Anda di halaman 1dari 21

MODEL BISNIS DIGITAL

MAKALAH
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi dan Bisnis Digital

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Suwatno, M.Si.
Resti Indiarti, SE.,MM.

Disusun oleh:
Adhellya Rahma (2005379)
Alika Yasmin Lukman (2009458)
Aulia Fitri (2005847)
Chairul Dewantoro (2002982)
Faqa Marhaliza (2001216)
Zaenal Arifin (2004406)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Model Bisnis Digital” tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini yaitu sebagai bukti tertulis
dan menjadi salah satu bahan materi pembelajaran Ekonomi dan Bisnis Digital.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahEkonomi dan Bisnis
Digital.
Makalah ini disusun berdasarkan kajian pustaka dan studi kasus dengan mengacu
pada sub materi yang berkaitan dengan Bisnis Digital. Materi bersumber dari buku dan
media lainnya. Tidak lupa, kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Suwatno , M.Si.selaku dosen pengampu I mata kuliah Ekonomi
dan Bisnis Digital,
2. IbuResti Indiarti, SE., MM.selaku dosen pengampu II mata kuliah Ekonomi dan
Bisnis Digital,
3. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalahini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa menerima kritik dan saran yang
sifatnya membangun bagi penulis, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.

Bandung, 20 Februari 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan 4
1.4 Manfaat Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Konsep Bisnis Digital 5
A. Pengertian Bisnis dan Digital 5
B. Pengertian Bisnis Digital 7
2.2 Model Bisnis Digital 9
2.3 Proses Model Bisnis Digital 11
2.4 Model Bisnis di Perusahaan 12
2.5 Bisnis Digital dan Bisnis Konvensional 15
BAB III 17
STUDI KASUS 17
BAB IV PENUTUP 19
4.1 Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 20

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era digital saat ini, dunia telah diiringi dengan sebuah perkembangan
teknologi informasi yang pesat menjadikan internet sebagai salah satu teknologi
komunikasi dan informasi saat ini. Dampak dari sebuah kebutuhan penggunaan internet
inipun tidak lepas dari sisi bisnis yang digunakan untuk memasarkan produk dari segala
sector online. Perkembangan internet menyebabkan terciptanya dunia baru yang sering
disebut dengan dunia maya. Di dalam dunia maya individu mempunyai kemampuan dan hak
untuk berkomunikasi kepada individu lain tanpa ada halangan yang bisa membatasinya.
Era digital dapat dimanfaatkan juga dalam bidang ekonomi, terutama bagaimana
mengubah aktivitas para pelaku ekonomi. Diantaranya ialah mengubah cara dan aktivitas
usaha ekonomi mikro, mulai dari aktivitas yang mengandalkan jual beli secara konvensional
ke aktivitas ekonomi digital. Selain itu usaha mikro yang selama ini menjadi tonggak akan
pereknomian nasional memiliki permasalahan akan kurangnya pembinaan serta pelatihan
yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha tersebut.
Sektor bisnis adalah sektor yang sangat terkena dampak dari perkembangan
teknologi informasi dan telekomunikasi serta sangat cepat tumbuh. Pergerakan manusia
yang sangat cepat dan pesat menuntut dunia perdagangan untuk mampu menyediakan
layanan jasa dan barang dengan cepat sesuai dengan permintaan pembeli. Untuk menangani
masalah yang sedang terjadi, saat ini telah muncul berbagai transaksi yang menggunakan
media online yang berfungsi untuk menghubungkan penjual dan pembeli.
Transaksi bisnis melalui internet dikenal dengan nama e-commerce dan
e-bussines. Melalui e-commerce, seluruh manusia yang ada di muka bumi memiliki banyak
kesempatan dan peluang yang sama untuk bersaing dan berhasil berbisnis di dunia maya.
Perkembangan bisnis melalui media online yang didukung oleh perkembangan internet yang
cepat dan juga banyak perusahaan yang menciptakan platform website baru (berbasis situs),
perusahaan tersebut disebut dengan startup.Bisnisstartup adalah sebuah usaha kewirausahaan
atau bisnis inovatif dalam bentuk perusahaan.
Sederhannya, startup merupakan sebuah bisnis rintisan. Bisnis starup hampir
sama dengan UMKM. Karena saat ini mengakses internet dapat dilakukan siapa saja dengan
mudah dan semakin banyak orang yang mengenal internet, startup menjadi sebuah ide bisnis

3
baru sehingga banyak tercipta perusahaan dan memulainya dengan satu atau beberapa
orang saja kemudian bisa menjadi besar.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang sudah kami tuliskan di atas, kami dapat membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan Model Bisnis Digital?
2) Bagaimanapenentuan Model Bisnis Digital dilakukan?
3) MengapaModel Bisnis Digital lebih efektif dibanding Model Bisnis Konvensional?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui yang dimaksud dengan Model Bisnis Digitalsecara luas dan juga pandangan
para ahli.
2) Mengetahui proses penentuanModel Bisnis Digital.
3) Mengetahui kelebihan dan kekurangan Model Bisnis Digital dan Model Bisnis
Konvensional.

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan ditulisnya makalah mengenai ‘Model Bisnis Digital’ ini, diharapkan dapat
bermanfaat bagi mahasiswa Manajemen Perkantoran Kelas A dalam mata kuliah Ekonomi
dan Bisnis Digitalsebagai bahan presentasi sehingga dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman.
Penulisan makalah ini juga diharapkan bermanfaat bagi kami sendiri sebagai
mahasiswa yang masih belajar. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai Model Bisnis Digital. Dengan begitu diharapkan makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi siapapun yang membacanya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Bisnis Digital


A. Pengertian Bisnis dan Digital
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa
kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis
dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks
individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta,
bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya.
Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha,
atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti
ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya
atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis
seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh
pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang
sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata “bisnis” sendiri memiliki
tiga penggunaan, tergantung skupnya-penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada
badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari
laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu,
misalnya “bisnis pertelevisian”. Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas
yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi
“bisnis” yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.
Berikut beberapa pengertian bisnis menurut beberapa tokoh diantaranya:
1. Menurut Brown dan Petrello
“Business is an institution which produces goods and services demanded by people”,
yang berarti bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat sambil memperoleh laba.

5
2. Menurut Steinford
“Business is all those activities involved in providing the goods and services needed or
desired by people”, yang berarti bisnis sebagai aktivitas yang menyediakan barang atau
jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh konsumen.
3. Menurut Griffin dan Ebert
“Business is an organization that provides goods or services in order to earn provit”,
yang berarti bisnis merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang
bertujuan untuk menghasilkan profit (laba).
Teknologi merupakan keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Dalam pengertiannya yang
lain teknologi merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Digital
berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani berarti jari jemari. Apabila kita hitung jari
jemari orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix,
yaitu 1 dan 0, oleh karena itu digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan
yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner).
Praktik transformasi digital biasanya digunakan dalam konteks bisnis. Pengenalan
teknologi digital telah memicu penciptaan model bisnis baru dan aliran pendapatan.
Teknologi yang muncul seperti kecerdasan buatan (AI), cloud computing dan Internet of
Things (IoT) mempercepat transformasi, sementara teknologi dasar seperti manajemen data
dan analitik diperlukan untuk menganalisis sejumlah besar data yang dihasilkan dari
transformasi digital.
Era digital merupakan suatu masa di mana sebagian besar masyarakat pada era
tersebut menggunakan sistem digital dalam kehidupan sehari-harinya. Sistem digital mengacu
pada bentuk bahasa binari, di mana ‘kata’ dalam sistem tersebut disebut bits, yang terdiri dari
urutan angka 0 dan 1. Sistem digital ini terbukti lebih mutakhir dari sistem yang
dikembangkan sebelumnya, yaitu sistem analog. Kerja sistem analog berbeda dengan sistem
digital. Sistem analog menghasilkan sinyal tiruan dari suara/sinyal asli yang didapat secara
utuh dari alam, sehingga kualitas sinyal tiruan yang didapat terkadang kurang jelas
dikarenakan adanya faktor degradasi sinyal dan noise (suara latar yang mengganggu) (Carlin,
2010: 229).
Teknologi komunikasi dari media elektronik pada awalnya masih menggunakan
sistem analog, dan baru beralih ke sistem digital dengan ditandai hadirnya transformasi
produk media seperti e-book, internet, koran digital, e-library, e-shop dsb. Masa ini juga
sering disebut sebagai revolusi digital. Menurut wartawan Suara Merdeka, Muhamad Irsyam

6
dalam artikelnya “Revolusi Digital dan Perilaku Konsumen” pada bulan 11 November 2013,
revolusi digital ini telah dimulai pada awal tahun 1990-an di dunia. Dengan mengingat
prinsip-prinsip sistem digital tadi, maka era digital merupakan era di mana aliran informasi
melalui media-media komunikasi bersifat jelas, akurat dan cepat.
Berbicara tentang kemajuan teknologi yang pada hal ini lebih terfokus kepada media
sosial, tentu memiliki dampak yang positif dan negatif dari perkembangannya tersebut.
Diantara dampak positif yang bisa di dapat adalah:
1. Sebagai media penyebaran informasi.
2. Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan sosial.
3. Memperluas jaringan pertemanan.

B. Pengertian Bisnis Digital


Digital business atau disebut juga bisnis digital adalah bisnis tercanggih saat ini yang
diperkirakan terus berkembang setiap tahun dan semakin lama akan meningkat tajam. Bisnis
digital di sini adalah bisnis online. Bisnis digital atau bisnis online adalah bisnis riil yang
menggunakan media internet. Bisnis digital adalah bisnis yang menggunakan teknologi
sebagai keunggulan dalam operasi internal dan eksternal.
Teknologi informasi telah mengubah infrastruktur dan operasi bisnis sejak Internet
menjadi tersedia secara luas untuk bisnis dan individu. Transformasi ini telah sangat
mengubah cara bisnis melakukan operasi sehari-hari mereka. Ini telah memaksimalkan
manfaat dari aset data dan inisiatif yang berfokus pada teknologi.
Transformasi digital telah berdampak besar pada bisnis; mempercepat kegiatan dan
proses bisnis untuk memanfaatkan peluang sepenuhnya dengan cara yang strategis. Bisnis
digital memanfaatkan ini sepenuhnya agar tidak terganggu dan berkembang di era ini. Staf
C-Level perlu membantu organisasi mereka mengambil peluang sambil memitigasi risiko.
Pola pikir teknologi ini telah menjadi standar bahkan dalam industri yang paling tradisional,
membuat strategi bisnis digital sangat penting untuk menyimpan dan menganalisis data untuk
mendapatkan keunggulan kompetitif dalam persaingan. Pengenalan komputasi awan dan
model pengiriman SaaS berarti bahwa proses internal dapat dengan mudah dikelola melalui
berbagai pilihan aplikasi, memberi organisasi fleksibilitas untuk memilih, dan mengubah
perangkat lunak seiring bisnis tumbuh dan berubah.
Bisnis digital juga telah melihat pergeseran dalam daya beli; masing-masing
departemen sekarang mendorong aplikasi yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka,
daripada mengandalkan IT untuk mendorong perubahan. Istilah ekonomi digital (digital

7
economy) dikenalkan oleh Don Tapscott di tahun 1995 lewat bukunya berjudul The Digital
Economy: Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence.
Ekonomi digital adalah kegiatan ekonomi yang didasarkan pada teknologi digital
internet. Ekonomi digital disebut juga dengan sebutan internet economy, web economy,
digital-based economy, new economy knowledge, atau new economy. Era digital economy
atau era new economy muncul sewaktu organisasi mulai mengawinkan produktivitas TI dari
sumber daya aktiva dengan knowledge dari sumber daya manusia untuk menjangkau
transaksi global lintas batas dalam bentuk connected economy.
Menurut Don Tapscott, ekonomi digital mempunyai 12 atribut, diantaranya:
1. Knowledge. Di ekonomi digital, power of the knowledge diterjemahkan menjadi
inovasi-inovasi unggul lewat kesempatan-kesempatan terbaru untuk menciptakan
keunggulan kompetitif.
2. Digitization. Transaksi bisnis menggunakan digital technology dan digital information.
3. Virtualization. Di ekonomi digital dimungkinkan untuk merubah barang fisik menjadi
barang virtual. Modal intelektual dikonversikan menjadi modal digital.
4. Molecularization. Di ekonomi digital, heavy organization di organisasi tradisional
berubah menjadi light organization yang fleksibel, M-form organization (organisasi
multidivisional) bergeser menjadi E-form organization atau ecosystem form organization
yang mudah beradaptasi dengan lingkungan.
5. Internetworking. Menggunakan jaringan internet untuk membangun interkoneksi
membentuk jaringan ekonomi.
6. Disintermediation. Tidak diperlukan lagi perantara, transaksi dapat dilakukan langsung
peer-to-peer.
7. Convergence. Konvergensi komputasi, komunikasi, dan konten bersama-sama
membentuk multimedia interaktif yang menjadi platform yang penting.
8. Innovation. Imaginasi dan kreativitas manusia merupakan sumber-sumber nilai utama
membentuk innovation economy.
9. Prosumption. Di ekonomi lama aspek kunci adalah mass production, sedang di ekonomi
digital adalah mass customization. Perbedaan antara produser dan kustomer menjadi
kabur, setiap kustomer di information highway dapat juga menjadi produser.
10. Immediacy. Perbedaan waktu saat memesan barang dengan saat diproduksi dan dikirim
menyusut secara drastis disebabkan kecepatan proses digital technology.
11. Globalization. Menurut Peter Drucker "knowledge knows no boundaries." Tidak ada
batas untuk transaksi global.

8
12. Discordance. Akan muncul jurang pemisah antara yang memahami teknologi dengan
yang tidak memahami teknologi. Supaya survive, semua pemain di ekonomi digital harus
technologically literate yaitu mampu mengikuti technological shifts menuju interaksi dan
integrasi dalam bentuk internetworked economy.
Beberapa digital business models muncul di ekonomi digital. Open markets merupakan
transaksi digital terbuka untuk semua orang secara langsung dalam bentuk peer-to-peer.
Pendapatan diperoleh dari upah yang diterima. Contohnya adalah e-auction seperti eBay.
Aggregations merupakan perusahaan e-tailer yang mengumpulkan beberapa produser dan
menawarkan produknya kepada pelanggan. Pendapatan yang diperoleh berasal dari iklan dan
penjualan. Contohnya adalah toko online Lazada, Zalora, dan Bhineka. Portal menawarkan
jasa dan pencarian konten, berita, e-mail, chat dan lainnya. Pendapatan diperoleh dari iklan
dan biaya langganan. Contohnya adalah Yahoo.com, Google.com. Content provider
merupakan penyedia informasi seperti surat kabar dan majalah. Pendapatan diperoleh dari
iklan dan biaya langganan. Contohnya adalah Detik.com dan Viva.co.id. Broker elektronik
merupakan perantara elektronik untuk melakukan transaksi. Pendapatan diperoleh dari iklan
dan upah transaksi. Contohnya adalah Agoda.com dan Etrading.com. Service provider
merupakan penjual jasa bukan barang lewat online. Pendapatan diperoleh dari penjualan
jasanya. Contohnya adalah Lawinfo.com dan Xdrive.com. Community provider merupakan
laman yang menyediakan tempat bagi kelompok tertentu, misalnya penghobi atau profesi
tertentu, untuk bertemu. Pendapatan diperoleh dari iklan dan biaya keanggotaan.

2.2 Model Bisnis Digital


Istilah model bisnis menggambarkan sebuah kerangka atau pemikiran yang mendasari
berjalannya sebuah bisnis. Model bisnis akan mencakup tujuan, produk, apa yang ditawarkan,
strategi, infrastruktur, dan praktik-praktik lannya dalam kehidupan bisnis tersebut.
Ada setidaknya 4 model bisnis digital yang sering digunakan.
1. Model Business To Business (B2B)
Model bisnis digital B2B memfokuskan diri pada penyediaan produk barang dan jasa
dari satu bisnis ke bisnis lainnya. Bisnis model ini merupakan bisnis yang paling sering
ditemukan dalam supply chain sebuah produk akhir. Misalkan, sebuah perusahaan
memproduksi gadget seperti laptop dan smartphone sebagai produk jualannya.
Maka, bisnis model B2B akan menyediakan berbagai sparepart atau berbagai
perangkat material yang bisa digunakan untuk membuat gadget tersebut. Maka dari itu, bisnis

9
penyedia material dan bahan dasar ini akan berhubungan dan bertransaksi dengan bisnis
lainnya (business to business).
Begitu juga dengan bisnis digital B2B. Perusahaan menyediakan berbagai keperluan
dan bahan untuk bisnis lainnya melalui platform digital seperti e-commerce. Contoh
e-commerce B2B yang ada di Indonesia adalah Mbiz, Indonetwork, Ralali.com, Electronic
City dan lain sebagainya. E-commerce ini beroperasi dengan model B2B dan cenderung
bekerja dalam lingkungan tertutup. Ecommerce inipun menyasar target konsumen
perusahaan-perusahaan lain yang memerlukan produk dan jasa mereka.
2. Model Business To Consumer (B2C)
Tidak bisa dipungkiri lagi sektor terbesar penopang pertumbuhan ekonomi digital di
Indonesia adalah sektor Business to Consumer (B2C). Model bisnis ini adalah model bisnis
yang lazim dilakukan di pasar digital dan ecommece. Bahkan sektor B2C adalah model bisnis
yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Dalam model bisnis ini sebuah perusahaan akan
menjual produk dan jasa mereka kepada konsumen untuk digunakan.
Dalam bisnis digital, model bisnis digital B2C sangat banyak ditemukan. Contoh
bisnis digital di sektor ini adalah Amazon, Travelloka, Trivago dan berbagai bisnis yang
memiliki website dan social media sebagai sarana penjualan dan promosinya. Bisnis digital
model B2C harus mengoptimalkan pengalaman beli (purchase journey) calon konsumen
melalui berbagai platform dan kampanye digital marketing.
3. Model Consumer To Consumer (C2C)
Model bisnis digital Consumer to Consumer (C2C) merupakan model bisnis di mana
konsumen bisa menjual produk langsung ke konsumen lainnya. Konsumen biasanya akan
mengunjungi marketplace untuk menawarkan barangnya kepada konsumen lain. Marketplace
ini menjadi perantara antara konsumen satu dengan konsumen lainnya. Berbagai platform
seperti Tokopedia, Shopee, Instagram, OLX, dan Kaskus Jual Beli merupakan salah satu
bentuk bisnis C2C yang marak terjadi di Indonesia.
Model bisnis ini juga merupakan model bisnis yang sangat populer di Indonesia.
Faktanya, model bisnis C2C menyumbangkan kontribusi yang sangat besar dalam total
jumlah transaksi digital setiap tahunnya di Indonesia.
4. Model Consumer To Business (C2B)
Model bisnis digital Consumer to Business merupakan kebalikan dari model Business
to Consumer (B2C). Dalam model bisnis ini, konsumen akan menawarkan produk kepada
sebuah bisnis untuk mendapatkan royalty. Misalnya, seorang customer menawarkan sebuah
artikel berita kepada portal berita dan mendapatkan bayaran atas artikelnya tersebut.

10
Beberapa contoh bisnis digital yang menggunakan model ini antara lain sribulancer,
istockphoto.com, Mojok, Babe, dan Hubpages.
Model bisnis digital ini kini telah mulai dipraktikan di tengah masyarakat Indonesia
dengan bermunculan model bisnis digital yang menghimpun berbagai produk yang
ditawarkan individu untuk dijual kembali. Seperti sribulancer yang menghimpun individu
dan bisnis untuk saling bertemu dan bertransaksi.

2.3 Proses Model Bisnis Digital


Menurut Osterwalder, Pigneur dan Tucci (2005) Model bisnis adalah alat yang konseptual
yang berisi serangkaian elemen dan hubungan yang memungkinkan mengekspresikan logika
bisnis dari perusahaan tertentu. Adapun berikut ini adalah elemen konsep model bisnis:
● Proporsi nilai
● Menargetkan pelanggan
● Saluran distribusi
● Hubungan
● Konfigurasi nilai
● Kompetensi inti
● Jaringan mitra
● Struktur biaya
● Model pendapatan

11
2.4 Model Bisnis di Perusahaan

Gambar diatas menunjukkan peran model bisnis di perusahaan.

Berikut ini adalah contoh model bisnis ekonomi-digital (EFI, 2016):


1. Platform Gratis
Merupakan layanan gratis yang menawarkan layanan dasar gratis untuk membangun basis
pelanggan yang luas. Peran koordinator adalah menggabungkan aktivitas penciptaan nilai
dari berbagai perusahaan untuk ditawarkan kepada pelanggan produk. Kelompok
pelanggan yang berbeda dilayani dengan sebagian gratis dan sebagian berbiaya oleh
platform. Contohnya adalah Soundcloud dan LinkedIn.
2. Kelompok pengguna berorientasi pada pengalaman
Pengalaman pelanggan adalah pusat dari pengunaan layanan ini. Kegiatan utama
penciptaan nilai di outvsourcing-kan kepada orang banyak. Nilai tambah dari data
penggunaa yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan tambahan dari analisis data
pelanggan. Contohnya adalah Researchgate, YouTube, Instagram dan sebagainya.
3. Berlangganan untuk konsumen yang berbeda
Permintaan dibedakan, berlangganan yang membutuhkan pembayaran secara berkala oleh
pengguna. Tawaran selanjutnya dapat digunakan dengan cara yang ditentukan dalam
kontrak. Contohnya adalah Spotify, Apple Music atau Netflix.
4. Platform kemitraan
Pasar dua sisi, peran koordinator dan permintaan dibedakan. Kemitraan disini merujuk
pada komisi yang dibayarkan untuk melewati pelanggan ke pihak ketiga. Contohnya
Lieferheld.

12
5. Penjualan secara langsung
Artinya produk dijual langsung kepada pelanggan oleh produsen tanpa perantara.
Contohnya adalah Amazon.
6. Tawaran tambahan dan fungsi lintas bagian
Dalam hal tawaran tambahan, pertama kali ditawarkan relatif murah, namun untuk
penawaran dengan lebih banyak pilihan, maka pengguna harus mengeluarkan biaya
tambahan. Contohnya Dropbox.
7. Koordinator produk massal individual
Berarti produk diproduksi secara massal, tetapi disesuaikan pada saat yang bersamaan.
Model ini menggabungkan penawaran individu dengan platform di mana bagian-tawaran
penyedia mitra individu tersedia. Contohnya adalah Test Birds.
Perkembangan digital yang semakin berkembang memunculkan berbagai macam
model bisnis baru yang semakin beragam dan adaptif. Dengan berbagai macam teknologi
yang digunakan, seperti pembayaran online, model langganan, dan lain sebagainya. Yang
membuat bisnis dapat mengeksplorasi peluang-peluang lain dalam dunia digital.
Sebuah model bisnis yang bagus merupakan salah satu faktor utama dalam
keberhasilan bisnis. Model-model bisnis tersebut seringkali muncul dari adaptasi model
bisnis lama yang adaptif di era digital. Berikut terdapat beberapa contoh model bisnis dalam
dunia digital:
1. Brokerage/Marketplace
Model bisnis Brokerage/Marketplace ini pada intinya menghubungkan penjual
dan pembeli pada satu tempat. Brokerage atau lebih modern disebut marketplace akan
mendapatkan keuntungan dari biaya layanan penggunaan platform, komisi penjualan,
maupun jasa iklan untuk penjual. Model bisnis ini mengarahkan upaya bisnis untuk
mengumpulkan sebanyak-banyaknya penjual dan pembeli. Contoh yang paling umum di
Indonesia seperti: Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan lain sebagainya.
2. Advertising
Model bisnis Advertising menghubungkan para pemasang iklan dengan pemilik
media. Dalam digital, seringkali pemilik media juga mempunyai model bisnis advertising
untuk menyediakan iklan langsung ke platformnya. Model bisnis ini mendapatkan
keuntungan dari persentase komisi menjual iklan, atau biaya iklan jika memiliki platform
media. Model ini mengandalkan banyaknya pengguna yang bisa diberi iklan oleh para
pemasang iklan. Contoh perusahaan yang menggunakan model ini adalah Google dengan

13
Google Ads, Facebook dan Instagram dengan Facebook Ads, serta beberapa marketplace
seperti Shopee dengan Shopee Iklanku.
3. Infomediary
Model bisnis ini menghubungkan konsumen dengan kurasi informasi yang
bersifat spesifik dan bernilai. Model bisnis ini mendapatkan keuntungan dari biaya
langganan atau biaya akses. Model ini mengandalkan kualitas dari kurasi informasi yang
disediakan, semakin berkualitas atau bermanfaat maka semakin mahal harga yang
ditawarkan. Contoh perusahaan yang memakai model bisnis ini adalah Kompas dengan
kompas.id dan Bloomberg dengan Bloomberg Terminal.
4. Merchant
Model bisnis Mercant sama seperti model bisnis yang sudah ada sebelum era
digital, namun perbedaannya terletak pada pemanfaatan digital sebagai saluran distribusi
dan pemasaran. Model bisnis ini mendapatkan keuntungan dari penjualan produk yang
dihasilkan.
5. Manufacturer
Model bisnis ini sama dengan sebelumnya, memanfaatkan kekuatan digital untuk
membuat proses bisnis lebih efisien dan efektif. Model bisnis ini mendapatkan
keuntungan dari penjualan produk yang dibuat. Manufacturer dapat menjual produk
langsung ke konsumen maupun ke jaringan distributor yang dimiliki.
6. Affiliate
Model bisnis ini menawarkan produk yang dimiliki oleh perusahaan lain, dengan
keuntungan berupa persentase keuntungan jika terjadi penjualan. Model bisnis ini tidak
membayar komisi apapun jika tidak ada penjualan atau aksi konversi apapun yang terjadi.
7. Community
Model bisnis ini mengandalkan komunitas yang aktif dan engagement yang tinggi
untuk menjalankan bisnisnya. Cara perusahaan mendapatkan keuntungan dari model
bisnis community bisa dengan biaya langganan, jasa iklan, berjualan langsung, ataupun
lainnya.
8. Subscription
Model bisnis ini membebankan biaya tertentu kepada konsumen sebagai ganti
untuk menggunakan layanan yang ditawarkan. Semakin banyak pengguna yang dimiliki
maka semakin besar penghasilan yang didapatkan. Contoh perusahaan yang menjalankan
model bisnis ini adalah Netflix, Spotify, dan lainnya.
9. Utility/On-demand

14
Model bisnis ini membebankan biaya sesuai layanan yang digunakan. Kita banyak
melihat model bisnis ini semakin efektif dengan banyaknya tawaran layanan yang
ditawarkan. Contoh perusahaan yang menjalankan model bisnis ini adalah Gojek dan Grab.

2.5 Bisnis Digital dan Bisnis Konvensional


Bisnis digital adalah salah satu jenis usaha yang memanfaatkan perkemabangan
teknologi untuk menciptakan produk maupun dalam pemasaran produk itu sendiri. Bisnis
digital semakin lama kian berkembang pesat dan banyak diminati oleh masyarakat di
berbagai daerah.
Bisnis konvennsional sendiri merupakan bisnis yang dilakukan dengan cara
konvensional atau cara lama sedangkan bisnis online adalah bisnis yang berkembang karena
adanya kecanggihan teknologi saat ini. Jadi bisnis online ini dilakukan dengan menggunakan
teknologi yang ada. Dimana perbedaannya mulai dari tempat usaha. Dalam hal bisnis ini
bisnis konvensional tentu membutuhkan tempat seperti toko atau lapak untuk menawarkan
produk atau jasa kepada para konsumen. Sebaliknya untuk bisnis digital tidak memerlukan
hal tersebut karena tempat usaha bisnis digital di melalui online atau website serta market
place.
Selain itu juga modal usaha dimana apabila dalam bisnis konvensional dibutuhkan
biaya yang lebih seperti menyewa tempat dan biaya lainnya sedangkan untuk bisnis digital
terbilang lebih sedikit dibanding hal tersebut. Lalu cara kerja dimana hampir semua bisnis
konvensional harus dilakukan di toko offline sehingga kamu harus memiliki jadwal untuk
datang ke toko. Sedangkan bisnis digital memiliki waktu yang fleksibel dalam mengurus
bisnis. Kapanpun dan dimanapun kamu berada, kamu bisa mengecek penjualan atau
membalas berbagai pertanyaan dari konsumen, Maka hal tersebut menjadi keutungan juga
dimana memiliki waktu lebih untuk melakukan aktivitas lain.
Ada juga metode promosi yang menjadi perbedaan dimana dalam bisnis
konvensional, cara promosi dilakukan secara konvensional juga misalnya dengan menyebar
brosur atauoun promosi melalui mulut ke mulut. Sedangkan untuk bisnis digital
memanfaatkan teknologi yang ada misalnya dengan menggunakan media sosial yang
dimiliki atau menggunakan jasa iklan dari media soskal agar produk dan jasa lebih dikenal.
Selain itu media pemasaran digital mampu menjangkau kalangan tanpa batas waktu dengan
cara apapun. Media pemasaran digital diklaim mampu menjangkau semau kalangan,
kapanpun, dimanapun, dan dengan cara apapun. Tentu sangat jauh lebih unggul daripada
marketing konvensional yang terbatas waktu, lokasi, dan jangkauan pengguna.

15
Dari keuntungan yang sangat banyak tersebut tidak dipungkiri bahwa bisnis digital
tidak ada kekurangannya seperti bisnis digital memerlukan pengetahuan dan skill yang cukup
untuk menajalani bisnis digital ini , selain itu juga persainganya sangat ketat karena banyak
pesaing, lalu belum ada payung hukum yang kuat, serta penipuan masih marak karena
penyebaran internet juga belum merata sehingga tidak semua orang terjangkau.

16
BAB III
STUDI KASUS

MODEL BISNIS E-COMMERCE PRODUK PERTANIAN PADA PT.


LIMAKILO MAJU BERSAMA PETANI

PT. Limakilo Majubersama Petani adalah salah satu perusahaan e-commerce


produk pertanian yang ada di Indonesia. PT. Limakilo Majubersama Petani terletak di
Jalan Tebet Timur IVB No. 15, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Brand dari
perusahaan PT. Limakilo Majubersama Petani adalah Limakilo dengan website
Limakilo.id. PT. Limakilo Majubersama Petani juga merupakan sebuah perusahaan
pedagang perantara atau men in the middle dimanaperusahaan membantu petani
dalam memasarkan produk hasil panen petani. Komoditas yang ditawarkan oleh
Limakilo adalah komoditas dengan konsumsi yang besar di Indonesia meliputi
bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai merah keriting, cabai rawit, cabai
hijau, cabai hijau keriting, tomat, kentang dan beras. Komoditas utama yang
ditawarkan adalah bawang merah.
Perusahaan PT. Limakilo Majubersama Petani awalnya hanya menawarkan
bawang merah namun seiring berjalannya waktu PT. Limakilo Majubersama Petani
menambah jenis produk pertanian yang ditawarkan. Hanya saja, sampai saat ini
bawang merah masih menjadi komoditas utama yang yang ditawarkan perusahaan.
PT. Limakilo Majubersama Petani melihat bahwa bawang merah adalah bahan
makanan yang konsumsinya terbesar ke 3 di Indonesia setelah beras dan gula pasir
menurut data konsumsi rata-rata per kapita setahun beberapa bahan makanan di
Indonesia Tahun 2009-2013 yang dikeluarkan Kementrian Pertanian pada tahun 2013.
Namun harga bawang merah terus mengalami perubahan dimana harga bawang merah
di petani dan di konsumen memiliki perbedaan yang cukup tinggi. Bawang merah
yang didapatkan oleh PT. Limakilo Majubersama Petani adalah bawang merah dari
petani binaan perusahaan di Brebes dan Sleman, Jawa Tengah. Di Brebes harga
bawang merah dapat naik hingga 80% dari harga yang diberikan kepada petani jika
sudah memasuki pasar tradisional di Jakarta karena banyaknya men in the middle
yang menjadi perantara dalam rantai pasok bawang merah dari Brebes hingga ke

17
Jakarta. Harga bawang merah yang ditawarkan oleh Limakilo lebih rendah
dibandingkan dengan harga pasar tradisional di Jakarta. Hal ini dikarenakan PT.
Limakilo Majubersama Petani menjadi penengah langsung antara petani dengan
konsumen sehingga harga tinggi yang ditawarkan pasar tradisional di Jakarta untuk
komoditas bawang merah dapat diturunkan menjadi lebih rendah. Dengan kata lain,
perusahaan ini adalah pedagang perantara atau men in the middle.
Adapun kelebihan dari model bisnis PT. Limakilo Majubersama Petani
melalui pendekatan Business Model Canvas (BMC), diantaranya sebagai berikut:
a. Costumer segments, penambahan segmen pasar B2B menambah jumlah
konsumen, volume penjualan dan pendapatan perusahaan;
b. Value propotions, penambahan jenis produk tanpa menambah resiko perusahaan;
c. Key activities, pemberian fasilitas program pembiayaan dan pembinaan serta
penawaran harga produk yang lebih tinggi kepada petani sebagai penarik kerja
sama dan memunculkan loyalitas petani. Penjualan produk menggunakan
e-commerce untuk meminimalisir pengeluaran;
d. Key partnership, kerjasama dengan petani mitra yang dapat menambah ragam
produk.
Sedangkan kekurangan dari model bisnis PT. Limakilo Majubersama Petani,
diantaranya sebagai berikut:
a. Belum menampilkan dalam website Limakilo.id mengenai data harga produk
pertanian di pasar-pasar lokal di Jakarta untuk menunjukkan kepada konsumen
bahwa harga produk pertanian yang ditawarkan oleh Limakilo lebih rendah
10-15% dibandingkan dengan harga di pasar-pasar tersebut.
b. Belum memperbanyak promosi melalui social media atau pun melalui jasa
penampil iklan online seperti LOKAmedia, BisnisJakarta.com, Tribun Jual Beli
dan sebagainya agar penjualan produk melalui online meningkat.

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Di era digital saat ini, dunia telah diiringi dengan sebuah perkembangan
teknologi informasi yang pesat menjadikan internet sebagai salah satu teknologi
komunikasi dan informasi saat ini. Dampak dari sebuah kebutuhan penggunaan
internet inipun tidak lepas dari sisi bisnis yang digunakan untuk memasarkan produk
dari segala sector online. Perkembangan internet menyebabkan terciptanya dunia baru
yang sering disebut dengan dunia maya. Di dalam dunia maya individu mempunyai
kemampuan dan hak untuk berkomunikasi kepada individu lain tanpa ada halangan
yang bisa membatasinya.

19
DAFTAR PUSTAKA
Harmayani, et al. 2020. E-Commerce: Suatu Pengantar Bisnis Digital. Yayasan Kita Menulis.
Ndrawan., M. A. (2020). Digital Business. Purwokerto: CV. Pena Persada.
Nata. (2020). Model Bisnis Digital . Connexindo, 1-5.
Budiarta, K., Ginting, S. O., & Simarmata, J. (2020). Ekonomi dan Bisnis Digital. Yayasan
Kita Menulis.
Jakfar. W. (2015). Jenis-Jenis Bisnis Digital. ADI Bisnis Digital Interdisiplin Jurnal
Miko. (2022).Kewirausahaan dan Bisnis.Media Sains Indonesia.Jakarta
Dicky.(2020). Bisnis Online: Strategi dan Peluang Usaha.Yayasan Kita Menulis.
Syamsuri, et al. 2021. Pengantar Kewirausahaan (Tranformasi Digital Entrepreneurship).
Media Sains Indonesia.

20

Anda mungkin juga menyukai