DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. R. Usman Rery, M.Pd
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Fakta Eksperimebilan Inti Atom Dapat Dibagi”. Harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha
Kuasa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.................................................................................................................................4
Gambar 2.2.................................................................................................................................5
Gambar 4.3.................................................................................................................................6
Gambar 11.1...............................................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan
struktur dan komponen-komponen subatom di dalam atom. Semua ilmuwan berlomba-lomba
dalam mencari kebenaran mengenai struktur atomik yang mampu menjelaskan
keberadaan inti atom sesuai dengan hasil eksperimen yang telah dilakukan. Hal ini
membuktikan bahwa atom tidak dapat dibagi lagi. Atom adalah satuan dasar materi yang
terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya.
Rutherford melangkah maju dalam usaha untuk memahami struktur atom. Rutherford
menyatakan bahwa terdapat bagian yang sangat masif di dalam atom yaitu inti atom yang
memiliki massa 99% dari massa atom.
Beberapa ilmuan lain yang meneliti lebih lanjut tentang penyusun inti atom tersebut
adalah Goldstein (1886) menemukan proton melalui eksperimen tabung sinar katoda dan
James Chadwick (1932) yang menemukan neutron melalui eksperimen penembakan partikel
alfa ke selembaran tipis berilium.
Eksperimen tersebut membuktikan bahwa inti atom tersusun dari partikel dasar berupa proton
yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian inti atom.
2. Untuk mengetahui sejarah penemuan inti atom.
3. Untuk mengetahui bagaimana ditemukannya proton di dalam inti atom.
4. Untuk mengetahui bagaimana ditemukannya neutron di dalam inti atom.
1
BAB II
URAIAN MATERI
Inti atom adalah partikel bermuatan positif pada titik pusat atom. Pusat
dari atom disebut inti atom atau nukleus. Inti atom terdiri dari proton dan
neutron. Banyaknya proton dalam inti atom disebut nomor atom dan
menentukan elemen dari suatu atom.
(Syukri, 1999 :121 )
1. Gaya nukleon
Ketika nukleon-nukleon saling didekatkan (dalam orde 10-15𝑚 = 1
𝑓𝑚), didapati bahwa nukleon-nukleon tersebut menunjukkan gaya tarik-
menarik yang kuat dalam rentang yang pendek, yaitu pada jarak yang lebih
besar dari pada beberapa femtometer dimana gaya nukleon pada pokoknya
akan bernilai nol. Gaya tarik-menarik didapati tidak bergantung pada muatan
nukleon, artinya bahwa gaya proton-proton, neutron-neutron, dan proton-
neutron seluruhnya kira-kira sama.
2
2. Deutron
Deutron atau deuterium adalah sistem ikatan yang tersusun dari proton
dan neutron, dan merepresentasikan nukleus paling sederhana yang memiliki
lebih dari pada satu elektron.
3. Nukleus
Setiap nukleus diidentifikasi dengan nomor atom Z, yaitu suatu
bilangan bulat yang sama dengan jumlah proton di dalam nukleus, bilangan
bulat Nm yang sama dengan jumlah neutronnya dan nomor massa A = N + Z,
yang merupakan total jumah nukleon. Nukleus-nukleus ditentukan melalui
pemberian simbol X dari unsur kimia tertentu dengan nilai Z sebagai subskrip
akhir dan nilai A sebagai superskrip awal, sehingga tulisannya menjadi 𝐴
𝑍𝑋 .
3
(Syukri,1999 : 119)
(a) (b)
Gambar 2.1
(a) Kilatan cahaya menandai datangnya partikel alfa pada layar detektor. Dalam
percobaan Rutherford, laju hantaman partikel pada layar beragam dari sekitar 20 per
menit pada sudut besar sampai hampir 132.000 per menit pada sudut kecil.
(b) Penafsiran eksperimen Rutherford. Sebagian partikel alfa melewati ruang di antara
inti dan hanya sedikit yang mengalami pembelokan (A). Beberapa lewat dengan inti
dan terbelokkan lebih besar (B). Beberapa partikel bahkan terbaurkan ke belakang
(C). Inti atom jauh lebih kecil dibandingkan bintik yang digambarkan di sini.
4
Pada beberapa kesempatan, partikel α dipantulkan kembali ke arah
datangnya. Ini merupakan penemuan yang paling mengejutkan karena dalam
model Thomson muatan positif diperkirakan menembus dengan sedikit
pembelokan. Mengutip tanggapan awal Rutherford ketika menceritakan
penemuan ini : “Sangat luar biasa, seolah-olah anda menembakkan peluru 15
inci ke selembar kertas tisu dan peluru itu membalik dan mengenai anda”.
(Chang,2004 : 34)
Sifat semacam ini hanya dapat diharapkan bila muatan positif dan
massa atom terpusat daerah yang sempit. Daerah sempit ini oleh Rutherford
disebut inti. Pendekatan dari partikel α terhadap suatu inti yang mempunyai
muatan positif dan massa tinggi terlihat dari besarnya gaya yang cukup kuat
untuk membelokkan atau bahkan memantulkan kembali sinar α, sedangkan
inti logam itu tetap pada tempatnya seperti pada Gambar 2.2. Dengan cara
inilah mula-mula timbulnya istilah inti atom.
1. Sebagian besar dari massa dan semua muatan positif sebuah atom
terpusat pada daerah yang sempit yang disebut inti atom, sebagian
besar atom merupakan ruang kosong.
2. Besarnya muatan pada inti berbeda untuk atom yang berbeda dan kira-
kira setengah dari nilai numerik dari bobot atom suatu unsur.
3. Diluar inti suatu atom harus terdapat elektron yang jumlahnya sama
dengan satuan muatan inti (supaya suatu atom netral).
(Petrucci,1987 : 42)
5
2.1.3 Penemuan Proton
Goldstein, pada tahun 1886 membuat alat yang mirip tabung Crookers.
Katoda dibuat berlubang dan diletakkan agak ke dalam (Gambar 4.3). Tabung
diisi gas Hidrogen bertekanan rendah. Setelah dialirkan listrik menghasilkan
dua macam sinar. Petama, sinar katoda (elektron) yang bergerak dari katoda
ke anoda. Kedua, sinar yang bergerak ke katoda dan sebagian masuk ke dalam
lubang (saluran) sehingga disebut juga sinar saluran.
(Syukri, 1999:116-117)
6
2.1.4 Penemuan Neutron
Pada tahun 1930 seorang fisikawan Jerman W. Bothe dan H. Becker
menembaki berilium dan partikel alfa dari sampel polonium dan menemukan
bahwa adanya pancaran radiasi yang mampu menembus bahan-bahan dengan
mudah. Bothe dan Bucker meyakini bahwa radiasi bukan terdiri dari partikel
bermuatan dan menganggap bahwa radiasi tersebut adalah sinar gama (sinar
gama merupakan gelombnag elektromagnetik yang panjang gelombangnya
sangat kecil).
7
Gambar 11.1 (a) Partikel alfa yang jatuh pada selaput berilium menyebabkan pancaran
radiasi yang memiliki daya tembus yang besar. (b) Proton berenergi
sampai 5,7 MeV terlempar jika radiasi itu dijatuhkan pada lempengan
parafin. (c) Jika radiasi itu merupakan sinar gama, energinya sekurang-
kurangnya harus 55 MeV. (d) Jika radiasi itu terdiri dari partikel netral
yang massanya hampir sama dengan massa proton, energinya tidak
perlu melebihi 5,7 MeV.
(Beiser, 1987:410)
8
dasar pembangun inti atom adalah proton dan neutron. Dengan demikian, inti
helium misalnya, terdiri atas dua proton dan dua neutron. Menurut hipotesis
ini, neutron dan proton adalah dua tingkat kuantum berbeda dari partikel dasar
yang sama yaitu nukleon dan dapat terjadi konversi dari tingkat yang satu
menjadi tingkat yang lain dengan cara pertukaran meson atau transisi yang
melibatkan pembentukan satu elektron dan satu neutrino.
Pada perkembangan lebih lanjut, dikenal partikel dasar lain yang pada
umumnya memiliki waktu hidup yang sangat pendek atau hanya dilepaskan
selama tranformasi inti.
(Bunjali, 2002:36)
9
2.2 Soal-Soal
𝟏𝟔
1. Dengan data spektra massa dapat diukur bahwa perbandingan massa 𝟖𝑶 terhadap
𝟏𝟐 𝟏𝟔
𝟔𝑪 adalah 1,3329. Berapa massa dari atom 𝟖𝑶 ?
Jawaban:
𝟏𝟔 𝟏𝟐 𝟏𝟔
Perbandigan massa 𝟖𝑶/ 𝟔𝑪 = 1,3329. Massa dari 𝟖𝑶 adalah 1,3329 kali massa
𝟏𝟐
𝟔𝑪. Massa Oksigen-16 ( 𝟏𝟔𝟖𝑶) × 12,00000 sma = 15,9948 sma.
2. Apa yang menyebabkan partikel alfa dalam percobaan Rutherford dapat dibelokkan
dan dipantulkan?
Jawaban:
Saat partikel alfa akan mengenai inti atom terdapat gaya tolak yang besar sehingga
partikel alfa akan dipantulkan dengan sudut yang besar melebihi 900. Ukuran inti
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan jarak inti dan elektron menyebabkan
partikel alfa yang mengarah ke inti lebih sedikit. Partikel alfa yang tidak menuju ke
inti tapi berjarak cukup dekat dengan inti akan dibelokkan dengan sudut yang tidak
terlalu besar. Pembelokan ini disebabkan ada gaya tolak pada partikel alfa oleh inti
atom. Jumlah yang mendekati inti tidak terlalu banyak sehingga pengamatan partikel
alfa yang dibelokkan pun tidak terlalu banyak.
Jawaban :
Karena berilium mudah ditembus oleh sinar X dan apabila berilium ditembaki sinar
alfa, maka dibebaskan partikel netral yang dinamakan neutron.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Ringkasan
Inti atom adalah partikel bermuatan positif pada titik pusat atom. Pusat dari
atom disebut inti atom atau nukleus. Inti atom terdiri dari proton dan neutron. Berikut
sifat-sifat dasar nukleus (nukleus):
1. Gaya nukleon
2. Deutron
3. Nukleus
4. Energi Ikat Inti
=Goldstein, pada tahun 1886 membuat alat yang mirip tabung Crookers.
Katoda dibuat berlubang dan diletakkan agak ke dalam. Dari percobaan yang
dilakukan, maka ditemukan sinar positif yang dinamakan dengan proton.
3.2 Saran
Di dalam membuat suatu teori, sebaiknya didasari dengan berbagai eksperimen yang
mendukung, sehingga keberadaan dari teori tersebut dapat diterima kebenarannya. Selain itu,
sebaiknya para pembaca juga meninjau kembali teori yang ada saat ini dengan teori
sebelumnya untuk membandingkan kekurangan dari masing-masing teori tersebut.
11
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 1.
Jakarta:Erlangga
12