Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN FTA

Nama : Muhammad Rizky Alief

NIM : 20020047

Kelompok : 2

Fault Tree Analysis (FTA)

Dalam metode Fault Tree Analysis (FTA) bisa menentukan bagaimana potensi kejadian
utama bisa terjadi, apa penyebabnya dan siapa penyebabnya.

Fault Tree Analysis (FTA) merupakan pendekatan top-down analisis kegagalan, dimulai
dengan potensi kejadian utama atau peristiwa yang tidak diinginkan disebut dengan top
level event, Penyebab dari potensi kejadian utama adalah “connected” melalui logic
gates yaitu AND-gates dan OR-gates

Tujuan FTA adalah untuk menentukan bagaimana potensi kejadian utama dapat terjadi,
bagaimana penyebab potensi kejadian utama, dan siapa penyebab potensi kegagalan utama.

Analisis pohon kesalahan dapat digunakan untuk:

1. memahami logika yang mengarah ke peristiwa teratas / keadaan yang tidak


diinginkan.
2. menunjukkan kepatuhan terhadap persyaratan keselamatan/keandalan sistem (input).
3. memprioritaskan kontributor yang mengarah ke acara teratas - membuat daftar
peralatan / suku cadang / acara penting untuk berbagai ukuran kepentingan
4. memantau dan mengontrol kinerja keselamatan sistem yang kompleks (misalnya,
apakah pesawat tertentu aman untuk terbang ketika katup bahan bakar x malfungsi?
Berapa lama diperbolehkan terbang dengan kerusakan katup?).
5. meminimalkan dan mengoptimalkan sumber daya.
6. membantu dalam merancang suatu sistem. FTA dapat digunakan sebagai alat desain
yang membantu menciptakan persyaratan (keluaran / tingkat yang lebih rendah).
7. berfungsi sebagai alat diagnostik untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab
peristiwa puncak. Ini dapat membantu pembuatan manual / proses diagnostik.

Kelebihan :

1. Memusatkan perhatian pada efek kegagalan yang terkait langsung dengan peristiwa
utama
2. Menganalisis sistem dengan banyak antarmuka dan interaksi
3. Mengidentifikasi jalur kegagalan sederhana di dalam sistem yang sangat kompleks

Kekurangan :

1. Hanya mengenal 2 keadaan saja : berhasil atau gagal.


2. Tidak memungkinkan untuk mengikutsertakan efek domino pada setiap penyebab
peristiwa risiko utama.
3. Tidak dapat menjamin seluruh penyebab peristiwa risiko sudah disertakan seluruhnya
atau tidak.
4. Tidak membahas interdependensi waktu atau bersifat model statis.

ISO 31000 adalah standar internasional yang berisi mengenai pedoman penerapan
manajemen risiko.

Struktur Standar ISO 31000

Standar ISO 31000 adalah panduan penerapan risiko yang terdiri dari tiga elemen yaitu
prinsip (principle), kerangka kerja (framework), dan proses (process).

Berikut pengertian masing-masing elemen :

Prinsip (principle)

Prinsip manajemen risiko adalah dasar praktik atau filosofi manajemen risiko.

Kerangka kerja (framework)

Kerangka kerja adalah pengaturan sistem manajemen risiko secara terstruktur dan sistematis
di seluruh organisasi.

Sebagai panduan bagi organisasi untuk memahami keseluruhan struktur dan cara kerja dari
manajemen risiko di suatu organisasi.

Proses (process)

Proses adalah aktivitas pengelolaan risiko yang berurutan dan saling terkait.

Merupakan penjelasan mengenai metode aktual dalam mengidentifikasi, menganalisa, dan


mengelola risiko.

Berikut penjelasan detil dari 3 elemen tersebut :

Prinsip Manajemen Risiko Standar ISO 31000

Ada sebelas prinsip dari ISO 31000: 2009 Risk Management – Principles and Guidelines
yang perlu dipahami dan diterapkan pada kerangka kerja dan proses manajemen risiko untuk
memastikan efektivitasnya.

Berikut penjabaran dari sebelas prinsip tersebut :


1 Memberikan nilai tambah dan melindungi nilai organisasi

Kegiatan manajemen risiko harus dapat meningkatkan kapabilitas organisasi dalam


mengendalikan risiko agar organisasi dapat memanfaatkan berbagai peluang yang ada
sekarang maupun potensi yang dapat muncul di masa depan sehingga mampu memberikan
nilai tambah bagi organisasi.

Kemudian, manajemen risiko juga harus mampu mengantisipasi berbagai risiko dampak
buruk yang dapat menghambat pencapaian sasaran organisasi atau dengan kata lain mampu
untuk melindungi nilai organisasi.

2.Bagian terpadu dari seluruh proses organisasi

Manajemen risiko harus dilibatkan di seluruh proses organisasi, karena setiap proses didalam
organisasi berpeluang untuk menghadapi risiko yang dapat menyebabkan sasaran proses
tersebut tidak tercapai.Prinsip ini juga secara implisit menyatakan bahwa manajemen risiko
tidak hanya menjadi tanggung jawab top management dari organisasi, akan tetapi seluruh
bagian dari organisasi.

3 Bagian dari pengambilan keputusan

Didalam setiap pengambilan keputusan, sebuah organisasi harus mempertimbangkan unsur


risiko yang berpotensi akan muncul.Pertimbangan tersebut didasarkan pada ketersediaan
sumber daya organisasi serta kapabilitas dan toleransi organisasi dalam menyerap risiko.

4.Secara khusus menangani ketidakpastian

Dalam mencapai sasarannya, setiap organisasi akan berhadapan dengan


ketidakpastian.Manajemen risiko dapat membantu mengurangi aspek ketidakpastian dengan
menentukan ukuran atau parameter terhadap konsekuensi dari risiko.Parameter ini akan
memperlihatkan ukuran risiko tersebut, sehingga nantinya akan lebih mudah menentukan
metode penanganan risiko.Penanganan risiko diharapkan dapat membantu organisasi
mereduksi eksposur risiko dan ketidakpastian yang dihadapi organisasi.

5.Sistematis, terstruktur, dan tepat waktu

Manajemen risiko harus dijalankan secara konsisten dan terintegrasi di seluruh bagian dari
organisasi.Pembentukan risk governance yang berkaitan dengan manajemen risiko dapat
memperjelas kewenangan, peran, dan tanggung jawab dari setiap unit organisasi.Hal ini akan
mendukung efektivitas manajemen risiko.

6.Berdasarkan informasi terbaik yang tersedia

Penerapan manajemen risiko harus didukung dengan informasi terbaik yang dapat diperoleh
organisasi.

Informasi terbaik terdiri dari tiga aspek, yaitu relevan, terpercaya, dan tepat waktu.
Untuk mendukung perolehan informasi terbaik, organisasi dapat melakukan proses
dokumentasi dan membentuk database informasi (misalnya membuat risk register).

Tanpa adanya informasi terbaik, penerapan manajemen risiko dapat menjadi tidak tepat
sasaran.

7.Disesuaikan dengan kebutuhan organisasi

Resiko yang dihadapi oleh setiap individu, unit kerja, dan organisasi adalah berbeda beda dan
memiliki karakteristik tersendiri.

Standar ISO 31000: 2009 sudah menyediakan standar generik untuk diadaptasi sesuai dengan
kebutuhan pemangku risiko dalam mencapai tujuannya masing-masing.

Jadi, setiap pemangku risiko harus menyesuaikan dengan keadaan dan risiko yang
dihadapinya masing-masing.

Oleh karenanya, pemangku resiko tidak dapat hanya mengikuti sistem manajemen risiko
yang dibentuk oleh unit atau organisasi lain.

8.Mempertimbangkan faktor budaya dan manusia

Penerapan manajemen risiko harus mempertimbangkan kultur, persepsi, dan kapabilitas


manusia, termasuk adanya perselisihan kepentingan antara organisasi dengan individu di
dalamnya.

Hal ini penting untuk diperhatikan karena penerapan manajemen risiko dilakukan oleh
sumber daya manusia dari organisasi.

9.Transparan dan inklusif

Penerapan dan informasi mengenai manajemen risiko harus melibatkan seluruh bagian
organisasi, keberadaan suatu risiko tidak boleh disembunyikan atau dilebih-lebihkan.

10.Dinamis, berulang, dan responsif terhadap perubahan

Prinsip ini menyatakan bahwa manajemen risiko harus diimplementasikan secara konsisten
dan berulang, serta harus dapat memfasilitasi perubahan pada sisi internal dan eksternal
organisasi.

Proses monitoring dan review menjadi aktivitas kunci dalam mendeteksi perubahan dan
memfasilitasi penyesuaian pada manajemen risiko.

11.Memfasilitasi perbaikan berkesinambungan dan peningkatan organisasi

Keberadaan manajemen risiko harus diperbaiki dari waktu ke waktu sesuai dengan
perkembangan konteks internal dan eksternal organisasi.Perbaikan berkelanjutan ini
diharapkan dapat membawa perbaikan yang signifikan pada organisasi.
Daftar industri yang dapat menggunakan FTA tidak terbatas pada daftar di atas. Ini dapat
digunakan di industri mana pun di mana biaya pelaksanaan FTA diabaikan dibandingkan
dengan biaya kegagalan.

Menurut Ericson II (1999) :

Prosedur dan pendekatan untuk menggunakan fault tree analysis (FTA) sebagai alat untuk
menganalisis dan mengevaluasi jalur kesalahan adalah sebagai berikut:

Langkah 1 – Identifikasikan kejadian-kejadian utama yang mungkin akan ditentukan untuk


dianalisis dan dicari penyebabnya.Hasil dari pengawasan manajemen dan analisis pohon
resiko juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kejadian yang tidak diinginkan.

Langkah 2 – Tambahkan kondisi atau kejadian yang dapat berkontribusi atau mengakibatkan
kejadian diatas.

Langkah 3 – Tetapkan logic gate (gerbang logika) sesuai dengan gabungan peristiwa yang
menunjukkan apakah kedua peristiwa terjadi pada waktu dan tempat yang sama (AND) atau
kejadian yang mungkin terjadi (OR).Pergerakan ke cabang pada fault tree menunjukkan efek.

Langkah 4 – Lanjutkan dengan mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang berkontribusi dan


menetapkan simbol-simbol logika untuk menghubungkan peristiwa-peristiwa yang mungkin
menjadi penyebab.

Ketika beberapa kondisi terjadi pada serangkaian peristiwa, sejumlah peristiwa-peristiwa


penting yang dapat menyebabkan kecelakaan dapat ditempatkan pada pohon.

Langkah 5 – Tentukan probabilitas kemungkinan bahwa setiap peristiwa yang terjadi dengan
memikirkan kemungkinan berdasarkan probabilitas dari setiap pasangan peristiwa yang
berkontribusi.

Contoh FTA :

Analisis Keandalan Sistem Pendingin Primer RSG-GAS untuk Mendukung Program


Manajemen Penuaan
Pendingin Primer pakai metode FTA diterapkan pada kondisi operasi nyata dalam reaktor
saat ini, terjadi operasi kontinu selama 45 hari (dari waktu operasi rata-rata), ini bisa
beroperasi pada daya 50% daya rencana. dan di taksirkan selesai dalam waktu misi 45 hari.

Berikut gambar, Diagram Pohon Gangguan Sistem Pendingin Primer RSG-GAS; Acara
Teratas.

Terlihat bahwa kegagalan Sistem Pendingin Primer RSA-GAS dikarenakan oleh kegagalan
fungsi dari katup isolasi dari sistem primer (membuka).

Berikut gambar, Diagram pohon kesalahan katup isolasi primer RSG-GAS; Bagian masuk
Berikut gambar, Diagram pohon kesalahan katup isolasi primer RSG-GAS; Bagian outlet

Kegagalan aliran pendingin pada saluran penukar panas disebabkan oleh salah satu saluran
alat untuk menukar panas 1 atau 2 gagal dalam mengalirkan pendingin. Kegagalan tersebut
karena tidak adanya aliran pendingin pada alat untuk menukar panas 1 terjadi karena adanya
sumbatan panas exchanger, katup isolasi (JE01AA14 dan AA16) tidak terbuka karena adanya
kegagalan aliran cairan pendingin dari saluran pompa 1. Model kegagalan tidak adanya aliran
pada cairan pendingin di RSG -GAS Heat Exchanger baris 2 sesuai dengan logika sama
dengan baris 1

Bertikut gambar, Diagram Pohon Patahan dari kegagalan tidak ada aliran pendingin di Panas
RSG-GAS jalur penukaran 1
Pada gambar terlihat tidak adanya aliran cairan pendingin di saluran Pompa 1 dikarenakan
oleh tersumbatnya katup periksa JE01AA06, katup isolasi pompa (JE01AA03 dan AA07)
tidak membuka, Saluran pompa 1 (JE01AP01) gagal untuk memulai, atau gagal aliran
pendingin dari saluran pompa cadangan 1. Kerusakan diagram pohon jalur pompa 2 secara
logika sama dengan jalur pompa 1.

Perlu diperhatikan fungsi saluran pompa 3 yaitu sebagai cadangan saluran pompa 1 atau
saluran pompa 2. Saluran pompa 3 ke saluran 1 adalah katup JE01AA12 dan saluran pompa 3
ke saluran 2 adalah katup JE01AA13. Cairan pendingin dari saluran pompa 3 dikarenakan
oleh katup JE01AA12 karena gagal membuka, katup periksa JE01AA10 tersumbat, dan katup
isolasi pompa (JE01AA05 dan AA11) tidak membuka, Saluran pompa 3 (JE01AP03) gagal
untuk memulai.

Berikut gambar, Fault Tree Diagram kegagalan karena tidak adanya aliran cairan pendingin
pada saluran pompa 1.
Berikut gambar, Diagram Pohon Masalah kegagalan aliran cairan pendingin pada saluran
pompa 3

Hitungan
• B1=B2=C1=C2=D1=D2=0,01

• A=0,2

• E=0,3

• P(x)=P(X1 U X2 U…… )=1-((1-X1)(1-X2)….)

• P(B)=P(B1 U B2) = 1-((1-0,01)(1-0,01)=0,0199

• P(C)=P(C1 U C2) = 1-((1-0,01)(1-0,01)=0,0199

• P(D)=P(D1 U D2) = 1-((1-0,01)(1-0,01)=0,0199

• P(F)=P(F1 U F2) = 1-((1-0,2)(1-0,0199) (1-0,0199)= 0,23

• AND = P(X n Y n ….)=P(X)P(Y)

• P(E n F) = P(E).P(F)=0,3x0,23= 0,069


SUMBER:

https://ejournal.akprind.ac.id/index.php/rekavasi/article/view/267/182

https://control-com.translate.goog/technical-articles/deep-dive-into-fault-tree-
analysis/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=wapp#:~:text=Fault%20Tree%20Analysis
%20%28FTA%29%20Example%20Consider%20a%20simple,leading%20from%20the%20motor%20co
ntrol%20system%20not%20working

https://en-m-wikipedia-
org.translate.goog/wiki/Fault_tree_analysis?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=en&_x_tr_pto=wap
p

https://standarku.com/standar-iso-31000/

https://standarku.com/fault-tree-analysis/

Anda mungkin juga menyukai