Anda di halaman 1dari 23

Volume 17 (32), Desember 2020 : 150-172

http://jurnal.polbangtanyoma.ac.id/index.php/jp3/index

Analisis Pre Requisite Program HACCP, Analisis Kesiapan Penerapan


HACCP dan Strategi Pengembangan Penerapan HACCP Pada Produksi
Dodol Nanas UKM Jalancagak Kabupaten Subang

Analysis Pre Requisite Program HACCP, Analysis Readiness


Implementation Of Haccp And Strategy Development Implementation Of
HACCP In Production Pineapple Dodol Of Smes Jalancagak - Subang
1Saptoningsih

1Balai
Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Jalan Kayuambon No. 82 Lembang, Bandung Barat – Jawa Barat 40791
e-mail: Saptoningsih_sarwadi@yahoo.co.id

Diterima : 25 Oktober 2020 Disetujui : 20 Desember 2020

ABSTRAK

Usaha pembuatan dodol nanas di Jalancagak Subang sebagian besar


merupakan usaha kecil menengah dengan pengawasan mutu yang belum maksimal,
sehingga mutu yang dihasilkan belum konsisten dan belum memenuhi syarat mutu
dodol nanas. Penelitian bertujuan menganalisis pree requisite program HACCP untuk
mengidentifikasi bahaya yang terkait produksi dodol nanas, sehingga tersusun
rencana jaminan mutu berdasarkan HACCP, mengetahui kesiapan penerapan
HACCP dan strategi pengembangan penerapan HACCP. Penelitian menggunakan
metoda deskriptif analitik bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci
dengan menggambarkan segala fakta yang ada, mengidentifikasi masalah, membuat
perbandingan atau evaluasi terhadap informasi/data yang diperoleh (Damanik, 2012).
Analisis GMP dengan menggunakan check list penilaian GMP Direktorat PPHP
(2004) dan analisis SSOP dengan membandingkan hasil observasi di lapangan
dengan SSOP menurut FDA (1995). HACCPlan disusun dengan mengisi lembar kerja
HACCP (SNI 01-4296-1996), analisis kesiapan dan analasis strategi pengembangan
penerapan HACCP dianalisis menggunakan SWOT. Hasil analisis GMP telah
memenuhi persyaratan cara pengolahan yang baik, akan tetapi belum optimal dalam
hygiene sanitasi di tempat pencucian, pemarutan dan ruangan pendinginan produk
yang masih terbuka dan analisis SSOP terdapat beberapa hal yang belum memenuhi
persyaratan yaitu perlengkapan, keamanan air dan peralatan pengolahan serta
pengawasan binatang pengerat. Penilaian penerapan GMP memperoleh nilai 406
berarti pengolahan dodol nanas di UKM Jalancagak mendekati persyaratan cara
pengolahan yang baik, sehingga syarat untuk penerapan sistem HACCP sudah
terpenuhi, rencana HACCP disusun dengan memperhatikan titik kendali kritis untuk

150
dilakukan tindakan koreksi, monitoring serta pengawasan CCP yaitu pada proses
pemarutan, pemasakan serta proses pendinginan produk, hasil analisis kesiapan
penerapan HACCP 8,3 % siap menerapkan HACCP dengan pendampingan dan
91,7% UKM dodol belum siap menerapkan HACCP. Untuk analisis strategi
pengembangan penerapan HACCP disusun: a). Strategi S-O (Strenght-Opportunities)
yaitu meningkatkan kualitas produk yang merujuk pada standar keamanan pangan
(HACCP) dan kontinuitas produksi melalui peningkatan kemampuan teknis serta
kerja sama dengan pemasok bahan baku. b). Strategi S-T (Strenght-Treats) adalah
peningkatan teknis pemeliharaan peralatan dan pengendalian produksi dengan
penerapan sistem HACCP, c). Strategi W-O (Weakness-Opportunities) yaitu
peningkatan kualitas fasilitas produksi yang memperhatikan prinsip-prinsip HACCP
dan membentuk koperasi serta mengoptimalkan peranan pemerintah dalam
pemberian bantuan dan mengefisiensikan penggunaan sarana produksi guna
mengatasi dampak kenaikan biaya produksi. d). Strategi W-T (Weakness-Threats)
yaitu meningkatkan kemampuan manajerial, memunculkan inovasi- inovasi produk
melalui peningkatan kualitas dan pengemasan berlabel keamanan pangan serta
meningkatkan promosi melalui e-comerce. Direkomendasikan model diklat HACCP
berbasis “Blended Learning sistem OJT”, perlunya disusun SOP secara tertulis, serta
pelatihan dan pendampingan mengenai HACCP secara komprehensif terkait
kesiapan UKM dodol nanas Jalancagak dalam penerapan sistem HACCP.

Kata kunci: Pree Requisite Program, HACCP, Kesiapan, Strategi dan Dodol Nanas.

ABSTRACT

Most of the pineapple dodol making businesses in Jalancagak Subang are small
and medium-sized businesses with sub-optimal quality control, so that the quality
produced is not consistent and does not meet the quality requirements of pineapple
dodol. The research aims to analyze the HACCP program pre-requisite, namely GMP
and SSOP to identify the hazards associated with the production of pineapple dodol,
so that a quality assurance plan is compiled based on HACCP, determine the
readiness of HACCP implementation and HACCP implementation development
strategies by taking into account internal and external factors in the effort to implement
HACCP in SMEs Jalancagak pineapple dodol. Research using descriptive analytic
methods aims to collect actual information in detail by describing all existing facts,
identifying problems, making comparisons or evaluating the information / data
obtained (Damanik, 2012). GMP analysis using the PPHP Directorate GMP
assessment check list (2004) and SSOP analysis by comparing the results of field
observations with SSOP according to the FDA (1995). Furthermore, the HACCP plan
is prepared by filling in the HACCP worksheet (SNI 01-4296-1996), then analyzing the
readiness and analysis of the HACCP application development strategy using a
SWOT analysis. The results of the GMP analysis generally have met the requirements
for good processing methods, but have not been optimal in sanitation hygiene in the
washing, grating and product cooling rooms that are still open and SSOP analysis
there are several things that do not meet the requirements, namely equipment, water
151
safety and treatment equipment. as well as rodent control, while the assessment of
GMP application obtained a value of 406 means that the processing of pineapple dodol
in SMEs Jalancagak is close to the requirements for good processing methods, so that
the requirements for implementing the HACCP system have been met, the HACCP
plan is prepared by taking into account critical control points for corrective action,
monitoring and CCP supervision, namely in the process of grating, cooking and
cooling the product, the results of the analysis of the readiness of applying HACCP
were 8.3% ready to apply HACCP with guiding and 91.7% of SMEs Jalancagak
pineapple dodol were not ready to implement HACCP. For the analysis of the
development strategy for the application of HACCP to arrange : a). The S-O (Strength-
Opportunities) strategy is to improve product quality that refers to food safety
standards (HACCP) and continuity of production through increased technical
capabilities and cooperation with raw material suppliers. b). The S-T (Strenght-Treats)
strategy is the technical improvement of equipment maintenance and production
control by implementing the HACCP system, c). The W-O (Weakness-Opportunities)
strategy is to improve the quality of production facilities that pay attention to HACCP
principles and form cooperatives and optimize the role of the government in providing
guiding, and streamline the use of production facilities in order to overcome the impact
of rising production costs. d). The W-T (Weakness-Threats) strategy is to improve
managerial skills, generate product innovations through quality improvement and
packaging with food safety labels and increase promotion through e-commerce.
Recommendation of the research is a HACCP training model based on the "Blended
Learning OJT system", the need to arrange SOP in written, as well as comprehensive
training and mentoring regarding HACCP related to the readiness of the SMEs
Jalancagak pineapple dodol in implementing HACCP system.

Keywords: Pree Requisite Program, HACCP, Readiness, Strategy and Pineapple


Dodol.

PENDAHULUAN tidak menjadi ancaman bagi kesehatan


konsumen. Keamanan pangan
Aspek keamanan merupakan persyaratan utama dan
pangan merupakan salah satu faktor terpenting dari seluruh parameter
penting dalam upaya pangan yang ada (Kemenperin, 2013).
mencapai Sustainable Development Lukito PK. (2019) menyatakan bahwa
Goals (SDGs) dan menciptakan sumber keracunan pangan itu masih menjadi
daya manusia unggul. Dalam aspek permasalahan bangsa ini, sekitar 20 juta
keamanan pangan, keracunan pangan kasus per tahunnya. Pangan yang
masih menjadi masalah yang perlu mengandung cemaran dapat
mendapatkan perhatian lebih dari mengakibatkan penyakit berbahaya
berbagai kalangan, sehingga hingga kematian. Pada salah satu artikel
mendorong produk pangan yang dari Pikiran Rakyat, pada tahun 2013
dihasilkan selain harus bermutu, juga terdapat 10.700 kasus keracunan
harus aman dan bebas dari bahan pangan yang mengakibatkan kematian
berbahaya untuk dikonsumsi, sehingga di Indonesia (Effendie, 2017). Selain itu,
152
pada tahun 2016 terdapat data yang mikroba yang menempel pada buah
menunjukkan sekitar 14,9% dari nanas, bahaya fisik adanya debu-debu
26.537 sampel pangan tidak memenuhi halus atau pasir yang ada pada karung
syarat. Produk pangan tersebut atau pada saat proses pemasakan, saat
dikatakan tidak memenuhi syarat karena material handling yang kurang baik,
mengandung bahan berbahaya, ataupun bahaya kimia pada proses
cemaran mikroba atau bahan tambahan produksi selama pembuatan dodol
pangan (BTP) yang kadarnya melebihi nanas. Semua hal tersebut dapat terjadi,
batas maksimum yang diizinkan. namun juga dapat dikendalikan dengan
Menurut Putri (2017), pada tahun 2011- memperhatikan standar-standar
2015, produk maka nan yang tidak keamanan pangan (Yuniarti, 2015). Hal
memenuhi syarat mengalami tersebut didukung oleh Tresnawati D.,
peningkatan sekitar 35 persen. (2015) industri dodol di kabupaten
Kemudian, pada tahun 2013-2015, Subang masih kurang terjamin
laporan mengenai keracunan makanan keamanan pangannya karena
yang serius meningkat dari 48 menjadi terbatasnya pengetahuan tentang
61 kasus di 34 provinsi. prinsip-prinsip keamanan pangan,
Untuk memproduksi produk sarana prasarana dan fasilitas produksi
pangan yang aman dikonsumsi, perlu yang terbatas. Sehingga disimpulkan
menggunakan standar - standar usaha pembuatan dodol nanas di
keamanan pangan (Badan Standarisasi Jalancagak Subang sebagian besar
Nasional, 2010). Salah satu standar merupakan usaha kecil menengah
keamanan pangan yang diakui adalah dengan pengawasan mutu yang belum
Hazard Analysis and Critical Control maksimal, sehingga mutu yang
Point (HACCP). HACCP merupakan dihasilkan belum konsisten dan belum
suatu piranti (sistem) yang digunakan memenuhi syarat mutu dodol nanas.
untuk menilai bahaya dan menetapkan Berdasarkan situasi ini, perlu
sistem pengendalian yang bagi UKM dodol nanas Jalancagak
memfokuskan pada pencegahan. untuk penerapan sistem HACCP
HACCP diterapkan pada seluruh mata sebagai salah satu langkah penyesuaian
rantai proses pengolahan produk dengan peraturan Menteri Pertanian
pangan (Thaheer, 2005). Program tentang produksi dodol nanas.
persyaratan dasar (Pre Requisite Meskipun secara ekonomi UKM
Program) dalam sistem HACCP adalah mempunyai kontribusi yang signifikan
cara produksi makanan yang baik (Good terhadap pertumbuhan ekonomi, namun
Manufacturing Practice, GMP) atau dalam perkembangannya memiliki
praktik higiene yang baik (SSOP) yang berbagai permasalahan. Dengan
akan dipatuhi oleh semua pelaku bisnis demikian, semua permasalahan yang
makanan, yang memiliki reputasi baik dihadapi UKM dodol nanas Jalancagak
untuk memastikan bahwa makanan yang sebaiknya dijadikan input atau bahan
diberikan pada konsumen adalah pertimbangan dalam merumuskan
makanan yang sehat dan aman kesiapan UKM dalam penerapan
(Herawati H., 2006). HACCP dan strategi pengembangannya
Dalam proses pembuatan dodol penerapan HACCP, agar strategi
nanas terdapat banyak kemungkinan tersebut bersifat komprehensif , dapat
bahaya biologis, seperti cemaran berjalan secara efektif dan efisien
153
sehingga mendukung kesiapan UKM pemahaman materi HACCP dengan
dodol nanas Jalancagak dalam menggunakan Juknis Monev (2019),
penerapan sistem HACCP. analisis penyusunan HACCP meliputi
deskripsi produk, identifikasi rencana
penggunaan, penyusunan bagan alir,
MATERI DAN METODE konfirmasi bagan alir di lapangan,
identifikasi bahaya, penentuan CCP,
Penelitian ini dilakukan di UKM penentuan batas-batas kritis (critical
dodol nanas Jalan Cagak – Kabupaten limits) pada tiap TKK (CCP) untuk
Subang pada bulan nopember 2019 sd. rekomendasi perbaikan berdasarkan
Juni 2020. Penelitian dilakukan melalui konsep HACCP dengan mengisi lembar
3 tahap dengan metode pendekatan kerja HACCP (SNI 01-4296-1996),
survei kepada responden UKM dengan analisis kesediaan penerapan HACCP
menggali sejumlah informasi terkait dan analisis strategi pengembangan
produksi dodol nanas. Tahap awal penerapan HACCP menggunakan
dalam penelitian ini adalah tahap analisis SWOT (Rangkuti, 2006).
identifikasi, dimana tahap ini dilakukan
dengan survei pendahuluan untuk
mendapatkan gambaran mengenai HASIL DAN PEMBAHASAN
kondisi sistem produksi dan kondisi awal
tata letak fasilitas produksi. UKM ini Analisis Penerapan GMP Pada
sudah memiliki pasar yang cukup besar, Produksi Dodol Nanas Di UKM
produknya sudah di pasarkan di sekitar Jalancagak
Subang, Bandung, Sumedang Penerapan GMP dalam industri
Majalengka, Cirebon, Kalimantan dan pangan memiliki tujuan yang spesifik
sudah pernah ekspor ke Singapura. yaitu agar memberikan prinsip-prinsip
Tahap kedua yang dilakukan yaitu dasar makanan yang diterapkan dalam
pengumpulan data, yang terdiri dari data memproduksi makanan disepanjang
primer dan data sekunder. Data primer rantai dan jalur makanan. Alur analisis
diperoleh melalui pengamatan dan yang diterapkan pada proses produksi
pencatatan secara langsung yang dodol nanas telah disesuaikan dengan
berupa data aspek dalam penerapan standar yang berlaku yaitu Surat
GMP dan Sanitation Standard Keputusan Menteri Pertanian Nomor
Operating Procedure (SSOP), data 68/Permentan/OT.140/6/2013 tentang
identifikasi bahaya atau Critical Control pemberlakuan wajib Standar Nasional
Point (CCP) pada proses produksi, serta Indonesia (SNI). Berikut hasil analisis
kondisi awal tata letak fasilitas pabrik. GMP pada proses olahan dodol nanas di
Sedang data sekunder yaitu profil UKM Jalancagak.
perusahaan, proses produksi, dan
deskripsi produk. Tahap ketiga yaitu Penerimaan Bahan Baku
pengolahan data dengan melakukan Bahan baku nanas untuk
analisis SSOP dengan membandingkan membuat dodol nanas berasal dari
hasil observasi di lapangan dengan sekitar Kecamatan Jalan Cagak yang
SSOP menurut FDA (1995), GMP kualitasnya telah disesuaikan dengan
menggunakan check list penilaian GMP SNI 3166-2009 tentang nanas segar.
Direktorat PPHP (2004), evaluasi Adapun nanas yang diterima adalah
154
grade C dengan ukuran 1,2 – 1,5 Pencampuran bahan dan Pemasakan
kg/buah sudah cukup tua, tidak busuk, Pencampuran tepung yang
tidak memar karena adanya gesekan dilakukan saat rebusan gula dipanaskan
dan terlalu matang. Bahan baku nanas hingga mencapai kondisi mendidih atau
yang digunakan akan mempengaruhi telah mengeluarkan gelembung-
0
kualitas dodol yang dihasilkan sesuai gelembung udara (± 90 C), sehingga
pendapat Tresnawati D., (2010) bahwa akan mempersingkat proses pemasakan
penggunaan nanas yang kurang matang dan memberikan tekstur serta cita rasa
akan menyebabkan adonan kurang dodol yang baik. Pada saat
mengembang dan cenderung mengisut, pencampuran tersebut tepung terlebih
sedangkan apabila yang digunakan dahulu dicairkan dengan santan cair
nanas dengan kematangan yang cukup, yang digunakan. Adapun proses
maka adonan dodol nanas yang pengadukkan sebaiknya dilakukan terus-
dihasilkan akan mengembang dan menerus hingga adonan matang. Bila
banyak. pengadukkan ditunda-tunda,
dikhawatirkan adonan akan gosong dan
Pengupasan, Pemotongan, Pencucian setelah terbentuk tekstur jel kemudian
dan Pemarutan ditambahkan margarine sambil terus
Buah nenas dikupas diatas api dan terus diaduk. Tanda-
menggunakan pisau stainless steel tanda bahwa adonan tersebut sudah
untuk membuang bagian-bagian yang matang yakni bila diambil dan diletakkan
tidak dibutuhkan yaitu kulit (sisik) buah atau dipindahkan maka bentuknya tidak
nenas, bagian mahkota, mata-mata dan berubah, kalis, adonan tidak melekat di
bonggol nanas. hal demikian sesuai tangan, berwarna kecoklatan dan bila di
pendapat (Saaty, 2008). Selanjutnya tekan dengan jari terdapat bekas berupa
proses pemotongan prinsipnya lubang yang tidak berubah (Perdana
pemotongan adalah untuk WW., 2018). Proses pemasakan
mempermudah proses pemarutan buah. dilakukan selama 8 jam, proses
Setelah pemotongan adalah pencucian pemasakan dodol mengacu pada SNI
dengan air bersih yang mengalir 01-4296-1996 bagian 3 tentang
dimaksudkan untuk menghilangkan penanganan dan pemasakan dodol.
kotoran-kotoran yang masih melekat
maupun kotoran-kotoran yang sudah Pendinginan Pemotongan dan
tercampur dengan daging dan biji buah Pengemasan
selama proses pengupasan dan Tujuan pendinginan adalah agar
pengirisan. Proses terakhir dari dodol dapat dipotong dengan cara dodol
perlakuan pendahuluan adalah proses didiamkan terlebih dahulu selama ± 12
pemarutan, pemarutan menggunakan jam. Di UKM Kartika kegiatan
chopper dengan kapasitasnya 1 kwintal pendinginan ditempatkan disaung
membutuhkan waktu 10 menit. Chopper pertemuan yang terbuka, dimana dodol
yang sudah digunakan hendaknya dicuci yang ditempatkan di nampan
dan dikeringkan untuk menjaga dimasukkan ke lemari yang terbuka
kebersihannya karena chooper yang sehingga dimungkinkan akses masuk
kotor dan berkarat merupakan sumber binatang pengerat dan serpihan debu
kontaminasi mikroorganisme dan karena angin. Proses ini belum
serpihan logam. mengacu sepenuhnya pada SNI 01-
155
4296-1996 Bagian 3 tentang yang baik. Data yang diperoleh tersebut
Penanganan dan Pengolahan nanas. dapat digunakan untuk persiapan
Selanjutnya dilakukan memotong dodol penerapan HACCP di UKM Jalancagak,
berbentuk persegi panjang dengan penyimpangan yang terjadi pada
ukuran ± 3 x 1 cm lalu dodol dipotong penerapan GMP di UKM ini disebabkan
kembali sebesar ibu jari orang dewasa, oleh kurang lengkapnya bangunan,
pemotongan menggunakan pisau fasilitas fisik dan sarana prasarana serta
Stainless Steel dan talenannya terbuat higieni karyawan pada proses produksi
dari kayu, penggunaan kayu sebagai dodol nanas.
talenan di mungkinkan adanya jamur
apabila tidak pernah dibersihkan dan Analisis Penerapan Sanitasi dan
dikeringkan, kemudian dilakukan Hygiene (SSOP)
pengemasan dengan menggunakan Tujuan dari penerapan hygiene
plastik PP, selanjutnya dilakukan pangan adalah untuk memastikan agar
pengemasan sekunder yaitu mengemas pangan yang dikonsumsi aman dan
dodol dengan menggunakan karton yang layak. Pendekatan HACCP dapat
dilengkapi dengan label yaitu nama direkomendasikan pada penerapan
produk, berat netto dan tanggal hygiene pangan sebagai alat dalam
kadaluwarsa. Pengemasan yang baik peningkatan keamanan pangan (BSN,
akan dapat menambah keawetan dodol 2011). Analisis SSOP di UKM
nanas, bahan kemasan yang digunakan Jalancagak ada beberapa tahapan yang
untuk membungkus dodol nanas telah harus diperhatikan yaitu pada
sesuai dengan Peraturan BPOM RI No. perlengkapan peralatan, higieni
HK 03.01.23.07.11.6664 tahun 2011 karyawan dan pengawasan binarang
tentang Pengawasan Kemasan Pangan. pengerat, masih terdapat penyimpangan
peralatan yang belum memenuhi
Tingkat Penerapan GMP Dodol Nanas standar yaitu chooper yang kurang
di UKM Jalancagak bersih, tungku pemasakan dan sutil dari
Sistem persyaratan dasar yang kayu serta belum dilakukannya
diterapkan pada suatu unit pengolahan pengawasan binatang pengerat secara
pada umumnya sering mengalami teratur. Pemeriksaan bagian peralatan,
beragam kendala. Hal tersebut akan perlengkapan dan pengawasan binatang
mengakibatkan ketidaksesuaian pada pengerat yang ada di UKM ini
peraturan yang sedang berlaku, dari hasil mendekati kesesuaian dengan
penilaian pada masing-masing Keputusan Menteri Kesehatan No.
parameter yang diamati, dilakukan 23/Men.Kes/SK 1978, yang
evaluasi sejauh mana UKM yang menjelaskan bahwa setiap peralatan
bersangkutan telah menerapkan kaidah- yang digunakan dalam proses produksi
kaidah GMP pada unit usahanya. Total diletakan sesuai dengan urutan proses
hasil penilaian setelah dijumlahkan serta sesuai dengan SNI CAC/RCP
diperoleh score 406, hal ini sesuai 1:2011 yaitu menjaga kebersihan bagian
dengan pendapat Direktur P2HP (2004) peralatan secara cukup dan jika
yang menyatakan bahwa tingkat pengendalian hama perlu dilakukan
penerapan GMP dengan nilai total score proses pencegahan, menghilangkan
320 – 499 maka industri tersebut sumber dan infestasi hama, melakukan
mendekati persyaratan cara pengolahan
156
pemantauan serta deteksi hama, dan penerapan HACCP data penyusunan
memberantas hama secara teratur. rencana HACCP di produksi dodol nanas
UKM Jalancagak maka dilakukan diklat
Evaluasi Pemahaman Materi HACCP pengenalan HACCP. Berdasarkan hasil
Untuk mengetahui pemahaman penelitian di peroleh tabel pemahaman
materi HACCP dan untuk mempermudah materi sebagai berikut ini :

Tabel 1. Nilai Pemahaman Materi Inti Diklat Pengenalan HACCP


Materi Inti Diklat Pengenalan HACCP
Nama Penera Sertifik
No Sejarah Rata-rata
Peserta GMP SOP pan asi RKJM
HACCP
HACCP HACCP
1. Kartika 5 5 5 3 4 4 4.3
2. Tella 3 3 3 3 3 3 3.0
3. Dadang 3 3 4 3 3 3 3.1
4. Cece 3 3 2 3 3 3 2.8
5. Ade 3 3 3 3 3 3 3.0
6. Ading 3 3 2 3 3 3 2.8
7 Yaya 3 4 4 3 3 3 3.3
8 Panji 3 3 3 2 3 3 2.8
9 Rukasih 3 3 3 2 3 3 2.8
Total 29.0 30.0 29.0 25.0 28.0 28.0 27.9
Rata-rata 3.2 3.3 3.2 2.8 3.1 3.1 3.1 *)
cukup cukup cukup kurang cukup cukup Cukup
Hasil meng- meng- meng- meng- meng- meng- Mengua-
uasai uasai uasai uasai uasai uasai sai *)
Sumber: Data diolah berdasarkan petunjuk teknis monitoring dan evaluasi diklat oleh
BBPP Lembbang (2019)

Dari hasil evaluasi pemahaman singkat serta peserta memiliki


materi diklat pengenalan HACCP di UKM pendidikan dasar rata-rata hanya
dodol nanas Jalancagak masih belum mengenyam pendidikan SD dan SMP
optimal, sesuai dengan Juknis Monev kecuali 2 orang penyuluh pertanian dan
(2019) menyatakan bahwa proses Ketua UKM yang menjadi tim kerja
pembelajaran diklat dinyatakan berhasil berpendidikan S1, dimana Ketua UKM
apabila hasil pre-post test meningkat dan Kartika mempunyai latar belakang
memenuhi standar kompetensi yang pendidikan Sarjana Teknologi Pangan,
dipersyaratkan minimal nilai 4. hal demikian menyebabkan kemampuan
Sedangkan nilai evaluasi pemahaman penerimaan materi HACCP masih
materi pelatihan pengenalan HACCP kurang optimal. Untuk mengetahui
diperoleh rata-rata nilai penguasaan seberapa jauh peningkatan nilai sebelum
materi 2.8 sampai 3.2. Hal demikian dan sesudah pembelajaran dilakukan
dimungkinkan karena pengetahuan pree post test dengan hasil sebagai
HACCP masih hal yang baru, waktu berikut :
diklat pengenalan HACCP yang relatif

157
Tabel 2. Hasil Evaluasi Rata-rata Peningkatan Materi Diklat Pengenalan HACCP
Nilai
No Nama Peserta
Pree Test Post Test Peningkatan
1. Kartika 67 86 38.8
2. Tella 33 53 60.6
3. Dadang 40 60 50.0
4. Cece 40 73 82.5
5. Ade 33 60 81.0
6. Ading 27 53 96.2
7 Yaya 40 73 82.5
8 Panji 33 60 81.0
9 Rukasih 40 67 67.5
Total 353 585 640.1
Rata-rata 39.22 65.00 71.12
Hasil % 39,22 65.00 71.12%
Sumber: Data diolah berdasarkan petunjuk teknis monitoring dan evaluasi diklat oleh
BBPP Lembang (2019)

Hasil evaluasi diklat pengenalan normal diklat HACCP dilakukan selama


HACCP di UKM Kartika diperoleh nilai 14 hari klasikal dengan model tersebut
rata – rata peningkatan pemahaman dapat dilakukan dengan waktu yang lebih
materi sebesar 71.12% sehingga pendek (5 hari efektif yaitu 3 hari on dan
dikatakan baik akan tetapi secara 2 hari off) dengan biaya yang lebih
perorangan nilai pree test dan post test effisien karena kegiatan praktek
yang di peroleh peserta masih ada penyusunan rencana HACCP langsung
nilainya yang cukup rendah. Dalam dilokasi UKM. Akan tetapi perlu
Juknis Monev, (2019) menyatakan pendampingan dan kerjasama dengan
bahwa nilai peningkatan pemahamam lembaga sertifikasi HACCP yang
materi pada suatu evaluasi diklat yang independent atau lembaga pelatihan
diselenggarakan dinilai baik apabila nilai yang diklat HACCPnya telah
rata-rata peningkatannya dari pree test terakreditasi.
ke post test melebihi 50% dari soal test
yang diberikan, sehingga kegiatan Penyusunan HACCP Plan
pelatihan pengenalan HACCP masih Sistem Hazard Analysis Critical
berjalan baik.. Control Point (HACCP) yaitu suatu
Dengan memperhatikan hasil evaluasi sistem pengawasan atau kontrol yang
pemahaman materi dan hasil penilaian digunakan sebagai upaya untuk
peningkatan materi diklat pengenalan mencegah terjadinya masalah yang
HACCP di UKM Kartika, penulis didasarkan adanya identifikasi titik-titik
menyarankan untuk melaksanakan diklat kritis (critical contoril points) pada
HACCP ini dengan model Blended tahapan penanganan maupun
Learning dengan sistem On The Job pengolahan yang dapat menyebabkan
Training (OJT), hal ini dilakukan suatu bahaya. Kategori bahaya yang
dengan kegiatan praktek di lokasi usaha ditetapkan pada proses pengolahan
UKM tersebut, sehingga apabila secara dilakukan melalui penentuan suatu titik-
158
titik kritis yang ada pada setiap alur A. Pembentukan Tim HACCP
proses pengolahan. Penggunaan Pembentukan tim HACCP dalam
manajemen HACCP dapat memberikan suatu UKM adalah langkah awal untuk
jaminan yang aman pada hasil produksi, merancang dan menginisiasi sistem
sehingga layak untuk dikonsumsi (FDA HACCP. Berdasarkan SNI 01-4852-1998
1995). Untuk mewakili penyusunan dapat berasal dari beragam rumpun
rencana HACCP dodol nanas di UKM disiplin ilmu yang sangat berhubungan
Jalancagak adalah UKM Kartika sesuai pada produk maupun prosesnya,
komitmen anggota kelompok untuk sehingga dapat mengembangkan
menerapkan sistem jaminan mutu rencana HACCP yang efektif (BSN
keamanan pangan berdasarkan HACCP 2010). Melalui komitmen Ketua UKM
dalam rangka meningkatkan kualitas Kartika maka disusun tim HACCP seperti
produk yang dihasilkan. pada Tabel berikut :

Tabel 2.Keanggotaan Tim HACCP UKM Jalancagak


No Nama Jabatan dalam Tim Tugas dan Tanggung Jawab
1 Kartika Ketua Tim - Mengatur dan merencanakan kegiatan
jalannya HACCP di UKM
- Menentukan dan mengontrol lingkup
HACCP yang akan diterapkan
- Mengevaluasi dari kesesuaian sistem
HACCP dengan mengacu standar yang
ada.
2 Tela Rusli Sekretaris - Mengatur pencatatan masuk keluarnya
surat
- Membuat dan memelihara dokumen
HACCP
- Mencatat hasil pertemuan tim HACCP.
3 Ade Bagian Kontrol - Mengawasi persediaan serta kondisi
Koesnandar Bahan dan Alat bahan dan peralatan yang terdapat di
UKM.
4 Dadang Bagian Produksi - Mengatur jalannya produksi
Hermansyah - Menjamin keberlangsungan proses
produksi sesuai dengan GMP dan SSOP
- Menjamin terkendalinya tahap-tahap
produksi yang ditentukann sebagai titik
kritis sesuai HACCP Plan.
5 Yaya Efendi Bagian Quality - Mengendalikan hasil dan mutu dari
Control (QC) proses produksi
- Menjamin bahwa semua produk yang
dihasilkan telah sesuai dengan standar.
Sumber: Data diolah dari lembar kerja penyusunan tim HACCP dodol nanas UKM
Kartika (2019).

159
B. Deskripsi Produk dari buah-buahan (Jatnika A. Dan
Dodol dikelompokkan menjadi 2 Saptoningsih, 2012). Dodol nanas dari
yaitu dodol yang berbahan dasar dari UKM Kartika secara lengkap memiliki
tepung, antara lain tepung beras, tepung deskripsi yang dapat dilihat pada Tabel
ketan, dan dodol yang berbahan dasar di bawah ini:

Tabel 3. Deskripsi Produk Dodol Nanas UKM Kartika


Spesifikasi Keterangan
Merek/Brand Dodol Nanas Kartika
Nama produk Dodol Nanas
Nama spesies bahan Buah nanas (Ananas Comosus (L).Merr)
baku
Asal bahan baku Buah nanas merupakan tanaman unggulan untuk kabupaten
Subang, adapun buah nanas yang digunakan untuk dodol
nanas berasal dari kecamatan Sagalaherang, Serang
Panjang, Jalan cagak, Ciater, Cisalak, Kasomalang, Cijambe,
Cibogo, Subang dan Purwadadi. Bahan baku nanas
mempunyai kualitas C dan D berasal dari tengkulak.
Penanganan bahan baku
- Nanas subang yang berasal dari produsen budidaya nanas,
membawa nanas tersebut menuju tengkulak.
- Nanas subang yang telah sampai kemudian disortir menjadi
beberapa ukuran tertentu sperti grade A, B, C, dan D.
- Nanas grade C dan D diterima oleh UKM Kartika kemudian
dilakukan pembuangan bagian yang tidak dapat dimakan.
Tahapan proses Penerimaan bahan baku, pengupasan, pencucian,
pemarutan, pemasakan, pendinginan, pemotongan dan
pengemasan.
Surat izin usaha P-IRT No.206321301286
Komposisi produk Nanas subang, gula putih, tepung ketan, garam, margarine
dan santan.
Produk jadi Dodol Nanas
Jenis kemasan Plastik PP (primer) dan kardus (sekunder)
Masa kadaluarsa 4 bulan dalam kondisi suhu ruang.
Penyimpanan Suhu ruang
Label/Spesifikasi Nama atau brand produk, keterangan produk, nama UKM,
berat bersih, logo produk, tanggal produksi, tanggal
kadaluarsa, kode produksi
Penggunaan Langsung dikonsumsi
Selanjutnya
Pelanggan Indonesia
Sasaran Konsumen Seluruh kalangan (umum) kecuali bayi
Sumber: Data diolah dari lembar kerja deskripsi produk dodol nanas UKM Kartika
(2020).

C. Identifikasi Pengguna wilayah luar jawa seperti Jawa Barat dan


Produk dodol nanas yang Kalimantan. Dodol nanas yang dihasilkan
diproduksi oleh UKM Kartika dipasarkan dapat dikonsumsi langsung. Target
khusus wilayah Subang, toko-toko kue, ke konsumen yang dapat mengonsumsi
Jogya Departement Store, beberapa produk dodol nanas yaitu semua
160
golongan umur terkecuali untuk bayi dan pada setiap tahapan proses. Dari hasil
orang-orang penderita alergi. penyusunan diagram alir dodol nanas
dengan verifikasi diagram alir maka
D. Diagram Alir Proses Pengolahan terdapat perubahan yaitu proses
Dodol Nanas pemotongan dan pengemasan menjadi 1
Dodol nanas yang diproduksi (satu) kegiatan hal ini dilakukan untuk
oleh UKM Kartika mengacu pada SNI mengefisienkan kegiatan pembuatan
01-4296-1996 tentang penanganan dan dodol nanas UKM Kartika dan telah
pengolahan dodol nanas. Diagram alir disepakati oleh tim adanya perubahan
yang dibentuk didasarkan pada dengan diagram alir yang telah disusun
pengamatan saat proses produksi serta tersebut. Sehingga setelah diverifikasi
berdasarkan keputusan dari Tim HACCP diagram alir pembuatan dodol nanas
dari UKM ini. Pergantian dari diagram alir adalah penerimaan bahan baku,
yang dapat dilakukan apabila dirasa pengupasan dan pemotongan,
perlu agar dapat meminimalisir bahaya pencucian, pemarutan, pemasakan,
yang dapat terjadi serta untuk pencetakan, pendinginan, pemotongan
mengefisiensikan waktu pengerjaan dan pengemasan.
pembuatan produk. Adapun diagram alir
dodol nanas UKM Kartika adalah F. Analisis Bahaya
sebagai berikut : penerimaasn bahan Analisis bahaya merupakan suatu
baku, pengupasan, pemotongan, sistem yang dapat mengidentifikasi,
pencucian, penimbangan, pemarutan, mengevaluasi serta mengendalikan dari
pemasakan, pencetakan, pendinginan, setiap bahaya yang nyata yang
pemotongan serta pengemasan. bertujuan untuk menjaga keamanan
pangan (BSN 2011). Penetapan dan
E. Verifikasi Diagram Alir pemberlakuan analisis bahaya pada
Proses verifikasi diagram alir suatu produk dilakukan untuk
pada pengolahan dodol nanas oleh tim mengindentifikasi bahaya pada progam
HACCP dilakukan guna memverifikasi HACCP, hal tersebut ditujukan karena
proses pengolahan produk yang sesuai sifatnya yaitu mutlak harus dikurangi
diagram alir dengan realita yang terjadi atau ditiadakan hingga batas yang dapat
di lapangan. Penetapan diagram alir diterima (Kristiningrum E. Dan Setyoko
pada produk dilakukan guna AT. 2019).
menganalisis bahaya yang dapat terjadi

Tabel 4. Analisa Bahaya Pada Dodol Nanas UKM Kartika


Tahapan Potensi Bahaya Katagori Bahaya Potensi Menjadi Penting
Proses FS WH EF Peluang Keparahan Yes/No
Penerimaan Bahaya biologi :  L N/L No
Bahan Baku mikroorganisme,
kontaminasi silang  L N/L No
Bahaya Fisik penanganan  L N/L No
yang tidak baik (rusak)
Pengupasan Pisau dari metal yang  L N/L No
dan tajam
pemotongan
Pencucian Bahaya biologi :  L N/L No
mikroorganisme air
161
Tahapan Potensi Bahaya Katagori Bahaya Potensi Menjadi Penting
Proses FS WH EF Peluang Keparahan Yes/No
Pemarutan Bahaya biologi :   M M/L Yes
mikroorganisme,kontamin
asi silang.
Bahaya fisik : kontaminasi   M M/L Yes
silang dengan karyawan,
benda asing dari
chopper(debu.)
Pemasakan Terjadinya overcooking   H A Yes
atau undercooking
Tahapan Potensi Bahaya Katagori Bahaya Potensi Menjadi Penting
Proses FS WH EF Peluang Keparahan Yes/No
Pendinginan Lingkungan yang kurang   M M/L Yes
hygienis dan kontaminasi
silang dengan produk
yang dapat mencemari
produk. Seperti rodentia
Pemotongan Kontaminasi dari benda-   L N/L No
dan benda asing yang terdapat
pengemasan disekitar lingkungan, alat,
dan karyawan contohnya
debu, besi,mikroba
Keterangan : FS : food safety, WH : Wholesomeness, EF : Economic fraud
L : Low, M : Medium, H : High A : Automatic/otomatis, M/L : may
likely, N/L : not likely
Sumber: Data diolah (2020)

Dalam pembuatan dodol nanas di G. Penentuan CCP (Critical Control


UKM Kartika memungkinkan bahaya Point)
timbul pada katagori bahaya keamanan Pembuatan suatu produk khususnya
pangan, mutu pangan dan kerugian produk pangan perlu menentukan dan
ekonomi, untuk itu potensi yang ada memahami setiap titik kendali kritis di
perlu diidentifikasi. Penetapan tindakan setiap prosesnya. Pemantauan dari
pencegahan tersebut perlu dimasukan penyimpangan dan titik kendali kritis
pada buku catatan (manual book) yang tersebut memiliki tujuan agar dapat
dapat digunakan dan dikoreksi untuk mengendalikan serta mencegah setiap
mempertahankan mutu dari produk bahaya yang mungkin atau dapat terjadi.
dodol nanas yang dibuat (Thaheer H., Pada penyimpangan titik kritis dari setiap
2005). Adapun potensi bahaya yang proses akan memengaruhi hasil akhir
ada yaitu adanya benda asing (karat produk tersebut. Berikut daftar CCP
besi, debu, serpihan pasir), pada dodol nanas UKM Kartika yang
miroorganisme, kontaminasi silang, telah disusun :
binatang pengerat, overcooking atau
undercooking dan hygieni sanitasi
karyawan.

162
Tabel 5. Analisis Critical Control Point (CCP) Produk Dodol Nanas
No. Tahapan proses CCP/Bukan CCP
1 Penerimaan bahan baku Bukan CCP
2 Pengupasan Bukan CCP
3 Pencucian dan pemotongan Bukan CCP
4 Pembuburan CCP
5 Pemasakan CCP
6 Pendinginan CCP
7. Pemotongan dan pengemasan Bukan CCP
Sumber: data diolah dari lembar kerja Penentuan titik pengendalian kritis dodol
nanas UKM Kartika (2020)

Berdasarkan tabel tersebut titik H. Penetapan Batas Kritis


kendali kritis pada produksi dodol nanas Batas kritis yang ditetapkan tidak
UKM Kartika adalah tahapan boleh dilampaui, hal tersebut disebabkan
pemarutan, pemasakan dan karena batas-batas ini merupakan
pendinginan. Untuk menerapkan sistem batasan yang dapat ditolerir untuk
jaminan mutu dodol nanas di UKM menjamin setiap bahaya dapat dikontrol.
Kartika maka titik kendali kritis tersebut Kriteria yang umum digunakan
harus menjadi fokus perhatian karena mencakup pengukuran terhadap suhu,
dimungkinkan adanya potensi bahaya, waktu, tingkat kelembaban, pH, aw,
sedangkan proses penerimaan bahan keberadaan klorin, serta parameter-
baku, pengupasan, pencucian dan parameter sensori seperti visual produk
pemotongan dan pengemasan tidak maupun tekstur (BSN 2013). Produk
termasuk ke CCP dodol nanas memiliki penetapan batas
kritis yang dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5. Penetapan Batas Kritis Dodol Nanas UKM Kartika


Proses CCP Penyebab Batas Kritis Tindakan Koreksi
Pemarutan Hygieni sanitasi Secara organoleptik - Pengecekan
karyawan dan tidak adanya kondisi chopper
peralatan (chooper) bahaya fisik seperti: dan kesehatan
serta adanya bahaya karat, debu & karyawan.
fisik. benda asing. SNI - Mengontrol proses
4296-1996. pemarutan.
Pemasakan Suhu kompor yang Suhu pemasakan - Pengecekan
tidak tepat 80 -900C waktu 8 kondisi kompor
menyebabkan over jam, dan tidak ada sebelum digunakan
cooking atau kegosongan - Pengecekan suhu,
undercooking, (perubahan warna proses
pengadukan dan dan rasa). pengadukan dan
waktu pemasakan SNI 4296-1996. waktu proses
yang tidak tepat. pemasakan.

163
Proses CCP Penyebab Batas Kritis Tindakan Koreksi
Pendinginan Ruang pendinginan - Adanya penutup P - Pengecekan
yang terbuka - Adanya serpihan ruangan
serpihan benda fisik logam, debu dan pendinginan.
seperti debu, kayu gigitan binatang - Mengecek kondisi
dan adanya akses pengerat pada permukaan yang
dengan binatang dodol. SNI : 4296 - bersentuhan
pengerat (kecoa, lalat 1996 dengan dodol
dan semut). nanas sebelum
dikemas.
Sumber: Data Diolah dari lembar penetapan batas kritis dodol naans UKM Kartika
(2020)

Dari tabel diatas terlihat bahwa I. Penetapan Prosedur Monitoring


penetapan batas batas kritis pada Prosedur pemantauan yaitu
tahap pemarutan yaitu adanya proses pengamatan atau pengukuran
cemaran benda fisik seperti debu dan yang secara berkala dari CCP untuk
karat logam akibat adanya chooper dibandingkan terhadap batas kritisnya.
yang tidak hygienis serta karyawan Prosedur pemantauan memiliki tujuan
yang belum menerapkan higieni untuk membantu dalam mengumpulkan
sanitasi, sedangkan proses pemasakan data, memberikan peringatan dini bila
adalah suhu pemasakan dodol dibawah terjadi penyimpangan, mencegah atau
80-90oC dengan waktu 8 jam dan over mengurangi kerugian dari suatu produk
cooking sedangkan kegiatan dan dapat membantu menyelesaikan
pendinginan dodol yaitu karena tidak masalah yang timbul (Winarti C., dan
adanya penutup ruangan sehingga Widaningrum, 2007).
dimungkinkan adanya serpihan debu
dan jejak binatang pengerat.

Tabel 6. Penetapan Prosedur Monitoring


Tahapan Prosedur Monitoring
proses Apa Bagaimana Frekuensi Siapa Dimana
Pemarutan Choopper/ Nanas hasil Setiap Petugas Bagian
alat pemarutan diuji proses produksi prosessing
pemarutan secara organoleptik. pemarutan dan QC
Pemasakan Tungku Pengaturan suhu, Setiap Petugas Bagian
pemanas/ pengadukan dan proses produksi prosessing
Kompor waktu pemasakan. pemasakan dan QC
Pendinginan Ruangan P Pemeriksaan dan Setiap Petugas Bagian
pendinginan pengecekan ruangan proses produksi prosessing
atau penutup pendingina dan QC
pendingin. n
Sumber: Data diolah dari lembar kerja batas kritis produk dodol nanas UKM Kartika
(2019)

164
Pemantauan batas kritis HACCP ini pada .
dirancang pada setiap proses sesuai Hasil penelitian menunjukkan
dengan SNI CAC/RCP 1:2011. bahwa UKM dodol nanas Jalancagak
Sedangkan untuk penetapan prosedur yang berpredikat maju sebanyak 5 orang
verifikasi dilakukan dalam penyusunan atau 41,67 % sedangkan UKM dodol
program HACCP ini meliputi nanas yang termasuk dalam katagori
pemeriksaan ulang terhadap rencana menengah sebanyak 7 orang atau
HACCP, CCP, penyimpangan dan 58,33%. Menurut Kepala BPP
tindakan koreksi, audit terhadap Jalancagak (2020) dilapangan terkait
pelaksanaan HACCP dan pengujian dengan kriteria kelas usaha di UKM
laboratorium. Adapun untuk kegiatan dodol nanas Jalancagak tidak ada yang
operasional verifikasi di UKM predikat rendah atau pemula karena
direncanakan setiap tiga bulan sekali pengalaman yang dimiliki dalam
dengan melakukan proses audit pada pengolahan dodol nanas secara
kegiatan operasional yang terkait keseluruhan sudah sangat
dengan pengolahan dodol nanas. Pihak berpengalaman. Selanjutnya dari hasil
yang bertanggung jawab dari penelitian menyimpulkan bahwa hanya 1
terlaksananya kegiatan dua prosedur (satu) orang atau 8,3 persen yang
verifikasi tersebut yaitu bagian Quality paham tentang HACCP dan 11 orang
Control (QC) secara langsung sesuai atau 91,7 persen anggota UKM dodol
dengan prosedur verifikasi SNI 01-4852- nanas Jalancagak belum paham sama
1998. Dari hasil penyusunan rencana sekali tentang HACCP karena belum
HACCP di UKM dodol nanas Kartika diberikan pelatihan ataupun sosialisasi
tersusunlah Blue Print Rencana HACCP tentang HACCP. Sedangkan terkait
yang dapat dijadikan model dengan kesiapan penerapan HACCP
pengembangan penerapan HACCP di pada proses pembuatan dodol nanasnya
UKM dodol nanas Jalancagak secara keseluruhan mereka belum siap
kabupaten Subang untuk kelas usaha menerapkan HACCP akan tetapi
yang berpredikat maju. mereka ingin lebih memahami tentang
keamanan pangan berdasarkan HACCP
Analisis Kesediaan Penerapan Haccp dan hanya UKM Kartika yang paham
Untuk mewujudkan tantangan dan tentang keamanan pangan berdasarkan
persaingan usaha dibidang pangan UKM HACCP akan tetapi belum yakin untuk
dodol nanas Jalancagak Subang perlu melaksanakan sistem HACCP dalam
kiranya manager, pengolah, pembina produksi dodol nanasnya secara
dan penentu kebijakan yang terkait mandiri, sehingga UKM Kartika bersedia
untuk memahami pentingnya sistem untuk menerapkan sistem HACCP akan
jaminan mutu keamanan pangan yang tetapi harus mendapat bimbingan dalam
berbasis pada HACCP. Sehingga dalam proses penerapannya. Sedangkan
penelitian dilakukan analisis kesediaan UKM dodol nanas Jalancagak yang
penerapan HACCP kepada seluruh UKM belum paham sama sekali tentang
dodol nanas di Jalakcagak agar produk HACCP perlu dirancang strategi
dodol nanas yang diproduksinya dapat pengembangan penerapan HACCP
terjamin kualitasnya sehingga dapat UKM dodol nanas Jalancagak dalam
dipasarkan lebih luas atau melalui e- menerapkan sistem jaminan mutu
comerce karena adanya penerapan keamanan pangan menggunakan
165
prinsip-prinsip HACCP dalam proses memproduksi dodol nanas sehingga
produksinya, sehingga perlu dilakukan dilakukan analisis lingkungan intenal
strategi pengembangan pemahaman ataupun external yang mendukung
sistem HACCP di UKM dodol nanas penerapan HACCP di UKM dodol nanas
Jalancagak. Jalancagak.
Berdasarkan hasil penelitian
Analisis Strategi Pengembangan analisis matriks SWOT digunakan untuk
Penerapan Haccp menyusun strategi pengembangan
Strategi mempunyai fungsi penerapan HACCP pada UKM dodol
multifungsional atau multidimensional nanas di Jalancagak, matriks SWOT
dan dalam perumusannya perlu dapat menggambarkan secara jelas
mempertimbangkan faktor- faktor bagaimana peluang dan ancaman
internal maupun eksternal yang dihadapi eksternal yang dihadapi suatu usaha
perusahaan (Rangkuti, 2006). sehingga dapat disesuaikan dengan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di kekuatan dan kelemahan yang
atas perlu kiranya strategi dimilikinya. Berikut tabel hasil identifikasi
pengembangan penerapan sistem faktor internal dalam strategi
jaminan mutu keamanan pangan pengembangan pemahaman HACCP di
berbasis HACCP kepada pelaku usaha UKM dodol nanas Jalancagak.
UKM dodol nanas Jalancagak dalam

Tabel 7. Identifikasi faktor Internal dalam strategi pengembangan penerapan


HACCP di UKM Dodol Nanas di Jalancagak
No Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
1. Sumber daya - Keterampilan teknis tenaga - Pendidikan TK yang rendah
manusia kerja tinggi - Belum memahami tentang
HACCP.
2. Kompetensi - Mempunyai kompetensi teknis - Belum memahami
dalam pembuatan dodol nanas pentingnya sistem jaminan
mutu HACCP.
3. Sumberdaya - - Kurangnya dukungan
keuangan modal.
4. Pemasaran (4 P) - Dodol nanas memiliki - Lemahnya Promosi dan
kekhasan. distribusi produk yang
- Kontinuitas produksi terjaga. belum memperhatikan
- Harga jual dodol nanas keamanan pangan.
kompetitif.
5. Produksi/ - Proses pembuatan dodol Peralatan dan tempat
Operasional nanas mudah produksi kurang higienis serta
- Pengelolaan limbah baik dan rendahnya SDM dalam
tidak mengganggu lingkungan pemahaman jaminan mutu
karena dibuat pupuk. keamanan pangan.
6. Kondisi Teknologi Baru 4 UKM yang telah Kurangnya penggunaan
menggunakan teknologi yaitu teknologi seperti peralatan
alat semi otomatis (chooper dan yang otomatis dan kurangnya
parutan). akses informatika untuk
pengembangan usaha.

166
No Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
7. Umur simpan - Umur dodol nanas relatif
dodol nanas pendek
8. Manajemen - - Rendahnya keterampilan
manajerial Pengusaha
Sumber: Data diolah dengan BPP dan UKM dodol nanas Jalancagak (2020)

Tabel 8. Identifikasi Faktor Eksternal dalam dalam strategi pengembangan


penerapan HACCP Pada UKM Dodol Nanas Jalancagak
No Faktor Eksternal- Peluang Ancaman
1. Pemasok Bahan - Kontinuitas bahan baku - Petani menjual nanas nya ke daerah
Baku terjaga lain
- Terjalin kerjasama yang - UKM dodol menggunakan bahan
baik antara pemasok dan baku nanas kelas 2.
pengusaha
2. Lembaga - Dipermudah dalam hal - Resiko pengembalian produk
pemasaran pendistribusian produk. - Kontinuitas pemesanan tidak terjaga
- Belum adanya label yang menjamin
keamanan pangan produk.
- Pasar global.
3. Kebijakan - - Kurang meratanya bantuan dari
pemerintah pemerintah
- Adanya kebijakan konversi lahan
penanaman nanas menjadi
penanaman kelapa sawit.
- Adanya kebijakan produk yang
bersertifikat jaminan mutu pangan
berdasarkan akan memperluas
jangkauan pasar.
4. Kondisi sosial, - Permintaan dodol nanas - Adanya kenaikan harga bahan baku
budaya dan yang meningkat dan bahan penolong.
demograpi - Gaya hidup dengan
membawa oleh-oleh.
5. Kondisi - - Adanya kenaikan harga bahan baku
Ekonomi dan penolong
6. Persaingan - - Adanya persaingan dengan produk
oleh-oleh lainnya yang lebih
berkualitas (berlabel keamanan
pangan).
7. Sikap kritis - - Adanya isu keamanan pangan di
konsumen industri global.
dalam jaminan
keamanan
pangan
Sumber: Data diolah dengan BPP Jalancagak dan UKM dodol nanas (2020).

167
Tabel 7. Alternatif Matriks SWOT Strategi Pengembangan Penerapan HACCP
Pada Produksi Dodol Nanas di UKM Jalancagak.
Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
1) Kontinuitas bahan baku 1) Mempertahankan kualitas 1) Peningkatan kualitas
terjaga melalui standar fasilitas produksi yang
2) Terjalin kerjasama yang keamanan pangan dan memperhatikan prinsip-
baik antara pemasok dan kontinuitas produksi prinsip keamanan
pengusaha melalui peningkatan pangan.
3) Dipermudah dalam hal kemampuan teknis serta 2) Membentuk koperasi
pendistribusian produk oleh kerja sama dengan UKM dodol nanas
pengecer pemasok bahan baku. Jalancagak dan
4) Komitmen besar dari 2) Peningkatan teknis mengoptimalkan
Pemerintah Daerah utk pemeliharaan peralatan peranan pemerintah
mengembangkan dan pengendalian dengan memberikan
agroindustri dodol nanas produksi yang baik pelatihan, dan
5) Permintaan produk dodol berdasarkan standar pendampingan Tim
nanas yang meningkat keamanan pangan Kemanan Pangan serta
6) Gaya hidup masyarakat berdasarkan HACCP bantuan modal ke UKM.
yang selalu membawa oleh- sehingga produk lebih
oleh dari suatu daerah terjamin kualitasnya.
7) Isu keamanan pangan.
Ancaman T Strategi ST Strategi WT
1) Petani menjual nanas nya ke Meningkatkan kualitas 1) Meningkatkan
daerah lain. produk yang menjamin kemampuan manajerial
2) Adanya kenaikan harga keamanan pangan pengusaha dodol
bahan baku dan bahan berdasarkan HACCP untuk nanas.
penolong. menepis isu keamanan 2) Memunculkan inovasi-
3) Resiko pengembalian pangan, memaksimalkan inovasi salah satunya
produk. produksi dan melalui pengemasan
4) Kontinuitas pemesanan tidak mengefisiensikan serta yang berlabel
terjaga. menjaga hygienitas keamanan pangan.
5) Kurang meratanya bantuan penggunaan sarana 3) Meningkatkan promosi
dari pemerintah. produksi sehingga melalui e-comerce
6) Adanya kebijakan konversi mengoptimalkan produksi agar dodol nanas
lahan penanaman nanas guna mengatasi dampak dapat bersaing dengan
menjadi penanaman kelapa kenaikan biaya produksi produk substitusi yang
sawit. serta mengotimalkan ada.
7) Adanya persaingan dengan peranan pemerintah
produk oleh-oleh lain dari
Jalancagak.
8) Sikap kritis konsumen akan
jaminan keamanan pangan.
Sumber: Data diolah dari UKM Dodol Nanas Jalancagak, Dinas Perindustrian dan
BPP Jalancagak (2020).

168
Dari hasil analisis SWOT SSOP beberapa hal yang belum
diuraikan hasil identifikasi kekuatan dan optimal yaitu sarana prasarana,
kelemahan serta peluang dan ancaman keamanan air dan peralatan
sehingga dapat membantu untuk lebih pengolahan serta pengawasan
mengoptimalkan strategi pengembangan binatang pengerat. Berdasarkan
penerapan HACCP dalam produksi penilaian GMP memiliki nilai total
dodol nanas di UKM Jalancagak, score 406 ini berarti UKM telah
dengan tersusunnya strategi SO, strategi memenuhi persyaratan cara
WO, strategi ST dan strategi WO yang pengolahan yang baik, hal ini
dapat digunakan sebagai panduan atau menunjukan sistem penerapan
rujukan dalam pengembangan sistem HACCP sudah bisa berjalan.
penerapan sistem jaminan mutu 2. Hasil evaluasi pemahaman materi
berdasarkan HACCP di UKM dodol diklat diperoleh rata-rata nilai
nanas Jalancagak. Adapun pendapat penguasaan materi adalah 2.8
Nurfahmiyati dkk. (2019) tentang strategi sampai 3.2 ini berarti peserta masih
setelah diidentifikasi kekuatan dan kurang optimal dalam pemahaman
kelemahan serta peluang dan ancaman HACCPnya. Sedangkan nilai rata –
maka disusun strategi sebagai berikut: 1) rata peningkatan pemahaman materi
strategi menambah jumlah modal usaha, yang diperoleh adalah 71.12% yang
2) strategi mengoptimalkan kerjasama berarti diklat pengenalan HACCP
dengan perbankan untuk pendanaan, 3) berjalan efektif.
strategi mengadakan kerjasama dengan 3. Hasil penyusunan rencana HACCP
pelaku usaha yang berada di luar terdapat tiga titik kendali kritis (CCP)
wilayah, 4) strategi mengoptimalkan yang direkomendasikan untuk
usaha dengan memanfaatkan modal dilakukan tindakan koreksi dan
pinjaman dari bank, 5) strategi monitoring pada proses pemarutan,
meningkatkan dan memperluas kegiatan pemasakan dan pendinginan dodol
promosi produk agar dalam nanas. Untuk memastikan
mengjangkau pasar yang lebih luas. pelaksananan sistem HACCP
Sehingga hasil penelitian tersebut saling berjalan secara efektif pada semua
melengkapi. dampak dari itu semua CCP direncanakan dilakukan
diharapkan peningkatan kualitas dodol monitoring dan pengawasan secara
nanas yang dapat diterima secara global khusus untuk menjamin keamanan
melalui e-comerce, menepis isu pangan dodol nanas yang dihasilkan.
keamanan pangan, produk lebih unggul 4. Hasil analisis kesiapan penerapan
dari pesaing dan produk siap bersaing di HACCP terdapat 8,3 % yang paham
dunia industri pangan. tentang HACCP dan 11 orang atau
91,7 % anggota UKM dodol nanas
Jalancagak belum paham mengenai
SIMPULAN DAN SARAN HACCP sehingga belum siap untuk
penerapan HACCP dan hanya UKM
Simpulan Kartika yang menyatakan siap
1. Penerapan GMP di UKM Jalancagak melaksanakan penerapan HACCP
secara garis besar telah berjalan tetapi masih perlu bimbingan dalam
baik, akan tetapi ada beberapa hal proses penerapan HACCPnya.
yang harus diperbaiki yaitu ruangan 5. Hasil identifikasi faktor-faktor internal
pencucian, pemarutan, ruang (kekuatan dan kelemahan) dan
pendinginan produk dan hygieni eksternal (peluang dan ancaman)
sanitasi karyawan. Hasil analisis pengembangan penerapan HACCP

`169
di UKM dodol nanas Jalancagak tidak terjaga, kurang meratanya
yaitu: bantuan dari pemerintah, adanya
1) Kekuatan : ketrampilan teknis kebijakan konversi lahan
karyawan tinggi, dodol nanas pertanaman nanas menjadi
memiliki kekhasan produk dari pertanaman kelapa sawit, adanya
segi rasa, tekstur dan penampilan sikap kritis pembeli akan
produk, kontinuitas produk keamanan pangan dan adanya
terjaga, harga jual dodol nanas persaingan dengan produk oleh-
kompetitif, proses pembuatan oleh lainnya dari Kabupaten
dodol nanas mudah, pengelolaan Subang.
limbah baik dan tidak 6. Hasil analisis alternatif strategi yang
mengganggu lingkungan, dapat diterapkan dalam upaya
mempunyai bangunan untuk pengembangan penerapan HACCP
produksi dan memiliki teknis pada produksi dodol nanas di UKM
pemeliharaan peralatan. dodol nanas Jalancagak adalah:
2) Kelemahan : pendidikan tenaga 1.Strategi S-O (Strenght-
kerja rendah, kurangnya modal, Opportunities): meningkatkan
lemahnya promosi, tempat kualitas produk yang merujuk pada
produksi yang kurang higienis, standar keamanan pangan (HACCP)
peralatan yang masih tradisionil dan kontinuitas produksi melalui
dan kurang higienis, tempat peningkatan kemampuan teknis
produksi yang masih bersatu tenaga kerja serta kerja sama
dengan tempat tinggal, kurang dengan pemasok bahan baku dan
akses penggunaan teknologi peningkatan teknis pemeliharaan
informatika, rendahnya peralatan dan pengendalian produksi
ketrampilan dan pemahaman dengan penerapan sistem jaminan
tentang keamanan pangan mutu keamanan pangan berdasarkan
berdasarkan HACCP, umur HACCP, 2. Strategi W-O (Weakness-
simpan dodol nanas yang pendek Opportunities): peningkatan kualitas
dan rendahnya ketrampilan fasilitas produksi yang
manajemen pengusaha. memperhatikan prinsip-prinsip
3) Peluang : Kontinuitas bahan HACCP dan membentuk koperasi
baku terjaga, terjalin kerjasama dan mengoptimalkan peranan
yang baik antara pemasok dan pemerintah dalam pemberian
pengusaha, dipermudah dalam bantuan dan dalam
hal pendistribusian produk, mensosialisasikan keamanan
adanya komitmen besar dari pangan berdasarkan HACCP dengan
Pemerintah Daerah untuk model pendampingan Tim Keamanan
mengembangkan usaha dodol Pangan, 3. Strategi S-T (Strenght-
nanas, permintaan produk yang Treats) memaksimalkan produksi
selalu ada, gaya hidup dengan menerapkan prinsip-prinsip
masyarakat yang selalu HACCP dan mengefisiensikan
membawa oleh-oleh dari suatu penggunaan sarana produksi guna
daerah dan isu keamanan mengatasi dampak kenaikan biaya
pangan. produksi dan 4. Strategi W-T
4) Ancaman : petani menjual (Weakness-Threats): meningkatkan
nanasnya kedaerah lain, adanya kemampuan manajerial pengusaha
kenaikan harga bahan baku dan dodol nanas, memunculkan inovasi-
penolong, resiko pengembalian inovasi produk salah satunya melalui
produk, kontinuitas pemesanan pengemasan yang berlabel

`170
keamanan pangan dan Direktorat P2HP. 2004. Cara pengolahan
meningkatkan promosi melalui e- yang baik (Good Manufacturing
comerce sehingga dodol nanas yang Practices) komoditas holtikultura.
berlabel keamanan pangan dapat Jakarta: Direktorat Jendral Bina
bersaing dengan produk substitusi Effendi, A. 2017. Kasus keracunan
yang ada. pangan masih tinggi.
(http://www.pikiran-
Saran keracunan pangan-masih-tinggi-
1. Disarankan UKM dodol nanas 400404). [Diakses tanggal
memprioritaskan perbaikan fasilitas 20 Mei 2018].
GMP yang terdapat dibeberapa titik Fennema,O.R. 1996. Food Chemistry.
yang mempengaruh kualitas atau Third Edition. University of
mutu produk yang dihasilkan dan Wiscrorsin Madison. New York
keamanan bagi pekerja. Food and Drug Administration. 2013.
2. Perlu kiranya untuk mengikuti Food Code 2013
pelatihan HACCP secara Recommendations of the United
komprehensif dan pendampingan States Public Health Service Food
penerapan HACCP, sehingga sikap and Drug Administration. New
dan perilaku karyawan (attitude) York (US): Chapman and Hall.
dalam kesiapan menerapkan Herawati H., Widaningrum dan Miskiyah,
HACCP lebih konsisten. 2006. Studi Penerapan HACCP
3. Perlunya disusun SOP pembuatan Pada Proses Pengolahan Mi
dodol nanas secara tertulis. Sagu., Jurnal Standarisasi Vol. 8
4. Disarankan perubahan pola diklat No. 1, 27-34.
HACCP menjadi model “Blended Perdana Wildan Wibawa., 2018.
Learning sistem OJT” dengan Penerapan GMP dan
model pendampingan yaitu diklat 5 Perencanaan Pelaksanaan
hari dengan 3 hari on dan 2 hari off. HACCP Produksi Olahan Pangan
5. Dalam mengaplikasikan strategi Tradisionil. Jurnal Agroscience
pengembangan penerapan HACCP Vol 8 No.2. ISSN Cetak :1979-
perlu adanya dukungan dari Pemda 4661 e-ISSN: 2579-7891.
Kabupaten Subang seperti Dinas Putri, 2017. “Evaluasi Pemenuhan
Pertanian, Dinas Perindustrian, Dinas Kriteria CPPB-IRT dan Sertifikasi
Perdagangan dan BPP Jalancagak. Halal Pada UKM Pelangi Rasa”.
Jurnal Rekayasa Sistem &
Industri Vol. 2, No. 3, 17-24
DAFTAR PUSTAKA Lukito PK., (2019). Hari Pangan Sedunia
di Healthy Street Food Festival
Badan Standardisasi Nasional. 2011. Sukabumi. Republika 11
Rekomendasi Nasional Kode November 2019. Sukabumi.
Praktis-Prinsip Umum Hygiene Juklak (Petunjuk Pelaksanaan) Evaluasi
Pangan SNI CAC/RCP 1:2011. Pembelajaran Diklat Pertanian
Jakarta (ID): Badan Standardisasi (2019). Kementerian Pertanian –
Nasional. Badan Penyuluhan Dan
Damanik, R.I. 2012. Analisis Penerapan Pengembangan SDM Pertanian.
Prinsip-Prinsip HACCP (Hazard Pusat Pelatihan Pertanian.
Analysis Critical Control Point) di Jakarta.
Instalasi Gizi Rumah Sakit X Kementrian Perindustrian RI. 2013.
Jakarta Tahun .2012. (skripsi). UI: Peraturan Menteri Perindustrian
Depok Republik Indonesia Nomor: 75/M-

`171
IND/PER/7/2010 tentang Cara Control Hazard Analysis Critical
Produksi Pangan Olahan Yang Control Point (HACCP) bagi
Baik (Good Manufacturing Industri Pangan. PT. Bumi
Practices). Jakarta. Aksara. Jakarta.
Kristiningrum E. Dan Setyoko AT. 2019. Tresnawati D. 2010. Analisis
Pengembangan Desain Sistem Pengembangan Agroindustri
Keamanan Pangan Dodol Nanas Di Kabupaten
Menggunakan Hazard Analysis Subang. Fakultas Pertanian
Critical Control Point (HACCP) Universitas Sebelas Maret – Solo.
Pada UKM Produsen Nugget Jurusan Program Studi Sosial
Ikan. Jurnal Standarisasi Ekonomi. Jurnal Fakultas
Volume 21 Nomor 1. Marety Pertanian UNS Vol 10.
2019 – Hal 1 -8. Yuniarti, Rahmi dkk. 2015. Penerapan
Nurfahmiyati dkk., (2019). Strategi Sistem Hazard Analysis Critical
Pengembangan UKM Control Point (HACCP) pada
Pengolahan Produk Nanas Di Proses Pembuatan Keripik
Jalancagak Kabupaten Subang. Tempe. Jurnal Ilmiah Teknik
Jurnal Ilmu Ekonomi Vol. 6 No.1. Industri Volume 14 Nomor 1, Juni
Rangkuti R., (2006). Analisis SWOT 2015.
Tehnik Membedah Kasus Winarti C., dan Widaningrum, 2007.
Bisnis.Reorientasi Konsep Studi Penerapan HACCP Pada
Perencanaan Strategy Untuk Proses Produksi Sari Buah Apel.
Menghadapi Abad 21. Gramedia Jurnal Standarisasi Vol.9 No.3
Pustaka Utama. Jakarta. Tahun 2007 :94 -106.
Saaty, T. L., 2008. “Decision Making with Wulandari DA, Indah WA, Akhmad F.,
The Analytic Hierarchy Process”. 2009. Kualitas mutu bahan
International Journal, Vol. 1, No. mentah dan produk akhir pada
1, 83-98. unit pengalengan ikan sardine di
Saptoningsih dan Jatnika A.,(2012). PT. Karya Manunggal Prima
“Membuat Olahan Buah” Dengan Sukses Muncar Banyuwangi.
Omzet Hingga 20 Juta per Bulan. Jurnal Kelautan. 2 (1): 41-51.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen
HACCP (Hazard Analysis Critical

`172

Anda mungkin juga menyukai