Anda di halaman 1dari 10

ECOLAB Vol. 14 No.

1, Mei 2020 : 21-30


p-ISSN 0216-0897
e-ISSN 2502-6267
Terakreditasi RISTEKDIKTI No. 21/E/KPT/2019

POTENSI PENCEMARAN PERSISTENT ORGANIC POLLUTANTS


DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG
THE POTENCY OF PERSISTENT ORGANIC POLLUTANTS POLLUTION IN
CILIWUNG WATERSHED

Dewi Ratnaningsih1, Yunesfi Syofyan1, Yuriska A1, dan Endah K1


Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan BLI-KLHK Kawasan Puspiptek Gedung 210,
Tangerang Selatan, 15314, e-mail: dewierini@yahoo.com

Diterima tanggal 29 Maret 2020, disetujui tanggal 12 April 2020

ABSTRAK
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Stockhom dalam upaya perlindungan terhadap bahaya bahan kimia
Persistent Organic Pollutants (POPs). Sebagai tindak lanjut ratifikasi, Indonesia telah menyusun National
Implementation Plan (NIP) dalam implementasi pengurangan dan penghapusan POPs. Pelaksanaan NIP
membutuhkan informasi keberadaan POPs. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui tingkat pencemaran POPs di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung sebagai salah satu sungai prioritas nasional. Pengambilan sampel dilakukan
di enam lokasi DAS Ciliwung yang berada di kawasan Bogor dan Jakarta. Jenis sampel yang diambil meliputi air
sungai, sedimen sungai, dan tanah di sekitar bantaran sungai dengan parameter uji organochlorines (OCs) yang
sebagian besar masuk dalam kelompok POPs. POPs diekstraksi dengan pelarut organik dan dianalisis menggunakan
instrument GCMS. Hasil analisis menunjukkan bahwa POPs di air sungai hanya terdeteksi untuk kelompok DDTs,
kelompok HCHs, dan HCB dengan konsentrasi jauh lebih rendah dibandingkan di sedimen sungai dan tanah.
Pada sedimen sungai dan tanah terdeteksi POPs dengan jenis yang lebih bervariasi dan konsentrasi yang jauh lebih
tinggi dibandingkan di air sungai. POPs masih terdeteksi di lingkungan meskipun telah dilarang penggunaanya.
Oleh karena itu perlu menjadi evaluasi lebih lanjut apakah residu POPs tersebut merupakan sisa penggunaan
waktu lampau yang masih bertahan karena sifat persistensinya atau ada indikasi lepasan baru.
Kata kunci: Persistent organic pollutant, organochlorines, Konvensi Stockholm, National Implementation Plan,
GCMS.

ABSTRACT
Indonesia has ratified the Stockholm Convention as an effort to protect the environment from the negative
impact of Persistent Organic Pollutants (POPs). Following the ratification, the National Implementation Plan
(NIP) has been prepared by the Government to reduce and eliminate POPs. Implementation of NIP requires
information on the existence of POPs. The purpose of this study is to determine the level of POPs pollution in
the Ciliwung watershed. Sampling was carried out at six locations of Ciliwung Watershed located in Bogor and
Jakarta. River water, sediment, and soil were collected for organochlorine analysis, which are mostly as POPs
group. , The determination of POPs, were carried out by extraction using organic solvents and analyzed by GCMS.
The result showed that POPs in river water were only detected for DDTs group, HCHs group, and HCBs in low
concentration. River sediment and soil were contaminated with more varied types of POP and a much higher
concentration than in river water. POPs were found in the environment even though it has been banned. It needs
further evaluation concerning the pollutant source, whether it comes from the residue of past used or new release.
Keywords: Persistent organic pollutant, organochlorines, konvensi Stockholm, national implementation plan,
GCMS.

©2020 ECOLAB All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. doi: http://dx.doi.org/10.20886/jklh.2020.14.1.21-30 21
ECOLAB Vol. 14 No.1, Mei 2020 : 21-30

I. PENDAHULUAN karena POPs menyebabkan gangguan syaraf,


Konvensi Stockholm merupakan imunitas maupun reproduksi. POPs yang
perjanjian internasional yang menetapkan terlepas ke lingkungan dapat berpindah
12 bahan kimia (dirty dozen) sebagai jauh dari lokasi sumber pencemar melalui
bahan kimia yang masuk dalam kelompok air dalam siklus hidrologi maupun melalui
Persistent Organic Pollutants (POPs) atau udara atau angin [13], [14]. Sifat persisten
bahan pencemar organik yang persisten dan bioakumulasi POPs akan menyebabkan
[1], [2]. Bahan kimia tersebut berasal terjadinya akumulasi POPs di manusia
dari golongan senyawa organoklorins melalui rantai makanan [14]. Peningkatan
(OCs). Sifat persisten POPs yang stabil di level POPs juga akan membahayakan
lingkungan akan mudah ditransportasikan bagi satwa liar, manusia atau mamalia
secara global [3], [4]. Konvensi Stockholm lainnya [15], [16]. Beberapa POPs telah
bertujuan untuk perlindungan lingkungan dan diidentifikasi menyebabkan gangguan pada
kesehatan manusia dari bahaya bahan kimia hormon endokrin [3].
beracun dengan pengaturan untuk eliminasi Indonesia telah ikut meratifikasi
dari produksi, penggunaan dan emisi bahan Konvensi Stockholm dan telah disahkan
kimia POPs [5]. Bahan kimia yang termasuk dengan UU no 9 tahun 2009 tentang
dalam kelompok POPs bersifat beracun, Konvensi Stockholm. Dalam perjanjian
sulit terurai, dapat terbioakumulasi. Selain tersebut para negara peserta mempunyai
itu POPs mudah menyebarsecara global kewajiban untuk melakukan tindakan
melintasi batas internasional dan tersimpan pengurangan atau penghentian dari produksi
jauh dari tempat pelepasannya melalui dan penggunaan secara sengaja maupun
udara, air atau spesies dan terakumulasi tidak sengaja dan tindakan mengurangi
dalam ekosistem darat dan air [6], [7]. Dirty atau menghentikan pelepasan dari timbunan
dozen yang pertama kali masuk dalam daftar bahan kimia dan limbah. Untuk mendukung
POPs yaitu Aldrin, Dieldrin, Chlordane, pelaksanaan Konvensi Stockholm, masing-
Endrin, Heptachlor, Hexachlorobenzene masing negara peserta telah menyusun
(HCB), Mirex, Toxaphene, Polychlorinated National Implementation Plan atau NIP
Bhipenils (PCBs), Dioxin, dan Furans. dalam pengelolaan POPs. Salah satu evaluasi
Mayoritas bahan kimia tersebut merupakan keberhasilan dari Konvensi Stockholm dapat
pestisida kecuali untuk PCBs sebagai bahan diidentifikasi melalui informasi keberadaan
untuk transformer serta Dioksin dan Furan POPs di lingkungan.
merupakan bahan kimia yang dilepas secara Sungai Ciliwung merupakan salah satu
tidak sengaja dari proses pembakaran sungai prioritas nasional yang mengalir
tidak sempurna. Daftar POPs ini telah dari wilayah Bogor sampai ke Teluk
bertambah dengan semakin berkembangnya Jakarta melewati Provinsi Jawa Barat dan
pengetahuan dan penelitian tentang berbagai DKI Jakarta[17]. Pemanfaatan Sungai
bahan kimia yang mempunyai sifat dan Ciliwung untuk pemenuhan aktifitas
bahaya yang setara dengan POPs [8]. manusia dan kebutuhan makhluk hidup
POPs selain bersifat racun dan persisten lainnya mendorong perlunya identifikasi
juga bersifat lipofilik dan hidrofobik[9]. Sifat keberadaan residu bahan berbahaya POPs
lipofilik membuat POPs mudah terakumulasi di DAS Ciliwung. Hal ini juga dikaitkan
dalam jaringan lemak dan akan terjadi dengan sifat POPs yang lipofilik dan
biomagnifikasi melalui rantai makanan [10]– bioakumulatif sehingga keberadaan POPs
[12]. Sifat tersebut menambah bahaya POPs dengan konsentrasi rendah akan berpotensi
terhadap mahkluk hidup termasuk manusia bahaya pada makhluk hidup melalui proses

22
__________Dewi Ratnaningsih et al.: Potensi Pencemaran Persistent Organic Pollutants di Daerah Aliran Sungai Ciliwung

biomagnifikasi konsentrasi pada rantai sedangkan sampel tanah secara komposit.


makanan[18]. Manusia sebagai puncak Sampling dilakukan pada bulan Agustus
tertinggi dalam piramida makanan akan 2018. Metode sampling mengacu pada SNI
berpeluang sebagai akumulator terbesar. 8520:2018 dan EPA SOP #2016.
Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui
2. Analisis Sampel
potensi pencemaran beberapa senyawa
POPs di DAS Ciliwung. Analisis sampel dilakukan di
laboratorium lingkungan P3KLL dengan
II. METODOLOGI target senyawa OCs yang sebagian besar
merupakan senyawa POPs dan turunannya.
A. Lokasi Sampling Senyawa yang dianalisis meliputi kelompok
Pengambilan sampel air sungai, hexachlorocyclohexanes /HCHs (α-HCH,
sedimen, dan tanah dilakukan di DAS β-HCH, γ-HCH atau lindan, δ-HCH),
Ciliwung yang berada di wilayah Bogor kelompok DDTs (pp-DDT, op-DDT,
dan Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan pp-DDD, op-DDD, opDDE, pp-DDE),
di enam lokasi (Gambar 1). Sampel air hexachlorobenzene (HCB), aldrin, dieldrin,
Sungai Ciliwung diambil di 5 lokasi, endrin, endrin aldehyde, endrin keton,
sampel sedimen sungai diambil di 6 lokasi endosulfan I, endosulfan II, endosulfan
dan sampel tanah pertanian diambil di dua sulfat, mirex, cis-chlordane, trans-chlordane,
lokasi, yaitu pada lokasi pertama (lokasi heptachlor, heptachlor epoxide, dan
1) dilakukan pengambilan sampel tanah di metoksiklor. Analisis untuk POPs atau OCs
dua titik sampling. Pengambilan sampel air di tanah dan sedimen mengacu pada metode
dan sedimen sungai dilakukan secara grab SNI 06.6991.1-2004 dan SNI 06.6992.1-

Gambar 1. Peta Lokasi Sampling (sumber peta : Profil Ciliwung KLH).

23
ECOLAB Vol. 14 No.1, Mei 2020 : 21-30

Tabel 1. Lokasi dan Jenis Sampel.

Lokasi Sampling DAS Kode dan Jenis Sampel


Ciliwung
Koordinat Keterangan
Air Sedimen Tanah
Sungai Cisampai, A1 v S1 v T1.1 v Kebun sayur labu
E : 106°58' 16.79"
Ds Tugu, Puncak dan kacang panjang
S : 06° 42'47.34"
Kabupaten Bogor T1.2 v Kebun Teh
S. Ciliwung Jemb S : 06° 39'15.09" A2 v S2 v T2 v Kebun singkong
Leuwimalang. Cisarua- T : 106° 54'35.47"
Kab Bogor
S. Ciliwung Kedung S : 06° 33'3.63" A3 - S3 v - - -
Halang. Kab Bogor T : 106° 48'14.68"
Sungai Condet, Anak A4 v S4 v - - -
S : 06° 15'48.09"
Sungai Ciliwung di
T : 106° 51'52.75"
Condet Jakarta
Sungai Ciliwung di A5 v S5 v - - -
S : 06° 12'27.73"
pintu air Manggarai ,
T : 106° 50'57.93"
Jakarta
Sungai Ciliwung di S : 06° 8'1.70" A6 v S6 v - - -
Gunung Sahari, Jakarta T : 106° 49'53.01"
Ket : v = dilakukan pengambilan sampel
- = tidak dilakukan pengambilan sampel

2004 sedangkan untuk air mengacu pada umum terpantau di air permukaan [10].
metode SNI 06.6990.1-2004. Sebagai kontrol Keberadan POPs di air sungai sangat
mutu menggunakan standar isotop p,p-DDE dipengaruhi oleh aktivitas di sekitar, variasi
13C12. Analisis menggunakan GCMS yang ruang dan waktu serta karakteristik sungai.
dilengkapi dengan kolom kapiler DB-5MS Kelompok HCHs terdiri dari α-HCH,
dengan panjang 30 m x 0.25mm id x 0.25 β-HCH, γ-HCH dan δ-HCH. Air sungai di
µm thickness. DAS Ciliwung terdeteksi α-HCH pada
kisaran <0.011-0.441 ug/L, γ-HCH pada
III. HASIL DAN PEMBAHASAN kisaran 0.026-0.163 ug/L, β-HCH pada
Pemantauan senyawa POPs di DAS kisaran 0.033-0.071 ug/L dan δ-HCH
Ciliwung telah memberikan indikasi adanya pada kisaran <0.012-0.018 ug/L. δ-HCH
pencemaran POPs dan juga senyawa OCs merupakan OCs yang tidak termasuk dalam
yang tidak masuk dalam kelompok POPs di kelompok POPs. Lindan atau γ-HCH yang
lokasi tersebut. Residu beberapa POPs dan terdeteksi di DAS Ciliwung mempunyai
OCs terdeteksi di air sungai, sedimen sungai konsentrasi lebih rendah dibandingkan
maupun tanah di sekitar DAS Ciliwung. dengan Kriteria Mutu Air (KMA) Kelas I
Residu POPs yang terdeteksi di air sungai dalam Lampiran Peraturan Pemerintan no 82
DAS Ciliwung dapat dilihat di Gambar 2. tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
Secara umum, senyawa POPs dan dan Pengendalian Pencemaran Air sebesar
turunannya yang dipantau di air Sungai 56 ug/L. Sedangkan untuk α-HCH, β-HCH
Ciliwung hanya terdeteksi dari kelompok dan δ-HCH di air sungai belum diatur dalam
HCHs, dan kelompok DDTs serta senyawa PP 82/2001 tersebut.
HCB. Hal ini sejalan dengan hasil pemantauan Sumber input HCH dapat diidentifikasi
di India yang menyatakan bahwa kelompok melalui rasio α-HCH / γ-HCH [19]. Rasio
DDTs dan HCHs merupakan POPs yang α-HCH / γ-HCH pada nilai 3–7 menunjukkan

24
__________Dewi Ratnaningsih et al.: Potensi Pencemaran Persistent Organic Pollutants di Daerah Aliran Sungai Ciliwung

Gambar 2. Cemaran POPs dan OCs di DAS Ciliwung

sumber HCH teknis yang merupakan di air sungai di Jakarta dengan kisaran
campuran empat isomer α, β, γ dan δ-HCH, <0.01-0.035 ug/L [21], demikian juga
sedangkan nilai rasio 0 atau mendekati 1 dengan yang terdeteksi di China. Secara
menunjukkan penggunaan baru dari γ-HCH keseluruhan, DDTs di beberapa air sungai
atau lindane[16] [19][20]. Jika HCH teknis di China yaitu pada Sungai Yangtze, Yellow
masuk ke lingkungan, γ-HCH dimungkinkan dan Pearl ditemukan pada kisaran nilai
berubah menjadi α-HCH. Apabila dalam nd - 0.02 ug/L[19]. Keberadaan total DDT
suatu periode tidak ada aplikasi HCH teknis, di Sungai Ciliwung (∑DDTs= 0.17 ng/mL)
maka rasio α-HCH/γ-HCH lebih besar dari terdeteksi lebih rendah dibandingkan dengan
7, dan jika ada input baru γ–HCH maka keberadaan total HCHs (∑HCHs = 1.18 ng/
rasio akan dibawah 3[20]. Rasio α-HCH / mL).
γ-HCH di air Sungai Ciliwung berada pada Senyawa HCB ditemukan pada empat
kisaran nilai 0.4-2.7 atau dibawah nilai 3 lokasi dengan konsentrasi 0.019–0.029 ng/
yang menyatakan indikasi bahwa sumber mL. Pada titik A1 yang merupakan hulu
HCH di air sungai berasal dari penggunaan Sungai Ciliwung, HCB tidak ditemukan
baru dari γ-HCH. Di India, sumber HCH atau dibawah limit deteksi <0.016 ng/mL.
selain dari penggunaan baru γ-HCH juga Pada umumnya HCB banyak digunakan
berasal dari HCH teknis, hal tersebut untuk pestisida pemberantas jamur dan juga
ditunjukkan dengan hasil rasio α-HCH/ sebagai produk sampingan untuk manufaktur
γ-HCH yang diperoleh berada pada kisaran industri tertentu dan juga sebagai impurity
nilai 0.58-3.61 [16]. dalam beberapa formulasi pestisida [13].
Kelompok DDTs yang terdiri dari Air sungai di lokasi titik A4 terpapar
senyawa induk DDT dan turunannya (pp- residu POPs yang paling tinggi dibandingkan
DDT, op-DDT, op-DDE, pp-DDE, op-DDD dengan lokasi lainnya. Titik A4 merupakan
dan pp-DDD) ditemukan pada kisaran nilai hilir anak Sungai Ciliwung yang di wilayah
<0.012–0.026 ug/L. Senyawa induk pp- Condet Jakarta dengan kondisi bantaran
DDT ditemukan di dua titik A2 dan A5 sungai yang dipenuhi oleh perumahan
dengan konsentrasi secara berurutan 0.014 penduduk sehingga sungai menerima beban
ug/L dan 0.013 ug/L sedangkan turunnya pencemaran yang tinggi dari limbah hasil
pp-DDE ditemukan di semua titik pantau aktifitas penduduk di sekitarnya. Senyawa
dengan konsentrasi 0.011-0.026 ug/L. Hasil op-DDT juga hanya ditemukan di titik
tersebut serupa dengan yang ditemukan pantau A4 dengan nilai 0.041 ng/mL.

25
ECOLAB Vol. 14 No.1, Mei 2020 : 21-30

Keberadaan beberapa senyawa POPs di dominan terdeteksi di sedimen sungai


air sungai dengan konsentrasi yang rendah dengan konsentrasi tertinggi di semua titik
sudah mengindikasikan adanya pencemaran pantau dengan kisaran nilai 43.4–200 ng/g.
POPs yang dapat membahayakan biota yang α-HCH terdeteksi pada kisaran 0.80-75.8
ada, mengingat sifat POPs yang hidrofobik ng/g, β-HCH pada kisaran 3.57-23.63 ng/g.
dan lipofilik. Sifat hidrofobik dan lipofilik Keberadaan HCHs yang dilaporkan pada
akan mendorong POPs lebih cenderung sedimen sungai di Mesir terdeteksi pada
menempel pada partikel dan terakumulasi nilai 21.23 ng/g untuk residu α-HCH di
dalam lemak [22]. Selain itu air sungai juga sedimen El Bagoria Canal, β-HCH sebesar
merupakan salah satu jalur penting paparan 7.82 ng/g di sedimen di El Embaby Drain,
POPs ke manusia, baik sebagai sumber γ-HCH sebesar 57.47 ng/g di sedimen El
baku air minum atau melalui proses rantai Menofi Drai, dan δ- HCH sebesar 27.08 ng/g
makanan[10]. di sedimen Miet Rabiha Drain [23]. Di India
Hasil pemantauan POPs di sedimen nilai maksimun ∑HCHs berada pada nilai
membuktikan bahwa residu POPs terdeteksi 731.8 ng/g [16]. Kondisi tersebut lebih tinggi
dengan jenis yang lebih banyak dan dibandingkan dengan hasil nilai maksimum
konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan ∑HCHs yang diperoleh di Sungai Ciliwung
dengan di air sungai (Gambar 3). Hal sebesar 228.5 ng/g. Seperti di air sungai,
ini dimungkinkan karena POPs bersifat sumber input HCHs di sedimen sungai juga
hidrofobik dan mempunyai afinitas yang berasal dari γ-HCH, hal ini diidentifikasikan
kuat terhadap partikulat yang berada di dari rasio α-HCH/γ-HCH di sedimen yang
kolom air, sehingga senyawa tersebut akan mempunyai nilai mendekati 1 yaitu pada
mudah terdeposisi dan berada di sedimen kisaran rasio 0.02 -0.71.
untuk jangka waktu yang lama[16]. Kelompok DDTs terdeteksi dengan
Kelompok HCHs terdeteksi di semua kisaran konsentrasi 7.16- 59.78 ng/g. Untuk
titik pantau dengan konsentrasi 0.80 ng/g residu senyawa induk pp’-DDT terdeteksi
– 200 ng/g kecuali untuk δ-HCH hanya pada kisaran nilai <0.64–18.35 ng/g,
terdeteksi di satu titik pantau S6 yang sedangkan residu metabolit DDT terdeteksi
merupakan hilir sungai Ciliwung di daerah pada kisaran nilai <0.42-42.64 ng/g.
Mangga Dua dengan konsentrasi 8.17 Sedimen sungai di S4 yang diambil di anak
ng/g. Dalam kelompok HCHs, γ-HCH Sungai Ciliwung yang berada di wilayah

Gambar 3. Cemaran POPs dan OCs di Sedimen DAS Ciliwung.

26
__________Dewi Ratnaningsih et al.: Potensi Pencemaran Persistent Organic Pollutants di Daerah Aliran Sungai Ciliwung

Condet, Jakarta Timur memberikan hasil Ciliwung dengan peruntukan tanah T1.1
rasio DDE/DDT yang berbeda dibandingkan merupakan tanah dibagian hulu yang
dengan sedimen di lokasi lainnya. Rasio ditanami secara campuran oleh penduduk
DDE/DDT di lokasi S4 menunjukkan nilai dengan tanaman kacang panjang dan labu.
< 1. Hal ini menunjukkan bahwa pp-DDT Tanah T1.2 merupakan tanah perkebunan teh
sebagai senyawa induk masih terdeteksi lebih dan titik T2 merupakan tanah yang ditamani
tinggi dibandingkan dengan turunannya. singkong atau padi secara bergantian.
Rasio DDE/DDT yang rendah tersebut Seperti halnya di sedimen sungai,
mengindikasikan adanya masukan baru keberadaan POPs yang dipantau di tanah
senyawa DDT sedangkan rasio DDE/DDT yang diambil dari tiga lokasi tersebut
yang tinggi lebih dari 1 mengindikasikan menunjukkan konsentrasi yang lebih tinggi
masukan DDT dimasa lampau[13]. DDT dan jenis yang lebih banyak dibandingkan
pada kondisi oksidasi akan membentuk pp- dengan di air sungai. Konsentrasi residu
DDE sedangkan pada kondisi anaerobik POPs tertinggi ditemukan di lokasi T1.2
membentuk pp DDD. yang merupakan tanah perkebunan teh
Residu HCB terdeteksi di semua titik dengan konsentrasi 24.2 ng/g untuk
pantau dengan kisaran konsentrasi 0.6 - 3.33 senyawa lindan atau γ-HCH. Konsentrasi
ng/g, heptachlor dan heptachlor epoxide tertinggi berikutnya juga terdeteksi di tanah
terdeteksi di semua titik pantau pada kisaran perkebunan teh untuk senyawa pp DDT,
nilai 0.45 ng/g - 5.25 ng/g. Trans chlordane kemudian β-HCH dengan konsentrasi secara
dan cis chlordane juga terdeteksi di semua berurutan 14.9 dan 11.3 ng/g.
titik pantau dengan kisaran konsentrasi 0.41 Dibandingkan dengan disekitar sungai
- 7.24 ng/g. Metoxichlor yang merupakan yang ditanami penduduk, tanah sekitar
senyawa organoklorin diluar POPs terdeteksi sungai yang digunakan untuk perkebunan
di semua titik pantau dengan konsentrasi teh cenderung terdeteksi POPs atau OCs
1.54 - 9.15 ng/g. Keberadaan POPs yang dengan konsentrasi lebih tinggi yaitu pada
tinggi di sedimen dibandingkan dengan di kisaran nilai 0.33–24.2 ng/g sedangkan
air menunjukkan kapasitas yang tinggi untuk tanah yang ditanami singkong, POPs dan
menyerap dan mengakumulasi pencemar itu. OCs terdeteksi pada kisaran <0.73–10.9
Identifikasi cemaran POPs di tanah ng/g dan pada tanah yang ditanami buah dan
dilakukan di tiga lokasi di sekitar Sungai sayur terdeteksi pada kisaran <0.3-5.8 ng/g.

Gambar 4. Cemaran POPs dan OCs di Tanah Sekitar DAS Ciliwung.

27
ECOLAB Vol. 14 No.1, Mei 2020 : 21-30

Di India DDTs yang terdeteksi dari beberapa IV. SIMPULAN


periode berada pada kisaran 13 - 270 ng/g POPs di air sungai terdeteksi dengan
dan HCHs 27-162 ng/g [10]. Konsentrasi konsentrasi jauh lebih rendah dan jenis lebih
tersebut masih lebih tinggi dibandingkan sedikit dibandingkan dengan di sedimen
hasil di DAS Ciliwung. sungai dan tanah. Keberadaan POPs di air,
Hasil rasio α-HCH/γ-HCH di tanah yang sedimen, dan tanah menunjukkan bahwa
diambil disekitar Sungai Ciliwung pada beberapa residu POPs yang sudah dilarang
titik T1.1, T1.2 dan T2 berada pada kisaran penggunaannya masih bisa ditemukan
0.05-0.13, yang memberikan indikasi bahwa di lingkungan. Sumber pencemar HCHs
sumber pencemar HCH di tanah juga berasal di DAS Ciliwung umumnya berasal dari
dari γ-HCH. Rasio tersebut sejalan dengan penggunaan penggunaan baru γ-HCH.
hasil yang diperoleh di air dan sedimen sungai Residu DDT yang ditemukan di lingkungan
yang menunjukkan nilai rasio yang serupa memberikan indikasi adanya lepasan DDT
yaitu mendekati 1. Untuk tanah dengan atau bukti sifat persistensi DDT yang masih
hasil rasio DDE/DDT <1 hanya ditemukan bertahan lama di lingkungan. Pemantauan
di titik T1.2 yang digunakan sebagai kebun POPs secara nasional perlu dilakukan dengan
teh dengan nilai 0.4, sedangkan untuk lokasi cakupan yang lebih luas dan parameter POPs
T1.1 dan T.2 yang digunakan sebagai kebun yang lebih lengkap agar dapat mendukung
sayur dan singkong mempunyai rasio DDE/ Konvensi Stockhom melalui pelaksanaan
DDT >1 yang mengindikasikan pencemaran NIP di Indonesia.
DDT berasal dari sisa penggunaan masa
lampau yang masih bertahan di lingkungan.
Pencemaran POPs di tanah tersebut DAFTAR PUSTAKA
dapat bersumber dari aplikasi langsung
dari penggunaan di bidang pertanian atau 1. K. Pozo et al., “Atmospheric Pollution
perkebunan untuk pemberantas hama Research Survey of persistent organic
penyakit, aplikasi dari rumah tangga untuk pollutants ( POPs ) and polycyclic aromatic
pemberantas vektor penyakit dan sumber hydrocarbons ( PAHs ) in the atmosphere of
tidak langsung dari kontaminasi udara rural , urban and industrial areas of Concepci
ɟ n , Chile , using passive air samplers,”
yang terdeposisi jauh dari lokasi sumber
Atmos. Pollut. Res., vol. 3, no. 4, pp. 426–
pencemar [10]. Tanah yang tercemar POPs 434, 2012, doi: 10.5094/APR.2012.049.
dapat mencemari udara maupun badan air 2. A. Schecter et al., “Perfluorinated
jika ada gangguan pada tanah tersebut. compounds, polychlorinated biphenyls, and
Secara umum diketahui bahwa POPs organochlorine pesticide contamination in
sudah dilarang penggunannya namun masih composite food samples from Dallas, Texas,
terdeteksi di air sungai dengan konsentrasi USA,” Environ. Health Perspect., vol. 118,
jauh lebih kecil dan jenis lebih sedikit no. 6, pp. 796–802, 2010, doi: 10.1289/
dibandingkan di sedimen sungai dan di tanah. ehp.0901347.
Keberadaan POPs yang rendah di air sungai 3. W. Tsai, “Current Status and Regulatory
atau tidak terdeteksinya senyawa POPs di air Aspects of Pesticides Considered to be
sungai tidak menjamin bahwa tidak terjadi Persistent Organic Pollutants (POPs)
pencemaran POPs di lingkungan perairan in Taiwan,” pp. 3615–3627, 2010, doi:
10.3390/ijerph7103615.
tersebut, mengingat sifat hidrofobik dan
4. T. Teran, L. Lamon, and A. Marcomini,
lipofilik POPs. Hal ini dibuktikan dengan
“Climate change effects on POPs ’
terdeteksinya jenis POPs dengan jenis yang environmental behaviour : a scientific
lebih banyak dan konsentrasi yang lebih perspective for future regulatory actions,”
tinggi di sedimen sungai.

28
__________Dewi Ratnaningsih et al.: Potensi Pencemaran Persistent Organic Pollutants di Daerah Aliran Sungai Ciliwung

Atmos. Pollut. Res., vol. 3, no. 4, pp. 466– Taurus Mountains soils,” no. July, 2011,
476, 2012, doi: 10.5094/APR.2012.054. doi: 10.1007/s11356-011-0561-x.
5. L. Nizzetto et al., “Past , Present , and Future 14. F. Rigét, A. Bignert, B. Braune, J. Stow,
Controls on Levels of Persistent Organic and S. Wilson, “Science of the Total
Pollutants in the Global Environment,” vol. Environment Temporal trends of legacy
44, no. 17, pp. 6526–6531, 2010. POPs in Arctic biota , an update,” vol.
6. S. M. B. Nash, “Persistent organic pollutants 408, pp. 2874–2884, 2010, doi: 10.1016/j.
in Antarctica : current and future research scitotenv.2009.07.036.
priorities,” no. June, 2014, doi: 10.1039/ 15. B. C. Balmer et al., “Relationship
c0em00230e. between persistent organic pollutants (
7. E. Science, M. Matthies, and F. Wania, POPs ) and ranging patterns in common
“Assessing Long-Range Transport Potential bottlenose dolphins ( Tursiops truncatus
of Persistent Organic Pollutants Assessing ) from coastal,” no. November, 2017, doi:
Long-Range Transport Potential of 10.1016/j.scitotenv.2011.01.052.
Persistent Organic Pollutants,” no. January, 16] K. Bhupander, M. Meenu, G. Gargi, G.
2000, doi: 10.1021/es990207w. Richa, S. S. Kumar, and P. Dev, “Distribution
8. R. Weber, G. Aliyeva, and J. Vijgen, “The and Ecotoxicological Risk Assessment of
need for an integrated approach to the Persistent Organic Pollutants ( POPs ) In
global challenge of POPs management,” River Sediments from,” vol. 2, no. 1, pp.
pp. 1901–1906, 2013, doi: 10.1007/s11356- 38–49, 2012.
012-1247-8. 17. D. Ratnaningsih, E. L. Nasution, N. T.
9. D. Haffner and A. Schecter, “Persistent Wardhani, O. D. Pitalokasari, and R.
Organic Pollutants (POPs): A Primer for Fauzi, “Water pollution trends in Ciliwung
Practicing Clinicians,” Curr. Environ. Heal. River based on water quality parameters,”
Reports, vol. 1, no. 2, pp. 123–131, 2014, IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci., vol.
doi: 10.1007/s40572-014-0009-9. 407, no. 1, 2019, doi: 10.1088/1755-
10. B. Mohan, G. K. Bharat, S. Tayal, L. 1315/407/1/012006.
Nizzetto, Č. Pavel, and T. Larssen, 18. A. Sudaryanto, T. Isobe, and S. Tanabe,
“Environment and human exposure to “Trophodynamic Accumulation of
persistent organic pollutants ( POPs ) in Brominated Flame Retardants in Biota of
India : A systematic review of recent and Jakarta Bay,” pp. 313–322.
historical data,” vol. 66, pp. 48–64, 2014, 19. L. Bao, K. A. Maruya, S. A. Snyder, and
doi: 10.1016/j.envint.2014.01.022. E. Y. Zeng, “Author ’ s personal copy
11. E. Deribe et al., “Science of the Total China ’ s water pollution by persistent
Environment Bioaccumulation of persistent organic pollutants,” doi: 10.1016/j.
organic pollutants ( POPs ) in fi sh species envpol.2011.12.022.
from Lake Koka , Ethiopia : The in fl uence 20. W. Chen et al., “Organochlorine pesticides
of lipid content and trophic position,” vol. in the surface water and sediments from the
411, pp. 136–145, 2011, doi: 10.1016/j. Peacock River Drainage Basin in Xinjiang,
scitotenv.2011.09.008. China: A study of an arid zone in Central
12. K. Jagiello, A. Sosnowska, S. Walker, and Asia,” Environ. Monit. Assess., vol. 177,
M. Haranczyk, “Direct QSPR : the most no. 1–4, pp. 1–21, 2011, doi: 10.1007/
efficient way of predicting organic carbon s10661-010-1613-2.
/ water partition coefficient (log K OC) for 21. Y. Syofyan, Y. Andiri, S. E. Kartiningsih,
polyhalogenated POPs,” pp. 997–1004, and D. Ratnaningsih, “Measurement of
2014, doi: 10.1007/s11224-014-0419-1. Organochlorines Residue (OCs) in water,
13. C. Turgut, L. Atatanir, and B. Mazmanci, sediment and soil from Jakarta and West
“( POPs ) in Taurus Mountains soils The Java,” IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci.,
occurrence and environmental effect of vol. 407, no. 1, 2019, doi: 10.1088/1755-
persistent organic pollutants (POPs) in 1315/407/1/012010.

29
ECOLAB Vol. 14 No.1, Mei 2020 : 21-30

22. M. A. Ashraf, “Persistent organic pollutants


( POPs ): a global issue , a global challenge,”
pp. 4223–4227, 2017, doi: 10.1007/s11356-
015-5225-9.
23. I. Nasr and M. M. H. Arief, “Persistent
Organic Pollutants ( POPs ) in Egyptian
Aquatic Environment Persistent Organic
Pollutants ( POPs ) in Egyptian Aquatic
Environment,” no. January 2014, 2009.

30

Anda mungkin juga menyukai