Anda di halaman 1dari 35

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kegiatan Mahasiswa sebagai insan akademis selama ini hanya terpaku pada proses pembelajaran teoritis dan bukan praktis. Oleh sebab itulah banyak mahasiswa yang ketika akan memasuki dunia kerja diragukan kemampuannya, walaupun dari segi nilai tidak sedikit mahasiswa yang mempunyai predikat cumlaude. Agar tidak terpaku pada proses pembelajaran yang teoritis ini diperlukan suatu metode yang diharapkan akan membawa perubahan pada para mahasiswa. Perubahan tersebut harus dapat memberikan dampak yang terbaik tentunya. Sebagai salah satu contoh tersebut adalah diberlakukannya Kuliah Kerja Lapangan. Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya memiliki program kuliah kerja lapangan (KKL) yang memiliki bobot empat (4) SKS yang digunakan untuk memenuhi standar kelulusan sebagai salah satu mata kuliah wajib pada saat mahasiswa sudah mencapai 130 SKS. Pada saat ini, penulis membuat laporan hasil kerja selama KKL di Kementerian Pertahanan RI Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan (STRAHAN) sejak tanggal 9 Juli 2012 sampai 30 Juli 2012. Sehubungan dengan hal tersebut, maka alasan dalam pemilihan tempat KKL di Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan (STRAHAN) dikarenakan membahas tentang permasalahan internasional yang menyangkut adanya Ancaman terhadap

Pertahanan Negara Indonesia, mengingat bahwa sampai saat ini masih banyak pihak atau kalangan di tingkat bawah sampai dengan tingkat atas belum memahami secara benar tentang peran TNI dimana sebagai alat komponen utama pertahanan Negara, Kegiatan KKL ini juga dilatarbelakangi dari program kekhususan yang penulis ambil yaitu Studi Hukum dan Masalah-Masalah Transnasional, serta dalam rangka pengumpulan data-data atau bahan-bahan untuk penyusunan skripsi penulis. 1.2. Tujuan Kegiatan Tujuan dari kegiatan KKL ini adalah untuk mencari ilmu pengetahuan yang baru, mencari pengalaman nyata di dunia kerja, mengimprovisasi diri mahasiswa, dan mengobservasi kinerja Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan (STRAHAN) Direktorat Hukum Strategi Pertahanan, Kementerian Pertahanan RI dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta standarisasi teknis, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perundang-undangan pertahanan negara, kajian pertahanan, hukum internasional, dan informasi hukum. Target yang diharapkan tercapai dari kegiatan ini adalah mendapatkan sesuatu hal-hal yang baru sehingga dapat memperbaiki kelemahan diri mahasiswa dan membuat diri mahasiswa menjadi individu yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Selain itu juga, pelaksanaan kegiatan ini juga dapat bermanfaat bagi mahasiswa. Secara teoritis, pelaksanaan kegiatan di Direktorat Jenderal Strategi

Pertahanan (STRAHAN) Direktorat Hukum Strategi Pertahanan, Kementerian Pertahanan RI dapat dijadikan sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman kerja, sarana untuk meningkatkan kualitas diri mahasiswa, dan sarana untuk mendapatkan informasi-informasi permasalahan penegakan Pertahanan negara baik ditingkat Nasional maupun tingkat Internasional yang actual. Secara Praktis, selain mendapatkan pengalaman kerja nyata, mahasiswa juga dapat mendapatkan bahan-bahan untuk tulisan-tulisan penelitian atau skripsi yang sedang dilaksanakan. Secara akademis, kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi syarat penilaian Kuliah Kerja Lapangan. 1.3. Manfaat Kegiatan Adapun manfaat dari pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini, antara lain:
Memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi peserta dalam hal

permasalahan penegakan Pertahanan negara baik ditingkat Nasional maupun tingkat Internasional di Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan (STRAHAN) Direktorat Hukum Strategi Pertahanan, Kementerian Pertahanan RI.
Mengetahui struktur organisasi Kementerian Pertahanan RI.

Memiliki wacana dunia kerja saat ini. Memenuhi syarat Kuliah Kerja Lapangan.

1.4. Rumusan Kegiatan Selama pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), kami mendapatkan pengalaman kerja serta kesempatan untuk mencari informasi yang dapat kami jadikan tema ataupun referensi dalam penyusuanan laporan KKL individu maupun kelompok. Berdasarkan ketentuan dari Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya kami dibekali Kartu Kuliah Kerja lapangan yang dapat digunakan untuk mencatat kegiatan selama Kuliah Kerja Lapangan. Kuliah Kerja Lapangan di Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan memiliki jadwal program Kuliah Kerja Lapangan yang ditentukan oleh instansi tersebut, sebagai berikut:

Tanggal 9 Juli 2012, Audience dengan Direktur Kumstrahan.

Tanggal 10-11 Juli 2012, Mempelajari dan membahas Proses merancang Treaty Produk pertahanan. Tanggal 12-13 Juli 2012, berada di Subdit Infokum yang membahas dan membuat abstrak tulisan hukum guna pelaksanaan dokumentasi subdit infokum.

Tanggal 16-17 Juli 2012, berada di Subdit Telaah Hukum yang membuat dan membahas isu kajian hukum mengenai ancaman

regulasi seperti permasalahan pemekaran wilayah dan Eksistensi Perusahaan Multinasional di Indonesia.

Tanggal 18-19 Juli 2012, berada di Subdit jabatan Fungsional yang membahas isu Kontroversi RUU KAMNAS.

Tanggal 20-30 Juli 2012, kembali ke subdit Kumint yang membahas berbagai Isu terkait permasalahan Hukum Internasional

1.5. Gambaran Umum dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia SEJARAH KEMENTERIAN PERTAHANAN

Gambar 1. Gedung Kementerian Pertahanan RI

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 roda pemerintahan segera bergerak, antara lain dengan pemindahan kekeuasaan yang di selenggarakan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Oleh karena itu panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, segera menyusun kabinet pertama yaitu tipe Presidensial dan hasilnya diumumkan pada 19 Agustus 1945. Kabinet inimemiliki 15 Kementerian serta 5 Kementerian Negara, namun salah satu jabatan Menteri Negara lalu di tiadakan karena menteri yang bersangkutan yaitu AA Maramis diangkat menjadi Menteri Keuangan.

Pada kabinet pertama tersebut belum memiliki Menteri Pertahanan, dan fungsi Kementerian Pertahanan Negara ada di dalam Kementerian Keamanan Rakyat, yang dipimpin oleh Menteri Keamana Rakyat, yakni

mantan Sodancho Suprijadi. Sebagaimana diketahui bahwa Suprijadi tidak pernah menduduki posisi sebagai Menhan dan selanjutnya posisi Menhan digantikan oleh Sulyadikusumo sebagai Menteri ad interim pada 20 Oktober 1945. Pada masa kabinet Sjahrir ke-1 yaitu periode 14 November 1945-12 Maret 1946 fungsi pertahanan negara juga masih berada di bawah wewenang Menteri Keamanan Rakyat, yang dijabat oleh Mr. Amir Sjarifuddin. Namun

pada kabinet Sjahrir ke-2 periode 12 Maret - 2 Oktober 1946, dibentuk Kementerian Pertahanan yang dijabat oleh Mr. Amir Sjarifuddin.

Di dalam kabinet ini fungsi pertahanan keamanan mulai ditekankan.Dalam Perjalanannya, jabatan Menteri Pertahanan sering dijabat rangkap oleh satu orang, seperti PM Amir Sjarifuddin pada kabinetnya (3 Juli 11 November 1947), yang menunjukan betapa pentingnya fungsi pertahanan negara dalam menghadapi beragam konflik yang terjadi pada saat itu. Pada periode Kabinet Hatta ke-1 periode 29 Januari 1948 4 Agustus 1949, saat Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI dalam keadaan darurat akibat tekanan tentara Belanda, Wapres Drs. Moh. Hatta merangkap sebagai Menteri Pertahanan ad interim. Namun pada 15 Juli 1949 jabatan Menhan dipegang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sri Sultan juga menjabat Menhan pada masa Kabinet Hatta ke-2 dan Kabinet Republik Indonesia Serikat

hingga 6 September 1950, dan kemudian menjabat lagi pada beberapa kabinet berikutnya hingga mundur atas permintaan sendiri pada 2 Juni 1953. Pada kabinet Pembangunan I di Era Orde Baru, mulai 6 Juni 1968 jabatan Menteri Pertahanan Keamanan dirangkap Persiden RI Jenderal TNI Soeharto. Baru kemudian pada kabinet Pembangunan II periode 28 Maret 1973 29 Maret 1978, jabatan Menteri Pertahanan dan Keamanan diemban oleh satu orang, yakni oleh Jenderal TNI Maraden Panggabean. Selanjutnya pada Kabinet Pembangunan III periode 28 Maret 1978 19 Maret 1983, Menteri Pertahanan Keamanan merangkap Panglima ABRI diserahkan kepada Jenderal TNI M. Jusuf, dan pada periode ini lahir UU Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara RI. Pada kabinet berikutnya, periode 19 Maret 1983 23 Maret 1988 jabatan Menteri Pertahanan Keamanan RI di pegang oleh Jenderal TNI (Purn) Poniman. Seterusnya, Menhankam dijabat oleh Jenderal TNI (purn) LB Moerdani mulai tahun 1988 - 1993. Kemudian tahun1993 - 1998 Presiden Suharto mempercayai Jenderal TNI (purn) Edi Sudrajat sebagai Menteri Pertahanan Keamanan. Menjelang detik-detik Reformasi, dimana selanjutnya Presiden RI

Soeharto mengundurkan diri, Jenderal TNI Wiranto memegang jabatan sebagai Menteri Pertahanan Keamanan RI 14 Maret 1998 - 21 Mei 1998. Saat itu terjadi pergantian Presiden RI dari Presiden Soeharto kepada Wakil Presiden RI, B.J. Habibie. Kemudian, pada masa kabinet pertama Era Refromasi 22 Mei 1998 - 29

Oktober 1999 Jenderal TNI Wiranto tetap dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai Menteri Pertahanan Keamanan. Dalam perjalanannya, dimasa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur, pada 1 Juli 2000 Kepolisian Negara Republik Indonesia resmi lepas dari Departermen Hankam, dan TNI menjadi lembaga otonom yang bertangung jawab langsung kepada Presiden RI. Pada era Kabinet yang dipimpin Gus Dur, pada 1 Juli 2000 Kepolisian Negara Republik Indonesia resmi dilepas dari Depertermen Hankam dan TNI menjadi lembaga otonom yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. Pada era Kabinet yang di pimpim oleh Gus Dur, Jabatan Menteri Pertahanan kembali dipegang oleh kalangan sipil,berasal dari kalangan akademisi, yaitu Prof. Dr. Juwono Sudarsono periode 1999-2000, dan periode 26 Agustus 2000 - 14 Agustus 2001 dijabat oleh Prof. Dr. Mahfud M.D. Pada era kepemimpinan Megawati Soekarno Putri mulai 14 Agustus 2001 - 25 Oktober 2004 jabatan Menteri Pertahanan dipercayakan kepada H. Matori Abdul Djalil. Pada masa Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I mulai 29 Oktober 2004 - 26 Oktober 2009 di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Prof. Dr. Juwono Sudarsono ditempatkan kembali sebagai Menteri Pertahanan RI. Sejumlah Rancangan Undang-undang (RUU) yang berkaitan dengan masalah pertahanan disusun dan di ajukan ke DPR untuk disahkan menjadi UU, antara lain RUU Komponen Cadangan, RUU Keamanan Nasional, RUU Rahasia Negara, RUU Peradilan Milter dan RUU Veteran.

Selanjutnya pada Kabinet Indonesia Bersatu Ke II periode 2009 2014 yang kembali berada di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jabatan Menhan dipercayakan kepada Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro, MA, Msc yang dalam Kabinet Indonesia Bersatu I menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral / ESDM dan Letnan Jenderal TNI Sjafrie Sjamsoeddin, MBA sebagai Wakil Menteri. Berdasarkan UndangUndang Nomor 39 Tahun 2008 tanggal 6 November 2008 tentang Kementerian Negara, nama Departemen Pertahanan RI pun berubah menjadi Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Langkah-langkah dan sasaran kebijakan Kementerian Pertahanan sangat beragam, sangat tergantung situasi dan kondisi serta Pimpinan Negara saat itu dan siapa yang dipercaya sebagai Menteri Pertahanan. Yang pasti, Kemhan RI, sejak era Proklamasi, masa Orde Lama, Orde Baru hingga di Era Reformasi, sekarang dan ke depan Kemhan senantiasa tetap pada posisi yang sangat strategis dan berperan penting dalam menjaga keamanan Negara dan keselamatan bangsa, serta kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.

10

KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Kementerian Pertahanan selanjutnya disebut Kemhan, adalah unsur pelaksana pemerintah dipimpin oleh Menteri Pertahanan yang selanjutnya disebut Menhan yang berkedudukan berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Kementerian pertahanan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang pertahanan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, Kemhan menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan,

penetapan,

dan pelaksanaan

kebijakan

di bidang

pertahanan;
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara menjadi tanggungjawab

Kementerian Pertahanan;
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian

Pertahanan, dan; d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah. Kementerian Pertahanan terdiri dari :

Sekretariat Jenderal Staf Ahli Menteri Inspektorat Jenderal Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan

11

Direktorat Jenderal Perencanaan Pertahanan Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan Badan Sarana Pertahanan Badan Penelitian dan Pengembangan Badan Pendidikan dan Pelatihan Pusat data dan informasi Pusat Keuangan Pusat Komunikasi Publik Pusat Rehabilitasi Cacat VISI

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia mempunyai visi yaitu: "Terwujudnya Pertahanan Negara yang Tangguh". MISI Guna mewujudkan visi tersebut, Kementerian Pertahanan RI melaksanakan misi yaitu: "Menjaga Kedaulatan dan Keutuhan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Keselamatan Bangsa".

12

GRAND STRATEGY Dalam rangka mengimplementasi misi tersebut Kemhan RI merumuskan Grand Strategy yaitu : 1. Memberdayakan Wilayah Pertahanan dalam Menghadapi Ancaman. 2. Menerapkan Menajemen Pertahanan yang Terintegrasi. 3. Meningkatkan Kualitas Personel Kementerian Pertahanan/TNI. 4. Mewujudkan Teknologi Pertahanan yang Mutakhir. 5. Menetapkan Kemanunggalan TNI - Rakyat dalam Bela Negara.

13

PENJELASAN TENTANG LOGO KEMENTRIAN PERTAHANAN

Gambar 2. Logo Kementerian Pertahanan RI

1. Pengertian Logo yang dimaksud dalam surat keputusan ini adalah huruf / lambang yang mengandung makna tersendiri atas suku kata atau lebih sebagai lambang dan merupakan suatu tanda kebanggaan yang menyatakan Organisasi, Peran, Fungsi dan Tugas di lingkungan Kementrian Pertahanan. 2. Bentuk, Tata Warna dan Ukuran Bentuk Logo Departemen Pertahanan berbentuk Bulat dengan tata warna gambar merupkan kombinasi dari enam warna terdiri atas : Merah, Putih, Biru Tua, Kuning, hitam dan Hijau dengan ukuran besar lingkaran 7 cm. Arti / Makna
a. Bentuk bulat dan berwarna biru tua serta didalamnya terdapat 14

untaian tambang melingkar, gambar Garuda Pancasila, Bendera Merah Putih, Peta Indonesia, Bintang, Jangkar dan Burung Garuda melambangkan Bangsa Indonesia yang memproklamirkan

Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 bertekad bulat untuk membela, mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan serta kedaulatan negara dan bangsa berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, karena aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup bernegara.
b. Untaian tambang melingkar mengandung arti bahwa dengan

keutuhan dan jiwa korsa yang kuat dapat terpelihara dan terjaga dengan sebaik-baiknya oleh suatu Angkatan Perang yang kokoh, utuh dan jaya.
c. Garuda Pancasila Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia. d. Bendera Merah Putih adalah Bendera Negara Kesatuan Republik

Indonesia.
e. Peta Indonesia melambangkan wilayah kedaulatan Negaa Kesatuan

Republik Indonesia yang harus dipertahankan keutuhannya.


f. Bintang bersudut lima melambangkan Ketentaraan Indonesia

Angkatan Darat/TNI AD, dalam filsafat ketimuran melukiskan "Kesejatian" serta senantiasa menjunjung cita-cita tinggi ialah Keluhuran Nusa dan Bangsa serta keprajuritan yang sejati dalam semboyan "Kartika Eka Paksi".

15

g. Jangkar bagi TNI AL melambangkan kekuatan, ketepatan,

keamanan dan pengharapan dengan menjaga Lautan Indonesia. TNI AL menjamin kemakmuran dan kesejahteraan dengan semboyan "Jales Veva Jaya Mahe" berarti "Justru dilautan kita menang". h. Burung Garuda melukiskan TNI AU dengan sayap Terbentang menggambarkan bahwa TNI AU senantiasa waspada dan siap sedia mempertahankan Dirgantara Indonesia dengan semboyan "Swa Bhuwana Paksa" yang berarti "Sayap Tanah Air".

Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Kemhan RI SEJARAH Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Kementrian Pertahanan

merupakan salah satu unit organisasi yang dibentuk untuk merespon perkembangan lingkungan strategis global, regional maupun nasional yaitu dengan diterbitkan Keputusan Menteri Pertahanan Nomor: Kep/19/M12/2000 tanggal 29 Desember 2000 tentang susunan organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertahanan dengan tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penyelenggaraan strategi pertahanan. Sebagai Dirjen Strahan yang pertama adalah Mayjen TNI Sudrajat, M.P.A. Dalam perkembangannya pada tahun 2005 Ditjen Strahan mengalami reorganisasi, berdasarkan Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 01 Tahun 2005.

16

Dirjen Strahan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibantu oleh Sesditjen Strahan, Dirkersin, Dirjakstra, Diranlingstra, Dirwilhan, dan kelompok jabatan fungsional. Sebagai Dirjen Strahan kedua adalah Mayjen TNI Dadi Susanto dan Mayjen TNI Syarifudin Tipe adalah Dirjen Strahan ketiga. Pada tahun 2010 sesuai dengan tuntutan organisasi melalui Permenhan Nomor 16 Tahun 2010 terjadi reorganisasi secara menyeluruh. Ditjen Strahan yang semula dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibantu oleh Sesditjen Strahan, Dirkersin, Dirjakstra, Diranlingstra, Dirwilhan dan kelompok jabatan fungsional. Ditambah dua direktur yaitu Direktur Pengerahan dan Direktur Hukum Strahan. Sebagai Dirjen Strahan keempat adalah Mayjen TNI Puguh Santoso, ST, Msc. Tugas dan Fungsi

1. Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan selanjutnya disebut Ditjen Strahan

adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi pertahanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
2. Ditjen Strahan dipimpin oleh Direktur Jenderal Strategi Pertahanan disebut

Dirjen Strahan.

Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang penyelenggaraan strategi pertahanan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Ditjen Strahan menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan Kementrian di bidang strategi pertahanan negara;

17

b. Pelaksanaan kebijakan Kementrian di bidang penyelenggaraan strategi

pertahanan negara meliputi perumusan kebijakan strategis, pengerahan komponen pertahanan, analisa strategis, kerjasama internasional, wilayah pertahanan, dan hukum strategi pertahanan;
c. Penyusunan

norma,

standar,

prosedur,

dan

kriteria

di

bidang

penyelenggaraan strategi pertahanan negara;


d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyelenggaraan

strategi pertahanan negara; dan


e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan.

Ditjen Strahan terdiri dari:


a. Sekretariat b. Direktorat Kebijakan Strategi c. Direktorat Pengerahan d. Direktorat Analisa Strategi e. Direktorat Kerjasama Internasional f. Direktorat Wilayah Pertahanan g. Direktorat Hukum Strategi Pertahanan

18

Gambar 3. Struktur Organisasi Pimpinan Dirjen Strategi Pertahanan Kemhan RI

19

Gambar 4. Struktur Organisasi DitKum Strahan Kemhan RI

1.6. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Selama melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Lapngan ini penulis melaksanakan praktek kuliah di Direktorat Hukum Strategi Pertahanan

selanjutnya disebut Direktorat Kumstrahan yang merupakan unsur pelaksana tugas dan fungsi Direkturat Jenderal Strategi Pertahanan dipimpin oleh Direktur Hukum Strategi Pertahanan disebut Dir Kumstrahan mempunyai tugas

20

merumuskan dan melaksanakan kebijakan serta standarisasi teknis, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perundang-undangan pertahanan negara, kajian pertahanan, hukum internasional, dan informasi hukum. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Kumstrahan menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan kebijakan di bidang Perundang-Undangan; b. perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang

perundang-undangan, kajian pertahanan, hukum internasional, dan informasi hukum;


c. pelaksanaan dan evaluasi kebijakan strategi pertahanan di bidang

perundangundangan, informasi hukum;

kajian

pertahanan,

hukum

internasional

dan

d. pemberian bimbingan, supervisi dan perijinan di bidang Perundang-

undangan, kajian pertahanan, hukum internasional dan informasi hukum; dan e. pelaksanaan administrasi dan kerumahtanggaan Direktorat.

21

BAB II Temuan dan analisis


2.1. Optimalisasi Peran TNI dalam Memantapkan Sistem Pertahanan

Republik Indonesia Kementerian Pertahanan merupakan pelaksana fungsi pemerintah di bidang pertahanan. Pertahanan Militer adalah pertahanan yang bertumpu pada Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama pertahanan negara.1 Tujuan penyelenggaraan pertahanan negara pada hakekatnya adalah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman. Kebijakan Nasional di Bidang Pertahanan yang tertuang dalam Perpres Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 2014, menyatakan bahwa sasaran pembangunan bidang pertahanan dan keamanan diarahkan untuk terwujudnya peningkatan kemampuan pertahanan negara dan kondisi keamanan dalam negeri yang kondusif, sehingga aktivitas masyarakat dan dunia usaha dapat berlangsung secara aman dan nyaman. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka strategi yang diterapkan adalah pencapaian Kekuatan Pokok Minimum (Minimum Essential Force/MEF), pemberdayaan industri pertahanan nasional, pencegahan gangguan keamanan dan pelanggaran hukum di laut, peningkatan rasa aman dan ketertiban masyarakat, modernisasi deteksi dini keamanan nasional dan peningkatan kualitas kebijakan keamanan nasional.
1

Lihat Permenhan No 16 Tahun 2010 pasal 1.

22

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI), tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

SEJARAH LAHIRNYA TNI Pertimbangan dan pemanfaatan aspek Teritorial dalam berbagai penugasan

bukanlah barang baru bagi TNI, bukan rekayasa atau buatan TNI yang sekedar untuk menambah perannya dalam kancah kehidupan berbangsa dan

bernegara. Terbentuknya laskar rakyat di setiap wilayah karena rakyat memiliki jiwa dan semangat rela berkorban dan pantang menyerah untuk membebaskan dan mempertahankan wilayahnya dari kaum penjajah yang waktu itu memiliki persenjataan jauh lebih kuat. Dalam melaksanakan perlawanan terhadap musuh, laskar rakyat memanfaatkan wilayahnya seperti kondisi medan yang

menguntungkan untuk pertempuran, jumlah penduduk sebagai pengganda kekuatan dan daya juang penduduk untuk mempertahankan perlawanannya. Perjuangan para laskar rakyat tersebut dilakukan bersama-sama dengan segenap rakyat hingga tercapainya kemerdekaan Indonesia. Pada awal berdirinya negara Indonesia, sama sekali tidak mempunyai kesatuan tentara. Setelah perlengkapan negara selesai di bentuk, maka KNIP

membantu tugas-tugas kenegaraan yang dijalankan oleh Presiden dan kabinetnya.

23

Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dibentuk dalam sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 dan diumumkan oleh Presiden pada tanggal 23 Agustus 1945 bukanlah tentara sebagai suatu organisasi kemiliteran yang resmi. Mereka berasal dari laskar-laskar pejuang yang menyatu dengan rakyat dan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap Indonesia meskipun mereka berasal dari berbagai etnik, sosial budaya, agama dan ideologi yang berbeda. BKR baik di pusat maupun di daerah berada di bawah wewenang KNIP dan KNI Daerah dan tidak berada di bawah perintah presiden seperti saat ini presiden sebagai panglima tertinggi angkatan perang. BKR juga tidak berada di bawah koordinasi Menteri Pertahanan. BKR hanya disiapkan untuk memelihara keamanan setempat dengan mendayagunakan kemampuan kewilayahan untuk menghadapi Sekutu. Kemudian Presiden dan jajarannya setelah melalui suatu pertimbangan strategi politik yang matang, dilaksanakan Dekrit Presiden tanggal 5 Oktober 1945, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan pada tanggal 7 Januari 1946 TKR berganti nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Kemudian pada 24 Januari 1946, dirubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia. Karena masih terdapat putra-putra terbaik bangsa yang tergabung dalam barisan-barisan bersenjata lainnya selain Tentara Republik Indonesia, maka pada tanggal 5 Mei 1947 Presiden mengeluarkan keputusan untuk mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan barisan-barisan bersenjata tersebut menjadi

24

Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang dilaksanakan peresmiannya pada tanggal 3 Juni 1947. Fakta sejarah yang diuraikan di atas menggambarkan bahwa fungsi teritorial telah ada sebelum TNI lahir dan menjadi kekuatan yang diandalkan untuk memenangkan pertempuran. Pendayagunaan unsur-unsur geografi,

demografi dan kondisi sosial terbukti dapat merebut kemerdekaan Indonesia. SEJARAH PERJUANGAN TNI Dalam perjalanan sejarah panjang perjuangan bangsa, TNI tidak sekalipun TNI berjuang sendiri tetapi selalu bersama-sama dengan rakyat dalam satu kekuatan yang utuh dan bersifat kewilayahan. Hal ini dapat dilihat dalam

perjalanan sejarah perjuangannya dalam mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan sudah harus menghadapi berbagai serangan Sekutu/Belanda yang berusaha menjajah kembali Indonesia. Kedatangan kembali Sekutu/Belanda mendapat perlawanan kekuatan TNI bersama rakyat, seperti pertempuran di Semarang (1945), Ambarawa (1945), Surabaya (1945), Bandung Lautan Api (1946), Medan Area (1947), Palembang (1947), Margarana (1946), Menado (1946), Sanga-Sanga (1947), Agresi Militer Belanda I (1947), Agresi Militer Belanda II (1948), dan Serangan Umum 1 Maret 1949 sehingga bangsa Indonesia mampu mempertahankan pengakuan atas kemerdekaan dan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949. Perjuangan ini

25

berhasil berkat adanya hubungan yang erat TNI-Rakyat atau dengan istilah kemanunggalan TNI-Rakyat. Walaupun pada saat menghadapi agresi militer Belanda Il, Pemerintah RI yang saat itu berpusat di Yogyakarta telah menyerah, namun Panglima Besar Jenderal Sudirman tetap melanjutkan perjuangannya yang bersifat semesta bercirikan kerakyatan, kesemestaan, dan kewilayahan, melalui bergerilya karena berpegang teguh pada prinsip kepentingan negara dan bangsa. Demikian juga pada saat TNI menghadapi permasalahan dalam negeri seperti penumpasan terhadap PKI di Madiun 1948 dan G-30-S/PKI 1965, terhadap pemberontakan DI/Til di Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, terhadap PRRI di Sumatra Barat, Permesta di Menado, Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan, PGRS/Paraku di Kalimantan Barat, RMS di Ambon, GPLHT di Aceh, Dewan Ganda di Sumatra Selatan, dan OPM di Irian. Keberhasilan dalam melaksanakan perjuangan ini karena dilaksanakan bersama-sama dengan rakyat dan

mendayagunakan kemampuan kewilayahan menjadi kekuatan yang utuh untuk menyelamatkan kehidupan berbangsa dan bernegara serta berpegang teguh pada prinsip demi kepentingan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hubungan yang erat antara TNI dengan rakyat dan peningkatan kemampuan wilayah untuk mendukung berbagai tugas dalam menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

26

Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, dilaksanakan melalui fungsi Teritorial TNI, sedangkan TNIAD melalui Pembinaan Teritorial (Binter), TNIAL melalui Pembinaan Potensi Kemaritiman (Binpotmar) (Binpotdirga). OPTIMALISASI PERAN TNI Sesain Peran TNI selalu mendasari atas amanah dalam peraturan perundangan-undangan dan doktrin-doktrin, sebagai arah pelaksanaan Peran TNI secara proporsional dan profesional. Pada dasarnya Peran TNI akan selalu bersumber pada latar belakang sejarah dan nilai-nilai budaya yang mengkristal menjadi falsafah atau dasar dan ideologi Pancasila serta konstitusi UUD 1945. Mengacu pada landasan tersebut, pada prinsipnya TNI akan selalu berkiprah dalam mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara, yakni kedaulatan negara yang harus tetap tegak, keutuhan wilayah NKRI yang harus tetap terjaga serta keselamatan bangsa dan segenap tumpah darah Indonesia yang harus tetap terjamin. Sehingga konsep untuk mempertahankannya dengan mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi dan kekuatan nasional yang bersifat semesta, berdasarkan kesadaran akan hak dan kewajiban setiap warga negara2 serta keyakinan pada kekuatan sendiri dalam upaya bela negara. Wujud implementasi peran TNI secara nyata telah ditunjukkan dengan keberhasilan dalam melaksanakan berbagai langkah-langkah reformasi internal
2

dan

TNIAU

melalui

Pembinaan

Potensi

Kedirgantaraan

Lihat pasal 27 UUD 1945

27

TNI yang telah diaktualisasikan terus menerus sesuai dinamikan perkembangan reformasi nasional, dengan mengedepankan cara pandang bahwa (1) apapun yang dilakukan TNI senantiasa dalam rangka pemberdayaan institusi fungsional, (2) TNI merupakan bagian dari sistem nasional, (3) apapun yang dilakukan TNI senantiasa dilakukan bersama komponen bangsa lainnya, TNI tidak berpretensi untuk dapat menyelesaikan semua permasalahan bangsa, (4) segenap peran dan tugas TNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilakukan atas kebijakan dan keputusan politik. Berangkat dari cara pandang tersebut, maka TNI dalam menjalankan tugas OMSP (Opersai Militer Selain Perang) melakukan antara lain memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta, membantu tugas pemerintah di daerah,

membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan, serta membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue)3. Penjabaran tugas tersebut menggambarkan adanya kewajiban TNI membantu pemerintah dalam hal keikut sertaan

membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. TNI menyadari bahwa kemajuan pembangunan yang dialami oleh bangsa Indonesia telah menempatkan bangsa Indonesia dalam keadaan yang lebih baik, dalam mencegah dan mengeliminasi permasalahan Nasional serta mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, melalui berbagai kebijakan pemerintah dalam membuat program dan kegiatan
3

Lihat Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, Pasal 7 (2) b.

28

pembangunan yang dilakukan secara konsisten, terpadu dan bersifat lintas sektoral dengan mempertimbangkan kesesuaian tata ruang wilayah, sistem hukum dan kelembagaan yang handal, serta koordinasi dan kerja sama yang solid antara Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dengan satuan kerja perangkat Daerah. Namun demikian, untuk mendapatkan hasil pembangunan yang lebih optimal, maka masih diperlukan upaya sinergitas oleh seluruh unsur Pemerintah termasuk didalamnya TNI pada tataran pelaksanaan program pembangunan, khususnya yang menyentuh masyarakat pada daerah terisolir khususnya daerah rawan, pulau terdepan dan pada daerah perbatasan darat antar negara yang merupakan beranda terdepan NKRI. Keinginan optimalnya hasil program pembangunan, sejalan dengan adanya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, khususnya percepatan program Reformasi birokrasi dan tata kelola, pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan, infrastruktur, iklim investasi dan iklim usaha, energi, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana, daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pascakonflik, kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi, dan prioritas lainnya di bidang politik, hukum, keamanan, perekonomian serta kesejahteraan rakyat. Berangkat dari Instruksi Presiden tersebut, TNI sebagai salah satu komponen bangsa yang memiliki jatidiri sebagai Tentara Rakyat, Tentara

29

Pejuang, Tentara Nasional dan Tentara Profesional dapat berperan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Dimasa damai TNI tidak saja sebagai kekuatan pertahanan yang dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa Indonesia, tetapi juga sebagai kekuatan untuk membantu pemerintah didalam proses pembangunan nasional yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kepekaan masyarakat terhadap berbagai kepentingan pertahanan dan keamanan. Oleh karena itu, dalam rangka memberikan konstribusi yang optimal kepada bangsa dan negara, maka kekuatan, kemampuan serta fasilitas yang dimiliki TNI perlu didayagunakan melalui Optimalisasi Peran TNI yang implementasinya diwujudkan dalam bentuk kerja sama dengan

Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Kem/LPNK) terkait dalam rangka membantu kelancaran pembangunan nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keterkaitan peran TNI dengan program pembangunan dalam proses pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara, dapat terlihat dari hakekat pemberian kewenangan otonomi daerah yang bertujuan memberikan keleluasaan (discretionary power) kepada daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah, sehingga tujuan ini mengandung makna adanya perubahan kepada kehidupan pemerintah daerah yang lebih mengutamakan kepentingan peningkatan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Selain itu juga adanya keinginan untuk

30

mewujudkan

terciptanya

kehidupan

berpemerintahan,

bermasyarakat

dan

bernegara yang memiliki nilai-nilai good governance yang memunculkan nilai demokrasi dan sikap keterbukaan, kejujuran, keadilan, berorientasi kepada kepentingan rakyat dan bangsa, serta bertanggung jawab (akuntable) kepada rakyat. Implementasi Peran TNI dalam membantu pemerintah dalam

melaksanakan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara, dilakukan melalui kegiatan Pembinaan Teritorial dengan metode yaitu Bakti TNI yang merupakan pendayagunaan kemampuan TNI terhadap obyek yang bersifat fisik, dan Pembinaan Ketahanan Wilayah (Bintahwil) dalam rangka membangun kesadaran berbangsa dan bernegara, serta Komunikasi Sosial (Komsos) dalam obyek membina kesadaran mental spiritual sebagai wujud pembinaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, hasil keluaran atas pelaksanaan Pembinaan Teritorial tersebut adalah semata-mata untuk kepentingan membangun kepekaan komponen bangsa dalam mewujudkan Ketahanan Nasional, baik untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan terjaminnya penyiapan pertahanan dan keamanan negara, sehingga kita perlu mengoptimalkan peran bersama antara

Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian dengan TNI serta komponen bangsa lainnya, dengan mengedepankan koordinasi secara intensif dan berkesinambungan tanpa mengedepankan kepentingan sektoral.

31

Maka dari itu keikut sertaan TNI membantu pemerintah dalam percepatan pembangunan pada hakekatnya adalah merupakan partisipasi aktif TNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus konstribusi TNI dalam

pembangunan nasional, dan dilaksanakan dalam bentuk bantuan personel, sarana maupun prasarana, maupun teknis terbatas sesuai kemampuan dan batas kemampuan TNI yang disesuaikan dengan program kerja Kementerian yang dilaksanakan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut serta tidak bersifat intervensi terhadap pemerintah, semua kegiatan didasarkan atas hasil kesepakatan dan kesepahaman bersama yang dituangkan dalam bentuk MoU dengan leading sektor Kementerian terkait.

32

BAB III Kesimpulan dan Saran 3.1. Kesimpulan Optimalisasi Peran TNI merupakan wujud nyata partisipasi aktif TNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sekaligus sebagai konstribusi TNI dalam pembangunan nasional. Adapun bentuk bantuan yang dilaksanakan oleh TNI antara lain bantuan personel, sarana maupun prasarana sesuai kemampuan dan batas kemampuan yang dimiliki TNI. Kesiapan bantuan prajurit TNI disesuaikan dengan program Kementerian terutama kemampuan teknis yang diperlukan dalam kerja sama tersebut. Selain itu, Optimalisasi Peran TNI tidak bersifat intervensi terhadap program pemerintah/ pemerintah daerah, melainkan kesepakatan bersifat kerja membantu sama dan

Kementerian/

LPNK/Pemda

berdasarkan

kesepahaman bersama. Untuk menjamin keharmonisan dalam bekerja sama membangun bangsa dan bernegara perlu disampaikan pemahaman-pemahaman yang sifatnya sangat mendasar dari Optimalisasi Peran TNI dalam membangun bangsa dan bernegara

33

3.2. SARAN Berdasarkan yang telah diuraikan di atas, menjadi atensi kita bersama bahwa tantangan ke depan yang dihadapi bangsa dan negara akan semakin kompleks, oleh karena itu keberhasilan mewujudkan TNI sebagai komponen utama pertahanan negara yang tangguh, dengan tingkat soliditas yang kuat, memiliki jati diri sebagai prajurit TNI, dilengkapi dengan Alutsista yang cukup memadai dan dibanggakan oleh bangsa Indonesia, serta mampu melaksanakan tugas pokok dan tugas-tugas lainnya, sangat tergantung dari dukungan seluruh komponen bangsa.

34

DAFTAR PUSTAKA Dinas Sejarah TNI, Sejarah TNI 1945, Peranan TNI AD, Bandung: Sejarah TNI AD, 1979. Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008. Copyright 2008, Departemen Pertahanan Republik Indonesia ISBN 978-979-8878-04-6 Peraturan Menteri Pertahanan RI No. 16 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pertahanan RI Undang-Undang RI No. 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia http://kemhan.go.id/kemhan/ http://strahan.kemhan.go.id/web/

35

Anda mungkin juga menyukai