Risiko dapat disebut sebagai suatu cara sistematis yang berhadapan dengan potensi terjadinya
kejadian. Risiko diasumsikan sebagai suatu ketidakpastian yang dihubungkan dengan peramalan
manapun dengan potensi terjadinya suatu kejadian.
Menurut (Beck, 1992), ada tiga komponen utama dalam risiko, yakni:
1) Kejadian (event)
2) Probabilitas dari kejadian (probabaility of occurance)
3) Dampak dari kejadian tersebut (impact)
Risiko dalam rantai pasok dapat dikategorikan menjadi 2 tipe yaitu (Waters, 2007) :
1.Risiko internal
Risiko ini umumnya terjadi pada kegiatan operational seperti terlambatnya pengiriman, kekurangan stock barang,
risiko finansial dan lain sebagainya dimana risiko-risiko tersebut umumnya dapat dikontrol oleh manajer. Contohnya
apabila mengalami risiko dari pihak supplier, maka multi-sourcing adalah salah satu solusi yang diterapkan sehingga
manajer memiliki cadangan supply meskipun salah satu supplier mengalami gangguan.
2. Risiko eksternal
Risiko eksternal merupakan risiko yang datang dari lingkungan luar rantai pasok dan berada diluar kontrol dari
manajemen seperti kejadian bencana alam, perang, aksi terorisme, permasalahan dengan partner dagang dan lain
sebagainya. Dalam menyikapi risiko eksternal ini, manajer tidak dapat megubah risiko, namun manajer dapat
mendesain suatu kondisi yang dapat meminimalkan dampak dari risiko tersebut.
Water (2007) mengklasifikasikan integrasi dalam supply chain risk management menjadi 5 level sebagai
berikut:
1. Level 1: tidak ada manajemen risiko yang secara signifikan diterapkan oleh stakeholder dalam
keseluruhan rantai pasok
2. Level 2 : beberapa penerapan manajemen risiko yang dasar diterapkan di dalam aktivitas logistik yang
terpisah di dalam beberapa organisasi
3. Level 3 : manajemen risiko diterapkan untuk fungsi logistik yang luas namun penerapan tersebut masih
dalam organisasi yang berbeda (belum ada integrasi antar organisasi)
4. Level 4 : penerapan manajemen risiko menjadi lebih luas dan terkoordinasi sepanjang rantai pasok
dengan mengikutsertakan peran supplier tingkat pertama dan customer
5. Level 5 : penerapan manajemen risiko diperluas ke rantai pasok yang lebih luas
Terdapat 6 gangguan dasar dalam rantai pasok yaitu (Xanthopoulos et al.,
2011):
1. Gangguan pada aktivitas pasokan
2. Gangguan pada aktivitas transportasi
3. Gangguan pada fasilitas
4. Gangguan pada aliran komunikasi
5. Gangguan pada permintaan
6. Gangguan pada angkutan barang
Risiko dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe sebagai berikut (Christopher and Peck, 2004; Manuj and
Mentzer, 2008):
1. Risiko suplai (supply risk) potensi terjadinya variasi biaya, waktu, kualitas dan variasi lainnya dalam aktivitas
inbound supply sehingga berpengaruh pada kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
2. Risiko permintaan (demand risk) potensi terjadinya variasi pada aliran outbound perusahaan yang dapat
berpengaruh terhadap pesanan customer seperti volume barang kirim, intensitas pengiriman dan lain sebagainya
3. Risiko operasional (operational risk). variasi yang berpotensi dialami oleh internal perusahaan sehingga
mempengaruhi kemampuan internal perusahaan kaitannya dengan proses produksi seperti dalam hal
kemampuan memperoleh profit, menjaga kualitas, tepat waktu dan lain sebagainya.
4. Risiko keamanan (security risk) berdampak cukup luas bagi perusahaan; merupakan kejadian yang
berpotensi terjadi akibat terjadinya aktivitas yang berkaitan dengan ancaman terhadap sumber daya manusia,
integritas operasi dan sistem informasi perusahaan sehingga hal terebut memberikan kerugian bagi perusahaan.
Standar Dalam Manajemen Risiko
RapAgRisk merupakan suatu metode manajemen risiko yang digunakan pada industri
agricultural. Menurut Jaffe (2010), tujuan utama dari RapAgRisk adalah untuk membantu para
pemain rantai pasok memahami risiko yang ada pada komoditas hasil pertanian dan meningkatkan
strategi manajemen risiko yang akan diterapkan pada komoditas pertanian. RapAgRisk menyediakan
pendekatan seluruh sistem mulai dari mengidentifikasi risiko, menentukan tingkat keparahan, potensi
kehilangan, dan pilihan untuk manajemen risiko baik oleh peserta rantai pasokan (individual atau
kolektif) atau oleh pihak ketiga (misalnya, pemerintah).
Tabel Kategori risiko
utama pada rantai
pasok pertanian
STRATEGI DALAM SUPPLY CHAIN RISK
MANAGEMENT
Tabel
Komponen
Biaya
Logistik
Profit Margin
Rasio profit margin adalah selisih antara net sales dengan operating expenses (harga
pokok penjualan + biaya adminitrasi ditambah biaya umum), selisih mana dinyatakan
dalam persentase dari net sales. Gross margin ratio adalah merupakan rasio atau
perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat
penjualan yang dicapai pada periode yang sama (munawir, 2001).
Menurut Simamora (1999) rasio profit margin dapat dibedakan
menjadi empat macam sebagai berikut.
•Gross Profit Margin Ratio
•Net Profit Margin Ratio
•Operating Profit Margin Ratio
•Operating ratio
Value Chain Analysis
Menurut Pearce et al. (2009) istilah rantai nilai (value chain) digambarkan sebagai cara untuk
memandang suatu perusahaan sebagai rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output yang bernilai
bagi pelanggan. Nilai bagi pelanggan berasal dari tiga sumber dasar: aktivitas yang membedakan produk,
aktivitas yang menurunkan biaya produk dan aktivitas yang dapat segera memenuhi kebutuhan
pelanggan. Analisis rantai nilai (value chain analysis—VCA) berupaya memahami bagaimana suatu bisnis
menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memeriksa kontribusi dari aktivitas-aktivitas yang berbeda
dalam bisnis terhadap nilai tersebut.
Value Chain Analysis