Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
perkembangan pesat dalam bidang pangan. Saat ini, banyak dijumpai berbagai
minuman kemasan dengan berbagai varian rasa dan warna yang beredar di pasaran.
Minuman kemasan yang beredar di pasaran berupa minuman ringan. Minuman
ringan terdiri dari dua jenis yaitu minuman ringan berkarbonasi dan minuman
ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan adalah minuman dalam bentuk serbuk
maupun cair tanpa alkohol namun mengandung bahan tambahan makanan tertentu.
Salah satu contoh bahan tambahan makanan yang terdapat pada minuman kemasan
adalah zat pewarna (Rahmaniah, 2011).
Tartrazine adalah zat pewarna sintetis yang
termasuk dalam kelas pewarna monoazo
pyrazolone atau azo dye. Tartrazin merupakan
pewarna kuning lemon sintetis yang umum
digunakan sebagai pewarna makanan. Pada
negara-negara seperti UE, Jepang, Amerika,
Australia, Indonesia, dan beberapa negara
lainnya tartrazine diizinkan sebagai pewarna
makanan pada berbagai jenis makanan
termasuk minuman, makanan beku, produk
gelatin, permen, jeli, rempah-rempah, saus,
saus, makanan panggang, dan produk susu
(FAO, 2016).
Penggunaan tartrazine secara berlebihan berpotensi untuk
meningkatkan hiperaktivitas anak, selain itu pada sekitar 1- 10 dari
sepuluh ribu orang, tartrazine menimbulkan efek samping langsung
seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit
lebam) dan anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya lebih
umum pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin.
Tartrazine dapat dengan mudah ditemukan pada label kemasan makanan
dengan kode FD & C yellow 5, E102 atau CI 19140 (Cahyadi, 2009).
Penggunaan bahan pewarna tartrazine telah diatur dalam Peraturan
BPOM RI nomor 37 tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan
Bahan Tambahan Pangan Pewarna. Berdasarkan peraturan tersebut
disebutkan bahwa batas maksimum penggunaan tartrazine pada
minuman berbasis air berperisa tidak berkarbonat, termasuk punch dan
ades yaitu sebesar 70mg/kg, sedangkan batas maksimum tartrazine pada
sirup, squash, minuman konsentrat, dan serbuk minuman yaitu sebesar
300mg/kg (Anonim, 2013).
Berdasarkan Combined Compendium of Food Additive
Specifications of Joint FAO/WHO Experts Committee on Food
Additives, ada beberapa metode analisis yang digunakan untuk
identifikasi zat pewarna dalam sampel pangan. Metode analisis tersebut
diantaranya TLC, HPLC, metode spektrofotometri UV-Vis dan
spektroskopi inframerah.
Metode yang digunakan dalam analisis kadar bahan pewarna
tartrazine dalam produk minuman ringan ini yaitu metode HPLC. Dasar
pemilihan metode HPLC yaitu karena metode HPLC memiliki
kemampuan analisis dengan nilai akurasi dan presisi yang tinggi,
dengan batas deteksi yang sangat baik, serta sensitifitas dan spesifisitas
yang tinggi (Diacu & Ene, 2009).
Variasi warna dari produk minuman menjadi aspek penting dalam
menarik pelanggan. Namun pewarna sintetis memiliki potensi
membahayakan kesehatan apabila kadar dalam produk melebihi batas
yang telah ditentukan oleh pemerintah (Diacu & Ene, 2009). Selain itu
banyak produk minuman kemasan yang menggunakan tartrazine
melebihi kadar yang ditetapkan. Oleh karena itu dengan dilakukannya
penelitian analisis kadar tartrazine dalam minuman ringan ini
diharapkan dapat menjadi masukan baik bagi institusi pemerintah
maupun masyarakat dalam pengawasan dan penggunaan minuman
kemasan yang beredar di pasaran.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil validasi metode analisis bahan tambahan pewarna
dengan metode HPLC?
2. Apakah kadar zat pewarna (Tartrazine) dalam sampel minuman
kemasan melebihi batas normal yang diizinkan oleh pemerintah?
Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui validitas
dari metode analisis HPLC yang digunakan untuk analisis dan kadar zat
pewarna tartrazine dalam minuman kemasan yang beredar di pasaran
Manfaat
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pembaca mengenai kadar zat pewarna yang terdapat pada minuman
kemasan
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pembaca mengenai bahaya tingginya kadar zat pewarna dalam
minuman kemasan terhadap kesehatan
Daftar Pustaka
Andrade, F.I., Guedes, M.I.F., Vieira, I.G.P., Mendes, F.N., Rodrigues, P.A.S., Maia, C.S.C. Matos, R.
2014. Determination of synthetic food dyes in commercial soft drinks by TLC and ion-pair HPLC.
Food Chemistry. 157:193-198
Anonim. 2013. Peraturan BPOM RI nomor 37 tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan
Bahan Tambahan Pangan Pewarna. BPOM RI.
Cahyadi, Wisnu. 2009. Analisis & Aspek Kesehatan: Bahan Tambahan Pangan Edisi Kedua. Jakarta:
Bumi Aksara
Diacu, E., Ene, C.P. 2009. Simultaneous determination of tartrazine and sunset yellow in soft drinks
by liquid chromatography. Rev Chim. 60(8):745-749
Food and Agriculture Organization (FAO). 2016. Tartrazine CTA.
Rahmaniah, Rizka. 2011. Kontribusi Minuman Dalam Kemasan Berlabel Terhadap Tingkat
Kecukupan Energi Dan Zat Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar Dan Menengah Bina Insani Di Kota
Bogor. Tersedia: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51426. Diakses pada tanggal 28
September 2019 pada pukul 21.23 WIB
Sahrei, R., Farmany, A., Mortazavi, S.S. 2013. A nanosilver-based
spectrophotometry method for sensitive determination of tartrazine in
food samples. Food Chemistry. 138(2-3):1239-1242
Vidotti, E.C., Costa, W.F., Oliveira, C.C. 2006. Development of a green
chromatographic method for determination of colorants in food
samples. Talanta. 68(3):516-521

Anda mungkin juga menyukai