 7 pedagang bubur ayam yang
Kambing B, dan Kelurahan Tanjung Rejo dari seluruh populasi yang berjumlah 7
Objek pada penelitian ini adalah bubur ayam yang dijual oleh 7 pedagang bubur
ayam di Kecamatan Medan Sunggal dimana bubur ayam yang diteliti adalah bubur ayam
yang berkuah dan bubur ayam yang tidak berkuah. Bubur ayam tersebut akan ditentukan
lokasi penjualan bubur ayam dengan menggunakan lembar observasi dan mengadakan
wawancara langsung kepada pedagang bubur ayam dengan instrumen yang disediakan
serta melalui pemeriksaan sampel bubur ayam di bagian MMHP (Makanan Minuman
2. Pesan bubur ayam yang telah didinginkan dan dihomogenkan lalu masukkan
diperiksa dengan menggunakan uji nyala api dan uji pewarnaan dengan
kurkumin
- H2SO4 (pekat)
- Metanol
Peralatan
- Krus porselen
- Penangas air
- Tanur
- Oven
Prosedur Kerja
- Sebagian abu yang lain ditambah air dan HCl 5 N sampai larutan
- Bila diberi uap ammonia warna merah cemerlang berubah menjadi hijau
1. Bubur ayam merupakan salah satu makanan jajanan yang terbuat dari beras
yang direbus dengan air kaldu dalam waktu yang cukup lama sehingga
menjadi lembek dan berair lalu diberi kuah kuning, suwiran daging ayam,
5. Pemilihan bahan baku bubur ayam adalah pemilihan bahan baku bubur ayam
yang masih segar, tidak berbau, tidak rusak dan diperoleh dari sumber yang
resmi.
pada tempat yang bersih, tertutup, tidak dapat dijangkau oleh tikus, serangga,
yang dilakukan oleh penjamah makanan dari bahan mentah menjadi bubur
8. Penyimpanan bubur ayam jadi adalah penyimpanan bubur ayam yang sudah
siap saji pada tempat yang tidak tercemar debu, tertutup, tidak dapat
10. Penyajian bubur ayam adalah menghidangkan bubur ayam yang sudah jadi
11. Persyaratan higiene sanitasi makanan jajanan adalah syarat-syarat yang harus
12. Memenuhi syarat adalah keadaan dimana hasil observasi sesuai dengan
13. Tidak memenuhi syarat adalah keadaan dimana hasil observasi tidak sesuai
942/Menkes/SK/VII/2003.
16. Mengandung Boraks adalah ditemukannya boraks pada bubur ayam yang
Industri Medan.
17. Tidak mengandung boraks adalah tidak ditemukannya boraks pada bubur
18. Objek penelitian adalah bubur ayam yang dijual di Kecamatan Medan
bubur ayam yang akan diteliti adalah bubur ayam yang berkuah dan bubur
ayam di Kecamatan Medan Sunggal yang meliputi pemilihan bahan baku bubur ayam,
penyimpanan bahan baku bubur ayam, pengolahan bubur ayam, penyimpanan bubur
ayam yang sudah jadi, pengangkutan bubur ayam yang sudah jadi, dan penyajian bubur
ayam. Jika salah satu pertanyaan dari observasi pada enam tahap higiene sanitasi tidak
Sanitasi Makanan Jajanan, maka tidak memenuhi syarat kesehatan. Selain itu, untuk
observasi berupa pertanyaan yang menyajikan 2 jawaban “Ya” dan “Tidak”, yaitu :
942/Menkes/SK/VII/2003.
Merupakan jawaban yang tidak sesuai dengan ketentuan dari Kepmenkes RI No.
942/Menkes/SK/VII/2003.
kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 20, sehingga diperoleh
skor tertinggi 40. Pertanyaan no 1-6, jika jawaban a diberi skor = 0, jika jawaban b
diberi skor = 1, dan jika jawaban c diberi skor = 2. Pertanyaan no. 7-13, jika jawaban a
diberi skor = 1, jika jawaban b diberi skor = 2, jika jawaban c diberi skor = 0.
Sedangkan pertanyaan no. 14-20, jika jawaban a diberi skor = 2, jika jawaban b diberi
Merupakan jawaban yang tidak sesuai dengan ketentuan dari Permenkes RI No.
1168/Menkes/PER/X/1999.
1168/Menkes/PER/X/1999.
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan higiene sanitasi
pengolahan bubur ayam yang telah diolah akan dianalisis secara deskriptif
Data dari hasil pemeriksaan laboratorium diolah secara manual dengan mengacu
Utara dan 98º 17’ - 98º 37’ Bujur Timur. Kecamatan Medan Sunggal memiliki jarak ± 8
km dari pusat kota dengan luas wilayah 14.116 km² dengan batas wilayah sebagai
berikut:
Sunggal berjumlah 109.679 jiwa. Penduduk Kecamatan Medan Sunggal terdiri atas
gambaran higiene sanitasi pada setiap penjual bubur ayam tersebut. Peneliti juga
telah dipersiapkan. Peneliti juga melakukan pemeriksaan kandungan Boraks pada bubur
kelamin, umur, tingkat pendidikan, lama berjualan, dan jumlah produksi bubur ayam
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa jenis kelamin pedagang bubur ayam
sebanyak 14% berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 86% berjenis kelamin
perempuan.
4.2.1.2 Umur
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa umur pedagang bubur ayam yang paling
muda adalah 26 tahun dan umur yang paling tua adalah 68 tahun. Pedagang yang
lama berjualan adalah selama 10 tahun dan yang baru berjualan bubur ayam adalah
selama 2 bulan.
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah produksi bubur ayam terbanyak
adalah 8 kg/hari dan pedagang yang paling sedikit memproduksi bubur ayam adalah 0,5
kg/hari.
prinsip higiene sanitasi pada pedagang bubur ayam yang disajikan dalam bentuk tabel
distribusi.
Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh bahwa sebanyak 43% pedagang bubur ayam
tidak membeli ayam hidup yang langsung dipotong di tempat penjualan dan semua
pedagang bubur ayam (100%) membeli bahan baku dari tempat penjualan yang tidak
diawasi pemerintah dengan baik yaitu pasar tradisional, sedangkan kriteria lainnya
Ya Tidak
No Kriteria Penilaian Jlh % Jlh %
1. Tempat penyimpanan bahan baku bubur 5 71 2 29
ayam dalam keadaan bersih, kedap air, dan
tertutup
2. Jarak beras dengan lantai minimal 15 cm 7 100 0 0
3. Jarak beras dengan dinding minimal 5 cm 5 71 2 29
4. Daging ayam yang sudah direbus, disimpan 7 100 0 0
di lemari pendingin
5. Wadah penyimpanan sesuai dengan jenis 7 100 0 0
bahan makanan
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa hanya 29% pedagang bubur ayam yang
tempat penyimpanan bahan baku bubur ayam dalam keadaan kotor dan terbuka serta
jarak beras dengan dinding melebihi 5 cm, sedangkan kriteria penilaian yang lain
Hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada 7 pedagang bubur ayam di
gambaran ruang dan peralatan pengolahan makanan disajika dalam Tabel 4.7 di bawah
ini.
lebih dari 71% pedagang bubur ayam tidak menggunakan celemek, tutup kepala, sarung
tangan, dan penutup mulut ketika mengolah makanan, semua pedagang (100%) tidak
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir ketika mau mengolah makanan,
sebanyak 71% mencuci beras lebih dari 2 kali, sebanyak 14% memakai cincin waktu
pedagang menderita penyakit mudah menular seperti influenza dan diare. Selain itu
semua pedagang (100%) menggunakan garam dapur sebagai penyedap rasa bubur ayam
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh kriteria penilaian yang tidak memenuhi syarat
kesehatan yaitu sebanyak 100% pedagang memiliki tempat sampah terbuka dan tidak
kedap air. Sebanyak 71% pedagang memiliki lantai, dinding dan ruangan dapur tidak
terpelihara kebersihannya, memiliki SPAL terbuka, dan peralatan masak yang bersih
disimpan di rak piring terbuka yang tidak bebas pencemaran. Sebanyak 57% pedagang
tidak memiliki ventilasi di ruang pengolahan makanan dan sebanyak 43% dapur terlihat
gelap dan pencahayaan dari lampu tidak tersebar merata ke seluruh dapur sedangkan
kriteria penilaian yang lain, lebih dari 50% memenuhi syarat kesehatan.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti telah lakukan pada ketujuh pedagang
makanan masak oleh tujuh pedagang bubur ayam yang memenuhi persyaratan yaitu
semua pedagang bubur ayam (100%) memiliki wadah yang bersih dan tertutup untuk
menyimpan bahan pelengkap bubur ayam seperti kerupuk, cakwe, dan bawang goreng
dan makanan. Selain itu, lebih dari 50% wadah penyimpanan bubur ayam masak dalam
keadaan bersih, tertutup, dan selalu dipanaskan sedangkan wadah penyimpanan ayam
Hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap tujuh pedagang bubur ayam
makanan masak oleh pedagang bubur ayam di Kecamatan Medan Sunggal yaitu hanya 2
pedagang (29%) yang menggunakan alat pengangkut khusus berupa gerobak dan mobil
mereka berjarak 200 meter dari rumah mereka dan pedagang lainnya hanya mengangkat
satu per satu makanan masak dari dapur ke tempat penjualan karena mereka berjualan di
depan rumah mereka. Sedangkan dilihat dari makanan masak yang diangkut, hanya
14% pedagang bubur ayam mengangkut makanan masak tidak dalam keadaan tertutup
dan lebih dari 50% orang yang mengangkut makanan berpakaian bersih.
Hasil observasi yang peneliti lakukan pada tujuh pedagang bubur ayam di
yang memenuhi syarat kesehatan yaitu semua pedagang bubur ayam (100%)
menyajikan makanan masak pada tempat yang bersih dan sirkulasi udara dapat
berlangsung, serta bubur ayam disajikan dengan wadah yang bersih. Dilihat dari segi
pencucian peralatan makan, sebanyak 71% pedagang bubur ayam mencuci peralatan
makan dengan sabun dan air yang mengalir serta sebanyak 57% peralatan makan yang
sudah dicuci, dikeringkan dengan kain lap yang bersih. Hasil penilaian yang tidak
celemek, 71% tidak memakai sarung tangan/plastik, 43% tidak memakai penutup kepala
dan memakai tangan saat menyajikan bubur ayam dan hampir semua pedagang bubur
ayam (86%) tidak meletakkan peralatan makan di tempat yang tertutup dan bebas
pencemaran.
bubur ayam di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012, penerapan prinsip higiene
sanitasi dalam pengolahan bubur ayam dapat diketahui sudah memenuhi syarat
kesehatan atau tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yang dapat dilihat pada
Tabel 4.12 Hasil Rekapitulasi Higiene Sanitasi Pengolahan Bubur Ayam yang
Diproduksi oleh Pedagang Bubur Ayam Di Kecamatan Medan
Sunggal Tahun 2012
N Kode Sampel (Pedagang) % %
O Prinsip Higiene I II III IV V VI VII M TM
Sanitasi S S
1 Pemilihan Bahan TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS 0 100
Baku
2 Penyimpanan Bahan TMS MS MS MS TMS MS MS 71 29
Baku
3 Pengolahan Makanan TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS 0 100
4 Penyimpanan TMS MS MS TMS MS TMS TMS 43 57
Makanan Masak
5 Pengangkutan MS MS TMS TMS TMS TMS TMS 29 71
Makanan Masak
6 Penyajian Makanan TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS 0 100
%MS 17 50 33 17 17 17 17
higiene sanitasi makanan yaitu pemilihan bahan baku bubur ayam, tidak ada yang
memenuhi persyaratan kesehatan (100%) dimana semua pedagang bubur ayam membeli
bahan baku bubur ayam di pasar tradisional dimana pasar tradisional merupakan tempat
penjualan bahan baku makanan dan minuman yang tidak diawasi oleh pemerintah. Pada
prinsip II yaitu penyimpanan bahan baku makanan, sebanyak 71% sudah memenuhi
syarat kesehatan. Pada prinsip III yaitu pengolahan makanan, tidak ada yang memenuhi
persyaratan kesehatan (100%) yang terlihat dari penjamah makanan tidak menggunakan
APD lengkap (celemek, tutup kepala, sarung tangan, dan penutup mulut) saat mengolah
makanan dan tidak mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap mau mengolah
makanan. Pada prinsip IV yaitu penyimpanan makanan masak, lebih dari 50% tidak
memenuhi syarat kesehatan yang terlihat dari wadah penyimpanan ayam yang sudah
pengangkutan makanan masak, hampir semua (86%) memenuhi syarat kesehatan dan
pada prinsip VI yaitu penyajian makanan, semua tidak memenuhi syarat kesehatan
(100%) yang dilihat dari penyaji makanan tidak memakai APD lengkap (celemek, tutup
kepala, sarung tangan, sendok atau penjepit makanan) dan dilihat dari peralatan makan
yang sudah bersih disimpan di tempat terbuka yang tidak bebas pencemaran.
dengan wawancara. Berikut ini adalah hasil pengumpulan data pengetahuan tentang
higiene sanitasi makanan terhadap pedagang bubur ayam dalam tabel distribusi di
bawah ini:
makanan yang terdiri dari 6 prinsip yaitu pemilihan bahan baku makanan, penyimpanan
pengangkutan makanan masak, dan penyajian makanan. Pada prinsip I higiene sanitasi
kategori baik, yang dilihat dari hampir semua pedagang bubur ayam (86%) mengetahui
ciri-ciri beras yang baik, daging ayam yang baik, dan bumbu kemasan yang baik.
responden mengenai penyimpanan bahan baku makanan termasuk kategori baik, yang
dilihat cara pedagang menyimpan beras memenuhi syarat yaitu beras disimpan tidak
pendingin, tetapi hampir semua pedagang bubur ayam (71%) menyimpan bumbu-
bumbu dan bahan pelengkap bubur ayam lainnya di atas meja dalam kondisi terbuka
dan tidak terbebas dari vektor seperti lalat, kecoa, ataupun tikus.
Berdasarkan prinsip III higiene sanitasi makanan, lebih dari 50% pengetahuan
responden mengenai pengolahan makanan termasuk kategori baik, yang dilihat dari
penjamah harus memiliki kuku yang pendek dan bersih, menjauh dari makanan ketika
mau bersin, dan membuang peralatan masak yang sudah retak atau tidak utuh. Tetapi
sebanyak 71% mencuci beras lebih dari 2 kali bahkan ada yang sampai 5 kali dan ketika
pedagang menderita batuk dan pilek, mereka mengatakan boleh berjualan asal ditutup
responden mengenai penyimpanan makanan termasuk kategori baik, yang dilihat dari
pedagang menyimpan bubur ayamnya dalam wadah yang tertutup yaitu rice cooker,
panci, dan tupperware dan pedagang juga mengetahui jika dalam makanan terdapat
responden mengenai pengangkutan makanan termasuk kategori rendah, yang dilihat dari
mengangkut makanan masak melainkan mengangkut satu per satu makanan masak dari
responden mengenai penyajian makanan termasuk kategori sedang, yang dilihat dari
makanan untuk menjamah makanan tetapi terkadang tidak semua bahan makanan cocok
bubur ayam tentang higiene sanitasi makanan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun
4.2.4 Analisis Kandungan Boraks Dalam Bubur Ayam Pada Pedagang Bubur
diperiksa, diperoleh bahwa tidak ada satupun bubur ayam yang mengandung boraks.
Hasil analisa kandungan boraks yang peneliti lakukan terhadap 7 sampel bubur ayam di
Balai Riset Standarisasi Industri Medan, disajikan dalam tabel 4.15 berikut:
metode reaksi nyala api yang dilakukan peneliti terhadap 7 sampel bubur ayam di
Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012, diperoleh bahwa tidak ada satupun sampel yang
Tabel 4.16 Hasil Analisis Kualitatif Boraks Dalam Bubur Ayam Dengan Metode
Pewarnaan Pada Pedagang Bubur Ayam Di Kecamatan Medan
Sunggal Tahun 2012
No Kode Sampel Metode Pewarnaan Keterangan
1. A Berwarna merah cemerlang Boraks (-)
2. B Berwarna merah cemerlang Boraks (-)
3. C Berwarna merah cemerlang Boraks (-)
4. D Berwarna merah cemerlang Boraks (-)
5. E Berwarna merah cemerlang Boraks (-)
6. F Berwarna merah cemerlang Boraks (-)
7. G Berwarna merah cemerlang Boraks (-)
metode pewarnaan yang dilakukan peneliti terhadap 7 sampel bubur ayam di Kecamatan
Medan Sunggal Tahun 2012, diperoleh bahwa tidak ada satupun sampel yang diuji
Berdasarkan Tabel 4.17 diperoleh bahwa dari 7 sampel bubur ayam yang
diobservasi, daya tahan bubur ayam yang paling lama basi adalah 12 jam dan daya
tahan bubur ayam yang paling cepat basi adalah 6 jam. Sedangkan dari kandungan
boraksnya, dari 7 sampel bubur ayam yang diperiksa di laboratorium, semua sampel
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tujuh pedagang bubur
ayam di Kecamatan Medan Sunggal maka diperoleh data distribusi pedagang bubur
ayam lebih banyak perempuan yaitu sebanyak 6 pedagang. Menurut asumsi peneliti,
kemampuan dan keahlian dalam mengolah bubur ayam tidak dibatasi oleh jenis kelamin
laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan lebih memperhatikan kebersihan saat
rambutnya saat mengolah makanan, memakai celemek, dan lain-lain sedangkan laki-
laki tidak terlalu memperhatikan kebersihan saat mengolah makanan, bahkan terkadang
penjamah laki-laki merokok saat mengolah makanan dan batuk di hadapan makanan
Kecamatan Medan Sunggal diperoleh bahwa umur pedagang yang paling muda adalah
26 tahun dan yang paling tua adalah 68 tahun. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara, umur pedagang yang lebih tua lebih memperhatikan kebersihan saat
mengolah bubur ayam karena pedagang bubur yang berumur 68 tahun tersebut selalu
tangannya dan ketika pedagang tersebut menderika batuk dan pilek, maka pedagang
tersebut memilih untuk tidak berjualan ataupun digantikan anggota keluarga yang baik
untuk mengolah makanan. Dari dapur terlihat, pedagang bubur ayam yang berumur 68
sehingga kebersihan dapur tetap terjaga. Dari hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa
semakin tua umur penjamah makanan, maka penjamah makanan lebih memperhatikan
ayam di Kecamatan Medan Sunggal, diperoleh data bahwa semua pedagang bubur ayam
tamat SLTA. Menurut asumsi peneliti, apabila produsen tamat SLTA khususnya tamat
dari jurusan tata boga, tentu akan memiliki pola berbisnis yang berbeda dengan
pedagang yang tamat dari Sekolah Menengah Umum. Pedagang bubur ayam yang tamat
dari jurusan tata boga akan selektif memilih bahan baku bubur ayam yang berkualitas
serta bumbu-bumbu bubur ayam agar bubur ayam yang diproduksi terjamin kualitasnya,
ayam di Kecamatan Medan Sunggal, diperoleh data bahwa pedagang yang baru
berjualan adalah selama 2 bulan dan pedagang yang paling lama berjualan bubur ayam
adalah selama 10 tahun. Berdasarkan hasil observasi, pedagang bubur ayam yang sudah
cita rasa dan higiene sanitasi bubur ayamnya. Hal ini terlihat dari dapurnya yang bersih,
sendok dan plastik sehingga terhindar dari kontaminasi bakteri yang ada di tangan. Dari
hal tersebut peneliti berasumsi, semakin lama pedagang berjualan, maka pedagang
Berdasarkan hasil wawancara, jumlah produksi bubur ayam per hari pedagang
yang paling banyak adalah 8 kg per hari. Pedagang tersebut berjualan dari pukul 07.00
WIB s.d pukul 24.00 WIB. Pedagang sangat menjaga kesegaran bubur ayamnya dimana
pedagang bubur ayam di Kecamatan Medan Sunggal memasak bubur ayamnya secara
bertahap sehingga terhindar dari penggunaan zat pengawet berbahaya. Wadah yang
digunakan untuk menyimpan bubur ayam masak adalah rice cooker dimana wadahnya
dalam keadaan tertutup dan selalu dipanaskan sehingga terhindar dari kontaminasi
tersebut berasal sehingga sumber makanan yang baik seringkali tidak mudah ditemukan
dan mempengaruhi kualitasnya. Mutu dan keamanan pangan suatu produk pangan
sangat tergantung pada mutu dan keamanan bahan mentahnya. Oleh karena itu, untuk
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan pada prinsip pemilihan bahan
baku pada 7 pedagang bubur ayam di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012, maka
diperoleh semua pedagang bubur ayam telah menggunakan beras yang baik yaitu
beraroma segar dan tidak bau apek, beras berwarna jernih dan tidak kusam, tidak
terdapat benda asing seperti batu, potongan kaca atau plastik pada beras, serta beras
tidak mudah patah. Pedagang tersebut menggunakan jenis beras berkualitas tinggi
seperti kristal wangi, ramos, dan jj kuku balam, sedangkan pedagang yang lainnya
memakai jenis beras kuku balam berkualitas sedang. Selain itu, hampir semua pedagang
bubur ayam memilih ayam hidup dimana ayam tersebut langsung dipotong di tempat
penjualan ayam sehingga daging ayam yang dibeli terjamin kualitasnya seperti bagian
dada daging ayam tampak montok berisi, jika ditekan akan kembali ke bentuk semula
setelah dilepaskan, tidak ada bagian yang memar pada daging ayam, tidak berbau busuk
serta daging ayam berwarna putih bersih (Djajadiningrat, 1989). Hampir semua
pedagang bubur ayam berbelanja beras dan daging ayam setiap hari untuk diolah
keesokan harinya.
Daging yang sehat adalah daging yang berasal dari hewan yang sehat dan
disembelih di tempat pemotongan ayam yang resmi. Kualitas daging ayam dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti umur, jenis, makanan, keadaan ayam pada saat akan
dipotong dan penanganan daging ayam setelah dipotong. Setelah ayam dipotong,
penanganan perlu dilakukan sedini mungkin sebab akan mempengaruhi kualitas daging
ayam itu sendiri dimana daging ayam mempunyai sifat mudah busuk. Tujuan dari
perubahan fisik (warna dan bau), perubahan cita rasa yang jika dikonsumsi akan
pemotongan ayam sehingga kualitas ayam tetap terjaga (Direktorat Jenderal Peternakan,
1998).
menggunakan bahan tambahan makanan dan bahan tambahan makanan yang digunakan
tidak termasuk bahan tambahan makanan yang dilarang. Dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942 Tahun 2003 Tentang Pedoman Persyaratan
Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, penggunaan bahan tambahan makanan dan bahan
penolong yang digunakan dalam mengolah makanan jajanan harus sesuai dengan
Bahan tambahan makanan yang digunakan oleh pedagang bubur ayam termasuk
pada golongan penyedap rasa yang alami dan pengawet alami. Yang termasuk bahan
pengawet alami adalah kunyit, chitosan, karagenan, kalsium hidroksida (kapur sirih), air
ki atau air abu merang, buah picung, bawang putih, garam dapur, jeruk nipis dan gula
sedangkan yang termasuk penyedap rasa yang alami adalah garam dapur. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara, bahan tambahan makanan alami yang digunakan adalah
garam dapur dan jeruk nipis. Penggunaan bahan tambahan makanan tersebut tidak
termasuk pada bahan tambahan makanan yang dilarang menurut Permenkes RI No.1168
Tahun 1999.
mempunyai label dan merk, terdaftar dan mempunyai nomor daftar, kemasan tidak
rusak, dan belum kadaluarsa (Depkes RI, 2003). Semua pedagang bubur ayam sangat
dimana label harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Label yang tertera harus
cukup untuk menampung semua keterangan yang diperlukan mengenai makanan yang
bersangkutan dan label yang dipasang tidak boleh mudah lepas,luntur karena air dan
Menurut Depkes RI (2004), tempat penjualan bahan baku makanan yang baik
berasal dari pusat penjualan dengan sistem pengaturan suhu yang dikendalikan dengan
baik (swalayan) dan tempat-tempat penjualan yang diawasi pemerintah daerah dengan
baik. Berdasarkan hasil wawancara, semua pedagang bubur ayam memperoleh bahan
baku makanan dari pusat penjualan yang tidak diawasi pemerintah daerah dengan baik
seperti pasar tradisional (Pasar Peringgan, Pasar Melati, Pasar Sei Kambing, dan Pasar
Setia Budi) sehingga pedagang bubur ayam harus teliti memilih bahan baku bubur ayam
oleh 7 pedagang bubur ayam di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 yaitu hampir
semua pedagang bubur ayam (71%) menyimpan bahan baku bubur ayam di tempat yang
bersih, kedap air, dan tertutup. Rata-rata pedagang bubur ayam menyimpan beras di
wadah penyimpanan khusus beras dimana beras yang disimpan tidak langsung
bersentuhan dengan lantai dan dinding dan rata-rata pedagang menerapkan sistem FIFO
tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan karena memiliki wadah khusus penyimpanan
beras dan terhindar dari kontaminasi secara fisik seperti kelembaban maupun
merebus daging ayam terlebih dahulu pada sore hari sebelum disimpan di lemari
pendingin untuk digoreng besok paginya. Proses perebusan bertujuan supaya bumbu-
bumbu meresap ke dalam ayam dan digoreng besok pagi bertujuan supaya ayam yang
menyatakan bahwa dalam penyimpanan bahan baku makanan harus memperhatikan hal-
kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus, dan hewan lainnya maupun
bahan berbahaya.
c. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan,
pendingin dan bahan makanan kering disimpan di tempat yang kering dan
tidak lembab.
menderita penyakit mudah menular seperti influenza dan diare tetapi mereka tidak ikut
mengolah makanan. Jika penjamah tersebut sakit, maka yang mengolah makanan adalah
karyawannya ataupun anggota keluarga yang lain. Walaupun mereka sakit, mereka tetap
berjualan karena mereka memikirkan keuntungan yang hilang jika mereka tidak
memproduksi bubur ayam dan mereka tetap menjaga kualitas makanan yang diolah.
yang menderita penyakit menular seperti influenza dan diare dapat menularkan penyakit
melalui saluran pernapasan sewaktu batuk atau bersin dan melalui saluran pencernaan.
Biasanya kuman penyakit mencemari makanan karena terjadi kontak atau makanan
disentuh oleh tangan penjamah makanan yang mengandung kuman penyakit sehingga
berkembang biak di dalam makanan lalu makanan tersebut dimakan konsumen dimana
Selain itu, hampir semua pedagang bubur ayam tidak menggunakan celemek,
tutup kepala, sarung tangan, dan penutup mulut. Peneliti mengamati hanya 2 pedagang
(pedagang A dan C) yang memakai celemek saat megolah makanan dan hanya 1
bukan untuk mencegah kontaminasi, tetapi karena supaya baju mereka tidak menjadi
kotor. Sedangkan 1 pedagang lainnya memakai tutup kepala berupa jilbab. Semua
pedagang bubur ayam tidak ada yang menggunakan sarung tangan dan penutup mulut
makanan harus menggunakan celemek, tutup kepala, sarung tangan dan penutup mulut
sebab hidung, mulut, telinga, isi perut serta kulit dapat merupakan sumber pencemaran.
dapat mencemari bahan pangan baik berupa cemaran fisik, kimia maupun biologis jika
tidak memakai celemek, tutup kepala, sarung tangan, dan penutup mulut. Oleh karena
itu, kebersihan diri penjamah makanan merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan agar produk pangannya bermutu aman untuk dikonsumsi (BPOM, 2002).
dahulu tetapi tidak menggunakan sabun dan mereka mengolah makanan ketika mereka
bangun tidur. Menurut Sianipar (2009), hal tersebut dapat menyebabkan perpindahan
bakteri atau kuman penyakit ke dalam makanan yang akan diolah sehingga makanan
dapat menjadi sumber penularan penyakit terhadap makanan seperti perpindahan bakteri
badan, tidak menggunakan perhiasan selama mengolah makanan, dan tidak mengobrol
merokok, tetapi saat mengolah makanan, penjamah tidak merokok. Selain itu, tidak ada
satupun penjamah makanan yang menggaruk anggota badannya saat mengolah makanan
yang mengobrol biasanya membuat bubur ayam menggunakan dandang dengan waktu
memasak 1 jam. Dalam proses ini, penjamah makanan mengaku bosan jika harus diam
ketika memasak, jadi mereka mengobrol dengan anggota keluarga yang lain.
Lebih dari 80% penjamah makanan tidak menggunakan perhiasan seperti cincin
kontaminasi, melainkan karena mereka takut kehilangan cincin dan takut cincin menjadi
kotor jika harus memasak menggunakan cincin besi. Cincin yang dipakai saat mengolah
makanan dapat mengeluarkan zat racun dan berbahaya apabila terbuat dari bahan-bahan
yang mudah berkarat seperti besi dan mudah meleleh seperti karet yang dapat
ketika batuk atau bersin. hal tersebut baik dilakukan karena ketika kita batuk atau
bersin, biasanya jika mengeluarkan bakteri ataupun sumber pencemar dari dalam tubuh
sebagai penolakan terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Sebanyak 3
penjamah makanan mencicipi makanan yang mereka masak karena takut kalau makanan
yang mereka masak rasanya belum pas di lidah, sedangkan pedagang yang lain tidak
mencicipi makanan yang mereka masak karena mereka sudah mengetahui takaran bahan
ketika tangan mereka kotor saja hanya dengan air secukupnya tanpa menggunakan
sabun sehingga dikhawatirkan bakteri atau kuman penyakit masih terdapat di tangan
mereka dan ketika mereka mengolah makanan, makanan yang diolah bisa
terkontaminasi. Rambut dan kuku penjamah makanan semuanya dalam keadaan baik
yang terlihat dari kuku penjamah makanan pendek dan bersih dan beberapa penjamah
Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012, hampir semua pedagang bubur ayam (71%)
mencuci beras lebih dari 2 kali bahkan ada pedagang bubur yang mecuci beras sampai 5
kali. Alasan mereka mencuci beras lebih dari 2 kali adalah beras sekarang mengandung
bahan berbahaya seperti Chlorine sehingga harus dicuci berulang kali supaya
Chlorinenya berkurang. Hal tersebut tentu tidak memenuhi syarat pencucian beras yang
baik.
Kandungan nutrisi beras yang tertinggi terdapat pada bagian kulit ari. Kulit ari
beras mengandung 80% vitamin B1, 70% vitamin B3, 90% vitamin B6, 50% Mangan,
50% Posfor, 60% zat besi, 100% serat dan asam lemak essensial yang baik bagi tubuh
manusia. Namun sayang, sebagian besar nutrisi pada kulit ari telah hilang selama proses
penggilingan dan pencucian beras (Siti, 2011). Saat mencuci beras, biasanya air cucian
pertama berwarna keruh. Warna keruh bekas cucian tersebut menunjukkan bahwa
lapisan terluar dari beras ikut terkikis. Meskipun banyak nutrisi yang hilang, namun
Oleh sebab itu, jangan terlalu sering mencuci beras karena nutrisi dalam kulit ari bisa
tambahan makanan yang sebenarnya berfungsi sebagai penyedap rasa dan ada 1
pedagang yang menambahkan jeruk nipis sebagai pengawet bubur ayam. Penambahan
garam bertujuan untuk supaya rasa bubur ayam ayam menjadi enak dan gurih dan
penambahan jeruk nipis bertujuan membuat bubur ayam menjadi pulen, menarik, dan
tidak mudah basi. Pedagang bubur ayam memakai pengawet yang alami yang sudah
Dari segi ilmu kimia, komponen utama dari bahan pangan terdiri atas protein,
mikroorganisme melalui proses enzimatis dan oksidasi terutama bahan pangan yang
tidak aman. Oleh sebab itu, alternatif yang disarankan adalah menggunakan bahan
pengawet yang alami seperti jeruk nipis. Jeruk nipis mengandung asam sitrat dimana
sifat asam dalam jeruk nipis berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroba, sebagai
buffer pada pH rendah sehingga mempermudah proses pengolahan dan asam bersifat
sari buah jeruk nipis terhadap ketahanan nasi (2011), jeruk nipis efektif memutihkan
membuat nasi menjadi pulen dan empuk. Selain itu, jeruk nipis berfungsi untuk
mengawetkan dengan meneliti nasi dengan parameter fisik berupa warna, rasa, dan bau.
Dilihat dari parameter warna, bau, dan rasa, sebanyak 0,93% konsentrasi sari jeruk nipis
yang ditambahkan pada beras yang akan dimasak dapat membuat nasi tetap berwarna
putih dan tidak basi, dan rasanya tidak berubah sampai 2 hari.
Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa kurang dari 50% tempat pengolahan
makanan pedagang bubur ayam tidak memiliki ventilasi sehingga ruangan tampak gelap
dan pengap dan cahaya dari lampu juga tidak terlalu terang dan tidak menyebar merata
menurunkan panas dalam ruangan, mencegah kelembaban, serta membuang bau, asap,
dan debu dalam ruangan (Depkes RI, 2011). Mayoritas pedagang bubur ayam belum
memiliki ruangan pengolahan makanan dengan dinding dan lantai yang selalu bersih
dan terpelihara. Berdasarkan observasi, tidak jarang peneliti menemukan ada bercak
noda pada dinding tempat pengolahan makanan. Lantai dapurnya terlihat kotor
berwarna hitam, lantainya licin dan 1 pedagang (pedagang A) lantai dapurnya masih
terbuat dari tanah serta dinding dapurnya belum diplester. Lantai yang kotor dan masih
terbuat dari tanah dapat menjadi sarang kuman penyakit, sedangkan lantai yang licin
dapat menyebabkan penjamah makanan terpeleset jika tidak hati-hati berjalan. Dinding
yang belum diplester juga dapat menyebabkan sarang kuman penyakit dan jika dinding
yang belum diplester dibersihkan, maka tidak bias bersih secara optimal.
Ruangan yang pengap dan lembab sangat disukai oleh kecoa dan tikus. Alasan
inilah menjadi latar belakang peneliti untuk menyimpulkan ruang pengolahan tidak
yang tidak bebas vektor yang dapat dilihat dari dapurnya memakai asbes dimana
asbesnya dapat menjadi sarang tikus. Selain itu dapur pedagang bubur ayam sangat
sempit dan banyak barang-barang bertumpuk di dapur yang dapat menjadi sarang
vektor. Kondisi dapur pedagang bubur ayam juga sangat dekat dengan selokan dan
tempat sampah sehingga bisa mengundang tikus masuk ke dapur jika malam hari
Asumsi peneliti bahwa perawatan ruangan pengolahan yang bersih dan terpelihara
masih belum diterapkan oleh industri rumah tangga tersebut dan mungkin terkait
Semua industri rumah tangga memiliki tempat mencuci tangan dan tempat
mencuci peralatan dengan air bersih yang cukup (20-50L/hari). Sebagian besar
pedagang bubur ayam memiliki wastafel dan tempat khusus untuk mencuci yang
terpisah dari kamar mandi. Umumnya pedagang bubur ayam menggabungkan tempat
peralatan yang akan digunakan untuk mengolah makanan biasanya dicuci terlebih
dahulu dan setelah digunakan, peralatan tersebut dicuci kembali dengan menggunakan
air yang mengalir dan sabun dan mayoritas pedagang bubur ayam mengeringkan
peralatan yang sudah dicuci dengan terlebih dahulu meniriskannya di rak piring lalu
setelah ditiriskan dilap dengan kain lap yang bersih lalu setelah itu disimpan di rak
piring dimana kebanyakan rak piring yang digunakan adalah rak piring yang terbuka
mencemari pangan jika kotor. Oleh karena itu, peralatan pengolahan pangan harus
biologis dari peralatan kepada pangan, sebaiknya gunakan peralatan yang mudah
dibersihkan. Peralatan yang terbuat dari baja tahan karat umumnya mudah dibersihkan.
Karat dari pekaratan logam dapat menjadi bahaya kimia dan lapisan logam yang
terkelupas dapat menjadi bahaya fisik jika masuk ke dalam pangan. Bersihkan segera
(BPOM, 2002).
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diperoleh semua pedagang bubur ayam memiliki
tempat sampah yang terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah diangkut tetapi
tidak tertutup. Sampah sisa kulit telur yang sudah dimasak, sampah dari bahan
pelengkap makanan seperti daun bawang, plastik kerupuk dijadikan dalam satu tempat
sampah dimana tempat sampahnya terbuka yang dapat mengundang lalat untuk hinggap
ayam seperti bubur ayam, ayam goreng, dan bahan pelengkap bubur ayam seperti
kerupuk, cakwe, dan telur di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012, diketahui bahwa
lebih dari 50% pedagang menyimpan bubur ayamnya di wadah khusus seperti rice
cooker jika berjualan di depan rumah dan dandang jika berjualan jauh dari rumah
dimana tempat penyimpanan bubur ayam tersebut dalam keadaan tertutup dan selalu
Lebih dari 50% ayam yang sudah digoreng diletakkan di piring dalam keadaan
terbuka dimana dapat mengundang lalat ataupun kecoa ketika memasak pagi hari sekitar
renyah lagi.
dan perkembangan bakteri pada makanan serta mencegah timbulnya sarang hama dalam
terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus, dan hewan lainnya dan
makanan yang cepat basi/busuk disimpan dalam suhu panas (65ºC atau lebih).
pedagang yang menggunakan alat pengangkut khusus seperti gerobak dan mobil untuk
mengangkut makanan masak dimana tempat mereka berjualan berjarak sekitar 200
meter dari rumah, sedangkan pedagang yang lain tidak menggunakan alat angkut khusus
melainkan mengangkat satu per satu makanan jadi dimana mereka berjualan di depan
rumah mereka sendiri. Menurut asumsi peneliti jika berjualan jauh dari rumah harus
menggunakan alat pengangkut khusus yang tertutup seperti mobil supaya terhindar dari
pencemaran jalan raya dan pengendara harus mencari jalur terpendek untuk mencapai
tempat berjualan. Sedangkan jika berjualan di depan rumah harus menggunakan baki
cepat.
Dilihat dari observasi, lebih dari 50% pedagang bubur ayamnya mengangkut
makanan masak ke tempat penjualan dalam keadaan tertutup dimana makanan tersebut
memiliki wadah masing-masing sesuai jenis makanan masak. Hal ini sangat baik
dilakukan karena bisa mengindari makanan dari sumber pencemaran lewat udara selama
berasumsi jika pedagang mandi terlebih dahulu, maka setelah mandi memakai pakaian
ganti yang bersih. Dan berdasarkan observasi, semua pedagang bubur ayam sebelum
harus baik, utuh, kuat, dan ukurannya memadai dengan makanan yang akan
diisi.
c. Pengangkutan makanan yang melewati daerah kotor harus dihindari dan cari
jalur terpendek.
penyajian, dan tenaga penyaji. Makanan disajikan di tempat yang bersih, sirkulasi udara
dapat berlangsung, peralatan yang digunakan bersih, dan orang yang menyajikan
tidak menggunakan celemek, tutup kepala, sarung tangan, penjepit makanan, dan
sendok,. Dari 7 pedagang, terlihat ada 5 pedagang yang memakai tutup kepala berupa
jilbab untuk perempuan dan penyaji laki-laki memakai topi. Mereka menggunakan
tetapi karena penyaji perempuan beragama islam dan penyaji laki-lakinya hobi memakai
topi. Dari hasil observasi yang peneliti amati, waktu menyajikan bubur ayam ke dalam
mangkok, penyaji menggunakan centong untuk menyajikan bubur ayam dimana tangan
penyaji tidak bersentuhan langsung dengan bubur ayam. Hampir semua pedagang masih
menggunakan ayam goreng yang utuh dimana ayam tersebut belum disuwir sehingga
untuk membuat suwiran ayam tangan mereka bersentuhan langsung dengan ayam
goreng sehingga bisa terjadi kontaminasi makanan jika penyaji tidak mencuci tangan
terlebih dahulu dengan sabun dan air yang mengalir. Selain itu, dalam menyajikan
kerupuk, semua tangan pedagang bersentuhan langsung dengan kerupuk dan waktu
Tangan yang kotor dapat memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh,
feses, atau sumber lain ke dalam makanan. Oleh karena itu mencuci tangan merupakan
hal pokok yang harus dilakukan oleh penjamah yang terlibat dalam penanganan
Mencuci tangan dengan sabun antiseptik lalu diikuti dengan pembilasan dengan air
yang mengalir akan menghilangkan mikroba patogen yang terdapat pada tangan.
air yang mengalir akan menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung
menyajikan makanan seperti piring dan sendok dalam keadaan bersih dan kering.
Peralatan dicuci setelah 1x pemakaian dan dari 7 pedagang, hanya 2 pedagang yang
mencuci peralatan makan yang sudah digunakan tidak dengan air mengalir. Pedagang A
membawa air bersih dari rumah yang ditempatkan di wadah aqua galon sebanyak 5
aqua galon dan air yang digunakan untuk mencuci adalah air yang sudah digunakan
berulang kali dan jika terlihat kotor, maka air bekas cucian piring itu dibuang.
Sedangkan pedagang B menampung air cucian piring dalam 3 ember cucian piring
dimana air tersebut diambil dari kamar mandi dekat tempat penjualan mereka. Pedagang
B juga menggunakan air yang berulang untuk mencuci peralatan makan yang sudah
digunakan. Hal ini tentu tidak memenuhi syarat kesehatan. Penggunaan air untuk
mencuci piring harus banyak, bersih, mengalir, dan selalu diganti setiap mencuci piring
terlebih dahulu peralatan makan sampai benar-benar kering dan ketika piring mau
diletakkan di stelling penjualan, mereka melap piring tersebut dengan kain lap yang
terbuka dimana peralatan makan tersebut bisa kotor akibat dari debu jalan raya.
Sunggal
2012 secara umum tidak memenuhi syarat kesehatan karena semua pedagang bubur
keseluruhan mulai dari tahap pemilihan bahan baku hingga penyajian makanan sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942 Tahun 2003 tentang persyaratan
Untuk membuat suatu produk makanan ada tahap demi tahap yang harus dilalui.
Setiap tahap yang dilakukan memiliki tujuan tertentu untuk menghasilkan suatu produk
yang bermutu. Makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai racun. Racun dapat berasal
dari bahan makanan, cara pengolahan, penyimpanan, dan penyajian, maka pencegahan
keracunan harus dimulai dari bahan baku sampai pada penyajian makanan (Slamet,
2009).
dapat dilihat pada tabel 4.15 dan disimpulkan bahwa pengetahuan pedagang bubur ayam
dengan kategori baik sebanyak 57%, sedangkan pengetahuan pedagang bubur ayam
untuk menerapkan prinsip higiene sanitasi dengan baik. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
Sesuai dengan Permenkes RI No. 1168 Tahun 1999 tentang Bahan Tambahan
berbahaya seperti boraks. Berdasarkan uji kualitatif yang telah peneliti lakukan di Balai
Riset Standarisasi Industri Medan pada 7 sampel bubur ayam, diperoleh bahwa tidak
nyala api dan metode pewarnaan. Sebelum diuji dengan 2 metode, 100 gr sampel bubur
secara merata. Lalu sampel bubur yang sudah tercampur dengan CaCO₃ dimasukkan ke
dalam oven lalu diabukan di dalam tanur selama 48 jam hingga terjadi pengabuan yang
sempurna. Ketika sampel sudah menjadi abu, abu tersebut diuji dengan metode nyala
Dengan metode nyala api, sebagian abu ditambah sedikit asam sulfat dan
metanol kemudian dibakar. Dari uji nyala api, diperoleh warna biru sehingga bisa
disimpulkan bahwa tidak terdapat boraks dalam bubur ayam. Metode yang kedua adalah
uji pewarnaan dengan kurkumin dimana sampel abu tersebut ditambah air dan HCl 5 N
sampai larutan bereaksi asam, kemudian disaring dalam cawan penguap. Kemudian
ditambahkan 4 tetes larutan asam oksalat jenuh dan 1 ml larutan kurkumin 1% dalam
methanol, lalu diuapkan di atas tangas air dan warnanya tidak berubah yaitu tetap
berwarna merah cemerlang sehingga bisa disimpulkan tidak ada boraks pada sampel
bubur ayam.Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa semua sampel
sesuai dengan Permenkes RI No. 1168 Tahun 1999 tentang Bahan Tambahan Makanan
bahwa tidak boleh ada bahan tambahan makanan berbahaya di dalam makanan.
pedagang bubur ayam selalu dipanaskan oleh beberapa pedagang bubur ayam di
Kecamatan Medan Sunggal dan hampir semua pedagang bubur ayam memasak bubur
ayamnya tidak sekaligus bubur ayam dibuat banyak, tetapi memasaknya secara
sampai jam 12 siang dan mereka hanya membuat bubur maksimal 1 kg saja dan jika
bubur ayam tidak habis pedagang G biasanya membuang bubur tersebut karena
karena mereka berjualan dari jam 7 pagi sampai malam hari bahkan tengah malam.
Ketiga pedagang tersebut biasanya memasak buburnya bisa sampai 3 kali dalam 1 hari.
Mereka memasak pagi hari, siang hari, dan malam hari. Artinya ketika bubur ayam yang
dimasak pagi hari sudah habis, maka ketiga pedagang bubur tersebut memasak lagi
bubur ayamnya dan maksimal 1 kali masak adalah 3 kg beras. Ketiga pedagang ini
menambahkan jeruk nipis dengan alasan supaya bubur ayam terlihat pulen, berwarna
cerah, dan awet. Dan jeruk nipis merupakan golongan asam sitrat yang bisa berfungsi
sebagai pengawet makanan yang alami. Jika bubur ayam tidak habis biasanya pedagang
sendiri dan pedagang bubur F biasanya menyimpan bubur di kulkas tersebut untuk
tidak dipanaskan.
Daya tahan bubur ayam pada pedagang bubur ayam yang paling cepat adalah 6
jam (tidak berkuah) dan bubur ayam yang paling lama tahan adalah selama 12 jam
(tidak berkuah), sedangkan bubur ayam yang menggunakan jeruk nipis sebagai
pengawet hanya bertahan 9 jam (berkuah). Makanan menjadi cepat basi karena adanya
aktivitas mikroba di dalam makanan. Bubur ayam tersebut hanya bertahan selama 6 jam
karena di dalam bubur ayam tersebut sudah ditambahkan vetsin dan tidak selalu
biak menjadi banyak sehingga makanan cepat basi. Selain itu, bubur ayam tersebut
mengandung air sehingga dapat terjadi reaksi oksidasi dan menyebabkan bubur tersebut
cepat basi.
Bubur ayam yang menggunakan jeruk nipis basi dalam waktu 9 jam padahal
jeruk nipis berfungsi sebagai pengawet. Hal ini dikarenakan sari buah jeruk nipis dalam
jumlah tinggi dapat merangsang pertumbuhan bakteri dalam makanan karena jeruk nipis
mengandung nutrisi penting seperti karbohidrat, protein dan vitamin sehingga memacu
pertumbuhan bakteri di dalam makanan yang menyebabkan makanan menjadi basi dan
ditambah kuah soto yang mempercepat proses makanan menjadi cepat basi karena
santan tersebut tidak selalu dipanaskan sehingga masih mengandung air dan membuat
bubur cepat basi. Bubur ayam yang paling lama tahan adalah 12 jam. Bubur ayam
tersebut lama bertahan karena penjual hanya menambahkan garam saja ke dalam
adonan bubur dan bubur selalu dipanaskan sehingga kandungan air di dalam bubur
dalam makanan, maka cukup diuji kualitatif saja untuk mengetahui dalam sampel positif
6.1 Kesimpulan
pemeriksaan kandungan boraks pada bubur ayam yang dijual di Kecamatan Medan
jumlah pedagang bubur ayam wanita lebih banyak daripada pedagang laki-laki
(86%), umur pedagang bubur yang paling muda adalah 26 tahun dan pedagang
yang paling tua 68 tahun, semua pedagang bubur ayam tamat SLTA, pedagang
bubur ayam yang paling lama berjualan bubur ayam adalah 10 tahun dan jumlah
produksi bubur ayam per hari yang paling banyak adalah 8 kg/hari.
2. Pemilihan bahan baku bubur ayam untuk seluruh pedagang bubur ayam di
3. Penyimpanan bahan baku bubur ayam oleh pedagang bubur ayam di Kecamatan
Medan Sunggal yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu pedagang I dan
Medan Sunggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu pedagang II, III, dan
8. Kandungan Boraks pada bubur ayam yang dijual oleh pedagang bubur ayam di
Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 adalah negatif yang berarti memenuhi
syarat kesehatan menurut Permenkes No. 1168 Tahun 1999 Tentang Bahan
6.2. Saran
a. Mencuci tangan terlebih dahulu dengan air dan sabun saat mau mengolah
penutup mulut, sarung tangan) saat mau mengolah makanan dan menyajikan
makanan.
c. Mencuci beras tidak lebih dari 2 kali karena akan menghilangkan zat gizi
3. Bagi peneliti lain untuk meneliti bagaimana peran Dinas Kesehatan dan
bubur ayam.
Abbas dan Nurwantoro. 1997. Mikrobiologi Pangan Hewani dan Nabati. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Bahari, 2011. Resep Bubur Ayam yang Menyehatkan Badan dan Manfaatnya.
http://saribahari.wordpress.com/2011/05/12/cara-membuat-bubur-ayam lengkap-
bin-komplit/, diakses tanggal 21 Maret 2012.
BPOM, 2002. Panduan Pengolahan Pangan Yang Baik Bagi Industri Rumah
Tangga. Deput Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.
Direktotat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan.
Depkes RI, 1996. Modul Penyehatan Makanan dan Minuman untuk Petugas
Puskesmas, Pengambilan Contoh dan Spesimen Makanan. Ditjen PPM dan
PLP. Jakarta.
__________, 2004. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Ditjen PPM dan PL.
Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2011. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara 2010. Medan.
Fardiaz. 2007. Bahan Tambahan Makanan. Institut Pertanian Bogor Press. Bandung.
Istifani, Anna, dan Hayat. 2011. Efektivitas Penggunaan Sari Buah Jeruk Nipis
Terhadap Ketahanan Nasi. Jurnal FPMIPA UPI.
Kusmayadi, 2008. Cara Memilih dan Mengolah Makanan Untuk Perbaikan Gizi
Masyarakat. http://database.deptan.go.id, diakses tanggal 30 Desember 2011.
Rennie JS, Whitehead CC, Montanari A. 1990. Effect of Dietry Borate and
Aluminate on Ribloflavin Metabolism in The Breeding Hen. Researh in
Veterinary Science.
Sianipar, H. 2009. Kajian Cemaran Salmonella sp Pada Susu Kedelai yang Dijual
Dibeberapa Pasar Tradisional Di Kota Medan. Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Slamet, JS. 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Syah, D. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Himpunan Alumni
Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Jakarta.
Utami, P. 2010. Menu Masakan untuk 365 Hari. Penerbit Satu Nusa. Bandung.
10. Menggunakan:
No. Sampel :
Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Lama Bekerja :
Lokasi berjualan :
Jumlah Produksi :
Pengolahan Makanan
7. Menurut Bapak/Ibu, sebaiknya berapa kali mencuci beras sebelum dimasak?
a. 2 kali
b. 1 kali
c. > 2 kali
8. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus dilakukan jika penjamah makanan sedang
menderita batuk dan pilek?
a. Berjualan dengan menutup hidung dan mulut
b. Tidak berjualan/ anggota keluarga yang lain yang menggantikan berjualan
c. Berjualan tanpa menutup hidung dan mulut
9. Menurut Bapak/Ibu, apa yang perlu dilakukan saat ingin bersin ketika mengolah
makanan?
a. Bersin saja di depan makanan tetapi ditutup dengan tangan atau kain
b. Menjauh agar tidak mencemari makanan
c. Bersin saja di depan makanan
12. Menurut Bapak/Ibu, sebaiknya penjamah makanan memberi perlakuan apa pada
rambutnya sebelum mengolah makanan?
a. Mengikat rambut
b. Menutup Rambut dengan penutup kepala
c. Membiarkannya tergerai
15. Menurut Bapak/Ibu, dengan apa sebaiknya mencuci peralatan masak setelah
digunakan?
a. Dengan sabun dan air yang mengalir
b. Dengan sabun dan air yang digunakan secara berulang
c. Dengan sabun dan air bersih
16. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus dilakukan jika peralatan makan sudah retak
atau tidak utuh?
a. Membuangnya
b. Tetap digunakan
c. Tidak memakainya untuk mengolah makanan
Penyajian Makanan
20. Menurut Bapak/Ibu, sebaiknya apa yang harus digunakan untuk menjamah
makanan?
a. Sarung tangan atau plastik
b. Tangan
c. Sendok atau penjepit makanan