Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan industri dan pembangunan di Indonesia yang
semakin pesat menyebabkan kebutuhan energi semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, permintaan akan minyak bumi
sebagai sumber daya alam yang dapat menghasilkan energi untuk
pembangkit tenaga akan semakin meningkat. Perusahaan yang
bergerak dalam bidang perminyakan akan bersaing untuk
menyediakan produk yang berkualitas guna menunjang
perkembangan industri dan pembangunan di Indonesia.
Pada umumnya di industri, setiap proses seringkali banyak
melibatkan proses perpindahan panas. Salah satu peralatan
pendukung proses pengolahan minyak bumi adalah Stripper.
Stripper memiliki peran penting dalam menaikkan temperature
suatu bahan baku / olah dalam operasi pengolahan minyak bumi di
oil refinery. Secara umum terdapat sedikitnya 3 arti penting
stripper dalam operasional di oil refinery, yaitu :
 Stripper sebagai alat peningkat efisiensi energi terkait dengan
panas yang akan dibuang dan panas yang akan diinput ke
dalam sistem. Dengan tercapainya temperatur outlet pada
preheating section, maka akan mengurangi beban pada
furnace untuk mencapai crude temperatur inlet. Sehingga
dapat mengurangi konsumsi fuel pada furnace.
 Stripper sebagai alat pengatur kualitas bahan olah.
 Stripper exchanger sebagai alat penjaga safety temperatur
produk ke storage, dihubungkan dengan temperatur flash
point di tangki.
Mengingat ketiga fungsi tersebut cukup kritikal, maka
diperlukan suatu fungsi atau parameter yang dapat menyatakan
tingkat keamanan dari equipment yang terdapat pada sistem
tersebut. Tingkat keamanan ini dinyatakan dengan suatu nilai
diskrit dari angka 1 – 4 yang dinamakan Safety Integrity Level [1]
(SIL). SIL inilah yang nantinya dapat dijadikan parameter dan
acuan user untuk melakukan operasi dan tindak preventif apabila
terjadi hal mengancam atau menghancurkan equipment tersebut.
1
2

Safety di industri pada era digital ini berpusat pada kerja yang
aman, pengendalian material hazard [5], dan perlindungan
terhadap personil dan equipment. Sistem keamanan modern yang
mengurangi resiko dengan operasional yang sangat maju sehingga
dapat meningkatkan reliability, productivity dan provability[6].
SIS merupakan salah satu sistem tersebut. SIS terdiri dari susunan
instrument safety yang dapat berupa switch, valve, transmitter dan
lain lain. Masing masing komponen tersebut dapat dikategorikan
sebagai komponen safeguard system [9] Dengan mengetahui dan
mengkaji resiko dan mengetahui kerja dari masing masing
komponen safeguard pada salah satu node di plant yang dikaji,
maka dapat melakukan evaluasi SIS dari sistem tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hal yang
akan dievaluasi dari stripper furnace tersebut adalah
1. Komponen Safety Instrumented System (SIS) dari stripper
furnace belum pernah dievaluasi oleh perusahaan.
2. Belum adanya perhitungan dan penyajian nilai
Safety.Integrity Level (SIL) yang sudah diolah dari analisa
LOPA, HAZOP dan FMEA dari stripper furnace

1.3 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mendapatkan nilai
Safety Integrity Level (SIL) berdasarkan analisa SIS, LOPA dan
FMEA dari Stripper Furnace dan mengetahui kondisi aktual
keamanan plant.

1.4 Batasan Masalah


Pada tugas akhir ini terdapat beberapa batasan masalah, yaitu:
1. Plant yang dianalisi adalah Stripper Furnace 012F102
2. Software yang digunakan untuk pengolahan data adalah Ms.
Excel dan EXIDA
3. Database berisi nilai lamda dari komponen Safety
Instrumented System, LOPA, HAZOP dan FMEA dari
stripper furnace
3

1.5 Sistematika Laporan


Laporan tugas akhir ini disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang dilakukannya penelitian,
permasalahan yang diangkat dalam penelitian, tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian, batasan masalah, serta sistematika
laporan penelitian.
BAB II DASAR TEORI
Berisi teori-teori yang berhubungan dengan konsep reliability,
availability, maintainability, preventive maintenance, SIL, dan
risk management.
BAB III METODOLOGI
Berisi metode yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir, serta
penjelasan mengenai cara pengambilan dan pengolahan data.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Berisi penjabaran hasil pengolahan data, serta analisisnya.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dari tugas akhir yang dilakukan serta sran-saran
yang perlu dilakukan sebagai tindak lanjut penelitian untuk
permasalahan yang relevan.
4

Halaman ini sengaja dikosongkan


BAB II
DASAR TEORI

2.1 Safety Integrity Level (SIL)


SIL merupakan tingkat keamanan dari suatu komponen
instrument yang dikonfigurasikan dan dikenal sebagai Safety
Instrumented System (SIS) seperti sensor, logic solver, dan final
element. [5] Ketika terjadi suatu bahaya seperti overtemperature,
overspeed, overvibration, loss of flame maka salah satu tindakan
untuk mengatasi hal tersebut adalah trip (menghentikan segala
kegiatan) proses tersebut agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan
tersebut. Dengan mengetahui nilai SIL dari suatu instrumen maka
user dapat membuat rekomendasi atas keputusan untuk
menanggulangi bencana yanga akan ataupun sudah terjadi. Untuk
mengetahui nilai SIL yang digunakan dalam suatu komponen maka
terlebih dahulu mengetahui nilai laju kegagalan (failure rate)
kemudian menentukan nilai Probability of Failure on Demand
(PFD). Dimana λ merupakan nilai laju kegagalan yang didapat dari
distribusi pada sub bab sebelumnya dan Ti merupakan test interval
yang digunakan. Setelah mengetahui nilai PFD dari masing-
masing komponen kemudian dapat mencari tingkatan nilai SIL
dengan melihat range nilai PFD yang tercantum pada tabel 2.1
sesuai dengan standar IEC 61508 [10]

Tabel 2. 1 Nilai Safety Integrity Level


Safety Probability of Risk Reduction
Integrity Failure on Factor (RRF)
Level Demand (PFD)
4 < 0,0001 >10.000
3 0,001-0,0001 1.000-10.000
2 0,01-0,001 100-1.000
1 0,1-0,01 10-100

5
6

Untuk SIL 1 memiliki tingkat keamanan yang rendah


sehingga memiliki laju kegagalan yang tinggi. Sedangkan SIL 4
memiliki tingkat keamanan yang tinggi sehingga resiko timbulnya
laju kegagalan juga semakin kecil.
Berikut ini salah satu metode kuantitatif untuk menentukan
Probabilitas of Failure on Demand (PFD) dan nilai Risk Reduction
Factor (RRF) [10]

λ 𝒆𝒍𝒆𝒎𝒆𝒏𝒕 𝒙 𝑻𝒊 𝒆𝒍𝒆𝒎𝒆𝒏𝒕
𝑷𝑭𝑫𝑨𝒗𝒈 𝒆𝒍𝒆𝒎𝒆𝒏𝒕 = 𝟐
(2.1)

Untuk mencari nilai dari Risk Reduction Factor (RRF)


menggunakan persamaan

𝟏
𝑹𝑹𝑭 = (2.2)
𝑷𝑭𝑫

Dimana :
λ = laju kegagalan (failure rate) suatu peralatan
TI = Test interval (Ti)
RRF = Risk Reduction Factor

PFD Avg SIF = PFD Avg SENSOR + PFD Avg LOGIC SOLVER
+ PFD Avg FINAL ELEMEN (2.3)

Laju kegagalan (λ) selain diperoleh dari data kegagalan yang


dimiliki suatu perusahaan juga bisa didapatkan dengan
menggunakan data dari OREDA. Dari Nilai PFD yang telah
didapatkan bisa digunakan untuk merepresentasikan nilai Safety
Integrity Level (SIL) yang dipakai pada komponen, sesuai dengan
range standart IEC 61508 yang tertera pada tabel 2.1.

2.2 Hazard & Operability Analysis (HAZOP)


HAZOP merupakan sebuah teknik yang sistematis untuk
menguji dan memenejemen resiko dari suatu sistem. Secara khusus
HAZOP dibuat untuk menganalisa potensi bahaya, dan problem
yang mungkin terjadi dalam sistem, sehingga diperoleh pruduk
7

yang optimal. Secara teori teknik dalam pembuatan HAZOP


menganalisa kegagalan yang mungkin terjadi, jika ada
penyimpangan dalam parameter tertentu. Penyimpangan yang
terjadi berdasarkan perspektif dan kepakaran. Pendekatan ini
sering digunakan dalam pembuatan HAZOP [10].
HAZOP sebagai risk assessment tool dapat dideskripsikan
sebagai berikut :
- Brainstroming technique
- Qualitative risk assessment tool
- Identifikasi hazard dari tingkat atas hingga bawah untuk
berbagai deviasi berdasarkan pengalaman yang telah terjadi
Untuk detail metodologi yang digunakan dalam pembuatan
HAZOP terdapat pada IEC International Standard 61882, Hazard
and Operability Studies (HAZOP) Application Guide. Berikut
beberapa definisi yang penting dalam HAZOP yaitu, Hazard
merupakan sumber yang mengakibatkan bahaya muncul dalam
sistem, Harm merupakan konsekuensi dari adanya hazard yang
dapat merugikan lingkungan, nyawa dll, dan Risk merupakan
penilaian seberapa hebat harm yang muncul diakibatkan oleh
hazard.

2.3 Layer of Protection Area (LOPA)


Maintainability adalah probabilitas suatu komponen yang
rusak untuk diperbaiki ke dalam kondisi tertentu dan dalam periode
waktu tentu, sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. [3]
Layer of Protection Area atau biasa disingkat dengan LOPA adalah
suatu mekanisme bersifat independen yang memiliki fungsi untuk
mengurangi resiko dalam suatu proses dengan kontrol,
pencegahan, atau mitigasi [6]. Salah satu contoh dari LOPA suatu
sistem dapat dilihat dari vessel yang menampung suatu bahan
kimia berbahaya dan disitu terdapat relief valve, dimana relief
valve berguna untuk mengeluarkan bahan kimia dari vessel apabila
dianggap konsentrasi bahan kimia tersebut melewati titik aman.
Karena fungsinya yang dapat melakukan pencegahan dan menjaga
keamanan dari suatu equipment, maka relief valve ini termasuk
dalam LOPA.
8

Gambar 2. 1 Layer of Protection Area

LOPA tersusun atas enam buah layer dimana lapisan pertama


LOPA adalah BPCS (Basic Process Control System). Suatu sistem
kontrol yang berfungsi untuk mengatur jalannya proses di dalam
equipment, suatu equipment dapat dikatakan aman apabila proses
yang berjalan di dalamnya sesuai dengan seluruh set point yang
sudah ditentukan. Lapisan kedua adalah Shutdown System yang
akan otomatis melakukan interfensi pada operator untuk
melakukan shut down proses apabila equipment tersebut memiliki
proses yang berjalan melewati batas aman dan dapat memicu
terjadinya kecelakan. Sedangkan untuk lapisan ketiga adalah SIS
(Safety Instrumented System), ini merupakan suatu sistem safety
yang terdiri dari sensor, logic solver dan valve. Lapisan keempat
berupa Active Protection Layer. Lapisan in mempunyai valve atau
rupture disk yang didesain untuk menyediakan relief point yang
akan mencegah kebocoran, tumpahan yang terlalu besar, atau
keluaran yang tidak terkontrol akibat ledakan atau api. Lapisan
kelima berupa Passive Protection Layer.
Ini bisa berupa suatu penghalang pasif yang berguna untuk
mengkontaminasi/mengecilkan besarnya api atau menyerap energi
dari ledakan sehingga meminimalisir kerusakan. Lapisan terakhir
merupakan Plant and Emergency Response. Jika peristiwa
kecelekaan yang besar telah terjadi, lapisan ini merespon untuk
9

meminimalisir kerusakan, korban luka, dan kematian. Ini berupa


sistem evakuasi dan regu pemadam kebakaran.
Ketiga lapisan pertama dari LOPA (1,2,3) berguna untuk
mencegah hazard untuk terjadi. Sedangkan untuk tiga Lapisan
berikutnya (4,5,6) berguna untuk mengurangi dampak hazard
yang terjadi.

2.4 Safety Instrumented System


Safety Instrumented System merupakan sistem instrument
yang digunakan untuk mengimplementasikan satu atau lebih
instrument safety function. Sebuah SIS terdiri dari kombinasi
sensor, logic solvers/process control dan final element[3].
Sensor berfungsi mengukur parameter proses (yaitu suhu,
tekanan, aliran, densitas dll). Logic Solver berfungsi menentukan
tindakan apa yang akan diambil berdasarkan informasi yang
dikumpulkan oleh sensor. Logic solver yang handal digunakan
sehingga menyediakan baik fail-safe maupun toleransi kegagalan
dalam operasi. Logic Solver mengeksekusi aksi yang sudah
diprogram untuk mencegah hazard dengan menghasilkan perintah
ke final element control. Logic Solver dapat berupa Programmable
Logic Controller (PLC). Final element control berfungsi
melakukan eksekusi tindakan yang telah ditentukan oleh logic
solver. Final element control biasanya berupa Emergency
Shutdown Valve (ESDV) yang sinyalnya dipicu oleh solenoid
valve.

2.5 Failure Mode and Effect Analysis


FMEA adalah suatu analisa reliability yang sering dan telah
banyak digunakan oleh para pelaku industry. FMEA terdiri dari 4
point utama yaitu system, proses, desain dan service. Sistem
FMEA terfokus atas system dan subsistem yang berguna untuk
menyeimbangkan komponen-komponen penyusun untuk menjaga
berlangsungnya proses. Desain FMEA berguna untuk mengurangi
efek dari failure dan memiliki fungsi untuk menjaga kualitas desain
sistem dan mengurangi biaya. Proses FMEA mengidentifikasi
deviasi dari aliran proses, material, manusia dan lingkungan [10].
10

Halaman ini sengaja dikosongkan


BAB III
METODOLOGI

Langkah-langkah pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai


berikut:
Mulai

Studi Litelatur

Identifikasi Komponen-
komponen pada Stripper

Perhitungan SIL berdasarkan Analisis


Kuantitatif

Perhitungan SIL berdasarkan Analisis


Kuantitatif TIDAK

Nilai Sil yang didapatkan Sudah


Sesuai Analisa Kualitatif?

YA

Analisis Data dan Pembahasan

Penyusunan Laporan

Selesai

Gambar 3. 1 Flowchart pengerjaan tugas akhir


11
12

3.1 Studi Litelatur


Literatur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi
terkait dengan tugas akhir ini yaitu beberapa jurnal, artikel,internet,
buku, data sekunder, dan laporan tugas akhir yang pernah
dilakukan. Referensi yang ada dapat bersifat sebagai sumber utama
dan penunjang penelitian. Topik literatur dalam tugas akhir ini
adalah mengenai LOPA, HAZOP dan SIL
Studi literatur mengenai LOPA bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara system keamanan yang sudah terpasang dengan
nilai level yang nantinya akan didapatkan. Dari literatur tersebut
maka akan diketahui pengaruh LOPA terhadap SIL. Studi literatur
mengenai HAZOP bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah
yang dibutuhkan dalam membuat suatu preventive maintenance.

3.2 Perhitungan SIL dengan Metode LOPA (Analisa


Kuantitatif)

Mulai

Mengumpulkan Data Qonsequences


dan Initiating Cause dari Hazop

Mencari nilai PFD dari tiap


kejadian berdasarkan LOPA

Mengklasifikasikan SIL masing-masing


Equipment dari Nilai PFD

Selesai

Gambar 3. 2 Flowchart Perhitungan SIL Metode LOPA


13

Safety Integrity Level (SIL) dari 012F102 dapat dikalkulasi


dengan menggunakan target LOPA dengan menggunakan data
HAZOP. Hal yang pertama kali dilakukan adalah mengidentifikasi
equipment dan safe-guards yang terdapat pada plant yang akan
diperlukan kedepannya untuk melakukan kalkulasi SIL. Dalam hal
ini data-data dan proses dapat diidentifikasi dari gambar P&ID
(Piping & Instrumentation Diagram). P&ID akan menunjukkan
letak safe-guards yang digunakan dalam plant tersebut.
Untuk perhitungan SIL Target pada LOPA dapat dilakukan
dengan menggunakan software Microsoft Excel dan
membentuknya sesuai dengan LAMPIRAN A. (Tabel Perhitungan
SIL berdasarkan LOPA) Berikut ini adalah eksekusi untuk
langkah-langkah dalam melakukan perhitungan SIL.
Untuk langkah pengisian tabel adalah sebagai berikut:
 Impact event description merupakan consequence yang
terdapat pada HAZOP.
 Severity level diisi berdasarkan tingkat keparahan / risk level
yang terdapat pada table HAZOP. Severity level diisi sesuai
dengan standard Nordhagen 2007

Tabel 3. 1 Severity Berdasarkan Nordhagen 2007


Severity Target mitigated
Safety consequence
Level event likelihood
CA Single first aid injury 3.10-2 per year
Multiple first aid
CB 3.10-3 per year
injuries
Single disabling
injury or multiple
CC 3.10-4 per year
serious
injuries
CD Single on-site fatality 3.10-5 per year
More than one and up
CE to three on-site 1.10-5 per year
fatalities
14

 Initiating Cause adalah penyebab awal terjadinya suatu


kecelakaan yang menyebabkan consequence.
 Initiation Likelihood merupakan nilai PFD (Probability
Failure on Demand) kemungkinan awal penyebab awal
kejadian dengan satuan nilai kemungkinan kejadian per tahun.
 General Process Design merupakan PFD (Probability Failure
on Demand) general desain proses yang dapat mencegah
kejadian terjadi.
 Basic Process Control System (BPSC) merupakan PFD
(Probability Failure on Demand) yang dapat
mencegah/menjaga kemungkinan awal terjadi.
 Basic Process Control System (BPSC) merupakan PFD
(Probability Failure on Demand) yang dapat
mencegah/menjaga kemungkinan awal terjadi.
 Alarm dan Respon Operator merupakan PFD (Probability
Failure on Demand) dari alarm / safeguard yang dapat
mencegah/menjaga kemungkinan awal terjadi.
 Additional Mitigations Dike (Bunds) merupakan PFD
(Probability Failure on Demand) dari protection layer yang
dapat mencegah/menjaga kemungkinan awal terjadi.
Protection Layer dapat berupa pressure relief devices, dikes,
bund, dll.
 Intermediate Event Likelihood (IEL) merupakan
kemungkinan kejadian menengah yang sesuai dengan severity
level. Nilai PFD IEL didapat dengan perkalian yang
dinyatakan dengan rumus berikut PFD IEL = (PFD Initiation
Likelihood) x (PFD General Process Design) x (PFD Basic
Process Control System) x (PFD Alarm dan Respon
Operator) x (PFD Additional Mitigations Dike)
 Target Mitigated Event Likelihood (TMEL) merupakan nilai
yang ditentukan oleh manajamen perusahaan berdasarkan
severity level dan safety consequences
 Mitigated Event Likelihood (MEL) merupakan kemungkinan
pengurangan kejadian yang menyatakan PFD dari SIL
tersebut, didapatkan dengan rumus menggunakan rumus PFD
SIL = TMEL / IEL
 Safety Integrity Level (SIL) yang dinyatakan dari PFD MEL
15

3.3 Perhitungan SIL Berdasarkan SIS Existing (Analisa


Kuantitatif)
Perhitungan dilakukan mengacu pada Safety Instrumented
Function yang sudah terpasang pada plant tersebut. Berikut adalah
eksekusi dari perhitungan SIL pada SIF existing.
TI (Time Interval) adalah interval waktu yang digunakan
untuk proof test dari instrumen. TI yang digunakan merupakan 1
tahun. Pada kolom switch diisi dengan PFD design switch yang
merespon kejadian dan pada kolom lamda diisi failure rate dari
switch tersebut, jika tidak menggunakan switch maka diisi dengan
nilai nol. Kolom Input module, Logic solver + (plus I/O module),
output module diisi dengan nilai PFD design, apabila elemen
tersebut terdapat pada logic ladder, apabila tidak ada maka diisi
dengan nilai 0. Pada Kolom SOV( shut of valve include selenoid)
diisi dengan PFD design apabila SOV terdapat pada loop tersebut,
apabila tidak ada maka diisi dengan nilai 0. Pada Kolom power
supply diisi dengan PFD power supply berdasarkan jenis power
supply yang digunakan di loop tersebut, jika tidak ada diisi dengan
nilai nol. Untuk memperoleh nilai SIL dari loop tersebut maka
perlu dicari nilai PFD SIF yang merupakan penjumlahan dari PFD
switch, PFD input module, PFD Logic Solver, PFD output module,
PFD SOV, PFD Power supply. Sedangkan untuk kolom existing
SIF calculation adalah nilai SIL existing pada kolom PFD SIF.

3.4 Perhitungan SIL dengan Metode FMEA (Analisa


Kuantitatif)
Studi kasus dan Analisa FMEA perlu diterapkan terlebih
dahulu pada stripper furnace sebelum bisa dilakukan perhitungan
SIL. Failure Mode and Effect Analysis didapatkan dari data
kecelakaan yang terjadi sebelumnya ataupun analisa proses yang
terjadi pada plant di lapangan. Kriteria dalam menentukan severity,
occurance dan detection harus berdasarkan pada proses yang
berlangsung secara real time dan dilakukan kajian. Berikut adalah
langkah-langkah dalam menentukan nilai SIL dengan metode
FMEA:
1. Mencari potential failure mode dari stripper furnace
16

2. Menemukan potential effect bersamaan dengan severity.


Failure tidak hanya menghentikan proses tetapi juga
dapat menyebabkan kecelakaan.
3. Menentukan nilai dari severity, occurance dan detection
berdasarkan tabel
4. RPN didapatkan dari RPN = Severity * Occurance *
Detection
5. Menentukan nilai SIL dari RPN tersebut.

3.5 Membandingkan Nilai SIL Hasil Analisa Kuantitatif dan


Analisa Kualitatif
Nilai SIL yang telah didapatkan berdasarkan perhitungan
dengan metode LOPA dan SIS Existing kemudian dibandingkan
dengan analisa kualitatif (Metode FMEA). Dari nilai tersebut
kemudian didapatkan kecocokan antara nilai yang didapatkan
berdasarkan perhitungan kuantitatif maupun perhitungan kualitatif
per loop nya. Apabila ada yang tidak cocok maka kemudian
dilakukan kajian per loop atas hasil perhitungan yang sudah
dilakukan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai data analisa bertujuan


untuk mengetahui sejauh mana sistem ini memiliki kesesuaian
antara spesifikasi perancangan dengan spesifikasi hasil yang
diperoleh. Untuk itu dilakukan pengujian yang digunakan sebagai
parameter untuk mengetahui nilai atas sistem yang akan dievaluasi.

4.1 Analisis HAZOP dan Komponen SIS dari P&ID


Safety Integrity Level (SIL) dari 012F102 dapat dikalkulasi
dengan menggunakan analisa kuantitatif (LOPA & SIS
calculation) dan analisa kualitatif (FMEA) dengan menggunakan
data HAZOP dan komponen yang terdapat di P&ID. Hal yang
pertama kali dilakukan adalah mengidentifikasi equipment dan
safe-guards yang terdapat pada plant yang akan diperlukan
kedepannya untuk melakukan kalkulasi SIL. Dalam hal ini data-
data dan proses dapat diidentifikasi dari gambar P&ID (Piping &
Instrumentation Diagram). P&ID akan menunjukkan letak safe-
guards yang digunakan dalam plant tersebut dan dapat dilihat pada
halaman lampiran.
Setelah mengidentifikasi equipment dan safe-guard yang
terdapat pada plant maka langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi HAZOP 012F102 dengan melihat data causes,
consequences, Risk Matrix, dan Safe-Guards.

Tabel 4. 1 HAZOP Stripper Furnace 012F102


Risk
Loop Matrix
Dev Causes Consequences Safe-Guards
R
S L
R
012PDIC-009;
Control Valve 012TAH_044;
Overheating at 012TAH_045;
012FV_014/0
1 Low tube section 012TAH_046;
15/ 016/017 3 2 6
Flow fired heater 012TAH_047;
mulfunction
012F-102 012TAH_048
close

17
18

Instrument air
More failure at Outlet heater
2 /High control valve temperature 3 2 6 012PDIC-009
Flow 012FV_014/0 decrease;
15/016/017

012FAH_014B;
012FAH_015B;
Instrument air
012FAH_016B;
More failure at Fuel
3 012FAH_017B;
/High control valve consumption 2 3 6
012TAL_044;
Flow 012FV_014/0 increase
012TAL_045;
15/016/017
012TAL_046;
012TAL_047;
012TAL_048
Feed from
upstream
fired heater
012F-102 low
flow (loss of 012PDIC-009;
Overheating at
Low performance 012-FAL-014;
tube section
4 Press 012P- 3 1 3 012-FSLL-014;
fired heater
ure 103A/B),Contr 012-FAL-015;
012F-102
ol Valve 012-FSLL-015
012FV_014/0
15/ 016/017
mulfunction
close
High
Press
ure,M Overheating More/high
3 2 6 012PDIC_009
5 ore/H reboiler vapor rate
igh
Flow
012PDIC-009;
Reaction not 012PAL-012;
Low properly
Fuel oil 012TAL_044;
Temp (reactor inlet
6 failure,Fuel 3 1 3 012TAL_045;
eratur temperature
gas failure can't be 012TAL_046;
e
reached) 012TAL_047;
012TAL_048
19

012PDIC-010;
. Reaction not 012PAL-011;
Low properly 012PSLL-011;
Temp MP atomizing (reactor inlet 012TAL_044;
7 3 1 3
eratur steam failure temperature 012TAL_045;
e can't be 012TAL_046;
reached) 012TAL_047;
012TAL_048

Feed from
012PDIC-009;
upstream
012FAL-014;
fired heater
012FSLL-
012F-102 low
High 014;012FAL-
flow (loss of Overheating
Temp 015; 012FSLL-
8 performance at tube section
eratur 3 1 3 015;
012P-,Control fired heater
e,Low 012TAH_044;
Valve 012F-102
Flow 012TAH_045;
012FV_014/0
012TAH_046;
15/
012TAH_047
016/017mulfu
;012TAH_048
nction close
1.Fuel oil
supply
failure,Instru
ment air of
control valve
012PV-012 & Outlet heater
Low 012PDIC-009;
9 012PV-011A temperature 2 3 6
Flow 012PAL-012
failure decrease
,Malfunction
of fuel oil
return valve
012PV-011B
(open)
Tube skin
Malfunction temperature
high of increase,Fuel
controller consumption
10 More 012PDIC- increase ,Flue
/High 009,Malfuncti gas 3 2 6 012FAH-019
Flow on open of temperature
fuel oil control increase, Flue
valve 012PV- gas
012 temperature
increase
20

Flue gas
Malfunction
More temperature
high of
11 /High increase,Fuel 3 2 6 012PIC-012
controller
Flow consumption
012PDIC-009
increase
Low Outlet heater
12 Fuel oil supply 012PDIC-009;
Press temperature 4 1 4
failure 012PAL-012
ure decrease
Instrument air
Low of control Outlet heater 012PDIC-
13 Press valve 012PV- temperature 2 3 6 009;012PAL-
ure 012 & 012PV- decrease 012
011A/B failure
Low
14 Temp Steam trace Less/Low fuel
2 3 6 012FI_019
eratur mulfunction oil flow
e
Low
Outlet heater
Temp Steam trace
temperature 2 3 6 012PIC_012
15 eratur mulfunction
decrease
e
Low
Outlet heater
16 Temp Steam trace
temperature 2 3 6 012PDIC_009
eratur mulfunction
decrease
e
No/Lo Outlet heater 012PDIC-009;
17 Fuel gas
w low 2 1 2 012PAL-013;
supply failure
Flow temperature 012PSLL-013
Instrument air
failure of fuel
No/Lo
gas control
w
valve 012PDV- Outlet heater
Flow,
18 009 temperature 2 1 2 012FI-020
Low
,Malfunction decrease
Press
of fuel gas
ure
control valve
012FV-014A
Mulfunction Tube skin
low of temperature
controller increase,Fuel
More
012PDIC- consumption
/High 3 2 6 012FI-020
19 009,Bypass increase ,Flue
Flow
around gas
control valve temperature
opened increase
21

20 . Low Outlet heater 012FI_020;


Fuel gas
Press low 2 1 2 012PSLL_013;
supply failure
ure temperature 012PAL-013
Malfunction
More of fuel gas
Overburning 012PAL-013;
21 /High control valve 2 2 4
pilot 012PCV_100
Flow 012PV-005
(open)
Fuel gas
supply
Low failure,Malfu
Furnace 012PAL-013;
22 Press nction of fuel 2 1 2
shutdown 012PSLL-013
ure gas control
valve 012FV-
013B (close)
MP supply
failure,
23 Low Malfunction Fuel oil burner
2 2 4 012PV_011A
Flow of control trip
valve
012PDV-010
MP supply
failure,Malfu
low Incomplete 012PV_011B;
24 nction of 2 2 4
flow burning 012PSLL_013
control valve
012PDV-010
Less/Low fuel
Low
oil flow, Outlet
Temp MP steam
25 heater 2 3 6 012FAL_019
eratur supply failure
temperature
e
decrease
Low Steam
Insulation
26 condense,
Temp line MP stream trap
Entrainment 3 2 6
eratur steam 012XCV_01A
free water to
e damage
burner

HAZOP untuk stripper 012F102 dapat dilihat pada data


HAZOP Pertamina RU IV unit 012 node 23 s.d. node 28, dengan
memilah equipment yang hanya memiliki safe-guard yang sudah
ter-install. Stripper 012F102 terbagi menjadi empat bagian yaitu
feed section, fuel oil section, fuel gas section, dan burner section.
Terdapat 3 macam risk matrix yang nantinya akan digunakan untuk
mengevaluasi SIS pada stripper 012F102. Data tersebut dapat
dilihat pada 4.1. Dimana S adalah severity, L adalah likelihood, dan
RR adalah risk ranking.
22

4.2 Perhitungan SIL dengan Metode LOPA


Analisis safety Stripper 012F102 dilakukan dengan
menghitung nilai PFD (Probability Failure on Demand) untuk
menentukan SIL (Safety Integrity Level) setiap komponen.
Perhitungan PFD dilakukan pada t=43800 jam, atau 5 tahun.
Hasil perhitungan nilai PFD masing-masing komponen dapat
dilihat pada tabel terlampir.
Pada Stripper 012F102 terdapat 4 node dengan 26 loop. Pada
LAMPIRAN A dapat dilihat hasil perhitungan nilai PFD dan
TMEL dari masing-masing komponen. Komponen dengan nilai
PFD terendah dalam jangka waktu 5 tahun terdapat pada
komponen di loop ke-19 dengan nilai 0,0144 Sedangkan
komponen dengan PFD tertinggi yaitu pada loop 4 dengan nilai
PFD=0,193. Nilai SIL bervariasi dari SIL 1 dan SIL 0.
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
besar laju kegagalan suatu komponen, maka kemungkinan
terjadinya kegagalan akan semakin besar, dengan tingkat
penurunan risiko akan semakin kecil.

4.3 Perhitungan SIL berdasarkan SIS Existing


Analisis safety Stripper 012F102 dilakukan dengan
menghitung nilai PFD (Probability Failure on Demand) untuk
menentukan SIL (Safety Integrity Level) setiap komponen.
Perhitungan PFD dilakukan pada t=43800 jam, atau 5 tahun.
Hasil perhitungan nilai PFD masing-masing komponen dapat
dilihat pada tabel terlampir.
Pada Stripper 012F102 terdapat 4 node dengan 26 loop. Pada
LAMPIRAN B, dapat dilihat hasil perhitungan nilai PFD dan
TMEL dari masing-masing komponen. Komponen dengan nilai
PFD terendah dalam jangka waktu 5 tahun terdapat pada
komponen di loop ke-19 dengan nilai 0,0144 Sedangkan
komponen dengan PFD tertinggi yaitu pada loop 4 dengan nilai
PFD=0,193. Nilai SIL bervariasi dari SIL 1 dan SIL 0.
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
besar laju kegagalan suatu komponen, maka kemungkinan
23

terjadinya kegagalan akan semakin besar, dengan tingkat


penurunan risiko akan sulit untuk ditentukan tiap event nya.

4.4 Perhitungan SIL dengan Metode FMEA


Berdasarkah Risk Priority Number yang didapatkan maka
diketahui bahwa proses loop yang paling kristis terdapat pada
stram trace, fired heater, furnace, pilot dan outlet heater. Dimana
apabila terjadi failure pada proses / komponen tersebut maka akan
menimbulkan kecelakaan yang berdampak cukup besar baik itu
pada plant ataupun pada pabrik secara keseluruhan. Berikut
merupakan hasil pengelompokan risk terbesar pada stripper
012F102.

Gambar 4.1 Grafik Risk Priority Number

Dimana untuk komponen yang memiliki resiko paling tinggi


adalah steam trace yang apabila terjadi kebocoran pipa dapat
menimbulkan kebakaran. Nilai RPN yang besar juga didapatkan
pada fired heater, outlet heater, pilot dan furnace. Hasil dari
perhitungan ini berhubungan dengan proses yang terjadi pada
stripper furnace. FMEA sebagai alat yang mampu memberikan
24

penilaian pada semua failure mode yang mungkin telah dievaluasi


dari nilai severity yang diberikan dan penyebab dari failure mode
tersebut telah dinyatakan oleh occurance untuk masing-masing
komponen / proses yang berlangsung masing- masing loop. Pada
akhirnya RPN berhasil dikalkulasi untuk tiap proses dan preventive
control measure telah diberikan untuk masing-masing komponen
atau loop. Pencegahan yang diberikan dapat mengurangi lamanya
failure dan efek dari failure tersebut.

4.5 Analisis Hasil SIL


4.5.1 SIL pada Feed Section
Pada feed section terdapat 8 loop dimana terdapat 4 loop yang
telah mencapai target SIL yaitu pada loop 4,5,6,7. Hal ini dilihat
dari nilai SIL yang dimiliki oleh loop 4,5,6,7 memiliki nilai yang
sama antara SIL SIS, SIL LOPA dan SIL FMEA. Sedangkan loop
1,2,3,8 tidak mencapai target dikarenakan nilai SIL SIS & LOPA
lebih kecil dari nilai SIL FMEA. Pada feed section persentase loop
yang berhasil mencapai target SIL adalah 50%.

Tabel 4. 2 Nilai SIL pada Feed Section


SIL SIL
Loop SIL SIS FMEA
LOPA
1 SIL 1 SIL 1 SIL 0
2 SIL 1 SIL 0 SIL 0
3 SIL 1 SIL 1 SIL 0
4 SIL 0 SIL 0 SIL 0
5 SIL 1 SIL 1 SIL 1
6 SIL 0 SIL 0 SIL 0
7 SIL 0 SIL 0 SIL 0
8 SIL 0 SIL 0 SIL 1

4.5.2 SIL pada Fuel Oil Section


Pada fuel oil section terdapat 6 loop dimana hampir semua
telah mencapai target SIL kecuali loop 9. Hal ini dilihat dari nilai
SIL yang dimiliki oleh loop 10,11,12,13,14 memiliki nilai yang
25

sama antara SIL SIS, SIL LOPA dan SIL FMEA. Sedangkan loop
9 tidak mencapai target dikarenakan nilai SIL SIS & LOPA lebih
besar dari nilai SIL FMEA. Pada feed section persentase loop yang
berhasil mencapai target SIL adalah 83,33%.

Tabel 4. 3 Nilai SIL pada Fuel Oil Section


SIL SIL
Loop SIL SIS FMEA
LOPA
9 SIL 1 SIL 1 SIL 0
10 SIL 1 SIL 1 SIL 1
11 SIL 1 SIL 1 SIL 1
12 SIL 0 SIL 0 SIL 0
13 SIL 1 SIL 1 SIL 1
14 SIL 1 SIL 1 SIL 1

4.5.3 SIL pada Fuel Gas Section


Pada fuel gas section terdapat 4 loop dimana hanya 1 loop
yang mencapai target SIL yaitu loop 17. Hal ini dilihat dari nilai
SIL SIS dan LOPA yang dimiliki oleh loop 17 sama dengan nilai
SIL LOPA. Pada fuel gas section persentase loop yang berhasil
mencapai target SIL adalah 25%.

Tabel 4. 4 Nilai SIL pada Fuel Gas Section


SIL SIL
Loop SIL SIS FMEA
LOPA
15 SIL 1 SIL 1 SIL 0
16 SIL 1 SIL 1 SIL 0
17 SIL 0 SIL 0 SIL 0
18 SIL 1 SIL 1 SIL 0

4.5.4 SIL pada Pilot Burner Section


Pada pilot burner section terdapat 8 loop dimana hanya 4 loop
yang mencapai target SIL. Hal ini dilihat dari nilai SIL SIS &
LOPA yang dimiliki oleh loop 20, 23, 24, dan loop 26 sama dengan
26

nilai SIL FMEA. Pada pilot burner section persentase loop yang
berhasil mencapai target SIL adalah 50%.

Tabel 4. 5 Nilai SIL pada Pilot Burner Section


SIL SIL
Loop SIL SIS FMEA
LOPA
19 SIL 0 SIL 0 SIL 1
20 SIL 0 SIL 0 SIL 0
21 SIL 0 SIL 0 SIL 1
22 SIL 0 SIL 0 SIL 1
23 SIL 0 SIL 0 SIL 0
24 SIL 0 SIL 0 SIL 0
25 SIL 1 SIL 1 SIL 0
26 SIL 1 SIL 1 SIL 1

4.5.5 SIL Pada Stripper 012 F102


Nilai SIL yang memiliki kecocokkan antara nilai SIL
kuantitatif dan nilai SIL kualitatif maka akan didapatkan pada feed
section, fuel oil section, fuel gas section dan pilot burner section
akan adalah; 50%; 83,33%; 25%; 50% sehingga akan didapatkan
rerata dari keempat section tersebut adalah 53,84%
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil Evaluasi SIS pada Stripper 012F102 di
FOC II, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Terdapat 26 loop yang dibahas dengan masing - masing
penyebab yang memiliki potensi hazard pada Stripper
012F102 yaitu : High level , High flow, High temperature,
High Pressure, Low Flow, Low temperature dan Low
Pressure.
2. Persentasi nilai SIL target berdasarkan metode kuantitatif dan
kualitatif untuk per section adalah:
Feed Section = 8 loop (50%)
Fuel Oil Section = 6 loop (83,33%)
Fuel Gas Section = 4 loop (25%)
Pilot Burner Section= 8loop (50%)
3. Stripper 012F102 memiliki presentasi kecocokan antara nilai
SIL SIS, LOPA dan FMEA sebesar 53,84% dari 26 loop yang
ada.

5.2 Saran
Saran yang perlu diperhatikan berkaitan dengan turbin uap,
agar kinerja dari turbin tetap terjaga yaitu :
1. Perlu penambahan instrumen switch, pergantian konfigurasi
arsitektur switch dan pergantian logic solver dengan MTTF
yang lebih baik sehingga nilai SIL existing dapat mencapai
nilai SIL FMEA.
2. Perlunya dilaksanakan audit safety, housekeeping pada
worker dan training, serta penambahan unit sesuai dengan
rekomendasi pada plant untuk mengurangi tingkat
kecelakaan.

27
28

Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai