Anda di halaman 1dari 15

http://www.free-powerpoint-templates-design.

com

BUDAYA
PERUSAHAAN
DAN ETIKA
Kelompok 6 :

KHUSNULAFIFAH ZHARAURA NIM: 1801103010013


ADINDA NOVIA SARI NIM: 1801103010023
DARA RAMDHANA NIM: 1801103010050
NURULAZIZY NIM: 1801103010082
RIZKA WILDA KAUSARI NIM: 1801103010083

2021
BUDAYA PERUSAHAAN

Budaya Perusahaan adalah suatu sistem dari


nilai-nilai yang dipegang bersama tentang apa
yang penting serta keyakinan tentang bagaimana
dunia itu berjalan. Nilai-nilai peribadi dan karakter
moral mempunyai peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan kinerja etis suatu
perusahaan. Nilai-nilai dan karakter pribadi dapat
dipengaruhi oleh budaya suatu perusahaan.
Budaya perusahaan merupakan kombinasi ide,
adat istiadat, praktik tradisional, nilai-nilai
perusahaan yang membantu mendefinisikan
perilaku normal bagi setiap orang yang bekerja di
suatu perusahaan. Budaya itu sendiri merupakan
cara kita melakukan sesuatu di sekitar kita.
Terdapat tiga faktor yang menjelaskan perbedaan
pengaruh budaya yang dominan terhadap perilaku, yaitu:

1. Keyakinan dan 2. Dimiliki bersama


nilai-nilai bersama secara luas

3. Dapat diketahui dengan jelas,


mempunyai pengaruh yang lebih
kuat terhadap perilaku.
1) Berusaha menyesuaikan diri, menghormati norma organisasi, dan
mengerjakan apa yang diharapkan.
2) Memahami serta mendukung secara aktif misi dan tujuan
organisasi.
Kemampuan dan kemauan untuk 3) Memilih kegiatan dan prioritas pribadi untuk memenuhi kebutuhan
menyelaraskan pribadi dengan kebutuhan, organisasi dan menyesuaikan diri dengan misi organisasi.
prioritas dan sasaran organisasi bukan lagi 4) Melakukan tindakan yang sesuai dengan misi dan menjaga nama
dianggap sebagai beban, tetapi sebagai baik organisasi.
suatu kesadaran, diantaranya adalah: 5) Melakukan pengorbanan pribadi.
6) Menempatkan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri,
termasuk kepentingan pribadi dan urusan keluarga.
7) Mendukung keputusan yang menguntungkan organisasi meskipun
tidak disenangi orang lain.
8) Memberikan kejelasan tentang sasaran kelompok dan bagaimana
kontribusi setiap peran anggota dalam mencapai sasaran tersebut.
9) Meningkatkan efektivitas, moral dan produktivitas kelompok. Ini
termasuk berusaha untuk membentuk semangat kelompok.
10) Menjaga kelompok, melindungi kelompok dan reputasinya serta
memastikan bahwa kebutuhan praktis kelompok terpenuhi dan
menyediakan sumber daya yang dibutuhkan.
11) Memastikan bahwa orang lain menerima misi, tujuan, agenda,
iklim, dan kebijakan pimpinan.
PENTINGNYA BUDAYA PERUSAHAAN

Budaya sebagaimana definisi di atas dapat


dikatakan sebagai serangkaian nilai atau
keyakinan yang menghasilkan pola perilaku
tertentu secara kolektif dalam korporasi.
Dengan nilai bersama tersebut, permasalahan
bersama yang muncul sebagai akibat dari
perubahan-perubahan lingkungan, dapat
diatasi secara efektif karena ada
kebersamaan yang dibangun atas dasar rasa
saling percaya satu sama lain.

PowerPoint
Presentation
UNSUR BUDAYA PERUSAHAAN

04 Imbal jasa/penghargaan
03 Wewenang

02 Norma
01 Nilai (Value)
FAKTOR PENENTU BUDAYA PERUSAHAAN

• Kejelasan dengan tanggung jawab artinya • Adanya keluwesan dalam melaksanakan


seperti tiap individu merasa diberi tanggung pekerjaan
jawab. • Kejelasan dalam mengambil resiko untuk setiap
• Kejelasan sasaran kerja, artinya setiap peran
individu mengerti apa yang harus dikerjakan • Adanya keterbukaan artinya setiap individu
dan bagaimana melaksanakan serta kepada merasa bahwa manajemen dan lingkungan
siapa ia harus melaporkannya. kerja sifatnya terbuka
• Kejelasan penilaian kinerja, artinya setiap • Adanya keakraban hubungan kerja secara
individu memperoleh umpan balik dari apa harmonis
yang dikerjakannya. • Adanya sikap toleran artinya kesadaran tiap
• Adanya tantangan kerja bagi setiap individu individu mempertimbangkan saran yang
dalam melaksanakan kerja diberikan. 15. Adanya kepedulian artinya setiap
• Adanya bimbingan kerja bagi setiap individu individu peduli atas masalah yang timbul dan
• Adanya keinginan untuk bekerja keras berusaha mencari jalan pemecahannya
• Adanya penghargaan untuk individu yang • Adanya rasa memiliki artinya setiap individu
berprestasi merasa terikat dalam organisasi bukan diikat
• Kejelasan karier di masa depan • Adanya kerja sama yang akrab dalam
• Adanya pengakuan dari atasan dan teman organisasi
sejawat • Adanya saling percaya mempercayai dalam
melaksanakan pekerjaan.
MANFAAT BUDAYA PERUSAHAAN

2. Menimbulkan rasa memiliki


identitas bagi anggota

1. Membatasi peran yang


membedakan antara organisasi yang
satu dengan organisasi yang lain.

Content Here
Content Here
4. Menjaga stabilitas organisasi.

3. Mementingkan tujuan bersama


daripada mengutamakan kepentingan
individu.
HUBUNGAN ETIKA DENGAN BUDAYA PERUSAHAAN

Perilaku etis dapat menimbulkan saling percaya antara


perusahaan dengan stakeholder. Perilaku etis dapat mencegah
pelanggan, pegawai dan pemasok bertindak oportunis, serta
tumbuhnya saling percaya. Budaya perusahaan memberi
kontribusi signifikan terhadap pembentukan perilaku etis.
Budaya dapat mendorong terciptanya perilaku etis atau
sebaliknya dapat mendorong terciptanya perilaku tidak etis.
Etika merupakan standar moral yang menyangkut baik-buruk
dan benar-salah. Etika bisnis meliputi:

1. Etika perusahaan: Hubungan perusahaan dengan


karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya.
2. Etika kerja: Hubungan antara perusahaan dengan
karyawan.
3. Etika perorangan: Hubungan antar karyawan.
KESADARAN ANTI KORUPSI DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN ETIS DI INDONESIA

A. PENDAHULUAN

Korupsi adalah masalah utama yang beroperasi dan menyusup ke


berbagai lapisan masyarakat. Korupsi merusak negara, institusi dan
masyarakat. Korupsi memicu kemarahan, mengacaukan komunitas dan
seringkali memperburuk konflik kekerasan. Indeks Persepsi Korupsi (IPK)
menilai negara-negara dalam skala dari 0 (sangat korup) hingga 100
(sangat bersih). Dua pertiga negara mendapat skor di bawah 50,
menunjukkan masalah korupsi yang serius. Di negara-negara dengan skor
tertinggi, setiap hari warga negara menghadapi implikasi nyata dari
pengaruh korupsi yang luas jangkauannya. Indonesia berada di peringkat
90th dengan skor CPI 37. Sementara skor korupsi Indonesia menunjukkan
peningkatan yang lambat (2015: 7 36; 2014: 34; 2013: 32; 2012: 32), B C
peringkatnya masih sangat tinggi.

Dalam penelitian ini, kami mencoba untuk menyelidiki konten dan proses
dalam pengambilan keputusan etis dengan memeriksa dampak hubungan
antara kesadaran korupsi di masyarakat/organisasi, dan sensitivitas etika
dan skeptisisme profesional (sebagai niat dan evaluasi etis).
D E
B. LANDASAN TEORITIS DAN EMPIRIS

a. Pengambilan Keputusan yang Etis


Jones (1991) mendefinisikan keputusan etis sebagai keputusan yang secara hukum dan moral dapat
diterima oleh masyarakat luas. Tahap pertama dalam pengambilan keputusan etis adalah bahwa
seorang individu mengenali isu-isu tentang tindakan yang benar atau salah, yang kemudian dievaluasi
oleh berbagai pemangku kepentingan di dalam dan di luar perusahaan.

b. Korupsi Korupsi
didefinisikan sebagai penggunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi, atau
dengan kata lain, penggunaan jabatan, pangkat, atau status resmi oleh seorang
pejabat untuk keuntungan pribadinya (Myint, 2000).

c. Kesadaran Anti Korupsi


Kesadaran perilaku kognitif hampir di anak tangga terbawah domain afektif (Krathwohl, Bloom,
& Masia, 1964). Konsep kesadaran korupsi dapat diturunkan dari konsep kesadaran situasional
dan iklim etika organisasi. Persepsi elemen dalam lingkungan melibatkan membuat perbedaan
antara informasi yang relevan dan tidak relevan.

d. Sensitivitas Etis
Sensitivitas etis adalah kemampuan untuk mengidentifikasi aspek yang menonjol dari
dilema etika. Sebagaimana dijelaskan oleh Rest (1986) adalah kemampuan individu untuk
mengenali bahwa suatu situasi mengandung masalah moral.
Lanjutan.....
e. Skeptisisme Profesional
Nelson (2009) mendefinisikan skeptisisme profesional sebagai penilaian dan keputusan
auditor yang tergantung pada informasi yang tersedia yang menunjukkan keyakinan yang
tinggi tentang risiko bahwa suatu pernyataan tidak benar. Auditor membutuhkan skeptisisme
atau kecurigaan yang sehat ketika menilai bukti audit. Hurtt (2010) mengembangkan skala
untuk mengukur skeptisisme profesional yaitu :

Harga diri: Harga


diri mengacu pada
Pemahaman
evaluasi
Pikiran bertanya : interpersonal:
Penangguhan Mencari ilmu: Mautz & keseluruhan
Dalam SA No 240, Pemahaman Otonomi:
judgement: Standar Sharaf (1961) individu atas
skeptisisme interpersonal terkait Auditor harus
Auditing SAS No 1 menetapkan standar kompetensinya
profesional dengan evaluasi bukti, memutuskan
menunjukkan pentingnya awal dengan (Rosenberg,
digambarkan sebagai yang berhubungan kapan tingkat
penangguhan penilaian menyoroti pentingnya 1965).
sikap yang mencakup dengan motivasi dan informasi yang
ketika menerima asersi rasa ingin tahu ketika
pikiran yang bertanya integritas individu yang memadai telah
manajemen sampai bukti melakukan audit
dan penilaian kritis memberikan bukti. diperoleh.
yang cukup
terhadap bukti audit. dikumpulkan..
Pengaruh positif etika organisasi terhadap
C. HASIL PENELITIAN skeptisisme profesional berbeda dengan pengaruh
yang tidak signifikan dari iklim etika lingkungan
umum terhadap skeptisisme 11 profesional. Ini
mungkin karena seorang individu secara aktif
berinteraksi dalam organisasinya dan oleh karena
itu niat mereka untuk bertindak secara profesional
lebih dipengaruhi oleh organisasi itu daripada oleh
masyarakat secara keseluruhan.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
pengaruh positif korupsi (CAS) di
masyarakat terhadap skeptisisme
profesional (PS). Model determinan
skeptisisme profesional Nelson (Nelson, Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran
2009) menunjukkan bahwa penilaian korupsi baik dalam organisasi maupun
skeptis dipengaruhi oleh masukan bukti masyarakat berpengaruh positif terhadap
seperti tingginya risiko lingkungan yang sensitivitas etika. Hasilnya mengkonfirmasi
korup. Dari perspektif itu, pengetahuan proposisi bahwa jika seorang auditor memiliki
auditor tentang adanya korupsi dalam suatu sensitivitas etika yang lebih tinggi, dia akan
lingkungan harus mempengaruhi bertindak secara etis. Hasil ini mendukung
skeptisisme profesional. kerangka teoritis bahwa sensitivitas etika
melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi
aspek yang menonjol dari dilema etika dan
untuk melihat di luar lingkungan seseorang
implikasi tindakan dalam konteks gambaran
sosial yang lebih luas.
KESIMPULAN

Budaya Perusahaan adalah suatu sistem dari nilai-nilai yang dipegang bersama
tentang apa yang penting serta keyakinan tentang bagaimana dunia itu berjalan.
Faktor - faktor yang menentukan dalam menciptakan budaya organisasi yaitu: iklim
organisasi, gaya kepemimpinan dan kinerja. Perilaku etis dapat mencegah
pelanggan, pegawai dan pemasok bertindak oportunis, serta tumbuhnya saling
percaya. Budaya perusahaan memberi kontribusi signifikan terhadap pembentukan
perilaku etis. Budaya dapat mendorong terciptanya perilaku etis atau sebaliknya
dapat mendorong terciptanya perilaku tidak etis. Skeptisisme profesional adalah ciri
auditor profesional, terutama ketika melakukan audit dalam lingkungan yang berisiko
tinggi korupsi. Melalui skeptisisme profesional, seorang auditor dapat mengevaluasi
lingkungannya secara lebih kritis dengan evaluasi etis.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai