Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS PANGAN
Analisis Kuantitatif Bahan Pewarna
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Analisis Pangan yang dibimbing
oleh : Siti Mujdalipah, S.TP., M.SI.

Oleh :
Winni Trinita M

(1304693)

Yanuar Irfan R(1301424)


Kelompok 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014

UJI WARNA PADA BAHAN PANGAN


Winni Trinita M (1304693) dan Yanuar Irfan R (1301424)
Pendidikan Teknologi Agroindustri, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
Universitas Pendidikan Indonesia
Kelompok 1

ABSTRACT
Beverage syrup is one of the types of drinks that have a variety of flavors and colors.
Color is a factor that can be used as an indicator of freshness or maturity of a product. Color
is the biggest attraction to enjoy the flavor of food. But sometimes the dye contained in the
dye liquor is prohibited, so it is necessary to investigate the types and levels of dyes used
whether qualified or not. Tartrazine (also known as E102 or FD & C Yellow 5) is a synthetic
lemon yellow dye commonly used as a food coloring. Tartrazine is a derivative of coal tar,
which is a mixture of phenolic compounds, polycyclic hydrocarbons, and heterocyclic.
Quantitative analysis method used is to use wool as a medium to know the content of dyes
contained in the beverage.
Keywords: Beverage syrup, Color, Tartazine
ABSTRAK
Minuman sirup adalah salah satu jenis minuman yang memiliki aneka rasa dan warna.
Warna merupakan faktor yang dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan
suatu produk. Warna merupakan daya tarik terbesar untuk menikmati aroma makanan.
Namun terkadang zat pewarna yang terdapat pada minuman tersebut adalah zat pewarna yang
dilarang, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis dan kadar zat pewarna
yang digunakan apakah memenuhi syarat atau tidak. Tartrazine (dikenal juga sebagai E102
atau FD&C Yellow 5) adalah pewarnakuning lemon sintetis yang umum digunakan
sebagai pewarna makanan. Tartrazin merupakan turunan dari coal tar, yang merupakan
campuran dari senyawa fenol,hidrokarbon polisiklik, dan heterosiklik. Metode analisis
kuantitatif yang digunakan adalah menggunakan benang wol sebagai media untuk
mengetahui kandungan zat pewarna yang terkandung pada minuman.
Kata kunci : Minuman sirup, Warna, Tartazine

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Warna dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan dan minuman.
Penggunaan pewarna dalam bahan makanan dimulai pada akhir tahun 1800, yaitu pewarna
tambahan berasal dari alam seperti kunyit, daun pandan, daun suji, coklat, wortel, dan
karamel. Zat warna sintetik ditemukan oleh William Henry Perkins tahun 1856, zat pewarna
ini lebih stabil dan tersedia dari berbagai warna. Zat warna sintetis mulai digunakan sejak
tahun 1956 dan saat ini ada kurang lebih 90% zat warna buatan digunakan untuk industri
makanan. Salah satu contohnya adalah tartrazine, yaitu pewarna makanan buatan yang
mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazine CI 19140. Selain tartrazin
ada pula pewarna buatan, seperti sunsetyellow FCF (jingga), karmoisin (merah), brilliant blue
FCF (biru). Selain itu ada jenis pewarna seperti sunset Yellow anline yellow. Tartrazine dan
Sunset Yellow secara komersial digunakan sebagai zat aditif makanan, dalam pengobatan dan
kosmetika yang sangat menguntungkan karena dapat dengan mudah dicampurkan untuk
mendapatkan warna yang ideal dan juga biaya yang rendah dibandingkan dengan pewarna
alami (Pedro et al, 1997).
Menurut Aurand (2003) perlu dilakukan pemantauan terus-menerus terhadap
keberadaan pewarna sintetis berbagai produk pangan yang dikonsumsi masyarakat. Analisis
pewarna sintetis pada makanan dan minuman dapat dilakukan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif dengan menggunakan metode kromatografi kertas dan spektrofotometri UV
Visibel.
Biasanya agar lebih akurat pengukuran Warna suatu bahan diukur dengan
menggunakan alat kalori meter, spektro fotometer atau alat-alat lain yang dirancang khusus
untuk mengukur warna. Tetapi alat-alat tersebut biasanya terbatas penggunaannya untuk
bahan cair yang tembus cahaya seperti sari buah, bir atau warna hasil ekstraksi. Untuk bahan
bukan cairan atau padatan, warna dapat diukur dengan membandingkannya terhadap warna
standar yang digambarkan dalam angka-angka.
METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu beaker glass, aquades, pipet tetes, hot plate, penjepit
tabung reaksi, spatula, cawan petri, oven,

Bahan-bahan yang digunakan yaitu sirup orange squash giant, benang wol, larutan HCL
pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10 %, NaOH 12%.
Prosedur Kerja
1. 30 mL sampel dimasukkan ke dalam beaker glass lalu ditambahkan NaOH 10% untuk
menaikkan hingga pH menjadi 4.
2. Sediakan benang wol (40 cm) dibagi menjadi 4 bagian yang digunakan untuk
mengekstrak warna, benang tersebut dimasukkan ke dalam sampel.
3. Kemudian sampel + benang didihkan selama 30 menit.
4. Setelah 30 menit, benang dikeluarkan, dicuci menggunakan aquades lalu 4 bagian
benang tersebut disimpan pada cawan petri dan dikeringkan dalam oven pada suhu
100oC.
5. Setelah dikeringkan, masing-masing benang ditetesi larutan HCL pekat, H2SO4 pekat,
NaOH 10 %, dan NaOH 12%.
6. Amati perubahan warna yang terbentuk dan bandingkan dengan tabel standar warna.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Pembahasan
Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa
faktor, diantaranya adalah cita rasa, tekstur, nilai gizinya, serta sifat mikrobiologis. Tetapi,
sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna akan tampil lebih
dahulu dan terkadang akan sangat menentukan. Zat warna makanan merupakan penentu nilai
gizi suatu bahan makanan. Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga
dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara
pencampuran atau pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan
merata.
Selain dari pewarna adiktif, sebagian produsen menggunakan pewarna sintesis dapat
juga membahayakan para konsumen karena ada beberapa produk yang menggunakan zat
pewarna tekstil yang dapat mengganggu kesehatan konsumen. Selain itu penggunaan zat
adiktif secara berlebih bisa mengganggu kesehatan konsumen. Oleh sebab itu, perlunya ada
pemeriksaan zat pewara pada bahan pangan agar dapat mengetahui produk tersebut baik atau
tidak untuk kita konsumsi. Maka pada praktikum kali ini cara pengujian zat warna pada
bahan pangan di uji menggunakan serat wol.

Serat wol dapat digunakan untuk analisis warna karena sifatnya yang dapat
mengabsorbsi zat warna baik asam maupun basa. Serat wol mengandung protein amfoter
yang mempunyai afinitas terhadap asam maupun basa dengan membentuk garam. Proses
yang dapat dilakukan adalah proses pencelupan, dimana pencelupan pada umumnya terdiri
dari melarutkan atau mendispersikan zat warna ke dalam air atau medium lain, kemudian
memasukkan wol ke dalam larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna.
Penyerapan zat warna tersebut merupakan reaksi eksotermik dan reaksi keseimbangan.
Selanjutnya ada proses pencelupan ke reagen warna sehingga akan mempercepat dan
mempermudah proses identifikasi. Reagen warna yang digunakan adalah HCL pekat, H2SO4
pekat, NaOH 10 %, NaOH 12%.
Analisis warna dari sampel yang diujikan dilakukan dengan membandingkan hasil
pengamatan dengan tabel standar warna, jika hasil dari analisis menunjukkan hasil yang
linear/lurus maka makanan atau minuman tersebut positif mengandung zat pewarna sintesis
sesuai dengan yang diketahuinya zat apa. Sedangkan hasil pengujian yang tidak lurus berarti
hasilnya negatif, yaitu belum bisa dinyatakan bahwa makanan atau minuman tersebut
mengandung zat pewarna sintetis.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Zat warna makanan merupakan penentu nilai gizi suatu bahan makanan. Selain
sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai
indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau
pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata.

Pada praktikum dapat disimpulkan yaitu kerupuk warna hijau positif mengandung tartrazine,
selai nanas yang ditambahkan pewarna wantex mengandung amaranth, selai nanas murni
negatif/tidak mengandung pewarna sintetis, kerupuk warna merah negatif/tidak mengandung
pewarna sintetis, segar sari positif mengandung anline yellow, kukubima rasa ungu positif
mengandung erythrosin, saus negatif/tidak mengandung pewarna sintetis dan fanta juga tidak
terdetersi mengandung zat pewarna sintetis.
Saran

Dalam melakukan praktikum analisis warna ini harus lebih diteliti dan dilakukan
sesuai dengan prosedur yang baik dan harus benar-benar sesuai dalam pengambilan
kesimpulan dalam analisisnya.

Ada beberapa makanan yang diprediksi dan diketahui alami tanpa menggunakan pewarna
tetapi teridentifikasi menggunakan pewarna, begitupun sebaliknya untuk makanan yang
diidentifikasi mengandung pewarna tetapi tidak dapat terdeteksi dalam analisisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang Untuk Makanan yang Beredar Di
Pasaran.
Azizahwati, Maryati, Heidi. 2007. Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang Untuk Makanan
Yang Beredar Di Pasaran. [ Jurnal Ilmu Kefarmasian. Vol. IV, No. 1, 7 25 ].
Universitas Indonesia. Depok.
Purba, Elisabet. 2009. ANALISIS ZAT PEWARNA PADA MINUMAN SIRUP YANG DIJUAL
DI SEKOLAH DASAR KELURAHAN LUBUK PAKAM III KECAMATAN LUBUK
PAKAM. Universitas Sumatera Utara. Medan.
LAMPIRAN
pH awal sampel sirup orange squash giant

pH sampel sirup orange squash giant setelah ditambah NaOH 10

Ketika sampel + benang dipanaskan selama 30 menit

Anda mungkin juga menyukai