helai), lebar tajuk (33,25 cm), panjang akar Berbagai upaya telah dilakukan untuk
(14,38 cm) dan bobot/tanaman (380 mengendalikan patogen tular tanah antara lain
g/tanaman). Persentase serangan penyakit akar dengan menggunakan bekterisida sistemik .
gada terendah juga ditunjukkan oleh Sejauh ini penggunaan pestisida sintetik di
pemberian pupuk hayati dosis 45 kg/ha, yaitu sentra produksi sayuran sudah tergolong
sebesar 1,75 % dan penekanan penyakit tinggi, bahkan beberapa laporan menyebutkan
sebesar 70,83 %. bahwa residu pestisida sintetik sudah
mencapai ambang yang mengkhawatirkan.
Kata Kunci : Brassica juncea, pupuk hayati, Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain
penyakit bengkak akar untuk mengendalikan penyakit tular tanah
tanpa memperburuk masalah polusi
PENDAHULUAN lingkungan. Salah satu alternatif pengendalian
yang paling prospektif adalah dengan
Sawi merupakan salah satu jenis sayur menggunakan mikroba antagonis yang
yang digemari oleh masyarakat Indonesia. diisolasi dari alam. Mikroba yang berguna ini
baik sebagai sayuran utama maupun sebagai sudah banyak yang dikemas dengan bahan
bahan pelengkapnya. Selain itu sawi memiliki pembawa tertentu yang dikenal dengan pupuk
kandungan pro-vitamin A dan asam askorbat hayati dan dalam bentuk formulasi lain baik
yang tinggi (Warsito , 1985 dalam Nurshanti, serbuk maupun cair yang mengandung PGPR.
2009). Aplikasi PGPR dapat dilakukan melalui
Produksi sawi dapat ditingkatkan pelapisan benih dan perendaman benih dalam
melalui budidaya yang baik, yaitu suspensi. Perendaman bibit sawi daging
pemeliharaan dan pemupukan yang tepat. dengan menggunakan PGPR cair yang
Pemupukan dengan menggunakan pupuk mengandung P.fluorescens dan Bacillus
kandang (kotoran ayam, kotoran sapi dan polyxima dosis 15 cc/l selama 10 menit dapat
kotoran kambing) sangat baik untuk menekan intensitas serangan penyakit P.
pertumbuhan sawi dengan kualitas yang baik brassicae dan dapat meningkatkan bobot
dan dapat meningkatkan produksi sawi caisim tanaman (Rachmawati dkk, 2013). Untuk
(Lingga, 1991 dalam Nurshanti, 2010). memperbaiki struktur tanah sekaligus
Pupuk hayati mempunyai fungsi yang mengendalikan penyakit tular tanah dapat
penting dibandingkan dengan pupuk anorganik dilakukan dengan beberapa cara antara lain
yaitu dapat menggemburkan lapisan menggunakan pupuk hayati yang telah
permukaan tanah (topsoil), meningkatkan diperkaya dengan beberapa mikro organisme
populasi jasad renik, mempertinggi daya serap antara lain bakteri selulotik, Azotobacter sp.,
dan daya simpan air, yang secara keseluruhan Azospirillium sp., Rhizobium sp.,
dapat meningkatkan kesuburan tanah (Sutejo, Pseudomonas sp., Lactobacillus sp., dan
2002 dalam Nurshanti, 2010). bakteri pelarut fosfat yang bertujuan untuk
Pada budidaya tanaman sawi daging memperbaiki struktur tanah dan
(pakcoi) dijumpai berbagai masalah serius mengendalikan penyakit tular tanah. Hasil
yang menghambat upaya peningkatan penelitian Korlina dkk (2015) yang
produksi dan kualitas hasil. Salah satu kendala menggunakan pupuk hayati tersebut untuk
yang paling penting adalah penyakit tular tanaman padi dengan dosis 30 kg/ha
tanah yang disebabkan oleh cendawan kombinasi dengan bahan organik 3 t/ha,
Plasmopara brassicae Wor. Serangan patogen mampu memberikan jumlah anakan tertinggi
tular tanah dapat menekan produksi tanaman dan menghasilkan bobot produksi GKP
hortikultura sekitar 20-60 % (Djatnika, 1989) sebesar 7,04 t/ha.
dan dalam kondisi optimum serangan dapat Tujuan penelitian adalah untuk
mencapai 100 %. Hal ini sangat merugikan mengetahui efektifitas pupuk hayati yang
petani mengingat investasi untuk biaya mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp
produksi tanaman hortikultura cukup tinggi. 2,46 x 108 , Bakteri Selulolitik 6,00 x 108 ,
Diding Rachmawati: Kajian Penggunaan Pupuk Hayati ….
69
Bakteri Pelarut Fosfat 7,02 x 108 dan cm dan 26,50 cm. Sedangkan jumlah daun
Azotobacter sp 3,19 x 105dalam pada perlakuan C berbeda nyata dengan
mengendalikan penyakit akar gada P. perlakuan lain pada pengamatan ke 18 HST
brassicae pada tanaman sawi daging. yaitu sebanyak 14,18 helai. Untuk lebar tajuk
perlakuan C juga berbeda nyata dengan
BAHAN DAN METODE perlakuan lainnya pada pengamatan ke 24
HST yaitu 33,25 cm. Hal ini diduga karena
Penelitian dilakukan di kebun percobaan pupuk hayati yang digunakan mengandung
Karangploso BPTP Jatim, pada bulan Januari beberapa mikroba yang bersifat menyuburkan
- April 2014, menggunakan rancangan acak tanah seperti Rhizobium, Azotobacter,
kelompok, dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Azospirillin dan Pseudomonas. Rhizobium
Perlakuan terdiri dari : dapat menyuburkan tanah dan mengikat N dari
A = Pupuk hayati dosis 15 kg/ha udara, Azotobacter yang bersifat
B = Pupuk hayati dosis 30 kg/ha meningkatkan hasil tanaman, actynomycetes
C = Pupuk hayati dosis 45 kg/ha mampu menanbat N dan bersimbiose dengan
D = Cara petani tanaman, Azospirillin mampu menambat N
Perendaman bibit dengan menggunakan dan menghasilkan fitohormon auksin,
PGPR dosis 15 cc/liter dilakukan selama 10 giberallin, sitokinin dan etilen serta
menit. Bibit ditanam dalam bedengan, ukuran Pseudomonas sp. yang mampu melarutkan
bedengan 2 m x 2 m dan jarak tanam 20 cm x phospat, meningkatkan jumlah nitrogen dan
20 cm, bedengan diberi dolomit dengan dosis menghasilkan ZPT (Suryani, 2012). Kadir
1 ton per hektar untuk meningkatkan pH dan (2007) mengemukakan bahwa penggunaan
pupuk kandang yang telah diperkaya dengan Pseudomonas sp. berpengaruh terhadap tinggi
trichokompos sesuai dengan hasil penelitian tanaman dan jumlah daun pada tanaman tomat.
yang dilakukan oleh BPTP Jawa Timur Penambahan pupuk hayati ke dalam tanah
sebelumnya. Tanaman dipelihara secara akan mempengaruhi kandungan unsur hara
intensif seperti pengendalian hama, dalam tanah. Kandungan unsur hara diserap
pemupukan dan penyiraman dilakukan sesuai oleh akar sebagai nutrisi untuk proses
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) fotosintesis. Hasil fotosintesis inilah yang akan
budidaya sawi daging. Peubah yang diamati mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
meliputi pertumbuhan vegetatif tanaman tanaman sawi daging (Nugrahani dkk, 2012).
(tinggi tanaman, jumlah daun, lebar tajuk), Ketersediaan unsur hara merupakan
bobot per tanaman, persentase serangan akar salah satu faktor lingkungan yang sangat
gada dan pengamatan destruktif untuk menentukan laju pertumbuhan tanaman
mengetahui panjang akar tanaman. (Arinong, 2011 dalam Gardner et al, 1985).
Sehingga dibutuhkan lebih banyak unsur hara
HASIL DAN PEMBAHASAN esensial yang tersedia dan dapat diperoleh
melalui peningkatan dosis pupuk hayati yang
Dari hasil pengamatan, perlakuan C didalamnya mengandung salah satu
(pupuk hayati 45 kg/ha) memberikan hasil mikroorganisme seperti Azotobacter sp.
paling tinggi terhadap tinggi tanaman, jumlah Simarmata (2004) dalam Nugrahani, dkk
daun dan lebar tajuk dibandingkan dengan (2012) mengungkapkan bahwa penambahan
perlakuan lainnya. Untuk tinggi tanaman Azotobacter sp dapat meningkatkan
perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan pertumbuhan tanaman melalui produksi
lainnya terutama pada pengamatan ke 18 hari fitohormon yang dapat dimanfaatkan oleh
setelah tanam (HST) dan 24 HST yaitu 20,73 tanaman. (Tabel 1,2 dan 3)
70 Diding Rachmawati: Kajian Penggunaan Pupuk Hayati ….
Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap panjang akar, berat per tanaman dan persentase serangan akar
gada
sawi (Brassica juncea L.). [Jurnal]. _________. 2010. Pertumbuhan dan Produksi
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Tanaman Sawi (Brasicca juncea L)
(STPP) Gowa. Kabupaten Gowa. dengan Tiga Varietas Berbeda. [Jurnal].
Fakultas Pertanian Universitas Baturaja.
Kadir, H. 2007.pupuk hayati Pseudomonas
flourescens untuk meningkatkan Rachmawati, D., Baswarsiati dan Gunawan.
efisiensi pemupukan pada tanaman 2013. Pengendalian penyakit akar gada
tomat. (Online). (P. brassicae) pada tanaman sawi
www.slideshare.net/husnakadir/pemanfa daging dengan menggunakan PGPR.
atan . Diakses tanggal 11 September Prosiding Seminar Nasional 3 in one.
2014. Peran nyata Agronomi, Hortikultura dan
Pemuliaan terhadap ketahanan pangan.
Korlina, E., D. Rachmawati dan S.Z. Saadah. Universitas Brawijaya Malang. 2014.
2015. Aplikasi pupuk hayati terhadap
pertumbuhan dan produksi padi. Jurnal Suryani, A.I., 2012. Mikroba pengikat
Bioplantae. Vol. 2 (4) : 175-184 nitrogen. (online)
www.adeirmasuryani.blogspot.com/..../.
Nugrahani, Oktia. dkk. 2012. Pengaruh Diakses tanggal 8 September 2014.
berbagai pupuk hayati terhadap
pertumbuhan hasil tanaman sawi sendok Wahyu Ashari. Pengaruh mikroba terhadap
(Brassica juncea (l.) Czern) dengan pertumbuhan tanaman. (online)
budidaya secara ramah lingkungan. www.wahyuashari.wordpress.com/akad
[Jurnal]. Fakultas Pertanian dan Bisnis emi/. Diakses tanggal 21 Nopember
Universitas Kristen Satya Wacana. 2014
Semarang.
Wedhastri, S. 2002. Isolasi dan seleksi
Nurshanti, FD. 2009. Pengaruh pemberian Azotobacter spp. Penghasil faktor
pupuk hayati terhadap pertumbuhan tumbuh dan penambat nitrogen dari
dan hasil tanaman sawi caisim tanah masam. Jurnal Ilmu Tanah dan
(Brassica juncea L.). [Jurnal]. Fakultas Lingkungan. 3 (1). 45-51
Pertanian Universitas Baturaja. .