Kelompok 4
Nama Praktikan NIM Tanggal Kumpul Tanda Tangan
Praktikan Pembimbing
Annisa Febriani P07133218002
Kelompok 4
18
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................... 2
C. Manfaat ....................................................................... 2
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap
tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan
meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko
kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan
produktivitas dan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di
perusahaan akan terpapar dengan resiko bahaya di tempat kerjanya.
Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan terkonsentrasi di
tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat pekerjaan yang mudah menjadi
penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, arus listrik, mengangkut benda-benda berat dan
lain-lain), sudah sewajarnya bila pengelola proyek atau industri mencantumkan masalah
keselamatan kerja pada prioritas pertama. Dengan menyadari pentingnya aspek keselamatan
dan kesehatan kerja dalam penyelenggaraan proyek, terutama pada implementasi fisik, maka
perusahan/industri/proyek umumnya memiliki organisasi atau bidang dengan tugas khusus
menangani masalah keselamatan kerja. Lingkup kerjanya mulai dari menyusun program,
membuat prosedur dan mengawasi, serta membuat laporan penerapan di lapangan. Dalam
rangka Pengembangan Program Kesehatan Kerja yang efektif dan efisien, diperlukan
informasi yang akurat, dan tepat waktu untuk mendukung proses perencanaan serta
menentukan langkah kebijakan selanjutnya.
Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya
menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-
program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam
masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya
mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga
meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara
dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis dapat merumuskan
masalah yang akan di bahas dalam laporan ini. Masalah tersebut adalah bagaimana
18
Monitoring Laboratorium Entomologi Jurusan Kesehatan Lingkungan di Poltekkes
Kemenkes Banjarmasin ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kegiatan Kunjungan Lapangan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa
kegiatan monitoring Laboratorium Entomologi Jurusan Kesehatan Lingkungan di
Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian monitoring
b. Untuk mengetahui bagaimana teknik monitoring di Laboratorium Entomologi Jurusan
Kesehatan Lingkungan di Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
c. Untuk Mengetahui langkah-langkah yang digunakan untuk melakukan monitoring
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil kunjungan ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan
masyarakat khususnya ilmu promosi keselamatan dan kesehatan kerja Laboratorium
Entomologi Jurusan Kesehatan Lingkungan di Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Laboratorium Entomologi
Berdasarkan identifikasi Laboratorium Entomologi Jurusan Kesehatan Lingkungan di
Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
dapat memberikan penjelasan tentang tehnik monitoring
b. Bagi Mahasiswa
Mendapatkan pengalaman nyata mengenai tehnik monitoring Laboratorium
Entomologi Jurusan Kesehatan Lingkungan di Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
18
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Monitoring
Monitoring (bahasa Indonesia: pemantauan) adalah pemantauan yang dapat dijelaskan
sebagai kesadaran (awareness) tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan berkadar
tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukkan
pergerakan ke arah tujuan atau menjauh dari itu. Monitoring akan memberikan informasi
tentang status dan kecenderungan bahwa pengukuran dan evaluasi yang diselesaikan berulang
dari waktu ke waktu, pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu, untuk
memeriksa terhadap proses berikut objek atau untuk mengevaluasi kondisi atau kemajuan
menuju tujuan hasil manajemen atas efek tindakan dari beberapa jenis antara lain tindakan
untuk mempertahankan manajemen yang sedang berjalan.
Beberapa pakar manajemen mengemukakan bahwa fungsi monitoring mempunyai nilai yang sama
bobotnya dengan fungsi perencanaan. Conor (1974) menjelaskan bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan,
separuhnya ditentukan oleh rencana yangtelah ditetapkan dan setengahnya lagi fungsi oleh pengawasan atau
monitoring. Padaumumnya, manajemen menekankan terhadap pentingnya kedua fungsi ini, yaitu
perencanaan dan pengawasan (monitoring).
Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan
dengan rencana yang telah disusun. Monitoring digunakan pula untuk memperbaiki kegiatan yang
menyimpang dari rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan sumber-sumber, serta untuk
mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien mungkin.
Monitoring pada umumnya dilakukan baik pada waktu sebelum kegiatan pembinaan maupun
bersamaan waktunya dengan penyelenggaraan pembinaan (pengawasan atau supervisi). Monitoring,
pengawasan, dan supervisi memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Pengawasan dilakukan
terhadap orang-orang yang mengelola program. Supervisi dilakukan terhadap pelaksanaan
program,sedangkan monitoring dilakukan terhadap komponen-komponen program. Monitoring selain
berkaitan dengan pengawasan dan supervisi, mempunyai hubungan erat dengan penilaian program.
Monitoring sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengikuti suatu program dan pelaksanaannya
secara mantap, teratur dan terus-menerus dengan cara mendengar, melihat dan mengamati, serta mencatat
keadaan serta perkembangan program tersebut. Dalam seri monograf 3, UNESCO Regional Office for
Education inAsia and teh Pasific, dijelaskan bahwa monitoring adalah upaya yang dilakukan secara rutin
untuk mengidentifikasi pelaksanaan dari berbagai komponen program sebagaimana telah direncanakan,
waktu pelaksanaan program sebagai mana telah dijadwalkan, dan kemajuan dalam mencapai tujuan program.
18
Suherman dkk (1988) menjelaskan bahwa monitoring dapat diartikan sebagai suatu kegiatan, untuk mengikuti
perkembangan suatu program yang dilakukan secara mantap dan teratur serta terus-menerus.
Pengumpulan data atau informasi dalam monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kenyataan yang
sebenarnya dalam pelaksanaan program yang dipantau. Sasaran monitoring adalah kelangsungan program
dan komponen-komponen program yang mencakup input, proses, output dan outcome. Pihak yang
melakukan monitoring adalah pengelola program dan atau tenaga profesional yang diberi tugas khusus
untuk memonitor pelaksanaan program. Hasil monitoring digunakan untuk meluruskan atau memperbaiki
program. Perbaikan program itu sendiri dilakukan dalam kegiatan supervisi, bukan dalam kegiatan
monitoring.
Monitoring selain berkaitan dengan supervisi, juga mempunyai hubungan erat dengan evaluasi program.
UNESCO (1982) mengidentifikasi lima kaitan dan perbedaan antara monitoring dan evaluasi. Pertama, fokus
monitoring adalah pada program yang sedang dilaksanakan. Bukan pada konteks kegiatan yang harus
dilakukan oleh pelaksana program. Sedangkan evaluasi sering dilakukan sejak perencanaan program. Kedua,
monitoring menitikberatkan pada aspek kuantitatif dalam pelaksanaan program yang dapat menjadi bahan
untuk kegiatan evaluasi. Evaluasi dapat melengkapi hasil monitoring dengan data tambahan yang diperlukan
sesuai dengan tujuan evaluasi yang mengarah pada aspek kualitatif. Monitoring berhubungan dengan dimensi
kuantitatif tentang efektivitas program seperti banyaknya output program, sedangakan evaluasi lebih berkaitan
dengan dimensi kualitatif tentang efektivitas program seperti sejauh mana output sesuai dengan norma atau
standar yang telah ditentukan. Ketiga, monitoring mencakup usaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor
pendukung program, seperti faktor logistik, yang dapat membantu atau mempengaruhi penampilan
program,sedangkan evaluasi mengarah pada upata menyiapkan bahan masukan untuk pengambilan
keputusan tentang ketepatan perbaikan peluasan atau pengembangan program. Keempat, kontribusi yang
dapat dimanfaatkan dengan segera dari hasil monitoring adalah untuk kepentingan pengelolaan program,
sedangkan kontribusi evaluasi lebih terkait dengan pengambilan keputusan tentang penyusunan rancangan
dan isi program. Kelima, monitoring dan evaluasi merupakan proses yang saling melengkapi antara satu
dengan yang lainnya. Walaupun tekannya berbeda, keduanya mempunyai arah yang sama yaitu untuk
meningkatkan efektivitas program.
Langkah-langkah pokok untuk melakukan monitoring adalah sebagai berikut:
1. Pertama, menyusun rancangan monitoring, seperti untuk menghimpun data atau
informasi tentang pelaksanaan program.
2. Kedua, melaksanakan kegiatan monitoring dengan menggunakan pendekatan metode,
teknik dan instrumen yang telah ditetapkan dalam langkah pertama.
3. Ketiga, menyusun laporan.
B. Pengertian K3
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari resikokecelakaan atau
kerusakan atau dengan resiko yang relatif sangat kecil dibawah nilaitertentu (Simanjuntak, 1994). Sedangkan
kesehatan kerja dapat diartikan sebagai kondisiyang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja
(Simanjuntak, 1994)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerjaa dalah suatu kondisi kerja
yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu prosesaktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera,
penyakit, kerusakan harta benda, sertagangguan lingkungan.OHSAS 18001:2007 mendefinisikan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan factor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi
keselamatan dankesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain ditempat
kerja.Dari definisi keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi Keselamatandan Kesehatan Kerja
(K3) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan kerja adalah suatu program yang menjamin keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerja.
18
C. Monitoring K3
Monitoring K3 Lingkungan Kerja adalah serangkaian kegiatan pengawasan dari semua tindakan
yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-
undangan atas objek pengawasan lingkungan kerja Objek pengawasan lingkungan kerja meliputi :
Faktor-faktor bahaya lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerjadan penyakit akibat kerja
adalah :
- Faktor kimia
- Faktor fisika
- Faktor biologi
- Faktor psikologi
- Faktor fisiologi
D. Tujuan Monitoring K3
a) Secara umum tujuan monitoring adalah:
Tujuan utama monitoring adalah untuk menyajikan informasi tentang pelaksanaan program sebagai
umpan balik bagi para pengelola dan pelaksanaprogram. Informasi ini hendaknya dapat menjadi masukan
bagi pihak yang berwenang untuk:
1) memeriksa kembali strategi pelaksanaan program sebagaimana sudahdirencanakan setelah
membandingkan dengan kenyataan di lapangan,
2) menemukan permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan program,
3) mengetahui faktor-faktor pendungkung dan penghambat penyelenggaraan program.
Sebagaimana halnya dengan supervisi, monitoring dapat mengguanaka npendekatan langsung dan tidak
langsung. Pendekatan langsung dilakukan apabila pihak yang memonitor melakukan kegiatannya pada lokasi
program yang sedang dilaksanakan. Teknik-teknik yang sering digunakan dalam pendekatan ini adalah
wawancara dan observasi. Kedua teknik ini digunakan untuk memantau kegiatan, peristiwa, komponen,
proses, hasil dan pengaruh program yang dilaksanakan. Pendekatan tidak langsung digunakan apabila pihak
yang memonitor tidak terjun langsung ke lapangan, namun dengan menelaah laporan berkala yang
disampaikan oleh penyelenggara program, atau dengan mengirimkan kuesioner secara berkala kepada para
penyelenggaranya atau pelaksana program.
b) Tujuan Monitoring K3
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerjamerasa aman dalam bekerja.
4. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
5. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
6. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin lama.
18
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
d. Cara Kerja :
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
FORMULIR/LEMBAR KERJA
MONITORING LINGKUNGAN KERJA
9. Lain-lain :
18
III. PROSEDUR OPERASIONAL SETIAP TAHAPAN
Cara Kerja
Alat dan Bahan
1. Kunci identifikasi tikus (genera rattus)
2. Table deskripsi tikus (famili muridae)
3. Spuit (suntukan)
4. Rat trap (perangkap tikus hidup)
5. Mistar 30cm dan 50cm
6. Timbangan
7. Kantong plastik hitam volume 50gr
8. Sisir tikus/ sikat sepatu
9. Insektisida aerosol
10. Chloroform
11. Umpan tikus
12. Tikus hidup
Prosedur Kerja
1. Pre Bitting
a) Pasanglah berbagai makanan di tempat-tempat yang akan dipasang perangkap tikus
(sesuai dengan kaidah sampling). Hindarkan kemungkinan termakan oleh binatang.
b) Biarkan selama sehari-semalam.
2. Trapping
a) Semua perangkap yang akan dipakai, dicuci terlebih dahulu, dengan memasukanya pada
air panas, untuk menghilangkan lemak/bau khas tikus yang sudah pernah masuk kedalam
perangkap. Gunakan perangkap tikus hidup (Cage Trap)
b) Pasanglah perangkap dibeberapa tempat (sesuai dengan kaidah sampling), dengan
menggunakan umpan.
18
c) Pada pagi hari berikutnya, semua perangkap diambil. Pisahkan antara perangkap yang
kosong dan perangkap yang ada tikusnya.
d) Perangkap yang ada tikusnya dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi tikusnya dan
ektoparasitnya.
Identificating
1. Perangkap yang ada tikusnya dimasukan pada kantong plastik, kemudian kantong
diikat rapat.
2. Ambil chloroform dengan spuit, kemudian disuntikan kedalam kantong tersebut.
3. Diamkan beberapa saat hingga tikus mati, kemudian kantong dibuka.
4. Bila perlu, semprotkan insectisida aerosol ke dalam kantong untuk membunuh
ektoparasit yang tidak mati oleh chloroform.
5. Perangkap dikeluarkan dari kantong, dan tikus yang mati dikeluarkan dari
perangkap.
6. Lakukan penyisiran (dengan serit atau sikat sepatu) terhadap tikus tersebut untuk
mendapatkan ektoparasit.
7. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan dan pengukuran terhadap tikus tersebut
dengan kunci identifikasi.dapat pula dilakukan pengukuran terutama terhadap
berat badan (BB), Panjang kepala ditambah badan (H&B), ekor (T), Cakar (HF),
telinga (E), tengkorak (SK), dan susunan susu (M).
8. Interpretasi data diatas, sesuai dengan kunci identifikasi, atau mencocokkan pada
tabel deskripsi tikus.
18
IV. DATA DEMOGRAFI TENAGA KERJA
18
.......................... Jam : Orang
.......................... Jam : Orang
.......................... Jam : Orang
f. Pendidikan : SD/Sederajat : Orang
SMP/Sederajat : Orang
SMA/Sederajat : 1 Orang
Diploma 1 dan 3 : 1 Orang
Diploma 4/S1 : Orang
S2 : 2 Orang
S3 : Orang
g. Status Kerja : Karyawan Tetap : 4 Orang
Karyawan Non Tetap : Orang
h. Lain-lain : ......................................... : Orang
......................................... : Orang
......................................... : Orang
......................................... : Orang
......................................... : Orang
2. Bahan-bahan digunakan :
a. Bahan baku : Sampel tikus
b. Hasil akhir : Ada atau tidaknya pinjal pada
tikus yang diperiksa
c. Hasil antara : -
d. Hasil sampingan : -
3. Penanganan sisa-sisa produksi : Untuk sisa-sisa produksi
(limbah cair), tidak diolah dan
langsung dibuang
18
4. Keselamatan Bahan Kimia (MSDS) : Ada
18
c. Pengelolaann limbah cair
Jenis limbah : Sisa pabrik
Pengolahan : -
Kualitas : Sesuai standar baku mutu
Kuantitas :
Pembuangan/pemusnahan : Dibuang di wastafel
Pemeriksaan :
d. Keberadaan vektor penyakit
Indeks lalat: < 8 ekor/grill (100 x 100 cm) : Ya / Tidak
Indeks kecoa: <2 ekor/plate (20 x 20 cm) : Ya / Tidak
Indeks kontainer: < 5% : Ya / Tidak
Tikus: setipa ruang kerja bebas tikus : Ya / Tidak
e. Tempat cuci tangan
Kegunaan : Untuk mencuci tangan
Jumlah : 1
Kebersihan : Bersih
Kelengkapan : Kurang kain untuk mengeringkan
tangan ( lap )
Lain-lain : -
18
- Terpelihara : Ya / Tidak
- Bersih : Ya / Tidak
- Bebas gangguan kesehatan/KAK : Ya / Tidak
2) Lantai
- Terbuat bahan kuat : Ya / Tidak
- Kedap air : Ya / Tidak
- Permukaan rata : Ya / Tidak
- Tidak licin : Ya / Tidak
- Pertemuan dinding dan lantai bentuk
conus : Ya / Tidak
3) Dinding
- Rata : Ya / Tidak
- Bersih : Ya / Tidak
- Warna terang : Ya / Tidak
- Permukaan dinding yang kena percikan
air terbuat bahan kedap air : Ya / Tidak
4) Atap dan Langit-langit
- Tidak bocor : Ya / Tidak
- Cukup landai : Ya / Tidak
- Bersih : Ya / Tidak
- Bebas retakan dan lubang : Ya / Tidak
- Tidak menjadi sarang vektor : Ya / Tidak
- Tinggi minimal 2,4 meter di atas lantai : Ya / Tidak
5) Ventilasi
- Jumlahnya 10% dari luas lantai : Ya / Tidak
- Cross ventilation : Ya / Tidak
k. Pengamanan instalasi di Industri
Perjaringan pipa/kabel : Ada / Tidak Ada
Penangkal petir : Ada / Tidak Ada
Lain-lain :
18
l. APAR
Jenis : Powder
Klasifikasi : A,B,C
Media :
Penempatan : Disetiap ruangan
Petunjuk penggunaan :
Jumlah : Disetiap ruang ada 1
Pemeliharaan : Rutin diganti setiap kadaluarsa
Lain-lain :
n. Ketanggapdaruratan :
Jalur evakuasi : Ada / Tidak Ada
Tangga darurat : Ada / Tidak Ada
Alarm : Ada / Tidak Ada
Lain-lain :
18
Ahli gizi : Ada / Tidak Ada
Petugas P3K : Ada / Tidak Ada
Petugas safety : Ada / Tidak Ada
d. Sarana keselamatan kerja di Industri :
Pemadam kebakaran (APAR, Hidrant, dll) : Ada / Tidak Ada
Mobil pemadam kebakaran : Ada / Tidak Ada
Jalur evakuasi : Ada / Tidak Ada
Poster/pesan K3 : Ada / Tidak Ada
Tenaga Safety : Ada / Tidak Ada
9. Asuransi/Jaminan/Tunjangan :
a. Jamsostek/BPJS Tenaga kerja : Ada / Tidak Ada
b. Program pemeliharaan kesehatan : Ada / Tidak Ada
c. Tunjangan hari raya : Ada / Tidak Ada
d. Lain-lain :
b. Penyebab : -
c. Akibat : -
18
a. Jenis KAK : -
b. Penyebab KAK : -
c. Sifat luka : -
d. Letak luka : -
e. Rata-rata hilang hari kerja : -
f. Tempat KAK : -
g. Waktu KAK : -
h. Upaya Pertolongan : -
18
pinjal
PENILAIAN
NO. TAHAPAN PROSES PROD ITEM PENILAIAN
HASIL NAB
1.
Pemeriksaan vektor Memenuhi syarat
(Identifikasi tikus dan
pembuatan preparat)
_ _
PENILAIAN
NO. TAHAPAN PROSES PROD ITEM PENILAIAN
HASIL NAB
1. Pemeriksaan vektor Memenuhi syarat
(Identifikasi tikus dan
pembuatan preparat) _ _
18
TABEL 5. INTERVENSI /REKOMENDASI PENGENDALIAN K3
TAHAPAN INTERVENSI
NO. PROSES HAZARD POTENTIAL
EC AC PPE
PRODUKSI
1. Pemeriksaan Luka gores Menyimpan Terdapat Menggunakan
vektor Tergores pisau cairan racun
SOP dan masker,
(Identifikasi bedah seperti
tikus dan Luka ringan Cloroform dan tanda berupa sarung tangan
pembuatan Di area tangan pestisida di
preparat) dalam lemari tulisan yang lateks dan jas
yang jauh dari berisi laboratorium
jangkauan
peringatan saat sedang
tentang cara bekerja.
kerja serta
bahaya dari
bahan dan
alat.
18
B. Pembahasan
Di laboratorium entomologi Jurusan Kesehatan Lingkungan terdapat empat orangkariyawan
tetap yang mengelola laboratorium tersebut dengan umur rata-rata lebih dari 30 tahun
danmemiliki latar belakang pendidikan SMA/Sederajat, Diploma 3 serta S2. Para pegawai di
Laboratorium tersebut memiliki masa kerja mulai dari 9 tahun hingga lebih dari 10 tahun
dengan lama kerja masing-masing selama 8 jam dan 1 jam istirahat setiap kali hari kerja.
Laboratorium entomologi Jurusan Kesehatan Lingkungan memiliki kondisi tempat kerja yang
sudah cukup baik seperti penyediaan alat pelindung diri serta kotak P3K yang telah lengkap
dan sesuai dengan standar yang ada, penyediaan air bersih yang cukup baik, tidak terdapat
verktor penyakit, terdapat tempat untuk mencuci tangan(wastafel) yang sudah cukup bersih,
dan terdapat toilet/kamar mandi industri yang rutin dibersihkan sehingga juga sudah cukup
baik, kondisi bangunan laboratorium entomologi juga terlihat sudah sangat baik, bersih dan
kokoh, didalam ruangan tersebut telah tersedia sistem keamanan/pengamanan instalasi yang
cukup baik . Meskipun begitu, masih terdapat beberapa kekurangan seperti penanganan sisa
hasil produksi yang tidak langsung diolah terlebih dahulu melaikan langsung dibuang ke
dalam saluran air, sistem pelayanan kesehatan kerja yang hanya ada pada waktu tertentu,
fasilitas sanitasi industri yang masih kurang karena belum terdapat sistem pengelolaan
sampah maupun limbah cair yang baik.
di Laboratorium Entomologi tidak ditemukan adanya PAK dan KAK yang terjadi. Upaya
pengendalian yang dilakukan baik secara teknik, administratif maupun penggunaan alat
pelindung diri telah dilakukan dengan baik.
Parameter pemeriksaan di laboratorium entomologi :
- Identifikasi pinjal
- Identifikasi lalat
- Identifikasi nyamuk
- Identifikasi tikus
- Identifikasi seksi saliva dan ovarium nyamuk
- Survey entomologi
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Monitoring K3 Lingkungan Kerja adalah serangkaian kegiatan pengawasan dari semua tindakan
yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan atas objek pengawasan lingkungan kerja
2. Saran
18
Diharapkan kepada mahasiswa/i agar dapat memahami dan mempelajari lebih dalam
tentang Tehnik Monitoring Promosi K3. Semoga laporan yang kami buat bisa menjadi
bahan ajaran yang bermutu dan bermanfaat bagi kita semua. Dan dapat menjadikan
kami kedepannya seorang tenaga kesehatan yang mandiri dan kompeten dalam
bidangnya masing-masing.
Daftar Pusaka
Makalah monitoring K3 https://publichealthpromosion.blogspot.com/2016/05/makalah-monitoring-
k3.html
18