Anda di halaman 1dari 6

AGROVIGOR VOLUME 9 NO.

1 MARET 2016 ISSN 1979 5777 67

KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK HAYATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT


AKAR GADA (Plasmodiophora brassicae) PADA TANAMAN SAWI DAGING

Diding Rachmawati 1, dan Eli Korlina 2


12
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Email: didingrachmawati@gmail.com

ABSTRACT Keywords: Brassica juncea, biological


fertilizer, clubroot disease
On the cultivation of mustard
encountered serious problems that hamper ABSTRAK
efforts to increase production and quality
results. One major obstacle is a soil borne Pada budidaya tanaman sawi daging
disease caused by the fungus Plasmopara (pakcoi) dijumpai berbagai masalah serius
brassicae Wor. Soil borne pathogens may yang menghambat upaya peningkatan
suppress the production of horticultural crops produksi dan kualitas hasil. Salah satu kendala
in significan. Various attempts have been utama adalah penyakit tular tanah yang
made to control soil-borne pathogens such as disebabkan oleh cendawan Plasmopara
by using a systemic bactericide. One of the brassicae Wor . Serangan patogen tular tanah
most prospective alternative control is to use a dapat menekan produksi tanaman hortikultura
biological fertilizer that has been enriched secara significan. Berbagai upaya telah
with microorganisms. selulotik among other dilakukan untuk mengendalikan patogen tular
bacteria, Azotobacter sp., Azospirillium sp., tanah antara lain dengan menggunakan
Rhizobium sp., Pseudomonas sp., bekterisida sistemik . Salah satu alternatif
Lactobacillus sp., and bacteria phosphate pengendalian yang paling prospektif adalah
solvent which aims to improve soil structure dengan menggunakan pupuk hayati yang telah
and control soil borne diseases. The study was diperkaya dengan mikroorganisme. antara lain
conducted in an experimental garden bakteri selulotik, Azotobacter sp.,
Karangploso IAAT East Java, in January to Azospirillium sp., Rhizobium sp.,
April 2014, using a randomized block design, Pseudomonas sp., Lactobacillus sp., dan
4 treatments and 6 replications. The treatment bakteri pelarut fosfat yang bertujuan untuk
consists of: A = Biofertilizer dose of 15 kg / memperbaiki struktur tanah dan
ha, B = Biofertilizer dose of 30 kg / ha, C = mengendalikan penyakit tular tanah. Penelitian
Biofertilizer dose of 45 kg / ha, D = How dilakukan di kebun percobaan Karangploso
farmers. The research objective was to BPTP Jatim, pada bulan Januari sampai
determine the effectiveness of the biological dengan April 2014, menggunakan rancangan
fertilizer in controlling root diseases mace P. acak kelompok, 4 perlakuan dan 6 ulangan.
brassicae on mustard plants. The results Perlakuan terdiri dari : A = Pupuk hayati
showed that a biological fertilizer dose of 45 dosis 15 kg/ha, B = Pupuk hayati dosis 30
kg / ha can provide growth on plant height kg/ha, C = Pupuk hayati dosis 45 kg/ha, D =
(26.50 cm), number of leaves (21 pieces), Cara petani. Tujuan penelitian adalah untuk
crown width (33.25 cm), root length (14.38 cm mengetahui efektifitas pupuk hayati dalam
) and weight / plant (380 g / plant). The mengendalikan penyakit akar gada
percentage of root disease attacks the lowest P.brassicae pada tanaman sawi daging. Hasil
mace is also demonstrated by the provision of penelitian menunjukkan bahwa pemberian
a biological fertilizer dose of 45 kg / ha, which pupuk hayati dosis 45 kg/ha dapat
is 1.75% and the suppression of the disease by memberikan pertumbuhan yang baik terhadap
70.83%. tinggi tanaman ( 26,50 cm), jumlah daun (21
Diding Rachmawati: Kajian Penggunaan Pupuk Hayati ….
68

helai), lebar tajuk (33,25 cm), panjang akar Berbagai upaya telah dilakukan untuk
(14,38 cm) dan bobot/tanaman (380 mengendalikan patogen tular tanah antara lain
g/tanaman). Persentase serangan penyakit akar dengan menggunakan bekterisida sistemik .
gada terendah juga ditunjukkan oleh Sejauh ini penggunaan pestisida sintetik di
pemberian pupuk hayati dosis 45 kg/ha, yaitu sentra produksi sayuran sudah tergolong
sebesar 1,75 % dan penekanan penyakit tinggi, bahkan beberapa laporan menyebutkan
sebesar 70,83 %. bahwa residu pestisida sintetik sudah
mencapai ambang yang mengkhawatirkan.
Kata Kunci : Brassica juncea, pupuk hayati, Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain
penyakit bengkak akar untuk mengendalikan penyakit tular tanah
tanpa memperburuk masalah polusi
PENDAHULUAN lingkungan. Salah satu alternatif pengendalian
yang paling prospektif adalah dengan
Sawi merupakan salah satu jenis sayur menggunakan mikroba antagonis yang
yang digemari oleh masyarakat Indonesia. diisolasi dari alam. Mikroba yang berguna ini
baik sebagai sayuran utama maupun sebagai sudah banyak yang dikemas dengan bahan
bahan pelengkapnya. Selain itu sawi memiliki pembawa tertentu yang dikenal dengan pupuk
kandungan pro-vitamin A dan asam askorbat hayati dan dalam bentuk formulasi lain baik
yang tinggi (Warsito , 1985 dalam Nurshanti, serbuk maupun cair yang mengandung PGPR.
2009). Aplikasi PGPR dapat dilakukan melalui
Produksi sawi dapat ditingkatkan pelapisan benih dan perendaman benih dalam
melalui budidaya yang baik, yaitu suspensi. Perendaman bibit sawi daging
pemeliharaan dan pemupukan yang tepat. dengan menggunakan PGPR cair yang
Pemupukan dengan menggunakan pupuk mengandung P.fluorescens dan Bacillus
kandang (kotoran ayam, kotoran sapi dan polyxima dosis 15 cc/l selama 10 menit dapat
kotoran kambing) sangat baik untuk menekan intensitas serangan penyakit P.
pertumbuhan sawi dengan kualitas yang baik brassicae dan dapat meningkatkan bobot
dan dapat meningkatkan produksi sawi caisim tanaman (Rachmawati dkk, 2013). Untuk
(Lingga, 1991 dalam Nurshanti, 2010). memperbaiki struktur tanah sekaligus
Pupuk hayati mempunyai fungsi yang mengendalikan penyakit tular tanah dapat
penting dibandingkan dengan pupuk anorganik dilakukan dengan beberapa cara antara lain
yaitu dapat menggemburkan lapisan menggunakan pupuk hayati yang telah
permukaan tanah (topsoil), meningkatkan diperkaya dengan beberapa mikro organisme
populasi jasad renik, mempertinggi daya serap antara lain bakteri selulotik, Azotobacter sp.,
dan daya simpan air, yang secara keseluruhan Azospirillium sp., Rhizobium sp.,
dapat meningkatkan kesuburan tanah (Sutejo, Pseudomonas sp., Lactobacillus sp., dan
2002 dalam Nurshanti, 2010). bakteri pelarut fosfat yang bertujuan untuk
Pada budidaya tanaman sawi daging memperbaiki struktur tanah dan
(pakcoi) dijumpai berbagai masalah serius mengendalikan penyakit tular tanah. Hasil
yang menghambat upaya peningkatan penelitian Korlina dkk (2015) yang
produksi dan kualitas hasil. Salah satu kendala menggunakan pupuk hayati tersebut untuk
yang paling penting adalah penyakit tular tanaman padi dengan dosis 30 kg/ha
tanah yang disebabkan oleh cendawan kombinasi dengan bahan organik 3 t/ha,
Plasmopara brassicae Wor. Serangan patogen mampu memberikan jumlah anakan tertinggi
tular tanah dapat menekan produksi tanaman dan menghasilkan bobot produksi GKP
hortikultura sekitar 20-60 % (Djatnika, 1989) sebesar 7,04 t/ha.
dan dalam kondisi optimum serangan dapat Tujuan penelitian adalah untuk
mencapai 100 %. Hal ini sangat merugikan mengetahui efektifitas pupuk hayati yang
petani mengingat investasi untuk biaya mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp
produksi tanaman hortikultura cukup tinggi. 2,46 x 108 , Bakteri Selulolitik 6,00 x 108 ,
Diding Rachmawati: Kajian Penggunaan Pupuk Hayati ….
69

Bakteri Pelarut Fosfat 7,02 x 108 dan cm dan 26,50 cm. Sedangkan jumlah daun
Azotobacter sp 3,19 x 105dalam pada perlakuan C berbeda nyata dengan
mengendalikan penyakit akar gada P. perlakuan lain pada pengamatan ke 18 HST
brassicae pada tanaman sawi daging. yaitu sebanyak 14,18 helai. Untuk lebar tajuk
perlakuan C juga berbeda nyata dengan
BAHAN DAN METODE perlakuan lainnya pada pengamatan ke 24
HST yaitu 33,25 cm. Hal ini diduga karena
Penelitian dilakukan di kebun percobaan pupuk hayati yang digunakan mengandung
Karangploso BPTP Jatim, pada bulan Januari beberapa mikroba yang bersifat menyuburkan
- April 2014, menggunakan rancangan acak tanah seperti Rhizobium, Azotobacter,
kelompok, dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Azospirillin dan Pseudomonas. Rhizobium
Perlakuan terdiri dari : dapat menyuburkan tanah dan mengikat N dari
A = Pupuk hayati dosis 15 kg/ha udara, Azotobacter yang bersifat
B = Pupuk hayati dosis 30 kg/ha meningkatkan hasil tanaman, actynomycetes
C = Pupuk hayati dosis 45 kg/ha mampu menanbat N dan bersimbiose dengan
D = Cara petani tanaman, Azospirillin mampu menambat N
Perendaman bibit dengan menggunakan dan menghasilkan fitohormon auksin,
PGPR dosis 15 cc/liter dilakukan selama 10 giberallin, sitokinin dan etilen serta
menit. Bibit ditanam dalam bedengan, ukuran Pseudomonas sp. yang mampu melarutkan
bedengan 2 m x 2 m dan jarak tanam 20 cm x phospat, meningkatkan jumlah nitrogen dan
20 cm, bedengan diberi dolomit dengan dosis menghasilkan ZPT (Suryani, 2012). Kadir
1 ton per hektar untuk meningkatkan pH dan (2007) mengemukakan bahwa penggunaan
pupuk kandang yang telah diperkaya dengan Pseudomonas sp. berpengaruh terhadap tinggi
trichokompos sesuai dengan hasil penelitian tanaman dan jumlah daun pada tanaman tomat.
yang dilakukan oleh BPTP Jawa Timur Penambahan pupuk hayati ke dalam tanah
sebelumnya. Tanaman dipelihara secara akan mempengaruhi kandungan unsur hara
intensif seperti pengendalian hama, dalam tanah. Kandungan unsur hara diserap
pemupukan dan penyiraman dilakukan sesuai oleh akar sebagai nutrisi untuk proses
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) fotosintesis. Hasil fotosintesis inilah yang akan
budidaya sawi daging. Peubah yang diamati mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
meliputi pertumbuhan vegetatif tanaman tanaman sawi daging (Nugrahani dkk, 2012).
(tinggi tanaman, jumlah daun, lebar tajuk), Ketersediaan unsur hara merupakan
bobot per tanaman, persentase serangan akar salah satu faktor lingkungan yang sangat
gada dan pengamatan destruktif untuk menentukan laju pertumbuhan tanaman
mengetahui panjang akar tanaman. (Arinong, 2011 dalam Gardner et al, 1985).
Sehingga dibutuhkan lebih banyak unsur hara
HASIL DAN PEMBAHASAN esensial yang tersedia dan dapat diperoleh
melalui peningkatan dosis pupuk hayati yang
Dari hasil pengamatan, perlakuan C didalamnya mengandung salah satu
(pupuk hayati 45 kg/ha) memberikan hasil mikroorganisme seperti Azotobacter sp.
paling tinggi terhadap tinggi tanaman, jumlah Simarmata (2004) dalam Nugrahani, dkk
daun dan lebar tajuk dibandingkan dengan (2012) mengungkapkan bahwa penambahan
perlakuan lainnya. Untuk tinggi tanaman Azotobacter sp dapat meningkatkan
perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan pertumbuhan tanaman melalui produksi
lainnya terutama pada pengamatan ke 18 hari fitohormon yang dapat dimanfaatkan oleh
setelah tanam (HST) dan 24 HST yaitu 20,73 tanaman. (Tabel 1,2 dan 3)
70 Diding Rachmawati: Kajian Penggunaan Pupuk Hayati ….

Tabel 1. Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap tinggi tanaman sawi daging

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) pada umur……. Rata-rata


6 HST*) 12 HST 18 HST 24 HST
A. Pupuk hayati 15 kg/ha 13,25 b**) 14,99 b 17,47 b 23,75 b 17,37
B. Pupuk hayati 30 kg/ha 13,46 b 15,92 b 17,83 b 23,17 b 17,59
C. Pupuk hayati 45 kg/ha 15,39 c 16,81 b 20,73 c 26,50 c 19,85
D. Kontrol 11,60 a 12,11 a 15,39 a 20,00 a 12,17
Keterangan :
*) HST = Hari setelah tanam
**) Angka selajur yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun

Perlakuan Pengamatan pada umur…….. Rata-rata


*)
6 HST 12 HST 18 HST 24 HST
A. Pupuk hayati 15 kg/ha 8,08 ab**) 9,7 b 13,43 bc 17,75 a 12,24
B. Pupuk hayati 30 kg/ha 8,23 ab 9,83 b 11,55 ab 18,75 ab 12,09
C. Pupuk hayati 45 kg/ha 9,40 b 10,70 b 14,18 c 21,00 b 13,82
D. Kontrol 6,80 a 7,93 a 9,80 a 17,50 a 6,57
Keterangan :
*) Angka selajur yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %.

Tabel 3. Pengaruh Perlakuan terhadap Lebar Tajuk


Perlakuan Pengamatan ke Rata-rata
6 HST 12 HST 18 HST 24 HST
A. Pupuk hayati 15 kg/ha 14,19 ab 17,45 ab 17,41 ab 30,00 b 19,76
B. Pupuk hayati 30 kg/ha 15,33 a 18,01 b 18,76 ab 31,50 ab 20,90
C. Pupuk hayati 45 kg/ha 15,81 b 18,69 b 20,08 b 33,25 c 21,95
D. Kontrol 11,61 a 14,79 a 16,29 a 26,75 a 17,36
Keterangan :
*) HST = Hari setelah tanam
**) Angka selajur yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %.

Pada perlakuan C (pemberian pupuk menyerap zat nitrogen dan phospat.


hayati 45 kg/ha) mempunyai panjang akar Kelembaban udara dan kelembaban tanah
paling tinggi yaitu 14,38 cm dan bobot per yang sesuai akan memberikan pertumbuhan
tanaman paling tinggi yaitu 380 g/tanaman tanaman yang baik dan produksi yang tinggi,
dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel disamping kandungan mikroba yang dapat
4). Hal ini diduga karena dengan semakin membantu efektifitas pupuk hayati. Pupuk
banyaknya jumlah pupuk hayati yang hayati ini mengandung Azospirilium yang
diberikan kedalam tanah akan mengakibatkan mampu menambah percabangan akar,
tanah menjadi lebih gembur dan subur. menambat N dengan menghasilkan fitohormon
Nurshanti, (2010) menerangkan, kelembaban auksin, giberallin, sitokinin dan etilen serta
tanah yang baik akan meningkatkan mengandung Rhizobium yang mampu
metabolisme tanaman yang diikuti dengan menyuburkan tanah (Suryani, 2012). Selain itu
meningkatnya pertumbuhan tanaman. Hal ini Pupuk hayati ini mengandung Pseudomonas
disebabkan karena proses penyerapan zat hara sp. yang mampu melarutkan phospat,
dapat berlangsung baik. Pada kelembaban meningkatkan jumlah nitrogen dan
tanah yang baik akar akan lebih mudah menghasilkan ZPT. Pseudomonas sp.
Diding Rachmawati: Kajian Penggunaan Pupuk Hayati ….
71

berpengaruh terhadap bobot buah tomat meningkatkan produksi tanaman, laju


(Kadir, 2007), juga mengandung Azotobacter perkecambahan, pertumbuhan akar dan
yang berperan dalam meningkatkan perkembangan tanaman. Peningkatan produksi
produksi/hasil tanaman (Suryani, 2012). tanaman terjadi karena Azotobacter dapat
Persentase serangan penyakit akar gada menambat N, menghasilkan pemacu tumbuh
terendah ditunjukkan oleh perlakuan C dan menghambat patogen tanaman seperti
(pemberian pupuk hayati 45 kg/ha) yaitu alternaria dan fusarium. Azotobacter diketahui
sebesar 1,75 % (Tabel 4). Hasil ini berbeda mampu mensintesis substansi yang secara
nyata dengan perlakuan lainnya dan biologis aktif dapat meningkatkan
memberikan persentase penekanan penyakit perkecambahan benih, tegakan dan
tertinggi yatu sebesar 70,83 %. Hal ini diduga pertumbuhan tanaman seperti vitamin B, asam
karena pupuk hayati yang digunakan indol asitat, giberalin, dan sitokinin
mengandung beberapa mikroba yang (Wedhastri, 2002). Disamping itu juga
bermanfaat, diantaranya adalah Azotobacter mengandung bakteri pelarut phospat yang
yang berperan sebagai pengendali serangan dapat menahan penetrasi patogen akar karena
OPT. Suryani (2012) mengemukakan bahwa sifat mikroba yang cepat mengkoloni akar dan
Azotobacter mampu menghasilkan hormon menghasilkan senyawa antibiotik (Efiati,
pertumbuhan dan mengurangi serangan OPT, 2005).
menghambat pertumbuhan jamur Alternaria
sp. dan Fusarium sp. Azotobacter dapat

Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap panjang akar, berat per tanaman dan persentase serangan akar
gada

Perlakuan Panjang Bobot/tanaman % Serangan % Penekanan


Akar (cm) (g) akar gada penyakit
A. Pupuk hayati 15 kg/ha 11,00 ab 250,00 a 3,75 a 47,50
B. Pupuk hayati 30 kg/ha 12,25 ab 315, 00 b 2,00 a 66,67
C. Pupuk hayati 45 kg/ha 14,38 b 380,00 c 1,75 a 70,83
D. Cara Petani 10,55 a 227,50 a 6,00 b -
Keterangan :
*) Angka selajur yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Pemberian Pupuk hayati Dosis 45 Anonim. 2010. “Pupuk % 20 Organik


kg/ha dapat memberikan pertumbuhan “.[Online].
yang baik terhadap tinggi tanaman ( 26,50 http://balittanah.litbang.deptan.go.id.
cm), jumlah daun (21 helai), lebar tajuk Diakses tanggal 23 Januari 2014.
(33,25 cm), panjang akar (14,38 cm) dan
bobot per tanaman (380 g/tanaman). Anonim. 2005. Peranan mikroba pelarut fosfat
Persentase serangan penyakit akar terhadap pertumbuhan tanaman .
gada terendah ditunjukkan oleh (Online)
pemberian pupuk hayati dosis 45 kg/ha, www.library.usu.ac.id/download/fp/huta
yaitu sebesar 1,75 %, dengan tingkat n-deniefiati.pdf/peranan. Diakses
penekanan penyakit sebesar 70,83 %. tanggal 8 September 2014.

Arinong, A.R, dan L.D. Chrispen. 2011.


Aplikasi pupuk hayati cair terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman
Diding Rachmawati: Kajian Penggunaan Pupuk Hayati ….
72

sawi (Brassica juncea L.). [Jurnal]. _________. 2010. Pertumbuhan dan Produksi
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Tanaman Sawi (Brasicca juncea L)
(STPP) Gowa. Kabupaten Gowa. dengan Tiga Varietas Berbeda. [Jurnal].
Fakultas Pertanian Universitas Baturaja.
Kadir, H. 2007.pupuk hayati Pseudomonas
flourescens untuk meningkatkan Rachmawati, D., Baswarsiati dan Gunawan.
efisiensi pemupukan pada tanaman 2013. Pengendalian penyakit akar gada
tomat. (Online). (P. brassicae) pada tanaman sawi
www.slideshare.net/husnakadir/pemanfa daging dengan menggunakan PGPR.
atan . Diakses tanggal 11 September Prosiding Seminar Nasional 3 in one.
2014. Peran nyata Agronomi, Hortikultura dan
Pemuliaan terhadap ketahanan pangan.
Korlina, E., D. Rachmawati dan S.Z. Saadah. Universitas Brawijaya Malang. 2014.
2015. Aplikasi pupuk hayati terhadap
pertumbuhan dan produksi padi. Jurnal Suryani, A.I., 2012. Mikroba pengikat
Bioplantae. Vol. 2 (4) : 175-184 nitrogen. (online)
www.adeirmasuryani.blogspot.com/..../.
Nugrahani, Oktia. dkk. 2012. Pengaruh Diakses tanggal 8 September 2014.
berbagai pupuk hayati terhadap
pertumbuhan hasil tanaman sawi sendok Wahyu Ashari. Pengaruh mikroba terhadap
(Brassica juncea (l.) Czern) dengan pertumbuhan tanaman. (online)
budidaya secara ramah lingkungan. www.wahyuashari.wordpress.com/akad
[Jurnal]. Fakultas Pertanian dan Bisnis emi/. Diakses tanggal 21 Nopember
Universitas Kristen Satya Wacana. 2014
Semarang.
Wedhastri, S. 2002. Isolasi dan seleksi
Nurshanti, FD. 2009. Pengaruh pemberian Azotobacter spp. Penghasil faktor
pupuk hayati terhadap pertumbuhan tumbuh dan penambat nitrogen dari
dan hasil tanaman sawi caisim tanah masam. Jurnal Ilmu Tanah dan
(Brassica juncea L.). [Jurnal]. Fakultas Lingkungan. 3 (1). 45-51
Pertanian Universitas Baturaja. .

Anda mungkin juga menyukai