Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah & harga
diri (Tom Peters dan Nancy Austin)
Mutu
Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan
tugas yang paling penting. Walaupun demikian, ada sebagian orang yang
menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu
dianggap sebagai sesuatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu
dalam pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan
orang lain, sehingga tidak aneh jika ada dua pakar yang tidak memiliki kesimpulan
yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik
Kita memang bisa mengetahui mutu ketika kita mengalaminya, tapi kita tetap merasa
kesulitan ketika kita mencoba mendeskripsikannya dan menjelaskannya. Dalam
kehidupan sehari-hari kita akan melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan mutu,
terutama jika mutu tersebut sudah menjadi kebiasaan kita. Namun ironisnya, kita
hanya bisa menyadari keberadaan mutu tersebut saat mutu tersebut hilang. Suatu hal
yang bisa kita yakini adalah mutu merupakan suatu hal yang bisa membedakan
antara yang baik dan yang sebaliknya. Bertolak dari kenyataan tersebut, mutu dalam
pendidikan akhirnya merupakan suatu hal yang membedakan antara kesuksesan dan
kegagalan. Sehingga, sangatlah jelas bahwa mutu merupakan masalah pokok yang
akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status di tengah-tengah
persaingan dunia pendidikan yang semakin ketat.
Organisasi-organisasi terbaik di dunia, baik milik pemerintah maupun swasta,
memahami mutu dan mengetahui rahasianya. Menemukan sumber mutu adalah
sebuah petualangan yang penting. Pelaku-pelaku dunia pendidikan menyadari
keharusan mereka untuk meraih mutu tersebut dan menyampaikannya kepada pelajar
atau peserta didik. Sesungguhnya, ada banyak sumber mutu dalam pendidikan,
misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang cakap, nilai moral yang tinggi, hasil
ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan
1
komunitas lokal, sumber daya yang melimpah, aplikasi teknologi yang mutahir,
kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pesera didik, kurikulum
yang sesuai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Mungkin terkesan sedikit memerintah jika pelaku dunia pendidikan dianjurkan
pentingnya berkaca dan melihat dunia bisnis sebagai sebuah titik awal pembicaraan
tentang penerapan mutu di dunia pendidikan. IBM, misalnya, menetapkan sebuah
definisi: "Mutu sama dengan kepuasan pelanggan". Alex Trotman, wakil presiden
eksekutif Ford Motor Company menyampai pesan yang senada: "Kita tahu bahwa
pada saat ini, kita harus benar-benar memuaskan pelanggan". Akan tetapi, langkah
awal untuk mencapai mutu tidaklah sesederhana "Dengarkan pelanggan Anda dan
beri respon pada mereka maka semua hal yang baik akan tercipta dengan
sendirinya".
Organisasi-organisasi yang mengganggap serius pencapaian mutu memahami bahwa
sebagian bear rahasia mutu berakar dari mendengar dan merespon secara simpatik
terhadap kenutuhan dan keingginan para pelanggan dan klien. Meraih mutu
melibatkan keharusan melakukan segala hal dengan baik, dan institusi harus
memposisikan pelanggan secara tepat dan proporsional agar mutu bisa dicapai.
3
Jika demikian maka kita harus membedakan TQM dalam perusahaan dan TQM
dalam pendidikan. TQM dalam perusahaan hanya sebatas sebuah inisiatif.
Sedangkan TQM dalam pendidikan lebih merupakan sebuah filosofi dan metodologi
yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda
dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Esensinya adalah
perubahan budaya atau change of culture.
Harus dicatat bahwa petualangan mencari mutu bukanlah sebuah ekspedisi baru.
Dalam dunia industri, sejak dulu sudah ada keharusan untuk merasa yakin bahwa
produk sudah sesuai dengan spesifikasinya agar mampu memberikan kepuasan pada
para pelanggannya. Jika mutu produksi terjaga maka akan menyebabkan tingkat
kepercayaan pelanggan terhadap produk meningkat. Untuk mencapainya, maka
harus menjaga standar mutunya sehingga dikemudian hari lahirlah apa yang disebut
quality control.
Kontrol mutu adalah proses yang menjamin bahwa hanya produk yang memenuhi
spesfikasi yang boleh keluar dari pabrik dan dilempar ke pasar. Maka kontrol mutu
berada di tahap akhir atau pasca produksi dengan tugas mendeteksi produk yang
cacat.
4
struktur informal dalam organisasi-organisasi terhadap hasil produk industry serta
terhadap produktivitas dan dampaknya terhadap praktek-praktek kerja.
Dari Western Electric, Deming pindah kerja di Departemen Pertanian Amerika.
Disana dia diperkenalkan pada Walter Shewhart seorang ahli statistik dari Bell
Laboratories di New York. Sebelumnya Shewhart telah mengembangkan beberapa
teknik yang membawa proses-proses industry menuju apa yang ia sebut dengan
kontrol statistik. Ini adalah serangkaian teknik-teknik yang meminimalisasi unsur-
unsur tak terduga dari proses-proses industri, sehingga industry lebih bisa diprediksi
dan dikontrol. Tujuannya adalah untuk menghilangkan pemborosan biaya dan
penundaan waktu. Kontribusi awal Deming adalah mengembangkan dan
meningkatkan metode-metode statistik Shewhart dan Deming, sekarang dikenal
sebagai Statistical Process Control (SPC), yang dikombinasikan dengan wawasan
hubungan gerakan relasi manusia yang diasosiasikan dengan Mayo dan koleganya
yang notabene merupakan penyokong teori TQM.
Deming mengunjungi Jepang pertama kali di akhir tahun 1940an untuk melakukan
sensus Jepang pasca perang. Terkesan dengan kinerjanya, Japanese Union of
Engineers and Scientists mengundang Deming untuk kembali pada tahun 1950 untuk
mengajarkan aplikasi kontrol proses statistik kepada para pelaku industry dijepang.
Jepang menekankan perhatian dalam merekonstruksi industry mereka yang rusak
karena perang. Pada saat itu, industry Jepang mengalami kerusakan besar akibat bom
yang dijatuhkan Amerika sehingga industri yang tersisa hanya bisa menghasilkan
produk imitasi bermutu rendah. Orang-orang jepang berkeinginan untuk belajar dari
bangsa-bangsa industrialis lain.
Deming memberikan sebuah jawaban yang sederhana terhadap kondisi sulit mereka.
Dia menganjurkan agar Jepang memulai ayunan langkah dengan mengetahui apa
yang diinginkan oleh pelanggan mereka. Deming menganjurkan agar mereka
mendesain metode-metode produksi serta produk mereka dengan standar tertinggi.
Hal ini akan memungkinkan mereka memegang kendali. Deming yakin bahwa jika
pendekatan tersebut sepenuhnya dijalankan, maka lebih kurang dalam lima tahun ke
depan, perusahaan-perusahaan di Jepang mampu memposisikan dirinya sebagai
pemimpin pasar. Jepang menerapkna ide-ide Deming, Joseph Juran dan Pakar Mutu
Amerika lainnya yang berkunjung ke Jepang pada waktu itu. Revolusi mutu dimulai
dari pabrik dan diikuti oleh industry-industri jasa serta diikuti juga bank dan
5
keuangan. Jepang telah mengembangkan ide-ide Juran dan Deming ke dalam apa
yang mereka sebut Total Quality Control, dan mereka mampu menjadi singa pasar
dunia. Dominasi pasar yang mereka raih tersebut sebagian besar merupakan hasil
dari perhatian mereka terhaadap mutu.
Di Amerika sendiri ide-ide Deming dan Juran justru diabaikan. Pada tahun 1950-an,
bisnis Amerika memang apat menjual dengan baik semua barang yang mereka
produksi. Penekanan industry Amerika dan sebagian dunia Barat pada saat itu hanya
memaksimalkan produksi dan keuntungan. Sedangkan mutu mendapat prioritas yang
rendah. Namun, sejak tahun 1970-an ketika mereka mulai kehilangan pasar, karena
pasar mulai condong pada Jepang, maka beberapa perusahaan Amerika Serikat mulai
memperhatikan pesan mutu secara serius.
Perbedaan antara metode bisnis Jepang dan metode industry Barat terletak pada
kultur, perbedaan utamanya adalah pada kultur perusahaan-perusahaan mereka dan
6
sikap mereka terhadap mutu. Deming, Juran, Crosby dan Peters, menganjurkan
pentingnya perubahan kultur kerja agar mutu terpadu bisa meraih sukses.
Di Inggris Raya dan Eropa Barat pesan jaminan mutu memang baru saja didengar,
namun ada kesadaran yang terus meningkat bahwasannya mutu adalah kunci menuju
keunggulan yang kompetitif. Kompetisi tidak hanya untuk kepentingan pasar tapi
juga dalam mempekerjakan karyawan-karyawan yang paling inovatif dan
bermotivasi.
Sekarang ada kampanye untuk meningkatkan standar sertifikasi mutu Eropa pasca
1992, dan The European Foundation for Quality Management baru-baru ini telah
didirikan 14 perusahaan penting Eropa, termasuk Volkswagen & Philips.
Beberapa inisiatif baru seperti TVEI, penempatan guru dalam industry dan
berkembangnya kerjasama pendidikan dan bisnis (Education Business Partnership)
telah membuat hubungan keduanya semakin dekat dan menbuat konsep-konsep
industry semakin dapat diterima dalam dunia pendidikan. Dan pada akhirnya ada
keinginan yang terus meningkat dari pelaku pendidikan untuk mengeksplorasi
pelajaran-pelajaran dari industry.
Peningkatan mutu semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk memperoleh
kontrol yang lebih baik melalui usahanya sendiri. Kebebasan yang baik harus
disesuaikan dengan akuntabilitas yang baik. Institusi-institusi harus
mendemonstrasikan bahwa mereka mampu memberikan pendidikan yang bermutu
pada peserta didik. Pendidikan memerlukan strategi-strategi kompetitif yang secara
jelas membedakan institusi-institusi dari para pesaingnya. Mutu terkadang hanya
menjadi satu-satunya faktor pembeda bagi sebuah institusi. Fokus terhadap
7
kebutuhan pelanggan, yang merupakan poin inti dari mutu, inilah salah satu cara
efektif dalam menghadapi kompetisi dan bertahan didalamnya.
Hal yang sangat mengejutkan adalah mengapa mutu dan mutu terpadu dalam dunia
pendidikan baru memperoleh pengakuan setelah sekian lama mutu tersebut berhasil
dalam dunia industry? Meskipun demikian, satu hal yang harus kita yakini bersama
bahwa layanan mutu merupakan isu kunci bagi seluruh sector pendidikan pada masa
dekade mendatang.
KUIS BAB 1
Daftar Pustaka
8
Sallis, Edward. 2012. Total Quality Management In Educatiaon Manajemen Mutu
Pendidikan.IRCiSoD:Jogjakarta
TAMBAHAN PENGETAHUAN.
TQM DALAM TERAPAN KE PENDIDIKAN
9
Sebagian besar praktik kerja TQM diawali oleh komunitas pendidikan di AS dan
Inggris di tahun 1990, dan sekarang ini banyak ide terkait TQM telah dikembangkan
dengan baik di pendidikan tinggi, terbukti dengan adanya EFQM European Quality
Management Award (tahun 2001) yang dimenangkan oleh St Mary’s College—
sebuah sekolah di Irlandia Utara. Masalah jaminan kualitas juga mulai menjadi
pemikiran utama di sekolah-sekolah di seluruh dunia.
Terkait dengan penerapan TQM sebagai standar jaminan kualitas dalam sebuah
institusi pendidikan, ada beberapa pertanyaan yang perlu dicari jawabannya.
Hal in juga yang harus dipikirkan oleh pelaku pendidikan bila menginginkan mutu
dan kepuasan pelanggan. Tidak ada cara lain kecuali mutu out put harus terjaga. Bila
mutu out put terjaga makan akan berdampak terhadap tingkat kepercayaan
pelanggan.
Secara umum, kualitas dalam institusi pendidikan dapat dilihat dari beberapa hal,
antara lain: guru yang baik dan kompeten, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang
memuaskan, dukungan dari orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumberdaya yang
10
melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif,
perhatian terhadap pelajar dan anak didik, kurikulum yang memadai, atau kombinasi
dari faktor-faktor tersebut. Namun benarkah kita benar-benar meyakini bahwa
kualitas adalah tentang indikator-indikator tersebut?
Fakta sekarang ini kualitas pendidikan ditentukan oleh kebijakan pemerintah terpilih,
yang telah dijanjikan selama masa-masa kampanye. Kasus di Indonesia sendiri,
kebijakan mengenai pendidikan akan berubah seiring dengan seringnya pergantian
pemimpin. Masing-masing pemimpin terpilih yang baru tidak ada yang bersedia
meneruskan kebijakan dari pemimpin lama yang telah terlaksana sebagian.
Akibatnya, institusi pendidikan di Indonesia sering sekali harus menyesuaikan diri
dengan kebijakan-kebijakan baru yang terus berubah. Contoh paling nyata adalah
masalah pergantian kurikulum, dari CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) hingga
sekarang menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Melihat situasi politik semacam ini, TQM mungkin dapat menjadi solusi untuk
memastikan kualitas pendidikan di Indonesia. Mengapa? Karena TQM pada
dasarnya adalah gabungan dari filosofi dan metode. TQM dapat membantu institusi
untuk mengelola perubahan-perubahan yang terjadi dan menetapkan agenda mereka
sendiri untuk menyesuaikan diri dengan tekanan dari luar institusi atau organisasi
mereka. Meskipun demikian, TQM tidak akan dapat memberikan hasil yang instan,
dan belum tentu juga akan dapat memberikan hasil terbaik bagi institusi pendidikan.
TQM hendaknya dipandang sebagai seperangkat cara atau alat yang dapat diterapkan
dalam manajemen sebuah institusi pendidikan, termasuk di Indonesia. Dengan
demikian, institusi pendidikan akan dikelola dengan manajemen yang lebih baik,
sehingga hasil keluarannya (alumni) akan lebih berkualitas.
11