Anda di halaman 1dari 20

IMPLEMENTASI TAHAPAN OFSET PERTAHANAN PADA

PENGADAAN SIMULATOR SUKHOI DAN DEGAUSSING DI


KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

IMPLEMENTATION OF DEFENSE OFFSET STAGES ON PROCUREMENT


OF SUKHOI IMULATORS AND DEGAUSSING IN THE REPUBLIC OF
INDONESIA’S MINISTRY OF DEFENCE

Siti Lutfiyanah, Jupriyanto, Danardono Sulistyo Adji


Universitas Pertahanan Indonesia

Abstrak - Pengadaan Alpalhankam dengan mekanisme ofset pertahanan merupakan salah


satu langkah pemerintah agar Industri Pertahanan dapat mandiri. Dengan mekanisme
ofset diharapkan Industri Pertahanan dapat belajar teknologi yang dibutuhkan dalam
pengembangan teknologi Alpalhankam untuk kemandirian Industri Pertahanan di masa
mendatang. Pengadaan Simulator Sukhoi dan Degaussing merupakan salah satu
pengadaan dengan mekanisme ofset pertahanan yang sedang dilakukan oleh
Kementerian Pertahanan. Ada 3 (tiga) tahapan yang harus dilaksanakan oleh
Kementerian Pertahanan dalam pengadaan tersebut; pra-implementasi, implementasi,
dan paska implementasi, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 76 tahun 2014. Saat ini,
pengadaan tersebut masih berada pada tahap pertama yaitu pra-implementasi. Penelitian
ini menganalisa apakah tahapan ofset pertahanan tersebut sudah dilaksanakan sesuai
dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan studi kasus pada tahapan ofset pertahanan pengadaan
Simulator Sukhoi dan Degaussing dengan menggunakan kerangka implementasi
kebijakan. Data diambil dari analisa dokumen pengadaan, studi literatur, dan wawancara.
Temuan dalam penelitian ini adalah implementasi tahapan ofset pertahanan pada
pengadaan simulator Sukhoi dan Degaussing yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 76 tahun 2014. Penelitian ini menunjukkan bahwa tahapan ofset pertahanan yang
sudah sesuai dengan kebijakan yang ada. Penelitian ini berfokus kepada tahapan pra-
implementasi pengadaan simulator Sukhoi dan degaussing. Penelitian tentang tahapan
pengadaan Alpalhankam lain dibutuhkan agar mendapat hasil yang lebih kaya tentang
pelaksanaan implementasi tahapan ofset pertahanan yang dilaksanakan oleh
Kementerian Pertahanan.
Kata kunci: ofset pertahanan, pengadaan Alpalhankam, Simulator Sukhoi, degaussing,
implementasi kebijakan, PP. No. 76 tahun 2014

Abstract - Defense equipment procurement by using defense offset mechanism is a


government step towards self-reliant defense industry. By defense offset mechanism, it is
expected that defense industries can learn required technology needed in the development
of defense equipment technologies for future defense industries. Procurement of Sukhoi
simulator and Degaussing is one of the defense procurement by offset mechanism that is
being conducted by the Ministry of Defence. There are three (3) phases to be implemented in
the procurement; pre-implementation, implementation, and post implementation. This is

Implementasi Tahapan Ofset Pertahanan Pada Pengadaan Simulator Sukhoi ... | Siti Lutifyanah | 49
based on Government Regulation No. 76/2014. Currently, the procurement is still at the first
stage; pre-implementation. This study analyzes whether this defense offset phase has been
implemented in accordance with applicable laws and regulations. This study uses a
qualitative approach with case studies on the stages of defense offset procurement
conducted in Sukhoi simulator and degaussing procurements by using the framework of
policy implementation. Data was drawn from analysis of procurement documents,
literature, and interviews. The study shows that pre-implementation stage in the
procurement of Sukhoi simulator and Degaussing is in accordance with Government
Regulation No. 76/ 2014. This study shows that the defense offset phase is in conformity with
the existing policy. However, further researches on implementation stages on other defense
equipment procurements are still needed in the future.
Keywords: defense offset, defense equipment procurement, sukhoi simulator, degaussing,
policy implementation, government regulation no. 76/2014

Pendahuluan disusun dan dirancang berdasarkan

K
ebijakan dan strategi paradigma capability based planning, dan
pertahanan harus luwes dan bukan berdasarkan perimbangan
mampu menghadapi kekuatan (balance of power). Paradigma
kecenderungan perubahan berbagai ini kemudian yang memungkinkan
faktor. Oleh karena itu, hubungan antara pembangunan kekuatan pertahanan
visi, misi, dan tujuan pembangunan (bangkuathan) Indonesia ditujukan untuk
nasional penting untuk dikaitkan dengan menjaga segenap kegiatan perekonomian
tujuan pembangunan pertahanan yang dalam rangka mensejahterakan rakyat,
sifatnya sektoral dengan perubahan karena kegiatan perekonomian dapat
lingkungan strategis yang sedang mendukung kesejahteraan rakyat (butter)
berlangsung, namun tetap berpedoman di satu sisi, dan pertahanan (gun) di sisi
pada lingkungan yang sifatnya hakiki. Hal yang lain.
ini berarti, bahwa pembangunan Adapun capability based planning
kekuatan pertahanan (bangkuathan) dibangun untuk menghadapi ancaman
diarahkan sebagai alat pertahanan yang yang semakin dinamis dan tidak
defensif agar Kedaulatan Negara berskenario rigid, serta tidak terbatas
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada aktor negara, melainkan juga aktor
senantiasa terjaga sesuai dengan amanat non-negara dan juga aktor non-manusia
UUD 1945 (Yusgiantoro, 2014). Oleh (alam). Untuk mendukung capability
karena hal tersebut, Kekuatan Pokok based planning, maka segala sumber daya
Minimum (Minimum Essential Force, MEF) alam yang dimiliki Indonesia harus juga

50 | Jurnal Prodi Ekonomi Pertahanan | April 2017, Volume 3 Nomor 1


dilindungi guna menuju model namun tetap melibatkan industri
pemenuhan bangkuathan yang autarky, dalam negeri salah satunya melalui
yakni model dengan asumsi kemandirian mekanisme joint production, mekanisme
yang tinggi. Adapun Indonesia kini masih ofset atau Imbal Dagang (counter trade)
bergantung pada siklus rantai pasokan sesuai dengan Peraturan Menteri
global (Global Supply Chain) sebagai Pertahanan No. 19 tahun 2012, Undang-
model pemenuhan bangkuathan. Undang No. 16 tahun 2012 tentang
Salah satu cara yang dilakukan Industri Pertahanan, dan Peraturan
pemerintah Indonesia untuk Pemerintah No. 76 tahun 2014 tentang
meningkatkan kapabilitas Industri Mekanisme Imbal Dagang Dalam
Pertahanannya adalah dengan Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan
mekanisme ofset pertahanan. Ofset dan Keamanan Dari Luar Negeri.
pertahanan merupakan jenis kewajiban Pelaksanaan mekanisme ofset
kontra-perdagangan yang berkaitan pertahanan untuk pengadaan peralatan
dengan alih teknologi pertahanan yang pertahanan di Indonesia telah
diperlukan oleh negara pengimpor berlangsung sejak awal tahun 1960-an,
sebagai bagian dari kontrak pengadaan meski secara efektif baru dilakukan ketika
besar untuk ekspor senjata, peralatan dan IPTN, PT.PAL, dan PT. Pindad menjalin
layanan terkait (DAPA, 2010). Ofset kerja sama dengan negara produsen
pertahanan telah dilaksanakan dalam persenjataan dan industri strategis pada
perdagangan senjata global selama lima pertengahan tahun 1970, dengan
dekade terakhir sejak ofset pertama berbagai variasi persenjataan dan industri
antara AS dan Eropa dalam perdagangan strategis, dari mulai persenjataan ringan,
senjata (Weida, 2001) roket, helicopter, kapal cepat, korvet,
Kebijakan pemerintah Indonesia hingga pesawat (Muradi, 2008). Akan
terkait ofset dalam pemenuhan tetapi, praktik ofset pertahanan di
kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan Indonesia belum dapat memenuhi
dan Keamanan (Alpalhankam) adalah kebutuhan persenjataan pertahanan
mengutamakan produk dalam negeri, secara integral, disebabkan oleh berbagai
apabila industri pertahanan dalam kendala yang melingkupi yakni: kesiapan
negeri belum mampu maka sumber daya manusia (SDM),
menggunakan produk luar negeri kemampuan anggaran, dan sumber daya

Implementasi Tahapan Ofset Pertahanan Pada Pengadaan Simulator Sukhoi ... | Siti Lutifyanah | 51
lainnya, seperti bahan dasar pembuatan Implementasi adalah kegiatan
persenjataan seperti besi baja dan lain administrasi dalam menafsirkan
sebagianya. komitmen kebijakan (Gerston, 2008).
Sesuai dengan rencana strategis Implementasi merupakan salah satu
pertahanan negara, Indonesia saat ini tahapan dalam kebijakan publik. Afan
sedang melakukan alih teknologi untuk Gaffar (2009) menyatakan bahwa
simulator Sukhoi dan degaussing. implementasi merupakan rangkaian
Permintaan untuk teknologi tersebut aktifitas dalam rangka menghantarkan
belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh kebijakan kepada masyarakat sehingga
produsen dalam negeri terkait kendala kebijakan tersebut dapat membawa hasil
kemampuan jumlah produksi. Oleh sebagaimana yang diharapkan. Rangkaian
karena itu, pemerintah melakukan joint kegiatan tersebut mencakup persiapan
production dengan perusahaan luar seperangkat peraturan lanjutan yang
negeri untuk pemenuhan permintaan merupakan interpretasi dari kebijakan
tersebut. tersebut.
Ofset pertahanan merupakan hal Van Meter dan Van Horn dalam
yang penting dalam pemenuhan Purwanto dan Suliyastuti (2012)
Alpalhankam dan pengembangan Industri menyebutkan bahwa implementasi
Pertahanan Indonesia. Ada beberapa kebijakan mencakup kegiatan yang
langkah yang dilakukan sebelum ofset dilakukan oleh publik maupun individu
pertahanan dilakukan. Dari penjabaran yang bertujuan mencapai tujuan yang
tersebut diatas, penelitian ini menganalisa sudah ditetapkan berdasarkan kebijakan.
tentang bagaimana implementasi ofset Hal ini mencakup upaya untuk mengubah
pertahanan Indonesia dengan studi kasus keputusan menjadi istilah operasional
pada pengadaan simulator Sukhoi dan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan
degaussing. dalam kebijakan.
Abdullah dan Smith dalam Tachjan
Tinjauan Teoritis
(2006) menyebutkan bahwa unsur-unsur
Implementasi Kebijakan
implementasi kebijakan terdiri dari unsur
Untuk dapat menganalisa implementasi
pelaksana (implementor), program yang
tahapan ofset ini, maka perlu dipahami
dilaksanakan, dan target groups. Donald
terlebih dahulu pengertian implementasi.
Van Meter dan Carl Van Horn dalam

52 | Jurnal Prodi Ekonomi Pertahanan | April 2017, Volume 3 Nomor 1


Nugroho (2012) menyebutkan bahwa Ofset Pertahanan dan Tahapan Ofset
implementasi kebijakan bekerja secara Pertahanan Indonesia

linear dalam proses kebijakan. U.S. Department of Commerce

Selanjutnya Van meter dan Van Horn mendefinisikan ofset sebagai praktik

menyatakan bahwa ada 6 (enam) variabel kompensasi yang diperlukan sebagai

(atau kelompok variabel) yang harus syarat pembelian untuk penjualan antar

diperhatikan karena dapat pemerintah dan pemerintah maupun

mempengaruhi keberhasilan pemerintah dan komersial penjualan

implementasi, yakni, Tujuan Kebijakan produk dan/atau jasa pertahanan. Secara

dan Standar yang jelas, Sumberdaya, umum, ofset didefinisikan sebagai

Kualitas Hubungan Inter-Organisasional, pengaturan antara pemerintah nasional

Karakteristik Lembaga/organisasi dan pemasok senjata asing untuk

pelaksana, Lingkungan politik, sosial dan memberikan arahan mengenai manfaat

ekonomi, dan Disposisi/tanggapan atau dari kontrak pembelian senjata suatu

sikap para pelaksana. Sedangkan George negara.

Edward III (dalam Nugroho, 2012) Ofset dapat diklasifikasikan

mengemukakan ada 4 (empat) faktor berdasarkan jenisnya (langsung dan tidak

kritis yang mempengaruhi keberhasilan langsung) (BIS Ofset Database, 2005).

atau kegagalan implementasi. Empat Ofset langsung adalah pengaturan

faktor tersebut adalah komunikasi, kontrak yang melibatkan klausul

sumber daya, disposisi atau sikap pertahanan dan jasa yang disebut dalam

pelaksana implementasi, dan struktur perjanjian penjualan untuk ekspor militer.

birokrasi. Transaksi ini secara langsung berkaitan

Dalam menganalisa implementasi dengan barang pertahanan atau jasa yang

tahapan ofset, penelitian ini diekspor oleh perusahaan pertahanan

menggunakan irisan variabel dari ketiga biasanya dalam bentuk produksi bersama,

unsur kebijakan yang sudah disebutkan subkontrak, alih teknologi, pelatihan,

diatas, yaitu, komunikasi, sumber daya, produksi berlisensi, atau aktivitas

disposisi/sikap pelaksana, karakteristik pendanaan. Ofset tidak langsung adalah

instansi pelaksana, dan standar dan pengaturan kontrak yang melibatkan

tujuan kebijakan. barang pertahanan dan jasa terkait


dengan ekspor direferensikan dalam

Implementasi Tahapan Ofset Pertahanan Pada Pengadaan Simulator Sukhoi ... | Siti Lutifyanah | 53
perjanjian penjualan. Transaksi ini tidak penetapan faktor pengali, komunikasi
secara langsung berhubungan dengan antar pemangku kepentingan KLO dan
barang pertahanan atau jasa yang penetapan nilai KLO. Untuk dapat
diekspor oleh perusahaan pertahanan. diberlakukan KLO maka pengadaaan
Jenis-jenis ofset yang dianggap tidak Alpalhankam merupakan pengadaan dari
langsung termasuk pembelian, investasi, luar negeri serta terdapat analisa
pelatihan, pendanaan, bantuan keberlakuan KLO.
pemasaran/ekspor, dan alih teknologi. Tahapan implementasi dibagi
Ofset pertahanan Indonesia menjadi 3 kegiatan utama, yaitu kontrak
berupa ofset langsung dan tak langsung. Kemhan dengan principal, kontrak
Ofset yang dilaksanakan dalam principal dengan Industri Pertahanan, dan
pengadaan simulator Sukhoi merupakan penyelesaian kontrak KLO. Tahapan
ofset langsung, sedangkan degaussing paska implementasi merupakan tahapan
merupakan ofset tak langsung. Dalam terakhir dan merupakan efek jangka
pelaksanaannya, tahapan ofset panjang yang diharapkan dalam proses
pertahanan Indonesia menggunakan PP pengadaan ofset ini. Dari segi teknologi,
No. 76 tahun 2014. Tahapan ofset ofset pertahanan diharapkan dapat
pertahanan dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu menciptakan produk baru, meningkatkan
pra-implementasi, implementasi, dan pengetahuan dan keahlian, meningkatkan
paska implementasi. metoda, fasilitas, alat bantu, adanya
Tahapan pra-implementasi terdiri sertifikasi dan lain sebagainya.
dari lima aktivitas kegiatan, yaitu Tahapan tersebut dapat dilihat pada
persyaratan Kandungan Lokal dan/Ofset gambar berikut:
(KLO), penetapan aktivitas KLO,

54 | Jurnal Prodi Ekonomi Pertahanan | April 2017, Volume 3 Nomor 1


Dokumen Proposal Evaluasi Perjanjian Implementasi Evaluasi Penyelesaian
Persyaratan KLO Proposal Program Program KLO & Kajian Program KLO
KLO Pabrikan KLO KLO Program
KLO

 Pemaknaan Kompetensi, Manfaat Penguasaan Pemantauan Audit & Penutupan


Strategi KLO Kemampuan Optimal KLO Teknologi Akuisisi Pengkajian Program
 Penentuan Indhan Kunci Teknologi Kunci Program KLO
Nilai KLO Penerima Pengendalian
KLO
 Mensyahkan KLO Kinerja Program
Tim KLO KLO

Klarifikasi & Negosiasi


Database
Industri Audit Pasca Implementasi
Audit Penerima KLO Audit Pelacakan
Informasi
Pasar

Database
Teknologi

DOKUMEN STRATEGI KLO

PRA-IMPLEMENTASI IMPLEMENTASI PASCA IMPLEMENTASI

Gambar 1. Tahapan Ofset Pertahanan Indonesia


Sumber: FX. Sudharmono. (2015). Seminar Kandungan Lokal dan Ofset Pertahanan. Kemhan

Implementasi Tahapan Ofset Pertahanan Pada Pengadaan Simulator Sukhoi ... | Siti Lutifyanah | 55
Vats et. al (dalam Kirchwehm, 2014) dapat dilakukan. Langkah-langkah
menyatakan bahwa dalam ofset, tersebut dibutuhkan karena Industri
pembangkit nilai bagi semua pihak yang Pertahanan negara pembeli umumnya
terlibat adalah kunci dan dapat dicapai masih pada tahap awal partisipasi dalam
melalui proses bertahap yang rantai pasokan, namum mereka
merangkum semua pihak dalam mencapai mempunyai peluang besar untuk
nilai ekonomi, komersial, dan kemampuan mengembangkan dan menciptakan nilai
pertahanan. Untuk menggerakkan (value). Berikut adalah fase
ekonomi di negara pembeli, langkah- perkembangan dalam ofset:
langkah di bawah ini

Gambar 2. Fase perkembangan ofset


(Sumber: AT Kearney, 2013)

56 | Jurnal Prodi Ekonomi Pertahanan | April 2017, Volume 3 Nomor 1


Program ofset dapat memainkan tahapan pra-implementasi tertanggal 29
bagian yang kuat dalam mempercepat Januari sampai 29 September 2015. Selain
perkembangan, tetapi tidak ada satu itu, data diambil dari wawancara dengan
ukuran yang tepat untuk semua set tim ofset Kementerian Pertahanan RI dan
langkah-langkah dalam menjamin studi literatur.
kesuksesan. Kesuksesan dalam program Penelitian ini menggunakan cross
ofset memiliki kesamaan, bahwa program case analysis dalam menganalisa studi
ini secara efektif dapat mengatasi 3 kasus yang disajikan. Khan & Van
masalah, yaitu bagaimana negara Wynsberghe (2008) menyatakan bahwa
menghadapi strategi yang dipilih, cross case analysis merupakan metode
mengembangkan faktor enabler, dan penelitian yang memfasilitasi
bagaimana mewujudkan penawaran. perbandingan persamaan dan perbedaan
kegiatan, proses, dan kejadian dari unit
Metodologi
analisis dalam studi kasus.
Penelitian ini menggunakan metode
Hasil dan Pembahasan
kualitatif untuk mengetahui implementasi
Studi Kasus Simulator Sukhoi
tahapan ofset dalam pengadaan
Simulator Sukhoi Su-27 dan Su-30
Alpalhankam khususnya pada pengadaan
merupakan pengadaan Alpalhamkam luar
simulator Sukhoi dan degaussing. Subjek
negeri dengan dua calon penyedia
penelitian ini adalah Kementerian
barang/jasa (principal) JSC Aviaton
Pertahanan khususnya Direktorat
Holding Company Sukhoi, Rusia dan Poly
Teknologi Industri Pertahanan Potensi
Technologies, China. Tahapan ofset dalam
Pertahanan Kementerian Pertahanan RI.
Sedangkan Objek dari penelitian ini Simulator Sukhoi diawali dengan analisa
persyaratan Kandungan Lokal dan Ofset
adalah implementasi tahapan ofset
(KLO). Berdasarkan UU No. 16 tahun 2012,
Kementerian Pertahanan RI (dalam hal
pengadaan Simulator Sukhoi 27 & 30 ini
ini: tahapan pra-implementasi) dalam
termasuk dalam pengadaan luar negeri
pengadaan Simulator Sukhoi dan
dan berlaku KLO (Kandungan Lokal dan
degaussing. Dalam penelitian ini sampel
Ofset).
yang diambil adalah dokumen
implementasi ofset dalam pengadaan Kegiatan selanjutnya dalam tahapan
pra implementasi adalah penetapan
simulator Sukhoi dan degaussing dalam

Implementasi Tahapan Ofset Pertahanan Pada Pengadaan Simulator Sukhoi ... | Siti Lutifyanah | 57
aktivitas KLO yang terdiri dari identifikasi Imbal Dagang terhadap pengembangan
Industri Pertahanan dan penerima KLO, perekonomian nasional. Faktor pengali ini
identifikasi struktur teknologi, dan dibutuhkan untuk nilai item komponen
identifikasi aktivitas KLO. Pada identifikasi dagang sebagai dasar dalam menentukan
Industri Pertahanan & penerima KLO nilai perkiraan harga.
ditetapkan Industri Pertahanan yang Simulator Sukhoi ini merupakan
sesuai untuk pengadaan teknologi ini pengadaan ofset langsung, kegiatan
adalah PT. LEN, PT. Dirgantara Indonesia, dalam pengadaan ini terdiri dari alih
PT. TES, dan PT. Infoglobal. Struktur teknologi dari aplikasi negara asal ke
teknologi dalam pengadaan simulator Industri Pertahanan Indonesia. Alih
Sukhoi terdiri dari Full Mission Simulator teknologi tersebut terdiri dari (a) semua
(FMS) dan Flight Training Device (FTD). kode sumber software terintegrasi
Selanjutnya dilakukan pemetaan dan/atau dikembangkan selama FMS
tentang lokal konten dan potensi lokal PROGRAM, (b) Berbagi desain
konten serta kegiatan ofset yang belum terkomputerisasi dan rekayasa data
secara penuh dikuasai oleh Industri (online jika memungkinkan), (c)
Pertahanan dalam negeri. Lokal konten Memberikan pelatihan dan dukungan
dan potensi lokal konten dalam teknis, dan (d) Berbagi data integrasi
pengadaan simulator Sukhoi ini terdiri komputerisasi secara interaktif.
dari Cockpit, Modelling, dan Visual system. Setelah penentuan nilai ofset, maka
Kegiatan ofset terdiri dari subsistem dilakukan komunikasi antar pemangku
simulator yang belum dikuasai secara kepentingan KLO. komunikasi yang
penuh oleh Industri Pertahanan, seperti, pertama berupa Komunikasi Kemhan
Modelling (khususnya aircraft data (initial dengan calon penyedia barang/jasa
data package)), Radar system, Control (principal) dalam bentuk
loading system, Motion system/G-seat, G- Aanwijzing/Explanation Procurement Of
suit and Vibration Generation. Simulator Sukhoi 27 & 30. Selanjutnya
Setelah menentukan struktur adalah komunikasi Kementerian
teknologi yang dibutuhkan, selanjutnya Pertahanan (Kemhan) dengan Industri
dilakukan penetapan faktor pengali. Pertahanan dalam hal ini rapat koordinasi
Faktor pengali ini merupakan nilai dari di Potensi Pertahanan Kementerian
hasil perhitungan dampak komponen Pertahanan (Pothan Kemhan) dengan PT

58 | Jurnal Prodi Ekonomi Pertahanan | April 2017, Volume 3 Nomor 1


LEN, PT Infoglobal, PT Dirgantara Setelah itu dilakukan penetapan
Indonesia, PT TES. Yang terakhir adalah aktivitas KLO yang meliputi identifikasi
komunikasi calon principal (Poly Industri Pertahanan, identifikasi struktur
Technologies, Cina dan JSC Aviaton teknologi, dan identifikasi aktifitas KLO.
Holding Company Sukhoi, Rusia) dengan Dalam identifikasi Industri Pertahanan,
Industri Pertahanan. tim ofset menentukan Industri
Setelah komunikasi, maka Pertahanan dan penerima KLO
ditetapkanlah nilai KLO. Dalam tahapan berdasarkan database teknologi yang
ini, pertama dilakukan evaluasi proposal diperlukan sehingga dapat meningkatkan
dengan principal memasukkan semua kemampuan dan kapasitas Industri
proposal KLO dan melakukan identifikasi Pertahanan dalam negeri. Dalam
tawaran pada proposal KLO dengan pengadaan degaussing ini, Industri
aktivitas yang diinginkan dalam KLO. Pertahanan yang ditetapkan dalam
Berikutnya adalah penentuan nilai KLO pengadaan degaussing adalah PT PAL, PT
yang mencapai batas minimum 35%. Pada LEN, dan PT Infoglobal.
saat pengambilan data, seluruh rangkaian Struktur teknologi yang
kegiatan ini telah selesai dan masih diidentifikasi untuk pengadaan
menunggu dari pihak Poly China untuk degaussing ini terdiri dari Degaussing
menyampaikan sanggahannya. System; Services: FAT, Installation Setting
to Work, HAT & SAT; Ranging Assistance;
Studi Kasus Degaussing
Training; Spare Part; dan Portable
Degaussing merupakan salah satu
Magnetic Range. Dalam kegiatannya, ofset
Alpalhalkam yang diadakan melalui sistem
degaussing ini meliputi pelatihan desain
ofset dari luar negeri. Pengadaan
dan integrasi degausser untuk corvet dan
Alpalhankam ini termasuk dalam ofset
frigate TNI AL, pelatihan pemeriksaan
tidak langsung. Alpalhankam ini
kualitas untuk desain terintegrasi
mempunyai 2 calon penyedia barang/jasa
degaussing, pelatihan untuk desain dan
(principal), yakni ECA EN, Perancis; dan
teknologi deperming, sistem magnetic
SAAB, Swedia. Dalam pelaksanaannya,
ranging, dan alih teknologi untuk
tim ofset melakukan analisa terlebih
instrumen pengukuran mobile degausser.
dahulu mengenai kandungan lokal dan
Setelah menentukan struktur teknologi
ofset.

Implementasi Tahapan Ofset Pertahanan Pada Pengadaan Simulator Sukhoi ... | Siti Lutifyanah | 59
yang dibutuhkan, selanjutnya dilakukan mempertimbangkan batas minimal KLO
penetapan faktor pengali. sebesar 35%. Pada saat pengambilan data,
Apabila faktor pengali sudah seluruh rangkaian telah selesai dan
ditentukan, maka diadakan komunikasi menunggu keputusan pemenang dari
antar pemangku kepentingan KLO. Menteri Pertahanan.
Komunikasi ini terdiri dari komunikasi
Perbandingan Pengadaan Simulator
Kemhan dengan calon principal,
Sukhoi dan Degaussing
komunikasi Kemhan dengan Industri
Dalam praktiknya, walaupun degaussing
Pertahanan, dan komunikasi calon
merupakan ofset tidak langsung dan
principal dengan Industri Pertahanan.
simulator Sukhoi merupakan ofset
Komunikasi Kemhan dengan calon
langsung, implementasi tahapan
principal berupa Aanwijzing/penjelasan
pelaksanaan ofset untuk simulator dan
mengenai pengadaan Degaussing Corvet
degaussing tidak terdapat perbedaan.
Sigma Class. Komunikasi Kemhan dengan
Keduanya telah dilaksanakan sesuai
Industri Pertahanan berupa rapat
dengan PP No. 76 tahun 2014.
koordinasi antara Kemhan (dalam hal ini
Kegiatan tahapan pra implementasi
Pothan Kemhan) dengan PT PAL, PT. LEN
ofset simulator Sukhoi dan degaussing
dan PT. Infoglobal. Setelah komunikasi
dimulai dengan menentukan jenis
tersebut dilakukan maka selanjutnya
pengadaan. Baik simulator Sukhoi dan
adalah komunikasi antara Industri
degaussing keduanya merupakan
Pertahanan penyedia (dari luar negeri)
pengadaan luar negeri dengan JSC
dengan Industri Pertahanan Indonesia,
Aviaton Holding Company Sukhoi, Rusia
dalam hal ini antara ECA Prancis dan SAAB
dan Poly Technologies, China sebagai
dengan Industri Pertahanan terkait.
penyedia barang/jasa (principal) untuk
Penetapan nilai KLO merupakan
simulator Sukhoi dan ECA EN (Perancis)
kegiatan terakhir dalam tahapan pra-
dan SAAB (Swedia) sebagai principal
implementasi ini. Kegiatan ini terdiri dari
untuk degaussing.
evaluasi proposal KLO dan perhitungan
Setelah penentuan jenis pengadaan,
nilai KLO. Kegiatan evaluasi dilakukan
selanjutnya dilakukan analisa keberlakuan
dengan mengidentifikasi tawaran pada
Kandungan Lokal dan Ofset (KLO). Dalam
proposal KLO dengan aktivitas yang
praktiknya, kedua pengadaan ini
diinginkan dalam KLO dengan

60 | Jurnal Prodi Ekonomi Pertahanan | April 2017, Volume 3 Nomor 1


melakukan analisa keberlakuan KLO selanjutnya adalah menentukan aktivitas
seperti terlihat dalam dokumen yang KLO. Aktivitas KLO ditetapkan
didapat dalam penelitian. berdasarkan identifikasi teknologi yang
Kegiatan selanjutnya adalah dapat diproduksi oleh masing-masing
penentuan industri pertahanan dan Industri Pertahanan. Dari segi aktivitas
penerima KLO. Dalam pelaksanaannya, KLO, simulator Sukhoi dan degaussing
baik simulator Sukhoi dan degaussing mempunyai perbedaan. Dalam simulator
melakukan identifikasi untuk menentukan Sukhoi, aktivitas KLO berfokus kepada
industri pertahanan penerima KLO. pengembangan teknologi yang belum
Setelah identifikasi ditetapkan PT. mampu diproduksi oleh Industri
Dirgantara Indonesia (PT. DI), PT: LEN Pertahanan dalam negeri, sedangkan
Industri, PT. Technology & Engineering dalam degaussing aktivitas KLO berupa
Simulation (PT. TES), dan PT. Infoglobal pelatihan dan penelitian bersama karena
Teknologi Semesta sebagai industri Industri Pertahanan Indonesia belum
pertahanan dan penerima KLO untuk mampu memproduksi Alpalhankam ini.
pengadaan simulator Sukhoi. Sedangkan Penentuan faktor pengali
untuk degaussing, ditetapkan PT. PAL, PT. merupakan kegiatan selanjutnya untuk
LEN dan PT. Infoglobal sebagai Industri menentukan nilai item komponen dagang
Pertahanan penerima KLO. sebagai dasar dalam menentukan nilai
Setelah menentukan Industri perkiraan harga. Dalam pelaksanaannya,
Pertahanan dan KLO, maka selanjutnya penentuan faktor pengali dilaksanakan
ditetapkan struktur teknologi yang baik dalam pengadaan simulator Sukhoi
dibutuhkan. Dalam kegiatan ini, baik maupun degaussing.
simulator Sukhoi dan degaussing Kegiatan selanjutnya adalah
mengidentifikasi struktur teknologi yang komunikasi antar pemangku kepentingan
dibutuhkan oleh masing-masing industri dalam KLO. Yang termasuk dalam
pertahanan untuk memproduksi kegiatan ini adalah komunikasi kemhan
simulator Sukhoi dan degaussing. dengan calon principal, komunikasi
Identifikasi aktivitas KLO kemhan dengan Industri Pertahanan, dan
merupakan kegiatan lanjutan dari komunikasi calon principal dengan
identifikasi struktur teknologi. Setelah industri pertahanan. Dari data yang
struktur teknologi diidentifikasi, maka diperoleh, dokumen untuk pengadaan

Implementasi Tahapan Ofset Pertahanan Pada Pengadaan Simulator Sukhoi ... | Siti Lutifyanah | 61
simulator Sukhoi menunjukkan adanya simulator dapat membuat dan
komunikasi Kemhan dengan calon mengembangkan simulation software
principal dan industri pertahanan, juga simulator secara mandiri. Hal ini juga
terdapat komunikasi antara calon dilakukan untuk memberikan kesempatan
principal dengan Industri Pertahanan. dan akses kepada Industri Pertahanan
Kegiatan terakhir dalam tahapan bidang simulator untuk melaksanakan
pra implementasi ini adalah evaluasi aircraft data gathering pada pesawat yang
proposal KLO dan perhitungan nilai KLO. dimiliki pemerintah, sehingga simulator
Dalam pengadaan kedua ini telah software tetap bisa dikembangkan seperti
dilaksanakan evaluasi proposal dan yang telah dikembangkan oleh Cina dalam
perhitungan nilai KLO. mengembangkan industri simulatornya.
Dari segi kegiatan ofset yang Berbeda dengan simulator Sukhoi,
dilakukan dalam pengadaan simulator ofset pada degaussing melibatkan Industri
Sukhoi dan degaussing terdapat Pertahanan dalam negeri secara penuh
perbedaan dalam hal kegiatan ofset yang mulai dari instalasi sistem degaussing dan
dilakukan. Pengadaan simulator Sukhoi peralatan ukurnya sampai dengan
Su-27dan Su-30 berfokus kepada metode pengujian. Hal ini menyangkut
pengadaan produk dan alih teknologi pemahaman terhadap prosedur kerja dan
yang dilakukan. Akan tetapi, berhubung pengujian, pelaksanaan instalasi sampai
sebagian besar struktur produk dalam dengan setting to work, pelaksanaan
pengadaan ini dapat diproduksi oleh pengujian berdasarkan standar yang
Industri Pertahanan dalam negeri, maka diacu dan sepenuhnya melibatkan industri
ofset yang diberlakukan berupa alih lokal dalam pembangunan portable
teknologi dalam desain dan manufaktur magnetic ranging sebagai alat ukur
yang belum dikuasai oleh Industri kemagnetan. Alih teknologi juga
Pertahanan dalam negeri. Selain itu, merupakan ofset yang dilakukan dalam
dalam hal aircraft data (initial data pengadaan degaussing ini. Alih teknologi
package), Kementerian Pertahanan berfokus kepada pelatihan tentang
memberlakukan hal tersebut sebagai desain dan engineering kemagnetan
salah satu prasyarat dalam kontrak kapal, pengetahuan tentang deperming,
pengadaan pesawat. Hal ini dilakukan dan pelatihan tentang magnetic ranging.
agar Industri Pertahanan bidang

62 | Jurnal Prodi Ekonomi Pertahanan | April 2017, Volume 3 Nomor 1


Analisis Implementasi Kebijakan Dan Agar implementasi dapat berjalan,
Manfaat Ekonomi maka harus mempunyai tujuan kebijakan
Simulator Sukhoi merupakan bentuk dan standar yang jelas. Hal ini mencakup
ofset langsung dan degaussing rincian mengenai sasaran yang ingin
merupakan bentuk ofset tak langsung. dicapai melalui kebijakan beserta standar
Walaupun begitu, kedua bentuk ofset ini untuk mengukur pencapaiannya. Dalam
mempunyai praktik yang sama dalam tahapan ofset pertahanan ini mempunyai
tahapan pengadaannya. Yang tujuan kebijakan dan standar yang jelas.
membedakan adalah bentuk ofset yang Kebijakan tersebut diambil dari UU NO. 16
dilakukan oleh simulator Sukhoi dan tahun 2012 dan PP No. 76 tahun 2014
degaussing. Dalam simulator Sukhoi, sebagai dasar dalam operasional
bentuk ofset terbatas pada kemampuan pelaksanaan ofset pertahanan.
yang belum dimiliki oleh Industri Sumber daya yang dimaksud dalam
Pertahanan dalam negeri. Sedangkan implementasi ini adalah staff, informasi,
dalam degaussing melibatkan Industri kewenangan, dan fasilitas. Dari segi staf
Pertahanan dalam negeri secara penuh pelaksana kegiatan ofset pertahanan ini
mulai dari instalasi sistem degaussing dan hanya terdiri dari tim Kemhan yang
peralatan ukurnya sampai dengan berjumlah 4 (empat) tenaga ahli dan 3
metode pengujian. Dalam hal ini, ofset orang dari Kemhan. Menurut
berupa joint research dan penguasaan narasumber, sumber daya tersebut masih
teknologi. kurang, karena belum mewadahi semua
Apabila dilihat dari implementasi kepentingan.
kebijakan, ada beberapa poin untuk Yang dimaksud dengan informasi
menentukan apakah implementasi disini adalah informasi tentang
kebijakan berjalan dengan baik atau tidak bagaimana melaksanakan kebijakan
diantaranya, tujuan kebijakan dan standar tersebut (berupa petunjuk pelaksanaan-
yang jelas, sumber daya, kualitas petunjuk teknis/juklak-juknis) dan data
hubungan inter-organisasional, yang terkait dengan kebijakan yang akan
karakteristik lembaga/organisasi dilaksanakan. Untuk pengadaan tersebut,
pelaksana, lingkungan politik, sosial dan juklak dan juknis mengacu pada PP No. 76
ekonomi, dan disposisi atau sikap tahun 2014. Dalam peraturan tersebut,
pelaksana. juga memuat data-data yang dibutuhkan

Implementasi Tahapan Ofset Pertahanan Pada Pengadaan Simulator Sukhoi ... | Siti Lutifyanah | 63
untuk melaksanakan kegiatan agar sesuai Karakteristik lembaga/organisasi
juklak dan juknis. pelaksana merupakan komposisi dalam
Dari segi kewenangan, tim ofset implementasi kebijakan. Komposisi dalam
Kemhan mempunyai kewenangan untuk implementasi kebijakan terdiri dari
memberikan penawaran kepada industri- transmisi, kejelasan dan konsistensi. Dari
industri Pertahanan, berkomunikasi segi komposisi, ofset pengadaan
dengan penyedia barang/jasa (principal), simulator Sukhoi dan degaussing ini
melakukan survei dan menentukan dilakukan sepenuhnya oleh Pothan
Industri Pertahanan penerima ofset. Kemhan.
Fasilitas yang digunakan untuk tim ofset Dari dokumen pengadaan yang ada,
dalam mengimplementasikan kebijakan dapat diketahui bahwa dalam komposisi
yang dilaksanakan menginduk kepada ini kejelasan dan konsistensi dalam
Kemhan. Jadi, semua fasilitas yang pelaksanaan sudah terlihat. Dari pihak
digunakan dalam menjalankan kebijakan panitia pengadaan, prosedur sudah
tersebut menggunakan fasilitas yang ada dijalankan sesuai dengan Peraturan
pada Kemhan. Pemerintah No. 76 tahun 2014 dengan
Kualitas hubungan inter- Direktorat Potensi Pertahanan sebagai
organisasional berkaitan dengan pelaksana operasional pengadaan ofset
prosedur dan mekanisme kelembagaan pertahanan.
yang memungkinkan struktur yang lebih Dari dokumen yang tersedia, dapat
tinggi mengontrol agar implementasi disimpulkan bahwa pengadaan
berjalan sesuai dengan tujuan dan degaussing ini sudah sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Dalam prinsip komposisi dimana kebijakan
tahapan pengadaan simulator Sukhoi dan disalurkan pada pejabat yang akan
degaussing, hal ini dapat terlihat dari melaksanakannya.
bagaimana tim ofset Kemhan mengatur Lingkungan politik, sosial dan
hubungan antara penyedia barang dan ekonomi merupakan salah satu
jasa dengan Industri Pertahanan dan komponen dalam implementasi. Hal ini
bagaimana tim ofset memantau mencakup apakah sumberdaya ekonomi
komunikasi antar penyedia barang dan mencukupi; seberapa besar dan
jasa dan Industri Pertahanan. bagaimana kebijakan dapat
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi

64 | Jurnal Prodi Ekonomi Pertahanan | April 2017, Volume 3 Nomor 1


yang ada; bagaimana tanggapan publik dilaksananan sesuai dengan tahapan yang
tentang kebijakan tersebut; apakah elit ada. Hal ini dapat dilihat dari dokumen
mendukung implementasi; dan lain yang berisi tentang informasi industri
sebagainya. Dalam pengadaan simulator penerima ofset, kunjungan atau survei
Sukhoi dan degaussing ini, lingkungan berikut tanggapan atas informasi yang
politik sangat mendukung terutama dari disampaikan. Hal ini menunjukkan respon
diterbitkanya Peraturan Pemerintah No. dan tanggapan pelaksana atas kegiatan
76 tahun 2014 untuk mendukung Undang- yang dilakukan.
Undang No. 16 tahun 2012. Hal ini Ofset dalam jangka panjang
menunjukkan bahwa pemerintah serius diharapkan mampu menciptakan
dalam menjalankan ofset pertahanan. kemandirian Industri Pertahanan.
Dari segi sosial, proses pengadaan ofset Berdasarkan teori fase perkembangan
pertahanan ini disambut antusias oleh ofset AT Kearney, Indonesia saat ini masih
Industri Pertahanan karena dapat berada pada level 1 dalam fase
meningkatkan kapasitas kemampuan perkembangan ofset, yaitu seed phase.
Industri Pertahanan di masa depan. Dalam fase ini, pemerintah masih
Sedangkan dalam sisi ekonomi, proses melakukan investasi finansial dalam
ofset ini merupakan rencana jangka pembelian barang dan penguasaan
panjang yang hasilnya akan dinikmati di teknologi inti yang akan dikembangkan di
masa mendatang. negara pembeli.
Disposisi dalam implementasi Ofset yang dilakukan Kemhan saat
merupakan sikap dan komitmen dari ini masih merupakan tahapan awal dalam
pelaksana terhadap kebijakan atau menciptakan kemandirian Industri
program yang harus mereka laksanakan. Pertahanan. Hasil dari segi ekonomi
Ada tiga unsur utama dalam disposisi ini dalam jangka panjang seperti
yaitu kognisi (pemahaman pelaksanaan berpartasipasi dalam rantai pasokan
terhadap kebijakan), arahan dan global dan menjadi salah satu negara
tanggapan pelaksana; dan intensitas dengan kemampuan ekspor pertahanan
respon dan tanggapan pelaksana. belum dapat dirasakan secara langsung.
Dari dokumen yang tersedia, Akan tetapi, efek ekonomi dalam segi
disposisi dalam pengadaan simulator jangka pendek seperti mulai dibentuknya
Sukhoi dan degaussing sudah KKIP merupakan salah satu efek ekonomi

Implementasi Tahapan Ofset Pertahanan Pada Pengadaan Simulator Sukhoi ... | Siti Lutifyanah | 65
dari ofset pertahanan. Dalam siaran pers Su-30 dan degaussing sudah sesuai
Kementerian Pertahanan (01/03/2011), dengan prosedur yang tertuang dalam
KKIP mempunyai rencana program yang Peraturan Pemerintah No. 76 tahun 2014.
bersifat normatif, dinamis, RUU Perbedaan dalam tahapan
Revitalisasi Industri Strategis Pertahanan pelaksanaan ofset langsung (simulator
dan Keamanan, produk strategis, dan Sukhoi Su-27& 30) dan ofset tak langsung
evaluasi manajemen BUMNIP. (degaussing) terletak pada kegiatan ofset
Program-program ini meliputi yang dilaksanakan. Kegiatan ofset
bidang kebijakan, Litbangyasa, Alutsisa, langsung berfokus kepada produksi
Non Alutsista dan Kerjasama. Selain itu, bersama dan alih teknologi komponen
pembentukan KKIP bertujuan untuk yang belum dapat dikuasai ataupun
mewujudkan revitalisasi dan diproduksi oleh Industri Pertahanan
pengembangan industri pertahanan dalam negeri. Sedangkan kegiatan ofset
dengan memberikan peluang kepada tak langsung berfokus kepada joint
BUMNIP bahwa produknya digunakan research dan pendampingan pelatihan
untuk memenuhi sarana pertahanan. dan penguasaan produk dari tahapan
Agar ofset pertahanan ini dapat berjalan awal sampai menjadi produk utuh serta
sesuai dengan Undang Undang dan dapat penjaminan penguasaan teknologi untuk
berkembang menjadi fase-fase berikutnya penerima ofset pertahanan.
maka pengawasan yang ketat harus Dalam hal implementasi kebijakan,
dilakukan. tahapan-tahapan yang dilaksanakan
sudah sesuai dengan prosedur yang
Kesimpulan
tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat
No. 76 tahun 2014. Sikap para pelaksana
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
kebijakan pun sudah sesuai dengan
dalam pelaksanaan tahapan ofset
prinsip-prinsip implementasi kebijakan
pertahanan langsung dan tak langsung
dimana pelaksana kebijakan mempunyai
seperti terlihat dalam pelaksanaan
sikap dan komitmen untuk melaksanakan
tahapan ofset pertahanan pada simulator
prosedur berdasarkan peraturan yang
Sukhoi Su-27dan Su-30 serta degaussing.
ada. Hal ini juga didukung oleh lingkungan
Pelaksanaan tahapan ofset yang
sosial, ekonomi dan politik yang kondusif.
dilakukan untuk simulator Sukhoi Su-27&

66 | Jurnal Prodi Ekonomi Pertahanan | April 2017, Volume 3 Nomor 1


Pengadaan Alpalhankam yang ada Rogerson. 1995. “Incentive Models Of
The Defense Procurement Process”.
saat ini masih berfokus kepada
Handbook Of Defense Economics,
kebutuhan untuk menggerakkan Industri hal. 318
Pertahanan belum fokus kepada core Sadler, Todd & Hartley, Keith. 2007.
Handbook of Defense Economics Vol
technology yang akan dikembangkan di
2, hal. 963, 982, dan 1161
masa mendatang. Hal ini terlihat dari Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan
ofset yang dilaksanakan dalam Publik. Bandung: AIPI-Puslit KP2W
Lemlit Unpad
pengadaan simulator Sukhoi Su-27& Su-30
Wahab, Solichin A. W. 2012. Analisis
dan degaussing. Kebijakan: Dari Formulasi ke
Penyusunan Model-Model
Implementasi Kebijakan Publik.
Daftar Pustaka Jakarta: Bumi Aksara
Buku Wahyuni, Sari. 2012. Qualitative Research
Bitzinger, Richard A. 2009. The Modern Method: Theory and Practice.
Defense Industry. California: Praeger Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Security Yusgiantoro, Purnomo. 2014. Ekonomi
Brandt, Craig M. 2005. Fundamentals of Pertahanan: Teori dan Praktik.
Miltary Logistics: A Primer of the Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Logistic Infrastructure. Ohio: Utama
Defense Institute of Security Jurnal
Assistance Management
A.T. Kearney. (2013). GCC-Defense Offset
Dunn, William N. 2013. Pengantar Analisis Programs: The Thrillion-Dollar
Kebijakan Publik Edisi Kedua. Opportunity
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Bureau of Industry and Security. 2009.
Press
Ofsets in Defense Trade. Fourteenth
Gaffar, Afan. 2009. Politik Indonesia: Study Conducted Pursuant to
Transisi Menuju Demokrasi. Section 309 of the Defense
Yogyakarta, Cetakan V, Pustaka Production Act of 1950, as Amended
Pelajar. U.S. Department of Commerce
Gerston, Larry N. 2010. Public Policy Choi, Hee Jun. (2009). Technology
Making: Process and Principles. Transfer Issues and a New
London: M. E. Sharpe Technology Transfer Model. The
Nugroho, Riant. 2012. Public Policy for the journal of Technology Studies
Developing Countries. Yogyakarta: DAPA (2011). Defense Project
Pustaka Pelajar Management Regulations, ROK
Purwanto, Erwan A & Sulistyastuti, Dyah Defense Acquisition Procurement
R. 2012. Implementasi Kebijakan Administration
Publik: Konsep dan Aplikasinya di DISAM. (1996). The Management of
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Security Assistance. The Defense
Gava Media

Implementasi Tahapan Ofset Pertahanan Pada Pengadaan Simulator Sukhoi ... | Siti Lutifyanah | 67
Institute of Security Assistance Peraturan Presiden No. 41 tahun 2010
Management, 16th Edition tentang Kebijakan Umum
Pertahanan Negara
Guest, Greg, et.al. (2013). Collecting
Qualitative Data: A Field Manual for Undang-Undang No. 16 tahun 2012
Applied Research. Sage Publication tentang Industri Pertahanan
Kirchwehm, Heinz. (2014). Why Failed So Undang-Undang No. 3 tahun 2002
Often the Offset Part of a Defence tentang Pertahanan Negara
Procurement Deal? – A Case Study
Based Examination. Business Daring/Online
Management and Strategy, Vol. 5, Defense ofsets: From ‘contractual
No. 2 burden’ to competitive weapon,
Muradi. 2008. Praktik-praktik Defense http://www.mckinsey.com/insights/
Ofset di Indonesia. public_sector/defense_ofsets_from
http://pustaka.unpad.ac.id/wp- _contractual_burden_to_competitiv
content/uploads/2013/08/praktik_de e_weapon, diakses pada 1 Juli 2015
fense_ofset_indonesia.pdf, diakses Menhan RI : Meski Pejabat Telah Berganti
pada 9 September 2015 Namun Cita-Cita Renstra
Weida, W. (1986), Paying for Weapons: Bangkuathan Harus Terus Berjalan,
Politics and Economics of Counter http://puskompublik.Kemhan.go.id/
trade and Offsets, Frost & Sullivan post-menhan-ri---meski-pejabat-
Press telah-berganti-namun-citacita-
renstra-bangkuathan-harus-terus-
Yang, Chyan dan Colonel Wang, Tsung- berjalan.html, diakses pada 7 Juli
Cheng. (2006). Interactive Decision- 2015.
Making for the International Arms
Trade: the Ofset Life Cycle Model.
The DISAM Journal

Perundang-undang
Departemen Pertahanan Republik
Indonesia, Doktrin Pertahanan
Negara 2014
Departemen Pertahanan Republik
Indonesia, Buku Putih Pertahanan
Indonesia 2008
Peraturan Menteri Pertahanan 19 tahun
2012 tentang Kebijakan
Penyelarasan Minimum Essential
Force Komponen Utama
Peraturan Menteri Pertahanan No. 17
tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Di Lingkungan
Kementerian Pertahanan Dan
Tentara Nasional Indonesia

68 | Jurnal Prodi Ekonomi Pertahanan | April 2017, Volume 3 Nomor 1

Anda mungkin juga menyukai