PENDAHULUAN
terjadi dalam aspek teknologi, bahan, alat, serta proses pengolahan yang
dilaksanakan. Inovasi terus dilakukan demi memenuhi aspek keamanan pangan baik
secara jasmani maupun rohani. Secara jasmani produk pangan harus bebas dari
cemaran dan kontaminasi dari segi biologi, fisik, kimia dan bahan yang menimbulkan
alergi (Agustina, 2014). Sedangkan secara rohani, pangan harus dijamin tidak
bertentangan dengan budaya, agama, dan keyakinan (Suryana, 2014). Sistem jaminan
mutu menjadi penting untuk diterapkan agar proses pengolahan dilakukan secara
melaksanakan proses manufaktur yang baik dan terpadu (FDA, 2020). Berdasarkan
pemeriksaan sarana produksi obat dan makanan (BPOM, 2021), sampai triwukan II
tahun 2021 BPOM telah melakukan pemeriksaan terhadap 1.630 sarana produksi obat
dan makanan. Sebanyak 483 (29,63%) sarana tidak memenuhi ketentuan GMP.
Penerapan GMP merupakan kewajiban dari industri pangan baik dalam bentuk
inovatif dan berkualitas dapat tercapai. Penerapan GMP menjamin bahwa produk
yang dihasilkan memiliki nilai kebersihan dan sanitasi yang baik. Sanitasi dan
pengelolaan pangan melalui kegiatan sanitasi dan higiene karena proses sanitasi dan
higiene berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan (Ristyanti & Masithah,
2021). Selain itu, fokus dalam penerapan GMP adalah melaksanakan prosedur yang
sesuai sehingga kualitas produk yang dihasilkan dapat memenuhi standar yang telah
kelengkapan prosedur pengolahan produk. Beberapa faktor menjadi hal yang kritis
GMP. Titik-titik kritis menjadi hal yang diperhatikan seperti operasi sanitasi, kondisi
Titik kritis ini berkaitan dengan sistem jaminan mutu Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP). Jika aktivitas pada titik kritis tidak berjalan dengan baik,
risiko kerusakan dan kerugian dapat timbul (Fajri, 2020). Penerapan GMP dengan
HACCP berkaitan karena beberapa aspek menjadi hal kritis untuk diawasi untuk
mencapai kesesuaian. Aspek kritis tersebut merupakan hal yang sangat bersentuhan
dengan proses pengolahan, antara lain operasi sanitasi, kondisi karyawan, serta proses
dimulai. Jika keadaan fasilitas produksi kotor, maka penyimpangan dan kontaminasi
patogen beresiko besar untuk muncul dan berakibat membahayakan kondisi produk
(Stoica, 2018). Bahan baku sebagai bahan yang akan diolah menjadi produk bernilai
Karyawan atau tenaga kerja yang beroperasi diharapkan memiliki kompetensi dan
Selain itu, keamanan pangan secara rohani harus diperhatikan dan dapat dipenuhi
jika adanya penerapan Sistem Jaminan Halal (SJH). Penerapan SJH juga
memerhatikan titik kritis namun lebih spesifik kepada hal yang dapat
kehigienisannya dan dipastikan tidak ada kontaminasi najis dan bahan haram. Selain
itu, karyawan yang bertanggung jawab harus dapat melakukan pengawasan mengenai
8 liter hingga 20 liter yang dilakukan pada pabrik dengan fasilitas produksi semi-
modern berskala Industri Rumah Tangga (IRT). Produksi dilakukan secara kontinu
setiap harinya dan libur pada hari Sabtu dan Minggu. Melihat frekuensi produksi
dengan kapasitas produksi yang besar untuk fasilitas produksi minim, maka
produksi.
PT Bhineka Rahsa Nusantara telah menerapkan GMP, HACCP, dan SJH sebagai
sistem jaminan mutu yang digunakan. Penerapan GMP sudah berjalan dengan
dokumentasi yang cukup baik, namun sistem HACCP dan SJH yang diterapkan baru
dalam proses penyusunan pedoman dan batas kritis yang diterapkan. Proses checklist
mengenai aspek yang diterapkan pada HACCP dan SJH belum berjalan sempurna
penerapan sistem yang sederhana dan efektif namun memiliki dampak yang baik.
Penerapan ketiga sistem jaminan mutu tersebut dirasa dapat dilakukan secara
intergratif dan efektif melihat dari keterkaitan yang ada. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk meneliti interelasi antara GMP dengan HACCP dan SJH di PT Bhineka
diantaranya?
Rahsa Nusantara?
Nusantara.
diantaranya:
serupa.
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah industri minuman botanikal di Bandung, Jawa Barat,
yaitu PT Bhineka Rahsa Nusantara. Lokasi pabrik dan kantor berada di Komplek
Kampung Padi, Kel. Dago Pojok, Kec. Coblong, Bandung, Jawa Barat. Periode
waktu penelitian dibuat dalam bentuk cross-sectional untuk meneliti suatu populasi
spesifik tanpa pengulangan atau dengan pengambilan data hanya dalam satu kali.
botanikal PT Bhineka Rahsa Nusantara yaitu setiap Senin-Jumat pukul 08.00 – 16.30
abduktif dengan alur mencari sebuah hubungan atau pengaruh dari sebuah sistem
data kualitatif dan kuantitatif yang kemudian diinterpretasikan menjadi sebuah hasil.
keperluan penelitian..
Microsoft Excel, IBM SPSS Statistics version 25. Microsoft Word digunakan
untuk menulis laporan akhir dan hasil dari wawancara sedangkan Microsoft
Excel dan IBM SPSS Statistics version 25 digunakan untuk mengolah data
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari lebih lanjut
divisi Operation PT Bhineka Rahsa Nusantara. Karyawan yang akan menjadi subjek
berjumlah 30 orang. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
adalah untuk memilih sampel secara spesifik dengan memiliki kompetensi mengenai
GMP, HACCP, dan Halal serta memiliki jabatan yang bersinggungan dengan proses
mengenai teori pengawasan mutu, GMP, HACCP, dan SJH dilakukan penulis untuk
di masa lalu dan pemecahannya. Manfaat dari studi pendahuluan adalah menemukan
masalah terbaru yang belum dibahas pada penelitian sebelumnya sehingga dapat terus
melihat hal yang relevan yang membantu dalam penyelesaian masalah. Luaran studi
sebuah rumusan masalah. Rumusan masalah dijadikan acuan dan sebagai bentuk
perumusan metode dan pengumpulan data yang dapat menjawab masalah yang
tersedia.
Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Data yang
dikumpulkan bersifat kualitatif dan kuantitatif serta bersumber dari internal dan
eksternal perusahaan. Jenis dan sumber data yang digunakan dikelompokan sebagai
berikut:
melalui hasil pengamatan. Hasil pengamatan dapat bersumber dari opini, sikap,
karakteristik dari subjek atau responden penelitian. Data primer yang didapatkan
angket atau kuesioner, dan wawancara terhadap informan yang relevan. Proses
likert 1-5. Skala likert digunakan untuk mengukur prefrensi seseorang terhadap
sistem atau produk. Variabel yang digunakan merupakan ideologi atau kriteria dari
sistem pengawasan mutu yang digunakan dengan melihat preferensi pekerja pada hal
tersebut. Data likert yang digunakan merupakan skala interval yang memiliki
keterkaitan antara butir-butir pertanyaan yang ada (Budiaji, 2013). Jumlah titik yang
ada dalam setiap butir pertanyaan adalah 5 yaitu Sangat Tidak Sesuai, Tidak Sesuai,
Netral, Sesuai, dan Sangat Sesuai (Likert, 1932). Penggunaan jumlah titik ganjil
dipilih karena dapat menghasilkan stabilitas dan kekuatan diskriminasi yang lebih
baik dibandingkan dengan penggunaan titik dengan jumlah genap (Dawes, 2008).
Kekurangan dari penggunaan titik ganjil adalah menimbulkan bias yang terjadi akibat
2. Data sekunder merupakan data dukung dari keperluan data primer yang
didapatkan melalui kajian literatur atau studi pustaka. Data sekunder didapatkan
melalui sumber lain seperti buku, artikel, jurnal, dan peraturan yang berlaku di
Indonesia mengenai GMP, HACCP, dan SJH. Data dukung dapat bersumber melalui
pedoman atau hasil dokumentasi mengenai penerapan sistem GMP, HACCP, dan
Pengolahan dan analisis data dilakukan untuk mengurutkan data yang sudah didapat
menjadi sebuah informasi sehingga dapat mudah dipahami dan menjawab rumusan
masalah penelitian. Teknik analisis data dilakukan secara parametrik dan non
a. Uji Validitas
Uji validitas diperlukan untuk menghindari kegagalan yang disebabkan oleh alat
ukur. Rumus pearson product moment digunakan dalam uji validitas, selanjutnya uji t
item dengan skor total dari instrument. Uji secara dua sisi dengan taraf signifikansi
0,05 dinyatakan valid jika item pertanyaan berkorelasi dengan skor total dengan r
hitung ≥ r tabel (A. A. Hidayat, 2021). Perolehan r tabel dapat dilihat pada Lampiran
4. dengan N=25.
mengukur aspek yang sama. Metode yang digunakan yaitu metode Cronchbach
Alpha dengan tujuan memperkirakan proporsi varians yang sistematis dalam suatu set
instrument. Kriteria pengujian dilihat melalui jangkauan yang bernilai 0.00 (varian
tidak konsisten) hingga 1.00 (varian konsisten). Varian dikatakan konsisten jika
bernilai diatas 0.60 atau mendekati 1.00. Pengujian dilakukan dengan IBM SPSS
menggunakan reliability analysis. Jika hasil yang dikeluarkan 0.90 maka dapat
3. Analisis Mutivariat
bobot yang telah ditentukan secara empiris. Teknik analisis dibagi ke dalam 3
tingkatan, yaitu:
a. Analisis univariat, disebut juga uji deskriptif atau distribusi frekuensi yang
Jika nilai Sig. (P-Value) < 0,05 maka ada hubungan secara signifikan.
Jika nilai Sig. (P-Value) > 0,05 maka tidak ada hubungan secara signifikan.
Jika variabel memiliki Jika nilai Sig. (P-Value) < 0,25 maka penelitian dapat
Jika nilai Sig. (P-Value) < 0,05 maka ada pengaruh secara signifikan.
Jika nilai Sig. (P-Value) > 0,05 maka tidak ada pengaruh secara signifikan.
3.3.4 Pembahasan
teoritis dilakukan dengan melakukan pengkajian literatur berdasarkan data yang telah
diolah. Hasil nilai signifikansi menjadi acuan adanya pengaruh atau tidaknya dalam
sebelumnya. Hipotesis yang didapat bisa jadi diterima atau ditolak tergantung dari
hasil penelitian. Rekomendasi akhir diberikan sebagai hasil penelitian berupa manfaat
Setiap pernyataan dalam kuesioner ini tidak mengandung jawaban benar atau salah.
Pastikan tidak ada jawaban yang terlewat
*berilah tanda centang “ R ” pada jawaban yang dipilih
1. Terdapat prosedur pencegahan dan penanganan hama sehingga fasilitas produksi
dan produk tidak tercemar hama penyakit.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
2. Fasilitas produksi dalam keadaan erawatt dengan baik agar prosedur sanitasi
berjalan efektif, mesin/peralatan tetap berfungsi sesuai prosedur, terutama pada
tahap kritis dan menghindari ternjadinya pencemaran fisik, kimia, dan biologis.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
3. Alat/mesin yang kontak langsung dengan bahan dan produk harus dibersihkan dan
dikenakan tindakan sanitasi secara rutin serta dipastikan tiidak terkontaminasi
najis dan bahan non-halal
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
4. Alat/mesin yang tidak kontak langsung dengan bahan dan produk harus
dibersihkan dan dikenakan tindakan sanitasi secara rutin serta dipastikan tiidak
terkontaminasi najis dan bahan non-halal
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
5. Alat angkut di dalam pabrik/tempat produksi harus dalam keadaan bersih dan tidak
merusak barang yang diangkut.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
6. Alat dan bahan pencuci bersifat aman, tidak korosif, dan halal untuk digunakan.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
7. Bahan kimia pencuci disimpan di dalam wadah berlabel untuk menghindari
pencemaran terhadap bahan dan produk.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Penilaian Penerapan GMP, HACCP, dan SJH pada Kondisi Karyawan.
Bagaimana preferensi anda mengenai kondisi karyawan yang dilakukan di PT
Bhineka Rahsa Nusantara? Apakah telah mencapai kesesuaiannya?
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
8. Karyawan yang melaksanakan aktivitas kritis melakukan pengecekan kesehatan
rutin untuk menjamin karyawan tidak mengidap penyakit yang dapat
mengontaminasi produk (Luka, TBC, Hepatitis, Tipus, dsb).
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
9. Karyawan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa penutup kepala, baju
produksi, dan sandal karet setiap memasuki kawasan produksi.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
16. Terdapat petunjuk untuk setiap jenis produk termasuk jenis dan jumlah bahan
yang digunakan, tanggal pembuatan, kode produksi, tahapan proses produksi,
aktivitas kritis, besar batch produksi, dan informasi lain yang diperlukan (batch
record).
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
17. Pengawasan waktu dan suhu proses produksi dilakukan dengan baik untuk
menjamin keamanan produk pangan olahan. (Pemasakan pada suhu 70℃ , 30
menit dan Sterilisasi pada suhu 50℃ , 5 menit)
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
18. Pengawasan proses produksi diatur sehingga dapat mencegah masuknya bahan
kimia berbahaya, bahan fisik asing, kontaminasi mikrobiologis, dan kontaminasi
bahan non-halal lainnya.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
19. Proses produksi khusus atau titik kritis pada tahapan produksi yang menimbulkan
bahaya mendapatkan pengawasan. Proses produksi atau tahapan tersebut antara
lain pemasakan, sterilisasi kemasan, sterilisasi produk akhir (berdasarkan analisis
bahaya HACCP).
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
20. Produk akhir memenuhi persyaratan yang ditetapkan baik secara organoleptik,
mutu dan keamanan, serta status kehalalan. (Pengujian dilakukan secara
organoleptik dan pengukuran pH serta Viskositas)
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Penilaian Bukti Kesesuaian Penerapan GMP, HACCP, dan SJH.
Apakah kesesuaian penerapan GMP, HACCP, dan SJH telah tercapai? Dilihat dari
bukti-bukti penerapan yang didapatkan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
21. Prosedur tertulis, catatan, dan dokumentasi program sanitasi dipelihara dan
diawasi secara berkala. Dokumentasi mencakup program sanitasi, karyawan yang
bertanggung jawab, cara dan frekuensi pembersihan, dan proses pengawasan
pembersihan.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
22. Prosedur tertulis, catatan, dan dokumentasi pelatihan karyawan dipelihara dan
diawasi secara berkala. Dokumentasi mencakup bukti pelatiham, presensi, materi
pelatihan, hasil pre-test, dan hasil post-test.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
23. Prosedur tertulis, catatan, dan dokumentasi pengawasan bahan baku diawasi dan
dipelihara secara berkala. Dokumentasi mencakup sertifikat halal, MSDS, COA,
dan dokumen pengawasan bahan baku.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
24. Prosedur tertulis, catatan, dan dokumentasi proses pengawasan produksi.
Dokumentasi mencakup persyaratan yang berhubungan dengan bahan baku,
komposisi, proses pengolahan, dan distribusi; form ceklist pengawasan produksi.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
25. Penyimpangan pada aspek Operasi Sanitasi terjadi kurang dari 1 kali setiap satu
bulan.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
26. Penyimpangan pada aspek Kondisi Karyawan terjadi kurang dari 1 kali setiap
satu bulan.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
27. Penyimpangan pada aspek Proses dan Pengawasan Produksi terjadi kurang dari 1
kali setiap satu bulan.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
28. Karyawan memiliki kompetensi yang setara dalam pengetahuan GMP, HACCP,
dan SJH.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
29. Kondisi lingkungan produksi dalam keadaan bersih, higienis, dan tidak ada yang
rusak.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
30. Produk akhir sesuai dengan selera konsumen dibuktikan dengan minimnya
pengaduan keluhan.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai
¡ ¡ ¡ ¡ ¡