Anda di halaman 1dari 47

INDUSTRI PERTAHANAN

Oleh :
Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si
Pengertian Industri Pertahanan
 Secara konspetual, industri pertahanan adalah
proses pembuatan (production) dan
pengembangan (development) berbagai
barang/peralatan yang berkaitan dengan aspek
pertahanan, khususnya militer, seperti
komponen alutsista (Tank, Helly Copter,
Pesawat Terbang, Kapal Perang, Kapal Selam,
dll.) dan peralatan pendukung lainnya.

2
Lanjutan…
 Industri pertahanan adalah salah satu cara
pengadaan alat peralatan militer. Cara lainnya
adalah dengan melakukan impor. Sedangkan
pengadaan alat peralatan militer itu sendiri
adalah suatu proses yang menghasilkan suatu
output (perangkat keras militer) sesuai
persyaratan, yang pada gilirannya menjadi
input bagi sosok militer negara.

3
Lanjutan…
 Latar belakang dibangunnya industri
pertahanan adalah persepsi tentang perang
antar negara yang tidak hanya ditentukan oleh
kekuatan angkatan perang semata, melainkan
juga ditentukan oleh factor kemampuan suatu
negara menghasilkan alat peralatan perang
dengan jumlah dan mutu yang diperlukan.

4
Tujuan Industri Pertahanan
 Untuk mencukupi kebutuhan pertahanan negara
sehingga tidak tergantung pada pasokan/suply dari
negara lain, apabila negara yang bersangkutan terkena
sanksi internasional, berupa embargo militer.
 Untuk keperluan ekspor (dijual) ke luar negeri
sehingga membantu pertumbuhan ekonomi negara
yang bersangkutan
 Untuk kerjasama keamanan dan pertahanan dengan
negara-negara lain.

5
Prasyarat Industri Pertahanan
 Adanya komitmen penuh dari Negara, berupa
dukungan regulasi dari legislatif dan ekskutif.
 Tersdianya basis teknologi yang cukup kuat.
Industri pertahanan akan berhasil dan
berkembang dalam masyarakat yang sudah
mengerti dan terbiasa dengan Iptek, didukung
oleh ilmuwan, peneliti, dan teknowan dalam
jumlah yang cukup.

6
Lanjutan…
 Adanya basis ekonomi yang cukup kuat. Basis dan
tingkat ekonomi nasional sangat penting. Basis
industri nasional harus cukup luas, dengan
tersedianya industri-industri padat modal (canggih),
seperti mesin, besi dan baja, perkapalan, metalurgi
dan elektronika, yang dijadikan industri atau sektor
industri nasional yang strategik.
 Dana-dana Litbang yang cukup. Keperluan inovasi
dan invensi dalam teknologi pertahanan mutlak
diperlukan sehingga penelitian dan pengembangan
untuk merancang teknologi harus diperlukan dalam
jumlah yang cukup besar.

7
Manfaat Industri Pertahanan
 Manfaat yang dapat dipetik dengan
pembangunan industri pertahanan adalah
keleluasaan dalam memproduksi sendiri
peralatan militer sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan, kondisi wilayah, dan karakter
ancaman yang diprediksi mengancam
kedaulatan negara tersebut.

8
Lanjutan…
 Negara yang bersangkutan tidak perlu susah payah
membeli peralatan militer dari negara lain, yang
prosesnya berlangsung lama, harganya mahal, dan
seringkali dikaitkan dengan syarat politis tertentu.
 Suatu negara yang yang mengembangkan industri
pertahanan juga tidak perlu takut untuk didikte oleh
negara lain berkaitan dengan pembangunan kekuatan
pertahanannya, apalagi jika diembargo.

9
Langkah Pengembangan
Industri Pertahanan
 Salah satu bentuk kerjasama yang dapat
dilakukan untuk mengembangkan industri
pertahanan adalah mensinergikan
perkembangan industri strategis, melalui
model kemitraan tiga pelaku ilmu pengetahuan
dan teknologi, yaitu : industri, perguruan tinggi
dan institusi pertahanan sebagai pengguna
(user).

10
Lanjutan…
 Kerjasama bidang kedirgantaraan, perkapalan, teknik
sipil, industri alat berat, otomotif, elektronika,
informatika dan industri nasional lainnya.
 Melaksanakan peningkatan kualitas sumber daya
manusia dalam bidang desain dan engineering,
meliputi keahlian dan kemampuan pengembangan
dan pembuatan pesawat angkut militer, pesawat misi
khusus, kapal patroli cepat, kapal perang, kendaraan
tempur militer, sistem senjata, sistem jaringan
komunikasi, pusat komando dan pengendalian serta
sistem informasi.
11
Lanjutan…
 Memberdayakan industri nasional dalam rangka
mencitakan kemandirian, sekaligus memperkecil
ketergantungan di bidang pertahanan terhadap negara
lain.
 Kerjasama pemenuhan kebutuhan alat peralatan
pertahanan lainnya.
 Kerjasama Penelitian dan Pengembangan pertahanan
dikembangkan guna menghasilkan kajian-kajian
tentang konsep pertahanan, baik yang berkaitan
dengan teknologi, manajemen maupun sumber daya
manusia.
12
Lanjutan…
 Pengembangan partisipasi industri strategis
dalam perbaikan, pemeliharaan, penggantian
peralatan pertahanan, serta pemanfaatan alutsis
produk industri pertahanan dalam negeri.
 Kerjasama pemerintah dengan perguruan
tinggi, lembaga industri strategis, serta
masyarakat dalam upaya pengembangan
kerjasama bidang kedirgantaraan, perkapalan,
teknik sipil, industri alat berat, otomotif,
elektronika, dan industri nasional lainnya. 13
Lanjutan…
 Pelaksanaan kerjasama pendidikan dan latihan
dalam rangka peningkatan kualitas sumber
daya manusia dalam bidang desain dan
engineering di bidang peralatan pertahanan.
 Pengembangan peran aktif Forum Komunikasi
Penelitian dan Pengembangan Idustri
Pertahananm dan Pengembangan Sarana dan
Prasarana Pertahanan khususnya dalam
rekayasa prototipe alutsista guna mengurangi
ketergantungan terhadap peralatan dari negara14
Lanjutan…
 Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang
desain dan engineering, meliputi keahlian dan kemampuan
mengembangkan dan pembuatan pesawat angkut militer,
pesawat misi khusus, kapal patroli ce-pat, kapal perang,
kendaraan tempur militer, sistem senjata, sistem jaringan
komunikasi, pusat komando dan pengendalian serta sistem
informasi.
 Pemberdayaan dan peningkatan peran serta industri nasional
dalam rangka pembangunan dan pengembangan kekuatan
pertahanan negara serta menciptakan kemandirian, sekaligus
memperkecil ketergantungan di bidang pertahanan terhadap
negara lain.
15
Industri Strategis Sebagai
Penopang Industri Pertahanan
 Sesuai kebijaksanaan Pemerintah yang dituangkan dalam
Keppres RI No. 59/1983 dan No. 50/1986, industri strategis
dikelompokkan dalam Badan Pengelola Industri Strategis
(BPIS) yang merupakan Badan Pemerintah di bidang
peningkatan kemampuan dan penguasaan Iptek dengan
menerapkan strategi penguasaan teknologi dibidang masing-
masing dalam rangka industrialisasi Indonesia.
 Strategi industrialisasi Indonesia dilaksanakan dengan
penerapan transformasi alat utama TNI dalam rangka
menjadikan bangsa Indonesia kuat dan mandiri dalam upaya-
upaya penyelenggaraan pertahanan keamanan negara.

16
Lanjutan…
 Dalam mentransformasikan bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang maju dan mandiri dalam
aspek industrialisasi dan teknologi,
dilaksanakan melalui empat tahapan/ yaitu :
 Tahap Penguasaan Teknologi.
 Tahap Integrasi Teknologi.
 Tahap Pengembangan Teknologi.
 Tahap Pelaksanaan Penelitian Dasar dan
Penguasaan Teknologi.
17
Lanjutan…
 Selain itu, telah lahir pula Kepres RI No. 40
tahun 1999 tentang Dewan Pembina Industri.
Kepres tersebut menyatakan bahwa dalam
rangka penetapan kebijakan di bidang
pembinaan dan pengembangan jangka panjang
industri-industri yang bersifat strategis,
diperlukan penyempurnaan fungsi dan susunan
Dewan Pembina Industri Strategis, yang
selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini
disebut Dewan. 18
Lanjutan…
 Dewan bertugas membantu Presiden dalam rangka penetapan
kebijakan pembinaan dan pengembangan jangka panjang
industri-industri yang bersifat strategis, melalui penciptaan
iklim usaha yang kondusif serta penyelarasan kebijakan antar
departemen teknis dan lembaga pemerintah lainnya, dalam
rangka mendukung per-kembangan industri strategis.
 Dalam pelaksanaan tugasnya, Dewan menetapkan bidang dan
jenis industri yang digolongkan sebagai industri strategis serta
memantau perkembangan peran industri strategis tersebut
dalam pembangunan nasional.

19
Lanjutan…
 Keberadaan Industri-Industri Strategis dalam negeri yang ada
saat ini belum sepenuhnya mampu menghasilkan produksi alat
peralatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pertahanan dan keamanan negara, sementara kebutuhan akan
alutsista yang diperlukan oleh TNI sangat besar sekali
 Industri strategis sebagai salah satu komponen dalam sistem
pertahanan negara, keberadaannya perlu diorganisir dengan
sasaran tercapainya upaya yang maksimal dalam mewujudkan
penyelenggaraan pertahanan negara. Beberapa industri
strategis yang ada saat ini yang telah memanfaatkan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta potensial untuk
dikembangkan ke arah industri pertahanan, antara lain :
20
PT. DI (Dirgantara Indonesia)
 Industri wahana matra udara dan sistem senjata (roket dan
terpedo) yang diproduksi PT.DI dilaksanakan melalui lisensi
pengembangan, mempunyai misi sebagai pusat keunggulan
teknologi kedirgantaraan.
 Dalam tahap 1, penguasaan teknologi diawali dengan
memproduksi atas dasar (isensi NC-212 dan NBO-105,
kemudian diperluas dengan NBELL 421, NAS-332. Pada
tahap II, integrasi teknologi dilaksanakan dengan bekerja sama
dengan mitra usaha dari Spanyol, CASA, dalam membuat CN-
235. Kesemuanya dapat dimanfaatkan baik untuk kepentingan
sipil/komersil maupun militer.

21
Lanjutan…
 Dalam rangka pengembangan telah dilakukan kerja sama
antara lain dengan :
 MBB dan BOEING dalam rangka pembuatan pesawat ATRA
90 (Advance Tecnology Regional Air-craft), yaitu pesawat
penumpang berteknologi canggih abad ke 21.
 Dengan MBB untuk desain dan pengembangan Hellikopter
BN-109 untuk versi sipil militer.
 Dengan General Dynamic untuk "offset" pembuatan
komponen tertentu pesawat F-16 Fighting Falcon.
 Untuk sub kontak komponen Boeing-737, 767.

22
Lanjutan…
 PT.DI juga telah berhasil menembus pasar
internasional dengan mengekspor pesawat ke
Thailand, Guam dan Malaysia.
 Dalam rangka pengembangan produk sendiri
(tahap III pengembangan teknologi) telah
dikembangkan N-250, pesawat komuter
dengan kapasitas 50-60 penumpang dan jarak
tempuh 300-400 Km yang telah masuk ke
pasaran domestik dan dunia pada tahun 1999
(20 tahun berdirinya PT. DI). 23
Lanjutan…
 Di samping hal tersebut diatas, PT. DI
mempunyai kemampuan dalam pembuatan
peralatan :
 Rocket dari udara ke darat, dari udara ke udara
serta dari darat ke udara kaliber 700 mm
FFAR.
 Chasis peluncur peluru kendali dan farelage
peluru kendali Rapier.
 Memproduksi Spare Part Electronic merriam
24
maupun radar.
PT. PINDAD
 Merupakan industri senjata ringan dan amunisi serta mesin
perkakas dengan misi sebagai pusat keunggulan teknologi
senjata dan amumsi. Pada saat ini membuat senapan ringan
kaliber 5,56 dengan lisensi FNC-FN Herstal Belgia yang
dimodifikasikan disesuaikan dengan postur TNI dengan kode
SS-1, kapasitas produksi 20.000 pucuk pertahun.
 Produksi amunisi dilaksanakan di Turen, Jawa Timur, meliputi
berbagai kaliber yaitu 5,56 mm (M 193 dan SS-109), 9 mm 30
inch Polri, 7,62 mm dan 12,7 mm dengan kapasitas seluruhnya
lebih dari 50 juta butir pertahun, per shift serta pembuatan
granat tangan, granat mortir (60 mm, 81 mm dan 120 mm) dan
bahan peledak. Mempunyai fasilitas pengisian bahan peledak
dengan kapasitas 600 ton pertahun per shift. 25
Lanjutan…
 Dalam rangka menunjang kemandirian upaya
pertahanan negara PT. PINDAD akan memproduksi
berbagai peralatan pertahanan lainnya, seperti
kendaraan bermotor taktis (Rantis) dan kendaraan
tempur (Ranpur) ringan dan MKB (Munisi Kaliber
Besar).
 Di sisi lain, PT PINDAD telah memproduksi barang
non militer, antara lain sistem Rem untuk kereta api
(lisensi Knorr), Rail Fastener (lisensi Holandia
Kloos), Generator Listrik (lisensi Siemens) dan mesin
perkakas dengan lisensi dari Taiwan. 26
Lanjutan…
 PT. PINDAD telah mampu memenuhi kebutuhan
penyediaan alat tempur TNI dan mengekspor amunisi
berbagai kaliber ke berbagai negara.
 Kemampuan lain yang dimiliki ialah merancang dan
membangun Alat utama TNI, diawali dengan
merancang bangun amunisi Dakhura pada tahun 1990
dan telah diproduksi tahun 1992, Revolver Polri yang
mulai diproduksi dan diserahkan kepada Polri pada
tahun 1994 melalui kerja sama dengan BPIS, BBPT,
Dislitbang Angkatan/Polri dan instansi terkait
lainnya. 27
PT. DAHANA (Industri Bahan
Peledak Dan Propellant)
 Sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah, Perum DAHANA
telah diperserokan agar dapat dikembangkan menjadi industri
bahan peledak dan propeliant.
 Dewasa ini, DAHANA telah memproduksi bahan peledak
industri dan dalam waktu dekat akan dikembangkan agar
mampu memproduksi propeliant jenis single/double base
untuk amunisi, double base dan composite untuk peroketan
serta bahan petedak industrial jenis emulsion.
 Hingga saat ini, DAHANA merupakan industri tunggal yang
mempunyai wewenang berdasarkan keputusan Presiden untuk
pengadaan, penjualan dan distribusi bahan peledak di
Indonesia.
28
PT. KRAKATAU STEEL.
 Sebagai industri baja terpadu yang mengelola
biji besi menjadi biji spons untuk dijadikan
billet dan slab sebagaimana bahan baku besi
baja lainnya.
 Selain itu juga dihasilkan produk-produk
berupa besi beton, baja lembaran serta baja
profH, yang dapat dimanfaatkan untuk bahan
baku kapal (PT. PAL), gerbong kereta api (PT.
INKA), mesin perkakas (PT. PINDAD), serta
bahan peralatan pertahanan negara pada
29
umumnya.
Lanjutan…
 Sebagai tulang punggung industri baja nasional, maka
PT. Krakatau Steel mempunyai misi menjadi pusat
keunggulan teknologi besi baja dan memiliki
kapasitas produksi:
 PTNIk Besi Spons : 2.580.000 ton/tahun.
 PTNIk Billet Baja : 800.000 ton/tahun.
 PTNIk Slab Baja : 1,500.000 ton/tahun.
 PTNIk Hot Coil & Plate : 2.000.000 ton/tahun.

30
PT. LEN INDUSTRI
 Sesuai dengan kebijakan pemerintah, unit produksi
LEN-LIPI dijadikan LEN-BPIS dan pada tahun 1991
telah diperserokan menjadi PT. LEN Industri, tahap
selanjutnya akan dikembangkan sebagai industri
peralatan elektronika profesional dan komponen yang
dapat menunjang kemandirian industri elektronika di
dalam negeri.
 Saat ini, PT. LEN Industri telahh memproduksi
berbagai peralatan elektronika sendiri seperti SBK,
Teleprinter (lisensi Siemens), PCM, Radio/TV
Broadcast. 31
Lanjutan…
 Di bidang elektronika untuk pertahanan dan
keamanan, akan dikembangkan kemampuan
memproduksi/memperbaiki radar, sistem
kontrol, perakitan K3I dan Avionic, di
samping itu saat ini telah mampu mengekspor
berbagai komponen elektronika antara lain ke
negeri Belanda.

32
PT. INTI (Industri Telekomunikasi
dan Informatika)
 Merupakan Industri telekomunikasi dan Informatika yang
menghasilkan alat telekomunikasi untuk berbagai kebutuhan
termasuk untuk pertahanan dan keamanan. PT INTI
mempunyai misi menjadi pusat keunggulan teknologi
komunikasi dan informatika telah memproduksi Sistem
Saluran Telekomunikasi Microwave, Sistem Telepon Digital,
SBK, STBK. Telah dikembangkan teknologi Sistem Packsanet
(Packed Satelfite Network) yang dapat memenuhi kebutuhan
pertukaran data nasional dengan memanfaatkan Satelit Palapa.
PT. INTI telah pula berhasil mengekspor produk SBK ke
Malaysia. Produk untuk kepentingan TNI antara lain Telepon
Militer Lapangan.
33
PT. BARATA INDONESIA
 Dalam penguasaan teknologi produksi untuk
konstruksi baja/ plat dan bejana, PT. BARATA
INDONESIA telah mampu membuat perakitan
penuh, sedangkan pada produk lainnya alat berat,
pengecoran dan permesinan masih dalam tahap
perakitan sebagian serta mempunyai potensi untuk
membuat berbagai jenis alat berat untuk konstruksi.
 PT. BARATA INDONESIA mempunyai misi
menjadi pusat keunggulan teknotogi atat berat,
pengecoran dan permesinan.
34
PT. BBI (Boma Bisma Indra).
 Merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
industri permesinan (diesel), konstruksi peralatan PT
NIk dan rekayasa industri.
 Sebagai industri pembuatan motor diesel untuk
berbagai aplikasi antara lain pembangkit listrik,
otomotif, marine dan motor diesel sampai 500 Pk
kerja sama dengan KHD (Khobhner Humbolelt
Deusz) Jerman.
 PT. BBI mempunyai misi menjadi pusat keunggulan
teknonogi industri motor bakar (diesel) dan peralatan
industri. 35
Kontribusinya Terhadap Sishaneg
 Kerjasama dengan industri strategis untuk
kepentingan militer dalam rangka pertahanan negara
merupakan hal yang sangat penting untuk segera
direalisasikan.
 Kerjasama Dephan dan TNI dengan lembaga-
lambaga lain merupakan bagian penting dari
kebijakan strategi pertahanan.
 Sesuai dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 2002,
kerjasama tersebut dilaksanakan dalam rangka
pembinaan teknologi dan industri pertahanan yang
diperlukan TNI dan komponen pertahanan lainnya. 36
Lanjutan…
 Kerjasama dimaksud memiliki nilai strategis, karena
dapat mendorong percepatan menuju kemandirian
nasional di bidang pertahanan, termasuk memberi
ruang bagi sektor lain untuk terlibat dalam
penyelenggaraan pertahanan negara.
 Melalui kerjasama tersebut Departemen Pertahanan
dan TNI akan berusaha untuk ikut mendorong
pengembangan industri nasional agar di samping
menghasilkan produk utamanya juga
mengembangkan kemampuan memproduksi alat
peralatan yang dibutuhkan bagi keperluan pertahanan.37
Lanjutan…
 Dalam rangka pengelolaan sumber daya
nasional untuk kepentingan pertahanan negara,
kerjasama dengan departemen dan instansi
pemerintah lainnya penting dilaksanakan.
Kerjasama tersebut diperlukan dalam
menyusun dan melaksanakan perencanaan
strategis sesuai dengan fungsi dan kewenangan
masing-masing.
 Wujud nyata kerjasama yang harus dilakukan
adalah : 38
PT. DI (Dirgantara Indonesia).
 Secara umum keterlibatan PT. PT. DI dalam pengembangan
Alat peralatan pertahanan negara akan lebih dominan untuk
kepentingan sistem pertahanan udara.
 Dilihat dari beberapa produk seperti helikopter dan
persenjataannya akan dapat dimanfaatkan dalam sistem
pertahanan negara aspek darat sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan dalam masa damai maupun dalam operasi yang
dilaksanakan bila terjadi perang.
 Namun demikian pertahanan negara aspek darat tidak hanya
bertumpu pada hasil produk saja yang dapat dikelola sebagai
komponen pertahanan negara, melainkan para pekerja yang
bila dimobilisasi dapat dimanfaatkan sebagai komponen
cadangan dan komponen pendukung. 39
PT. PINDAD
 Keterkaitan PT. PINDAD dengan sistem
pertahanan sangat besar sekali baik dalam
masa damai maupun masa perang.
 Dalam mengatasi berbagai permasalahan
separatis yang terjadi dewasa ini, PT Pindad
telah mengambif peran dalam penyediaan alat
peralatan perang berupa senjata dan amunisi,
baik untuk keperluan tempur maupun latihan.

40
PT. DAHANA
 Keterkaitan PT. DAHANA dengan sistem
pertahanan negara adalah hasil produksi yang
telah ada dapat dimanfaatkan dalam
mengembangkan kemampuan alat peralatan
mititer yang ada saat ini.
 Di sisi lain, mempermudah mengorganisir
kemampuan personel dan alat peralatan yang
ada sebagai komponen cadangan dan
komponen pendukung dalam sistem
pertahanan negara. 41
PT. KRAKATAU STEEL
 Keterlibatan PT Krakatau Steel dalam sistem pertahanan
negara cukup banyak, khususnya yang berkaitan dengan
pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia yang
mampu mendukung pembangunan nasional.
 Dalam pemanfaatannya untuk keperluan alat peralatan militer,
PT Krakatau Steel dapat menyediakan bahan-bahan baku
dalam pembuatan jembatan, suku cadang Alat Berat,
penyediaan bahan baku rekayasa Alat Berat menjadi Tank
Mounted Track Width Plow dan bahan baku untuk pembuatan
berbagai jenis rintangan kawat duri, rintangan yang terbuat
dari baja.

42
PT. LEN INDUSTRI
 Keterkaitan PT. LEN Industri dengan sistem
pertahanan negara adalah kebutuhan akan alat
peralatan elektronika yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan tugas baik di masa
damai maupun perang.

43
PT. INTI
 Diharapkan mampu memproduksi alat
peralatan telekomunikasi yang dapat
digunakan untuk kepentingan TNI yang
mampu bersaing dengan kemajuan
telekomunikasi komersial saat ini.

44
PT. BARATA INDONESIA
 Keterkaitan PT. BARATA INDONESIA
dengan sistem Pertahanan negara banyak
sekali, khususnya dalam pengembangan Alat
Berat baik dalam rekayasa, rancang bangun
maupun modifikasi alat berat konstruksi
sebagai alat berat yang berfungsi dalam
pertempuran serta rekayasa menjadi senjata.

45
PT. BBI
 Keterkaitan PT. BBI dengan sistem pertahanan
negara adalah mampu mendukung
pengembangan industri otomotif nasional dan
diharapkan mampu mendukung
pengembangan otomotif yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan militer
khususnya TNI, dalam pelaksanaan tugas.

46
Sekian
&
Terimakasih

47

Anda mungkin juga menyukai