Anda di halaman 1dari 6

www.lppm-mfh.

com ISSN-e: 2548 - 6365

lppm-politeknikmfh@gmail.com

ANALISIS KADAR BAHAN PENGAWET NATRIUM BENZOAT PADA


PRODUK MINUMAN ISOTONIK MEREK X SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Afilia Suryaningrum1), Nita Fajaryanti1)


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Email: nitafajaryanti@gmail.com

ABSTRAK
Natrium benzoat merupakan bahan pengawet yang digunakan dalam produk makanan/minuman.
Salah satu produk yang menggunakan natrium benzoat adalah minuman isotonik. Batas penggunaan
maksimum natrium benzoat sebagai bahan pengawet pada minuman ringan adalah 600mg/kg. Dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar bahan pengawet natrium benzoat pada produk
minuman isotonik merek X serta membandingkan kadar sampel dengan standar yang telah ditentukan.
Penelitian dilakukan melalui pengujian eksperimental jenis post test only design. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 3 minuman isotonik merek X menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis dengan pengujian uji kualitatif dan kuantitatif. Uji kualitatif dilakukan
dengan uji FeCl3 dan hasilnya positif dengan terbentuknya endapan warna coklat. Uji kuantitatif
dilakukan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis dengan 3 sampel minuman isotonik merek X.
Hasil penelitian diperoleh kadar pada sampel 1 sebesar 58,11 mg/kg, sampel 2 sebesar 60,11 mg/kg
dan sampel 3 sebesar 57,24 mg/kg. Rata-rata kadar bahan pengawet natrium benzoat yang terdapat
pada ke-3 sampel minuman isotonik merek X sebesar 58,49 mg/kg. Kadar tersebut tidak melebihi
batas penggunaan maksimum natrium benzoat yang telah ditentukan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No 722/ Menkes/ Per/ IX/ 88 dan SNI 01-0222-1995 yaitu 600 mg/kg.

Kata Kunci : Natrium Benzoat, Bahan Pengawet, Minuman Isotonik,Spektrofotometri UV-Vis

ABSTRACT
Sodium benzoate is a preservative used in food / beverage products. One product that uses
sodium benzoate is an isotonic beverage. The maximum usage limit of sodium benzoate as a
preservative in soft drinks is 600mg / kg. In this study aims to determine the content of sodium
benzoate preservatives in X brand isotonic beverage products and to compare sample levels with
predetermined standards. The research was done through experimental testing of post test only design
type. The sample used in this research is 3 brand isotonic drinks X using UV-Vis spectrofotometry
method with qualitative and quantitative test. The qualitative test was performed with FeCl3 test and
the result was positive with the formation of brown precipitate. Quantitative test was done using UV-
Vis spectrofotometer with 3 samples of brand isotonic drinks X. The result showed that the level of
sample 1 was 58,11 mg / kg, sample 2 was 60,11 mg / kg and sample 3 was 57,24 mg / Kg. The
average content of sodium benzoate preservatives contained in the 3 samples of the brand isotonic
drinks of X amounted to 58.49 mg / kg. The content does not exceed the maximum utilization limit of
sodium benzoate which has been determined by the Regulation of the Minister of Health No. 722 /
Menkes / Per / IX / 88 and SNI 01-0222-1995 is 600 mg / kg.

Keywords: Sodium Benzoate, Preservatives, Isotonic Drinks, UV-Vis Spectrophotometry

PENDAHULUAN dicampurkan sewaktu pengolahan makanan


Zat aditif (bahan tambahan makanan) untuk meningkatkan mutu. Termasuk
adalah bahan yang ditambahkan ataupun kedalamnya adalah pengawet, pewarna,
Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 38

Volume 1. No. 1 – April 2017


www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365

lppm-politeknikmfh@gmail.com

pemantap, antioksidan, pengemulsi, Sampel diuji kualitatif dengan FeCl3 untuk


antigumpal, pemucat, penyedap rasa dan membuktikan adanya natrium benzoat. Sampel
aroma, serta pengental (Rohman, 2011). Dosis diambil dari produk minuman isotonik merek
pemakaian bahan tambahan pangan harus X. Sampel kemudian diuji kuantitatif yaitu
diatur dan diawasi, karena kemungkinan besar dengan membuat larutan sampel dalam NaCl
akan menimbulkan kerugian yang bersifat jenuh dan larutan dibuat asam dengan
langsung dan tidak langsung/kumulatif bagi menambah larutan HCl 0,1 %. Diekstraksi
pemakainya. Kerugian yang bersifat langsung sampel dengan 70, 50, 40 dan 30 ml bagian
misalnya keracunan dan yang bersifat tidak eter. Dikocok dan dipisahkan bagian eter. Pada
langsung atau kumulatif misalnya bahan bagian eter dicuci dengan HCl 0,1 % dan
pengawet yang bersifat karsinogenik (Cahyadi, diambil ekstrak eternya. Diekstraksi lagi
2008). Natrium benzoate adalah bahan dengan bagian eter dengan NH4OH 0,1 % dan
pengawet yang sering digunakan untuk buang bagian eternya. Gabungkan ekstrak
makanan dan minuman serta sangat amonia dan dinetralkan dengan HCl. Larutan
cocok untuk jus buah maupun minuman ringan asam ini dinetralkan kembali dengan 70, 50, 40
(Nurcahyani, 2005). Penggunaan pengawet dan 30 ml eter. Setelah dipisah, ekstrak eter
benzoat dimaksudkan untuk mencegah kapang dipisahkan dengan eter sampai mencapai
dan bakteri. Bukti-bukti menunjukan benzoat volume 200 ml. Kemudian diukur absorbannya.
mempunyai toksisitas yang sangat rendah Diplotkan pada kurva baku untuk menentukan
terhadap hewan maupun manusia (Khomsan, kadar asam benzoatnya. Untuk mengetahui
2002). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan kadar natrium benzoat, dihitung berdasarkan
RI No 722/ Menkes/ Per/ IX/ 88 batas berat molekul.
maksimum penggunaan natrium benzoat untuk
minuman ringan adalah 600 mg/kg bahan HASIL
(Cahyadi, 2008). Pembatasan tersebut mutlak Uji kualitatif dilakukan dengan cara
diperlukan karena jika melebihi ambang batas sampel diperiksa dengan pengujian FeCl3 5%
yang telah ditentukan dapat menimbulkan efek netral. Pada larutan sampel terbentuk endapan
samping merugikan dan merusak bahan coklat berarti positif mengandung benzoat. Uji
makanan itu sendiri, bahkan berbahaya bagi kuantitatif dilakukan dengan membuat larutan
kesehatan manusia karena bersifat racun baku natrium benzoat dalam eter. Hasil
didalam tubuh (Wijaya, 2011). skrining panjang gelombang maksimum
natrium benzoat adalah 271 nm. Tabel hasil
METODE pembacaan absorbansi deret baku natrium
Desain penelitian menggunakan benzoat dapat dilihat pada tabel 1. Hasil
eksperimen jenis post test only design. Sampel pembacaan absorbansi sampel minuman
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 isotonik merk X dapat dilihat pada tabel 2.
produk minuman isotonik merek X yang
diambil secara acak. Alat penelitian yang Tabel 1. Hasil pembacaan absorbansi deret
digunakan adalah Spektrofotometer UV-Vis baku larutan baku induk natrium benzoat
merek Shimadzu, Waterbath merek Memert, No Konsentrasi Absorbansi
Timbangan analitik merek Shimadzu, labu
takar, corong pisah, beaker glass, erlenmeyer, 1 49 ppm 0,202
cawan porselen. Bahan yang digunakan adalah 2 98 ppm 0,450
sampel minuman isotonik, natrium benzoat, 3 147 ppm 0,551
NaOH 10%, NaCl jenuh, HCl 0,1%, NH4OH 4 196 ppm 0,695
0,1%, FeCl3 5% netral dan Eter.
5 245 ppm 0,794

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 39

Volume 1. No. 1 – April 2017


www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365

lppm-politeknikmfh@gmail.com

Persamaan garis linier yang merupakan pemeriksaan pendahuluan secara visual yaitu
hubungan antara absorbansi (y) dengan isi bersih sampel, pH dan organoleptis sampel.
konsentrasi (x) larutan baku sebagai berikut y = Selanjutnya sampel diuji kualitatif dengan
0,109 + 0,002x dengan harga r sebesar 0,967. FeCl3 untuk membuktikan adanya natrium
Kurva hubungan absorbansi versus konsentrasi benzoat dalam minuman isotonik dan kemudian
dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini. diuji kuantitatif. Sampel dilakukan uji kualitatif
dengan metode sesuai SNI 01-2894-1992 untuk
1 menunjukkan adannya natrium benzoat yang
Absorbansi merupakan garam dari asam benzoat.
0.8
Absorbansi

0.6 Linear Sampel minuman isotonik yang diuji


0.4 (Absorbansi) secara kualitatif positif mengandung benzoat
0.2 dibuktikan dengan terbentuknya endapan
0 berwarna coklat. Pada uji kualitatif sampel
0 200 400 minuman isotonik diberikan penambahan
NaOH 10%. Penambahan NaOH 10% kedalam
Konsentrasi (ppm)
larutan sampel dimaksudkan agar sampel
bersifat basa (Cahyadi, 2008). Setelah itu
larutan tersebut diberikan penambahan NaCl
Setelah preparasi sampel, diukur absorbannya.
jenuh, tujuan dari penambahan NaCl jenuh
Diplotkan pada kurva baku untuk menentukan
adalah untuk menambah tingkat ionisasi dari air
kadar asam benzoatnya. Untuk mengetahui
menjadi lebih polar sehingga tingkat tidak
kadar natrium benzoat, dihitung berdasarkan
bercampurnya air dengan eter akan bertambah
berat molekul. Rumus yang digunakan adalah
dan dapat bermanfaat dalam pemisahan fase
Kadar Sampel = As x Cb x P (Windy, 2013). Larutan yang sudah dibasakan
Ab
Kadar Natrium Benzoat dengan NaOH 10% dan penambahan NaCl
jenuh tersebut dikocok dan didiamkan selama 2
BM Na. Benzoat jam agar terpisah antara fase yang larut dengan
= x Kadar Asam Benzoat
BM As. Benzoat
fase yang tidak larut. Setelah itu larutan
Tabel 2. Hasil pembacaan absorbansi tersebut disaring menggunakan kertas saring
sampel minuman isotonik merek X agar diperoleh larutan yang jernih. Dari larutan
jernih tersebut diambil sebanyak 50 ml
Sampel Absorban Konsentrasi dimasukkan kedalam corong pisah. Filtrat
1 0,203 58,11 mg/L tersebut diasamkan dengan HCl berlebih agar
2 0,210 60,11 mg/L kembali bersifat asam. Larutan asam tersebut
3 0,200 57,24 mg/L ditambahkan ± 10-15 ml eter dan dikocok.
Lapisan eter ditampung dan diuapkan diatas
waterbath pada suhu ± 90ºC sampai terbentuk
PEMBAHASAN residu dan diberi NH4OH sampai basa. Setelah
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan itu diuapkan kembali. Tujuan dilakukan
kadar bahan pengawet natrium benzoat pada penguapan ini adalah untuk menghilangkan
minuman isotonik merek X secara kelebihan NH3 yang terdapat pada larutan. Dari
spektrofotometri UV-Vis. Dalam hal ini dipilih residu yang didapatkan ditambahkan FeCl3 5%
sampel minuman isotonik merek X, minuman netral dan memperoleh hasil terbentuk endapan
ini banyak dikonsumsi dan disukai oleh warna kecoklatan yang berarti pada sampel ini
masyarakat karena rasanya yang beragam dan positif mengandung benzoat (Cahyadi, 2008).
khasiatnya yang dapat menggantikan cairan
tubuh yang hilang. Penelitian ini dilakukan Uji kuantitatif dapat diketahui dengan
melalui pengujian eksperimental di menggunakan spektrofotometer UV-Vis sesuai
laboratorium. Sebelumnya sampel dilakukan dengan metode SNI 01-2894-1992. Sebelum
Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 40

Volume 1. No. 1 – April 2017


www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365

lppm-politeknikmfh@gmail.com

dilakukan penetapan kadar natrium benzoat untuk dipisahkan kembali (Anonim, 2010).
pada minuman isotonik merek X, terlebih Bagian eter (Lapisan atas) dicuci dengan HCl
dahulu dibuat larutan baku induk natrium 0,1% setelah itu dipisahkan bagian eternya
benzoat yang dilarutkan dalam eter sebesar (Lapisan atas), kemudian diekstraksi dengan
1000 ppm. Pengukuran absorbansi untuk NH4OH 0,1% dan diambil ekstrak amonia
natrium benzoat dilakukan pada rentang (Lapisan bawah). Dari ekstrak amonia yang
panjang gelombang 265-280 nm. Kemudian didapat (pH 10) dinetralkan dengan HCl 0,1%
dibuat deret baku dengan konsentrasi 50 ppm, sampai pH menjadi 7. Adanya penambahan
100 ppm, 150 ppm, 200 ppm dan 250 ppm serta NH4OH 0,1% dan HCl 0,1% dalam pembuatan
hasil panjang gelombang maksimum untuk larutan sampel ini bertujuan untuk
natrium benzoat sebesar 271 nm. Panjang menstabilkan pH dengan perubahan sifat
gelombang maksimum yang didapatkan sesuai menjadi asam maupun basa, selain itu juga
dengan range panjang gelombang teoritis yang bertujuan untuk pembentukan lapisan pada
ditentukan, yaitu 265-280 nm (Cahyadi, 2008). larutan sehingga mudah dipisahkan. Dari
Pemilihan panjang gelombang maksimum larutan netral yang diperoleh kemudian
dilakukan karena pada panjang gelombang dilakukan ekstraksi kembali dengan 70, 50, 40,
tersebut kepekaannya maksimum dan dan 30 bagian eter dan hasilnya dilarutkan
perubahan absorbansi untuk satuan konsentrasi dengan eter sampai 200 ml (Cahyadi, 2008).
adalah yang paling besar sehingga lebih efektif Blangko yang digunakan dalam penelitian ini
dalam pengukuran absorbansinya. Selain itu adalah eter, karena eter merupakan pelarut yang
disekitar panjang gelombang maksimum bentuk digunakan untuk menyiapkan larutan sampel
kurva absorban datar dan pada kondisi tersebut (Cahyadi, 2008).
hukum Lambert Beer akan terpenuhi (Anonim, Larutan sampel dilakukan penentuan
2012). absorbansi dengan panjang gelombang 271 nm
dan hasil absorbansi pada ke-3 sampel berturut-
Kurva baku antara konsentrasi terhadap turut adalah sebagai berikut sampel 1 (0,203),
absorbansi diperoleh persamaan garis linier sampel 2 (0,210) dan sampel 3 (0,200). Hasil
yang merupakan hubungan antara absorbansi tersebut sesuai dengan range absorbansi yang
(y) dengan konsentrasi (x) larutan baku sebagai ditentukan yaitu antara 0,2-0,8. Sehingga hal
berikut y= 0,109 + 0,002x dengan harga r tersebut menandakan bahwa kesalahan
sebesar 0,967. Hal ini menyatakan bahwa kurva intermediet dalam pembacaan T adalah 0,005
kalibrasi memiliki keakuratan dalam penentuan (0,5%) kesalahan fotometrik. Nilai 0,005
konsentrasi sebesar 97%. adalah nilai rata-rata dimana kesalahan
Pada penentuan kadar natrium benzoat fotometrik kebanyakan alat antara 0,002-0,01.
pada sampel minuman isotonik merek X Kesalahan fotometrik adalah kesalahan analisis
dilakukan dengan menggunakan 3 sampel. dalam nilai konsentrasi itu paling kecil jika
Sampel yang telah dicampur dengan NaCl pembacaan resapan 0,2-0,8 atau 15-70%
jenuh diasamkan dengan HCl 0,1 %. Sampel (Anonim, 2012). Dari hasil absorbansi ke-3
yang semula memiliki sifat basa dengan pH 9 sampel yang didapatkan digunakan untuk
berubah menjadi 6 setelah diasamkan. Larutan menghitung kadar asam benzoat menggunakan
asam tersebut kemudian diekstraksi dengan 70, pendekatan absorbansi dan hasilnya adalah
50, 40 dan 30 bagian eter (Cahyadi, 2008). sebagai berikut sampel 1 : 49,24 ppm (mg/L) ;
Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi sampel sampel 2 : 50,94 ppm (mg/L) ; dan sampel 3 :
yaitu eter, karena eter merupakan pelarut yang 48,51 ppm (mg/L). Hasil tersebut merupakan
memiliki sifat inert (tidak mudah bereaksi), kadar dari asam benzoat. Karena natrium
mudah melarutkan senyawa-senyawa organik, benzoat berupakan ester/garam dari asam
dan titik didihnya rendah sehingga mudah benzoat, sehingga untuk perhitungannya

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 41

Volume 1. No. 1 – April 2017


www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365

lppm-politeknikmfh@gmail.com

berdasarkan berat molekul dan mendapatkan Menkes/ Per/ IX/ 88 dan SNI 01-0222-1995
hasil untuk kadar natrium benzoat pada ke-3 yaitu 600 mg/kg.
sampel berturut-turut adalah 58,11 ppm (mg/L),
60,11 ppm (mg/L) dan 57,24 ppm (mg/L). Saran
Satuan yang dipakai adalah ppm (mg/L), Perlu dilakukan kembali penelitian untuk
sedangkan untuk batasan natrium benzoat menentukan kadar bahan pengawet natrium
sebagai bahan pengawet satuannya adalah benzoat pada minuman isotonik merek X
mg/kg. Dalam hal ini BJ dianggap 1, sehingga dengan menggunakan metode lainnya.
untuk satuannya adalah mg/L = mg/kg.
Hasil ke-3 kadar bahan pengawet natrium UCAPAN TERIMA KASIH
benzoat yang diperoleh diolah secara statistika Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
dengan analisa deskriptif dan uji normalitas Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal yang
menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Analisa telah memfasilitasi penelitian ini.
deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui nilai
maksimum, nilai minimum dan nilai rata-rata DAFTAR PUSTAKA
kadar natrium benzoat yang diperoleh dari ke-3 Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
sampel yang digunakan untuk penelitian. Departemen Kesehatan RI. Departemen
Berdasarkan hasil dari tabel deskriptif Kesehatan RI. Jakarta.
diperoleh nilai minimum kadar natrium benzoat
sebesar 57,24 mg/kg, nilai maksimum kadar Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
natrium benzoat sebesar 60,11 mg/kg, nilai Departemen Kesehatan RI. Departemen
rata-rata kadar natrium benzoat sebesar 58,49 Kesehatan RI. Jakarta.
mg/kg dan standar deviasi sebesar 1,47.
Berdasarkan rata-rata kadar natrium benzoat Badan Standarisasi Nasional. 1995. Standar
yang diperoleh dari ke-3 sampel minuman Nasional Indonesia untuk Bahan
isotonik tidak melebihi batas penggunaan Tambahan Makanan. SNI 01-0222-1995.
maksimum natrium benzoat sebagai bahan BSN. Jakarta.
pengawet menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No 722/ Menkes/ Per/ IX/ 88 Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis & Aspek
dan SNI 01-0222-1995 batasan penggunaan Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
maksimun natrium benzoat pada minuman Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.
ringan yaitu sebesar 600 mg/kg, sehingga
Departemen Perindustrian RI. 1992. Cara Uji
adanya kandungan natrium benzoat dalam
Bahan Pengawet Pangan dan Bahan
minuman isotonik ini tidak akan
Tambahan Pangan yang Dilarang untuk
membahayakan bagi masyarakat yang
Pangan. SNI-01-2894-1992. Jakarta.
mengkonsumsinya.
Departemen Kesehatan RI. 1988. Peraturan
SIMPULAN DAN SARAN Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Simpulan Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat Bahan Tambahan Pangan. Departemen
disimpulkan bahwa bahan pengawet natrium Kesehatan RI. Jakarta.
benzoat yang terdapat pada ke-3 sampel
minuman isotonik merek X memiliki kadar Ditjen Pengawasan Obat dan Pangan dan
rata-rata sebesar 58,49 mg/kg. Kadar rata-rata Departemen Kesehatan RI. Peraturan
bahan pengawet natrium benzoat pada ke-3 Menteri Kesehatan Republik Indonesia
sampel minuman isotonik merek X tersebut Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang
tidak melebihi batas penggunaan maksimum Bahan Tambahan Pangan. Jakarta.
natrium benzoat yang telah ditentukan oleh
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/
Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 42

Volume 1. No. 1 – April 2017


www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2548 - 6365

lppm-politeknikmfh@gmail.com

Giesova, M., Chumchalova, J., dan Plockova,


M., (2004), Effect of food preservatives on Saparinto, Cahyo. 2006. Bahan Tambahan
the inhibitory activity of acidocin CH5 and Pangan. Kanisius. Yogyakarta.
bacteriocin D10, Eur Food Res Technol Halaman 1-40.
218: 194-197.
Sumarauw, Windy, dkk. 2013. Identifikasi
Khomsan, Ali. 2010. Pangan dan Gizi Untuk
dan Penetapan Kadar Asam Benzoat
Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada.
Jakarta. Halaman 173-177. Pada Kecap Asin yang Beredar Di
Kota Manado. Skripsi. Program Studi
Khopkar, S.M., (2003) Konsep Dasar Kimia Farmasi FMIPA UNSRAT. Manado.
Analitik. UI Press. Jakarta.
Suryani ,dkk. 2009. Natrium Benzoat
Nurcahyani. 2005. Analisis Kadar Natrium Sebagai Bahan Pengawet Minuman
Benzoat dan Jenis Zat Aditif Pewarna Isotonik. Makalah. Universitas Negeri
Pada Saus Tidak Bermerk di Pasar Malang Fakultas Matematika dan Ilmu
Dinoyo Malang. Pengetahuan Alam Jurusan Kimia.
Malang.
Patricia C., (ED). 1995. Official Methods of
Analysis of AOAC International. 16th Ed., Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan
Published By AOAC International, Gizi. Gramedia. Jakarta. Halaman 214,
Virginia, Usa, 9. 224, dan 228.
Rohman, Abdul. 2011. Analisis Bahan Pangan. Winarti, Sri. 2006. Minuman Kesehatan.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Halaman
Trubus Agrisarana. Surabaya. Halaman
181.
1-3, 9, 27-30.
R.A. Day, JR. & A.L. Underwood. 2002.
Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Erlangga. Jakarta. Halaman 388-403.

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 43

Volume 1. No. 1 – April 2017

Anda mungkin juga menyukai