Pendahuluan
Pengembangan Alutsista TNI sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui
Kementerian Pertahanan diarahkan kepada industri pertahanan yang mandiri artinya
bahwa penguatannya dilakukan dengan mendongkrak pembelian produk pertahanan
1
dari industri dalam negeri. Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan industri
pertahanan lebih ditentukan oleh beberapa barometer yakni : meningkatnya produk yang
digunakan oleh pengguna, meningkatnya kandungan lokal, meningkatnya
2
profesionalisme SDM dan semakin lengkapnya infrastruktur yang dimiliki. Disisi lain
kebutuhan TNI akan alat peralatan dan perlengkapan Alutsistanya secara umum masih
tergantung terhadap pengadaan luar negeri. Hal ini disebabkan potensi dan kemampuan
industri strategis dalam negeri belum dapat mendukung kebutuhan TNI, karena adanya
beberapa kendala yang belum dapat diatasi. Pengembangan industri strategis dan
teknologinya masih dititik beratkan untuk kemampuan menghasilkan barang-barang
umum, khususnya produk-produk untuk ekspor dalam rangka meningkatkan
kemampuan ekonomi negara yang diperlukan untuk membiayai pembangunan sektor-
sektor lainnya. Ketergantungan kebutuhan Alutsista TNI dari luar negeri dalam jangka
panjang akan dapat menimbulkan kerawanan-kerawanan, terutama bila dikaitkan
dengan kesiapan TNI dalam pelaksanaan tugas dan perannya. Dengan demikian upaya
untuk mengurangi ketergantungan, Industri strategis nasional perlu mendapatkan
prioritas pembinaan yang dilaksanakan secara bertahap, berlanjut dan
berkesinambungan disesuaikan dengan perekonomian negara. Agar upaya tersebut
dapat terselenggara dengan baik, efektif dan efisien diperlukan kesatuan tekad dan arah
serta keterpaduan usaha dari semua pihak atau instansi terkait lainnya untuk
mengoptimalkan industri strategis dan pelibatan lembaga penelitian ilmu
pengetahuan dan teknologi nasional dalam rangka meningkatkan kemampuan Alutsista
TNI
Dari latar belakang di atas terkait dengan Optimalisasi Pemberdayaan Industri
Strategis Pertahanan dalam rangka mengamankan Kedaulatan Negara, maka dapat
penulis ambil identifikasi persoalan yaitu : Pertama, Bagaimana industri strategis
1
Disarikan dari artikel Antara News.com “Pemerintah pacu industri pertahanan yang mandiri” diakses pada
tanggal 31 Oktober 2023 Pukul 19.53 WIB
2
Wayan Mdhio dalam artikel Industri Pertahanan perspektif pertahanan Negara disampaikan di Jakarta
International Logistic Summit dan ExpoJIExpo, 19-21 Oktober 2016
2
Pembahasan
Kemandirian suatu perusahaan dalam berproduksi merupakan suatu tuntutan
yang mutlak harus dipenuhi sebagai badan usaha milik negara yang bernilai strategis dan
dapat dimanfaatkan dalam mendukung kemandirian AlutsistaTNI AD guna mewujudkan
satuan TNI AD yang efektif, efisien dan modern. Kemandirian merupakan parameter
penting yang mencerminkan survivability dalam kondisi kritis dan darurat. Dalam
kondisi normal, survivability menuntut suatu industri pertahanan untuk mempunyai
kemampuan menghasilkan produk yang memiliki nilai dan manfaat komersial dengan
3
R&D yang paling relevan dan berpotensi menguntungkan. Ini juga dapat membantu
mereka untuk menilai teknologi mana yang mungkin menjadi standar industri di masa
depan.
Evaluasi Risiko Geopolitik. Data tentang kondisi politik dan keamanan global
dapat membantu industri strategis pertahanan mengidentifikasi risiko potensial yang dapat
memengaruhi pasokan bahan baku, perdagangan internasional, atau proyek-proyek
kerjasama dengan mitra asing. Informasi ini memungkinkan perusahaan untuk mengambil
tindakan pencegahan yang sesuai.
Perkiraan Anggaran Pertahanan. Data tentang anggaran pertahanan negara-
negara dan proyeksi anggaran masa depan dapat membantu perusahaan merencanakan
investasi dan strategi bisnis jangka panjang. Informasi ini memungkinkan mereka untuk
mengidentifikasi pasar yang berpotensi tumbuh atau mengecil dan mengatur prioritasnya.
Kinerja Produk dan Kompetitor. Data tentang kinerja produk yang ada dan
persaingan dengan pesaing dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan mereka sendiri, serta peluang untuk memperbaiki produk
mereka. Ini juga dapat membantu mereka dalam merencanakan strategi pemasaran dan
pengembangan produk.
Analisis Biaya dan Efisiensi Produksi. Data tentang biaya produksi, efisiensi
operasional, dan proses manufaktur dapat membantu perusahaan untuk mengoptimalkan
operasinya. Ini termasuk penghematan biaya, pengurangan limbah, dan peningkatan
produktivitas.
Pengelolaan Pasokan dan Rantai Suplai. Data tentang pasokan bahan baku,
logistik, dan rantai pasokan dapat membantu perusahaan untuk mengelola risiko terkait
dengan kelangsungan pasokan. Mereka dapat menggunakan data ini untuk
mengidentifikasi sumber pasokan alternatif dan merencanakan strategi krisis.
Kepatuhan Regulasi. Data tentang regulasi dan standar keamanan yang
berkaitan dengan produksi peralatan pertahanan sangat penting. Perusahaan harus
memastikan bahwa mereka mematuhi semua peraturan yang berlaku untuk memastikan
keberlanjutan operasional mereka dan menghindari sanksi hukum.
Penggunaan data dan fakta yang akurat dalam pengambilan keputusan bisnis
adalah kunci untuk mengatasi tantangan jangka panjang dalam industri strategis
pertahanan. Data ini membantu perusahaan untuk membuat keputusan yang lebih
informasi dan adaptif yang memungkinkan mereka untuk tetap bersaing dan memastikan
kelangsungan produksi dan pengembangan peralatan pertahanan yang efektif.
5
Melihat data dan fakta yang telah diuraikan di atas, Harapan dari industri strategis
pertahanan dalam mengatasi tantangan jangka panjang untuk memastikan
kelangsungan produksi dan pengembangan peralatan pertahanan adalah
sebagai berikut:
Keamanan Nasional yang Dijamin. Industri strategis pertahanan
diharapkan dapat menjaga keamanan nasional dengan menyedia kan peralatan
yang andal dan berkualitas tinggi kepada pihak militer. Ini mencakup persiapan
untuk menghadapi berbagai ancaman, termasuk ancaman konvensional dan
siber.
Inovasi dan Teknologi Terkini. Harapannya adalah industri pertahanan
akan terus mendorong inovasi dan pengembangan teknologi terkini. Hal ini dapat
memastikan bahwa peralatan pertahanan tetap relevan dan memiliki keunggulan
teknologi dalam menghadapi ancaman yang terus berkembang.
Diversifikasi Pasar. Diversifikasi pasar adalah tujuan penting untuk
industri strategis pertahanan. Ini berarti bahwa perusahaan dalam industri ini
akan mencari peluang di luar pasar domestik, seperti ekspor ke negara -negara
mitra. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko terkait dengan fluktuasi pasar
dalam negeri.
Kolaborasi dengan Pemerintah. Harapannya adalah ada kerja sama
yang kuat antara industri strategis pertahanan dan pemerintah. Pemerintah dapat
memberikan dukungan finansial, regulasi yang sesuai, dan kontrak jangka
panjang kepada industri ini, yang akan membantu dalam kelangsungan pro duksi
dan pengembangan peralatan pertahanan.
Pengelolaan Risiko dan Rantai Pasokan. Industri strategis pertahanan
diharapkan dapat mengelola risiko yang terkait dengan gangguan dalam rantai
pasokan, baik itu karena alasan geopolitik, bencana alam, atau fa ktor lainnya.
Mereka diharapkan memiliki rencana darurat yang kuat dan sumber pasokan
cadangan.
Keberlanjutan Lingkungan. Industri strategis pertahanan juga diharapkan
untuk memperhatikan isu-isu lingkungan dan berupaya mengurangi dampak
lingkungan dari operasinya. Keberlanjutan lingkungan menjadi semakin penting
dalam era modern.
Pengembangan Tenaga Kerja dan Pelatihan. Harapannya adalah bahwa
industri ini akan berinvestasi dalam pengembangan tenaga kerja terampil untuk
6
sama untuk mengatasi tantangan jangka panjang, termasuk pembiayaan proyek dan
pembuatan kebijakan yang mendukung industri ini.
Teori Resilience Management. Resilience management berkaitan dengan
kemampuan perusahaan untuk merespons dan pulih dari gangguan atau krisis. Industri
strategis pertahanan harus mempertimbangkan teori ini untuk mengembangkan
rencana darurat dan manajemen risiko yang kuat.
Teori Manajemen Kualitas Total (Total Quality Management). Kualitas
produk dan layanan dalam industri pertahanan sangat penting. Konsep manajemen
kualitas total membantu perusahaan dalam memastikan bahwa produk-produk mereka
memenuhi standar tertinggi dan dapat diandalkan.
Teori Diversifikasi Portofolio. Diversifikasi portofolio produk dan layanan
dapat membantu industri pertahanan mengatasi fluktuasi pasar dan risiko jangka
panjang. Diversifikasi dapat mencakup produksi peralatan sipil, layanan dukungan,
atau masuk ke sektor terkait.
Teori Etika Bisnis. Industri pertahanan juga perlu memperhatikan etika bisnis
dalam pengembangan dan produksi peralatan pertahanan. Kepatuhan dengan prinsip -
prinsip etika bisnis akan membantu mempertahankan reputasi dan mendukung
kelangsungan jangka panjang.
Kombinasi dari teori-teori ini dan konsep-konsep manajemen dapat membantu
industri strategis pertahanan menghadapi tantangan jangka panjang, menjaga
kelangsungan produksi, dan tetap relevan dalam lingkungan yang selalu berubah.
Industri strategis pertahanan menghadapi berbagai kendala dan kelemahan yang
dapat menghambatnya dalam mengatasi tantangan jangka panjang dan memastikan
kelangsungan produksi dan pengembangan peralatan pertahanan. Kendala dan
kelemahan tersebut antara lain:
Ketergantungan pada Anggaran Pertahanan. Industri pertahanan sangat
tergantung pada anggaran pertahanan pemerintah. Fluktuasi dalam anggaran pertahanan
dapat memiliki dampak besar pada industri ini. Perubahan kebijakan anggaran atau
pemangkasan anggaran dapat mengganggu kelangsungan produksi dan pengembangan.
Ketergantungan pada Pesanan Pemerintah. Industri ini sering mengandalkan
pesanan besar dari pemerintah. Kendala terkait dengan persetujuan kontrak, perubahan
kebijakan pemerintah, atau penundaan dalam proses pengadaan dapat memengaruhi
aliran pendapatan dan produksi.
8
Anggaran Pertahanan. Data anggaran pertahanan saat ini dan proyeksi masa
depan penting untuk mengidentifikasi sumber daya yang tersedia untuk investasi dalam
industri pertahanan.
Kemampuan Industri Pertahanan. Informasi tentang kemampuan industri
pertahanan nasional, termasuk infrastruktur, fasilitas produksi, dan teknologi yang
tersedia, membantu dalam menilai sejauh mana industri ini dapat mendukung kekuatan
pertahanan.
Kerjasama Internasional. Data tentang kerjasama pertahanan dengan mitra
internasional dan potensi untuk kolaborasi dalam pengembangan teknologi dan produksi
peralatan penting untuk memastikan efisiensi dan berbagi sumber daya.
Inovasi Teknologi. Informasi tentang teknologi terbaru, R&D, dan kemajuan
teknologi dalam domain militer penting untuk mengidentifikasi peluang inovasi.
Rantai Pasokan dan Logistik. Data tentang rantai pasokan bahan baku, logistik,
dan kemampuan untuk mengirimkan peralatan ke lokasi operasi militer adalah faktor
penting dalam mendukung Operasi Matra darat.
Persyaratan Khusus Operasi Matra Darat. Data yang merinci persyaratan
khusus yang dibutuhkan dalam Operasi Matra darat, seperti kendaraan lapis baja, senjata
infanteri, peralatan komunikasi, dan perlengkapan lainnya, sangat penting untuk
perencanaan produksi.
Regulasi dan Kepatuhan. Informasi tentang regulasi dan persyaratan yang
harus dipatuhi dalam produksi peralatan militer penting untuk memastikan bahwa produk-
produk tersebut sesuai dengan standar keamanan dan etika.
Tenaga Kerja Terampil. Data tentang ketersediaan dan pelatihan tenaga kerja
terampil dalam industri pertahanan membantu memastikan bahwa tenaga kerja yang
diperlukan untuk produksi dan dukungan militer tersedia.
Evaluasi Kemampuan Produksi. Informasi tentang kapasitas produksi,
kemampuan produksi cepat, dan kapasitas untuk memenuhi permintaan darurat adalah
faktor penting dalam mendukung Operasi Matra darat.
Dengan mempertimbangkan data dan fakta ini, strategi dan upaya yang tepat
dapat dirancang untuk memastikan bahwa industri pertahanan nasional dapat berperan
secara optimal dalam membangun kekuatan pertahanan negara dan mendukung Operasi
Matra darat secara efisien dan efektif.
Harapan dari strategi dan upaya yang harus dilakukan agar industri pertahanan
nasional dapat berperan secara optimal dalam membangun kekuatan pertahanan negara,
12
terutama dalam mendukung Operasi Matra darat untuk menghadapi dinamika ancaman
terhadap keamanan nasional adalah sebagai berikut:
Kesiapan dan Respons Cepat. Harapannya adalah industri pertahanan akan
memiliki kemampuan untuk merespons dengan cepat terhadap permintaan dan
kebutuhan yang muncul selama Operasi Matra darat. Hal ini mencakup produksi peralatan
dan pasokan yang diperlukan dalam waktu singkat.
Teknologi dan Inovasi. Industri pertahanan diharapkan akan terus mendorong
inovasi dan pengembangan teknologi baru yang sesuai dengan kebutuhan operasional
militer saat ini dan masa depan. Teknologi yang canggih dan inovasi dapat memberikan
keunggulan di medan perang.
Kualitas Produk dan Keandalan. Produk yang dihasilkan oleh industri
pertahanan harus memiliki kualitas tinggi dan dapat diandalkan. Harapannya adalah
produk-produk ini akan berfungsi sesuai dengan yang diharapkan dalam situasi
pertempuran dan berkontribusi pada kesuksesan operasi militer.
Efisiensi Produksi. Industri pertahanan diharapkan akan mengoptimalkan proses
produksi mereka untuk menghindari penundaan dalam penyediaan peralatan militer.
Produksi yang efisien adalah kunci untuk memenuhi kebutuhan militer dengan cepat.
Kemitraan dengan Pemerintah. Harapannya adalah akan ada kemitraan yang
kuat antara industri pertahanan dan pemerintah. Pemerintah dapat memberikan dukungan
finansial, regulasi yang sesuai, dan kontrak jangka panjang yang mendukung produksi
peralatan militer.
Keberlanjutan Lingkungan. Industri pertahanan diharapkan akan memperhatikan
isu-isu lingkungan dalam produksi mereka. Ini mencakup pengelolaan limbah,
penggunaan energi yang lebih efisien, dan upaya untuk mengurangi dampak lingkungan.
Kepatuhan dengan Standar Etika. Harapannya adalah industri pertahanan akan
mematuhi standar etika dalam produksi dan penggunaan peralatan militer. Ini mencakup
menjaga integritas dalam bisnis pertahanan dan menghindari penggunaan senjata untuk
tujuan yang melanggar hukum atau etika
Ada beberapa teori yang mendukung strategi dan upaya yang harus dilakukan
agar industri pertahanan nasional dapat berperan secara optimal dalam membangun
kekuatan pertahanan negara, khususnya dalam rangka mendukung Operasi Matra darat
guna menghadapi dinamika ancaman terhadap keamanan nasional. Teori-teori tersebut
antara lain :
13
amunisi untuk kebutuhan Angkatan Darat dan ABRI (Sekarang TNI). Pada fase awal
perkembangannya yaitu pada tahun 1942 pemerintah Belanda mendirikan suatu komplek
instansi militer, namun kekalahan Belanda pada pemerintah Jepang pada tahun 1942
menyebabkan instansi berpindah tangan kepada Jepang. Pada tahun 1945 Jepang kalah
kepada Sekutu, atas bantuan dan perintah Sekutu inilah Belanda menguasai instansi
industri militer ini yaitu melalui NICA (Netherlands Indische Civil Administration). Dengan
adanya penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pemerintah Republik
Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1950, instansi ini diserahkan kepada pemerintah
Republik Indonesia Serikat tepatnya pada tanggal 29 April 1950, peristiwa ini kemudian
diabadikan sebagai hari lahirnya Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM).
Pada tahun 1955 PSM diubah menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat
(PABAL-AD), dalam aktivitas produksinya PABAL-AD tidak hanya memproduksi senjata
tetapi juga memproduksi kebutuhan-kebutuhan lainnya untuk Angkatan Darat. Dengan
adanya perkembangan dalam produksi pokok yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip
pengolahan dan teknologi mutakhir, pada tahun 1962 PABAL-AD dirubah menjadi
Perindustrian Angkatan Darat yang disingkat menjadi PT Pindad, secara keseluruhan PT
Pindad baru berproduksi secara penuh pada tahun 1968. Pada tahun 1972 organisasi-
organisasi dan tugas PT Pindad berkedudukan sebagai Komando Utama Perindustrian
Angkatan Darat yang disingkat KOPINDAD. Pada tanggal 29 April 1983 menjadi titik balik
bagi PT Pindad dimana statusnya ditingkatkan menjadi Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang menuntut dirinya untuk semakin mandiri dan berorientasi bisnis.
Pengalaman panjang dalam industri presisi, menjadi bekal utama PT Pindad ketika
memutuskan terjun ke dalam bisnis produk komersial/non-militer.
Hasil Produksi. 1) Produksi Non senjata. Produksi non-senjata terdiri dari
komponen industri elektrik, transportasi, agrobisnis, penyedia jasa kalibrasi, inspeksi dan
meteorologi. PT Pindad membagi bidang komersial ke dalam 4 (empat) unit bisnis,
meliputi : a) Divisi mesin industri dan jasa. Produk yang dihasilkan: (1) Jasa
Permesinan; (2) Rem untuk kereta api; (3) Peralatan kapal laut; (4) Jasa uji kalibrasi; (5)
Pemeliharaan mesin dan elektrik; b) Divisi tempa dan cor. Produk yang dihasilkan: (1)
Prasarana kereta api; (2) Produk tempa, cor dan stamping; (3) Produk pesanan
khusus; c) Divisi rekayasa industri. Produk yang dihasilkan berupa enginering,
procurement dan construction (EPC) untuk industri minyak kelapa sawit berupa pabrik
pengolahan minyak goreng (PPMG) dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PPKS); d) Unit
kendaraan fungsi khusus. Produk yang dihasilkan: (1) Kendaraan taktis; (2) Water
17
Canon; (3) Kendaraan Bank; (4) Panser untuk TNI dan Polri; (5) Mobil konstruksi
khusus; (6) Suku cadang. 2) Produksi Senjata dan Amunisi. PT Pindad memiliki
tugas pokok unutk mengembangkan dan memproduksi peralatan militer, khususnya
senjata dan amunisi, produk PT Pindad tersebut antara lain: a) Senjata; (1) Senjata
genggam ( P2 kal 9 mm, P1 kal 9 mm, R1-V1 Kal 38 SP, P3 kal 7,65 mm, R1-V2 kal 38
SP); (2) Senjata laras panjang (SS1-V1 kal 5,56 mm, SS1-V2 kal 5,56 mm, SS1-V3
kal 5,56 mm, SS1-V4 kal 5,56 mm SS1- V5 kal 5,56 mm, SPR-1 kal 7,62 mm, SS1-M1,
SS1-M2, SS1-M5, SS1-R5, SB1-V1, SB1-V2 kal 5,56 mm, SMR dan SPG kal 7,62 mm,
SPG1 kal 40 mm serta SPG-1A kal 40 mm); (3) Senjata Berat (Mortir 60 C), Mortir 60
LR, Mortir 81 mm, SMB kal 12,7 mm); b) Munisi; (1) Munisi kaliber kecil (kal 5,56 mmm,
kal 7,62 mm, kal 9 mm, kal 12,7 mm, kal .32 mm, kal .38 mm); (2) Munisi kaliber besar
(Munisi granat Launcher kal 40 mm, granat mortir kal 60 mm dan 81 mm); (3) Munisi
khusus lainnya (granat tangan dengan berbagai type, bom latih dan lain-lain); c) Bahan
Peledak; (1) Detonator listrik no.8; (2) Plain detonator; (3) Detonator non listrik no.8;
(4) TNT 60 gr, 130 gr, 160 gr, 225 gr dan 500 gr; (5) Emulsion explosive; (6) Geogel
500; (7) Pindad ammonium Nitrate Fuel oil; (8) Ammonium Nitrate Pindad.
Visi dan Misi PT. Pindad (Persero) : 1) Visi : Menjadi produsen peralatan
pertahanan dan keamanan terkemuka di Asia pada tahun 2023 melalui upaya inovasi
produk dan kemitraan strategik; 2) Misi : Melaksanakan usaha terpadu di bidang
peralatan pertahanan dan keamanan serta peralatan industrial untuk mendukung
pembangunan nasional dan secara khusus untuk mendukung pertahanan dan keamanan
negara.
Tujuan Perusahaan : Mampu menyediakan kebutuhan Alat Utama Sistem
Persenjataan secara mandiri untuk mendukung penyelenggaraan pertahanan dan
keamanan Negara Republik Indonesia.
Sasaran Perusahaan : Meningkatkan potensi perusahaan untuk mendapatkan
peluang usaha yang menjamin masa depan perusahaan melalui sinergi internal dan
eksternal.
Prinsip Dasar Perusahaan : 1) Loyalitas, Integritas dan Dedikasi, yang berarti :
berpegang teguh pada tujuan perusahaan, kejujuran dan keutuhan sikap dalam interaksi
organisasi dan pengabdian pada perusahaan. Ketiga hal ini merupakan sikap keseharian
setiap anggota organisasi yang mendasari setiap aksi individual dan organisasi.
Semangat kelompok tidak boleh mengalahkan prinsip pertama ini; 2) Keunggulan
Teknologi, yang berarti : keyakinan bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi
18
sangat penting dalam mencapai tujuan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas kerja untuk inovasi produk dan bahan untuk inovasi bisnis; 3) Kerjasama
Kelompok, yang berarti : keberhasilan merupakan hasil dari kerjasama. Sinergi yang
muncul dari kelompok yang dilandasi integritas anggota kelompok mampu memberikan
kesuksesan yang sebelumnya tak mungkin diraih; 4) Berbisnis untuk saling
menguntungkan, yang berarti menekankan pentingnya memperoleh kepercayaan dari
semua pihak yang berbisnis dengan Pindad. Merupakan hal penting untuk memikirkan
dan menjamin manfaat dan menambahkan nilai kepada mitra, pelanggan, pemasok dan
tentu untuk Pindad sendiri.
PT. Dirgantara Indonesia (PT. D.I). Profil perusahaan PT. Dirgantra
Indonesia. 1) Riwayat Singkat. Keberadaan industri pertahanan nasional tidak
bisa dilepaskan dari peran Prof. B.J. Habibie yang menginisiasi dibentuknya industri
strategis. Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 1983 merupakan langkah awal
pembangunan industri strategis, termasuk industri pertahanan. Keppres tersebut
membidani lahirnya PT IPTN (yang saat ini menjadi PT DI), yang kemudian membidangi
industri pertahanan bidang kedirgantaraan, PT PAL yang membidangi industri
kemaritiman, PT PINDAD yang membidangi persenjataan dan amunisi, PT DAHANA
yang membidangi bahan peledak, dan PT LEN yang membidangi alat-alat elektronika
dan komunikasi pertahanan. Aktivitas kedirgantaraan di Indonesia dimulai tahun 1946
dengan dibentuknya Biro Rencana dan Konstruksi Pesawat di lingkungan Tentara
Republik Indonesia Angkatan Udara di Madiun, yang kemudian dipusatkan di Andir,
Bandung. Tahun 1953, kegiatan tersebut mendapat wadah baru dengan nama Seksi
Percobaan yang pada tahun 1957 berubah menjadi Sub Depot Penyelidikan, Percobaan
dan Pembuatan Pesawat Terbang. Tahun 1960, Sub Depot ini ditingkatkan menjadi
Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP) yang kemudian berubah menjadi
Komando Pelaksanaan Industri Pesawat Terbang (KOPELAPIP) yang pada tahun 1966
digabung dengan PN Industri Pesawat Terbang Berdikari menjadi Lembaga Industri
Penerbangan Nurtanio (LIPNUR).
Pada tahun 1975, PT Pertamina membentuk Divisi Advanced Technology dan
Teknologi Penerbangan (ATTP) yang bertujuan menyiapkan infrastruktur bagi industri
kedirgantaraan di Indonesia. Berdasarkan Akta Notaris No. 15, tanggal 24 April 1976,
didirikan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, dipimpin oleh Prof. Dr. Ing. B.J.
Habibie. Perusahaan ini merupakan penggabungan antara LIPNUR dan ATTP.
Kemudian pada bulan April 1986, melalui Keputusan Presiden (KEPRES) N0. 15/1986
19
dan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan, nama perusahaan diganti menjadi PT
Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dan tanggal 24 Agustus 2000, nama
perusahaan secara resmi diubah oleh Presiden Republik Indonesia saat itu menjadi PT
Dirgantara Indonesia (PTDI). Pada tahun 1998, berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 35 Tahun 1998 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Untuk
Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) Di Bidang Industri, saham negara pada PT
IPTN (Persero) dialihkan menjadi penyertaan pada PT Bahana Pakarya Industri Strategis
(Persero) (PT BPIS), dengan demikian status PT IPTN berubah menjadi anak
perusahaan PT BPIS. Kemudian pada tahun 2002, berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 52 Tahun 2002 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Ke Dalam
Modal Saham PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, PT Pindad, PT Dahana, PT
Krakatau Steel, PT Barata Indonesia, PT Boma Bisma Indra, PT In dustri Kereta Api, PT
Industri Telekomunikasi Indonesia Dan PT LEN Industri Dan Pembubaran Perusahaan
Perseroan (Persero), PT Bahana Pakarya Industri Strategis, PT DI berubah menjadi
badan hukum persero.
Visi dan Misi. a) Visi. Adapun visi perusahaan adalah menjadi perusahaan
kelas dunia dalam industri berbasis pada penguasaan teknologi tinggi dan mampu
bersaing dalam pasar global dengan mengandalkan keunggulan biaya; b) Misi. PT.
DI mengembankan misi sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara terutama
dalam rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan untuk
kepentingan komersial dan militer dan juga aplikasi di luar industri dirgantara.
Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersial
dan dapat menghasilkan produk jasa yang memiliki keunggulan biaya.
Bidang Usaha. Kegiatan usaha utama adalah memproduksi, memasarkan,
menjual dan mendistribusikan hasil produksi industri kedirgantaraan dan pertahanan dan
keamanan berupa pesawat terbang dan helikopter, komponen pesawat terbang,
pemeliharaan dan modifikasi pesawat terbang, sistem persenjataan dan jasa teknologi.
Bisnis utama PT DI adalah memproduksi pesawat terbang dan helikopter yang dihasilkan
oleh Direktorat Aircraft Integration (AI) yang didukung oleh tiga direktorat usaha lainnya.
Direktorat Teknologi dan Pengembangan (DT) bertanggungjawab dalam
mengembangkan produk perusahaan, Direktorat Aerostructure (AE) membuat komponen
produk PT DI maupun komponen pesanan dan Direktorat Aircraft Services (AS)
melakukan perawatan purna jual terhadap pesawat produksi PT DI maupun pesawat
lainnya.
20
ANALISA SWOT
Analisa SWOT tentang Optimalisasi Pemberdayaan Industri Strategis Pertahanan
dalam Rangka Menjaga Kedaulatan Negara dapat dijelaskan sebagai berikut :
Strengths (Kekuatan). A. Kemampuan Teknologi Tinggi. Industri pertahanan
sering memiliki kemampuan teknologi tinggi dalam pengembangan dan produksi
peralatan militer, yang dapat memberikan keunggulan kompetitif; B. Sumber Daya
Manusia Terampil. Banyak industri pertahanan memiliki tenaga kerja yang terampil dan
terlatih dalam pengembangan teknologi militer yang kompleks; C. Kemitraan Publik-
Swasta. Kemitraan yang kuat antara industri pertahanan dan pemerintah dapat
memberikan dukungan finansial, regulasi yang mendukung, dan kontrak jangka panjang
yang stabil. D. Kemandirian dalam Produksi. Kemampuan untuk memproduksi peralatan
militer secara mandiri dapat meningkatkan kedaulatan negara.
Weaknesses (Kelemahan). A. Ketergantungan pada Anggaran Pertahanan:
Fluktuasi dalam anggaran pertahanan dapat memengaruhi rencana jangka panjang
industri pertahanan; B. Ketergantungan pada Pesanan Pemerintah: Ketergantungan
pada pesanan besar dari pemerintah membuat industri ini rentan terhadap perubahan
dalam kebijakan atau perubahan dalam proyek militer; C. Biaya Tinggi dan Kompleksitas
Produksi: Produksi peralatan militer seringkali membutuhkan biaya tinggi dan proses
yang kompleks; D. Perubahan Teknologi Cepat: Perkembangan teknologi yang cepat
dapat membuat produk dan sistem pertahanan usang dengan cepat.
Opportunities (Peluang). A. Ekspor Produk Pertahanan. Peluang untuk
mengembangkan pasar ekspor untuk produk pertahanan dapat membantu mengurangi
ketergantungan pada anggaran pertahanan domestik; B. Kerjasama Internasional.
Kerjasama dengan mitra internasional dalam pengembangan teknologi militer dapat
menghasilkan produk yang lebih unggul dan berkurangnya biaya; C. Diversifikasi
Portofolio Produk. Diversifikasi ke produk dan layanan non-militer dapat mengurangi
risiko fluktuasi anggaran pertahanan; D. Kemampuan Logistik yang Kuat: Kemampuan
logistik yang kuat dapat membantu memenuhi permintaan peralatan militer dengan cepat
dalam situasi darurat.
Threats (Ancaman). A. Perubahan Kebijakan Pemerintah. Perubahan dalam
kebijakan pemerintah, termasuk pemangkasan anggaran pertahanan atau pembatalan
program militer, dapat memengaruhi produksi dan proyek; B. Isu Keamanan Informasi.
Ancaman terhadap keamanan siber dan kebocoran informasi dapat membahayakan
kerahasiaan desain dan teknologi militer. C. Kebijakan Luar Negeri yang Tegang.
23
Ketegangan dalam hubungan internasional atau perubahan dalam kebijakan luar negeri
dapat memengaruhi kerjasama internasional dan ekspor produk pertahanan; D. Isu Etika
Bisnis: Isu etika bisnis dapat mempengaruhi reputasi industri pertahanan dan
mendatangkan tekanan dari masyarakat sipil; E. Perkembangan Teknologi Musuh.
Perkembangan teknologi oleh pihak musuh dapat mengancam keunggulan teknologi
militer.
Analisis SWOT ini penting dalam merumuskan strategi untuk mengoptimalkan
pemberdayaan industri pertahanan demi mengamankan kedaulatan negara. Dengan
memahami kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada, langkah-langkah
strategis yang tepat dapat diambil untuk meningkatkan kemandirian pertahanan negara.
Penutup
Dari uraian pembahasan tentang “Optimalisasi pemberdayaan industri
strategis pertahanan dalam rangka menjaga kedaulatan negara” dapat diambil
kesimpulan, bahwa : A. Industri strategis pertahanan memegang peran kunci dalam
memastikan kedaulatan negara, terutama dalam hal pengembangan, produksi, dan
dukungan peralatan militer; B. Keunggulan teknologi, sumber daya manusia terampil,
dan kemitraan publik-swasta adalah kekuatan industri pertahanan, yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan keamanan nasional; C. Namun, ketergantungan
pada anggaran pertahanan, pesanan pemerintah, biaya tinggi produksi, dan perubahan
teknologi yang cepat adalah beberapa kelemahan yang harus diatasi; D. Dalam
menghadapi dinamika ancaman terhadap keamanan nasional, ada peluang untuk
mengembangkan pasar ekspor, berkolaborasi dengan mitra internasional, dan
diversifikasi produk.
Saran : A. Investasi dalam R&D: Industri pertahanan perlu terus mendorong
investasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menjaga keunggulan teknologi.
Kolaborasi dengan universitas dan pusat riset dapat memperkuat inovasi; B.
Kemitraan Publik-Swasta yang Kuat: Kemitraan yang kuat antara industri pertahanan
dan pemerintah sangat penting. Pemerintah dapat memberikan dukungan finansial,
regulasi yang mendukung, dan kontrak jangka panjang yang memberikan stabilitas; C.
Kemampuan Logistik yang Kuat. Industri pertahanan perlu memiliki kemampuan logistik
yang kuat untuk memenuhi permintaan peralatan militer dengan cepat dalam situasi
darurat. Ini melibatkan manajemen rantai pasokan yang efisien; D. Transparansi dan
Komunikasi. Komunikasi yang baik dengan pemerintah, mitra bisnis, dan masyarakat
24
sipil adalah penting. Transparansi dalam tindakan dan kebijakan bisnis dapat
membangun kepercayaan dan mendukung dukungan publik; E. Pelatihan dan
Pengembangan Tenaga Kerja: Investasi dalam pelatihan dan pengembangan tenaga
kerja yang terampil adalah kunci dalam memastikan bahwa perusahaan memiliki sumber
daya manusia berkualitas yang dibutuhkan untuk produksi dan dukungan militer; F.
Kebijakan Luar Negeri yang Bijaksana: Perusahaan pertahanan perlu memantau
perubahan dalam kebijakan luar negeri dan berupaya untuk beradaptasi dengan
perubahan dalam kerjasama internasional dan ekspor; G. Keamanan Informasi dan
Kebijakan Etika Bisnis. Mengembangkan kebijakan keamanan informasi yang kuat dan
mematuhi etika bisnis adalah penting. Keamanan informasi dan citra etis perusahaan
dapat mempengaruhi reputasi dan kinerja bisnis.
Penulis,
Ir. Asrul
DAFTAR PUSTAKA
1. Disarikan dari artikel Antara News.com “Pemerintah pacu industri pertahanan yang
mandiri” diakses pada tanggal 15 Oktober 2023 Pukul 10.53 WIB
2. Wayan Mdhio dalam artikel Industri Pertahanan perspektif pertahanan Negara
disampaikan di Jakarta International Logistic Summit dan ExpoJIExpo, 19-21 Oktober 2016
3. Arfin Sudirman, dkk, Jurnal tentang Memahami Dinamika Kerjasama Industri
Pertahanan dalam Kerangka Indonesia Australia Defence Security Dialogue, Journal of Political
Issues, Volume 4, Nomor 2, Januari 2023, pp. 120-136, ISSN:2685-7766
4. Angga Nurdin Rachmat, Jurnal tentang Tantangan dan Peluang Perkembangan
Teknologi Pertahanan Global Bagi Pembangunan Kekuatan Pertahanan Indonesia, Diakses
dari :
file:///C:/Users/windows/Downloads/admin,+edisi+2+artikel+6.pdf
5. Deny Aprianto Putro, Jurnal tentang Peran Sumber Daya Manusia Dalam Industri
Pertahanan Nasional Guna Keamanan Negara, Universitas Bina Taruna Gorontalo, Volume IX
Nomor 2, 2022
6. Hery Kuswanto, dkk, Jurnal tentang Peran dan Kebijakan Industri Pertahanan di
Indonesia: Sebuah Studi Observatif, JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan) (eISSN: 2614-8854)
Volume 5, Nomor 9, September 2022 (3537-3543).
7. Wirandita Gagat Widyatmoko, dkk, Jurnal tentang Tantangan Pengembangan Industri
Pertahanan Indonesia, Jurnal Kewarganegaraan, Vol. 6 No. 2 September 2022
8. Endro Tri Susdarwono, Jurnal tentang Kebijakan Negara terkait Perkembangan dan
Revitalisasi Industri Pertahanan Indonesia dari masa ke masa, Jurnal USM Law Review Vol 3
No 1 Tahun 2020.
9. https://www.kemhan.go.id/2021/02/18/wamenhan-pentingnya-peningkatan-teknologi-
dan-kemampuan-industri-pertahanan-nasional.html Diakses : 15/10/2023.
10. https://www.cnbcindonesia.com/opini/20220728132331-14-359324/5-tantangan-
investasi-asing-di-sektor-industri-pertahanan-ri Diakses : 15/10/2023.
11. www.sekolahpendidikan.com, Pengertian Pembangunan Nasional diakses tanggal 15
Oktober 2023 pukul 18.30 WIB
12. https://www.kompas.id/baca/opini/2023/03/28/kebutuhan-investasi-teknologi-
pertahanan-jangka-panjang, Diakses : 15/10/2023.
13. https://forumdialognusantara.org/2021/04/dinamika-dan-peranan-industri-strategis-
nasional-di-masa-pandemi-covid-19/ Diakses : 15/10/2023.