Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum manusia sebagai individu pada dasarnya mempunyai hasrat yang primer dalam
kehidupannya, yaitu hasrat untuk mendapatkan pangan dan hasrat untuk keamanan diri atau
mempertahankan diri demi kelangsungan hidupnya. (Hadiman, 2008). Dapat dikatakan juga sebagai
kegiatan pengamanan yang terwujud dalam sistem atau tata cara kerja yang dilaksanakan secara teratur
menurut aturan-aturan pelaksanaan tugas dalam suatu kawasan yang kesemuanya itu adalah implementasi
hubungan antara konsep manajemen dengan konsep sekuriti.
Sedangkan perusahaan dituntut untuk dapat melakukan pengamanan secara sistematis demi
mendukung terlaksananya kegiatan produksi secara baik dan optimal.
Aspek pengamanan perlu dikelola secara terintegrasi melalui penerapan sistem manajemen
pengamanan (SMP). Sistem Manajemen Pengamanan merupakan bagian dari manajemen
secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan pengamanan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan usaha guna mewujudkan lingkungan
yang aman, efisien dan produktif. Sistem manajemen pengamanan memberikan panduan
bagaimana mengelola ancaman dan gangguan pada organisasi dalam upaya mencapai
organisasi yang aman, produktif dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas
1. Apa pengertian Manajemen Sekuriti?
2. Bagaimana Konsep Manajemen dan Sekuriti?
3. Tujuan pembelajaran Manajemen Sekuriti?
4. Bagaimana penerapan Manajemen Sekuriti di suatu perusahaan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari manajemen sekuriti adalah mencegah terjadinya kerugian yang diselenggarakan
dengan ilmu manajemen dimana kerugian yang ditimbulkan dari kejahatan dilakukan oleh manusia, itu
adalah sesuatu yang harus dicegah dengan upaya melakukan segala tindakan yang bertujuan untuk
memperkecil ruang lingkup dan kekerasan suatu pelanggaran dengan mengurangi kesempatan terjadinya
kejahatan dan memberikan pengaruh atau penyuluhan kepada orang-orang yang berpotensi
melakukan tindak kejahatan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Konsep dan Pengertian Manajemen Sekuriti


A. Konsep Manajemen
Suatu perusahaan merupakan suatu organisasi yang tidak dapat dipandang sebagai
benda mati yang dapat diperlakukan semaunya. Diperlukan suatu perawatan khusus agar
perusahaan atau organisasi tetap berkembang. Perusahaan atau organisasi merupakan
wadah yang statis dimana manajemen bergerak dengan dinamis untuk mencapai tujuan
yang hendak dicapai. Manajemen merupakan pengelola dan perawat sumber daya
organisasi. Manajemen meliputi keterampilan memutuskan, memecahkan masalah,
menilai, cara melakukan komunikasi dan berhubungan dengan sesamanya, keterampilan
tekniks maupun taktis dan lain-lain.
Manajemen sebagai suatu kerangka sistem maka penerapannya mengandung nilai-
nilai dan kebijakan, penyiapan rencana serta pelaksanaan aktivitas-aktivitas manjerial
yang mencakup lingkup kegiatan yang relatif luas. Pengorganisasian sumber daya,
pengerahan dan kepemimpinan serta motivasi pelaksanaannya termasuk mengawasi,
menyediakan serta melakukan evaluasi. Sistem manajemen mengandung variasi luas yang
tergantung pada misi dan visi serta penekanan-penekanan yang diinginkan oleh suatu
perusahaan atau organisasi. Prinsip-prinsip manajemen sekuriti suatu perusahaan atau
organisasi sesungguhnya adalah manajemen orang-orang didalamnya. Sumber daya
merupakan faktor paling penting dalam keberlangsungan hidup suatu organisasi.
Manusia adalah pendiri, perancangan pekerja, pengamat, pengeritik, dan pemutus
suatu organisasi. Tanpa manusia maka tidak ada organisasi. Oleh karena itu konsep
manajemen termasuk manajemen sekuriti yang ideal haruslah berpusat pada mausia.
Manajemen memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:
a. Manajemen diarahkan untuk mencapai tujuan;
b. Manajemen sebagai proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pelaksanaan, pengarahan dan pengawasan, dan penganggaran;
c. Tersedianya sumber daya, manusia, material, dana dan sumber daya lainnya;
d. Menggerakkan sumber daya tersebut secara efesien dan efektif;
e. Terdapat orang yang menggerakkan sumber daya tersebut;
f. Penerapan manajemen berdasarkan ilmu dan seni atau keahlian yang harus dimiliki
manajer.

Sebagai suatu sistem, manajemen dipandang sebagai suatu kerangka kerja yang terdiri
dari berbagai bagian yang saling berhubungan yang diarahkan dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi. Sebagai suatu proses manajemen merupakan rangkaian tahapan kegiatan
yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatakn sumber daya yang telah
tersedia. Manajemen sebagai suatu proses yang dapat dipelajari dari fungsi-fungsi
manajemen yang dilaksanakan oleh manajer. Proses manajemen tersebut dapat dikaji dari
proses pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh semua bagian atau komponen yang ada
didalam organisasi.

Manajemen mengenal tahapan-tahapan yang harus dilalui agar proses manajemen dapat
berjalan dengan baik, yaitu:

2
a. Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting dan memegang
peranan yang sangat strategis dalam keberhasilan organisasi.
b. Pengorganisasian merupakan upaya manajer dalam menghimpun dan
mengkoordinasikan semua sumber daya manusia dan material suatu organisasi.
c. Kepemimpinan dari manajer sangat menentukan dalam fungsi penggerakkan. Tugas
manajer adalah melakukan koordinasi dan mengarahkan seluruh komponen
manajemen agar terbentuk sinergi dan menghindari tumpang tindih dalam
pelaksanaan tugasnya.
d. Pengendalian merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi dan perbaikan agar proses
berjalan lancer sesuai dengan standart pengamanan yang telah ditentukan.

B. Konsep Sekuriti
Penyelenggaran sekuriti harus dilaksanakan dengan manajemen yang professional.
Menurut Sheril Straws yang dikutip Hadiman, konsep sekuriti adalah “security is
prevention of looses all kind what ever cause”, sekuriti adalah pencegahan akan kerugian
apapun penyebabnya. Dengan adanya manajemen, pelaksanaan pengamanan dapat
dilakukan dengan benar sehingga mencapai tujuan yang diinginkan. Kebijakan
keamanan ini memungkinkan pengelolaan fungsi yang disepakati dan diadaptasi agar
jelas arahnya. Kebijaksanaan yang jells dan tertulis akan menjadi acuan pokok dan
sumber dari semua petunjuk dan pedoman teknis baik ke dalam bentuk prosedur-
prosedur tatacara kerja.
Selain itu terdapat sumber-sumber dan penyebab yang dapat menimbulkan gangguan
yang berisiko untuk perusahaan atau organisasi terhadap kondisi yang rawan
menimbulkan bencana. Pengelolaan yang tepat akan mempengaruhi mutu pelayanan
keamanan atau sekuriti yang diberikan, namun juga dapat menjamin dicapainya
efektivitas dan efesiensi usaha yang dilakukan. Adanya pertimbangan-pertimbangan
manajemen dalam organisasi pada masalah efsiensi merupakan hal yang menentukan
dalam menetakpan bagaimana dan sejauh mana fungsi keamanan tersebut. Artinya
otonomi dari manajemen untuk menetapkan cara dan lingkup pengelolahan terhapad
fungsi keamanan menyebabkan penampilan pengelolaan fungsi keamanan bervariasi.
Menurut Hadiman kondisi keamanan yang akan mengganggu keadaan keorganisasian
dan manajerial perusahaan akan menunjukan indikasi sebagai berikut:
a. Internal
• Tidak tepatnya manajemen
• Tidak tepatnya sistem pengawasan internal
• Tidak tepatnya sistem perlindungan perusahaan
• Lemahnya komunikasi diantara para karyawan dengan manajemen
• Lemahnya penorganisasian pengamanan perusahaan dan pencegahan kerugian
b. Eksternal
• Lemah dan terbatasnya hubungan dan komunikasi dengan asosiasi professional
lainnya dibidang sekuriti
• Lemah dan keterbatasan hubungan dan komunikasi dengan instansi pemerintah
terkait
• Kesulitan memperoleh dukungan dari lingkungan dan kondisi social yang ada
disekitar kawasan usaha, kondisi, dan lingkungan lain yang lebih luas.

3
Menurut Sennewald yang dikutip oleh R.Maminullah “Security contributes to
company or corporate profits by reducing or eliminating preventavble loses, including
those caused by criminal behavior”, pengamanan menyumbangkan kepada perusahaan
atau korporasi keuntungan dengan cara mengurangi atau menghilangakan kerugian-
kerugian yang dapat dicegah termasuk apa yang disebabkan karena perilaku jahat.
Jadi Manajemen Sekuriti adalah langkah-langkah yang perlu diselenggarakan dalam
membuat upaya keamanan dan pencegahan kerugian dengan dasar efektif dan efisien.

2.2 Visi Misi Manajemen Sekuriti

Visi
mengembangkan industi sekuriti Indonesia menjadi professional dan diakui oleh
pemangku kepentingan
Misi
1. Mengembagkan sistem dan manajemen sekuriti di Indonesia
2. Menjadi mitra polri dalam mengembangkan regulasi dan inplementasi dibidang
sekuriti di Indonesia
3. Menjadi profesi sekuriti menjadi bidang kerja yang lebih diakui, diminati, dan
dihargai
4. Meningkatkan profesionalisme personil sekuriti melalui pendidikan dan pelatihan
5. Mensosialisasikan dan meningkatkan kesadaran sekuriti bagi individu dan perusahaan
6. Menggalang kerjasama dengan asosiasi bidang sekuriti, regional, dan internasional
7. Memperjuangkan hak-hak personil sekuriti perusahaan sesuai dengan ketentuan
ketenagakerjaan dan polri
8. Mengupayakan pekerjaan dibidang sekuriti menjadi profesi

2.3 Perkembangan Manajemen Sekuriti

Perkembangan Singkat Manajemen Sekuriti di Indonesia Kebutuhan manusia akan


keamanan atas dirinya, keluarga dan harta miliknya sudah ada sejak dahulu kala, baik di
Eropa ataupun di Indonesia. Masyarakat mennyelenggarakan keamanan lingkungannya
sendiri, karena kerajaan-kerajaan kuno belum mengenal pemolisian modern. Sering pula
tentara melaksanakan penjagaan keamanan. Pemolisian masyarakat yang demikian
dikenal dengan sebutan “Kin Police”. Polisi modern lahir dengan Robert Peel di Inggris
dengan mengangkat pegawai tetap, dilatih, diberi pakaian seragam dan digaji.
Di Indonesia, pada zaman Jepang digiatkan ronda kampung dan semasa revolusi fisik
dilaksanakan “pertahanan dan keamanan rakyat semesta, yang sekarang ditetapkan sebagai
“sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta dalam UUD. Rakyat Indonesia, terutama
dipedesaan yang merupakan wilayah Pemerintah Republik Indonesia “mengorbankan
segala-galanya” untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah diproklamirkan.
Setelah pengakuan kedaulatan pada akhir tahun 1949, Polri sebagai kepolisian nasional
terus memelihara ronda kampung, yang kemudian dikenal dengan Siskamling. Hansip
yang jumlahnya cukup banyak pada tahun 1960-an, sehingga di Departemen Hankam
dibentuk Pusat Hansip (yang pernah dijabat oleh Jenderal Polisi Sutjipto Judodihardjo

4
sebagai Kapus Hansip sebelum diangkat menjadi Menpangak). Hansip waktu itu dibagi
dalam: Hansip Wanra dibina oleh TNI-AD dan Hansip Kamra dibina oleh Polri.
Di Mabes Polri terdapat dua unit organisasi, yaitu Badan Pembinaan Kepolisian
Khusus (Babin Polsus) dan Badan Pembinaan Keamanan Rakyat (Babin Kamra) di bawah
koordinasi Deputi Kapolri Urusan Khusus (Dekhus). Tahun 1968-1971, Dekhus dijabat
oleh Irjen Pol. Dr. Awaloedin Djamin. Semasa jabatannya sebagai Kapolri 1978-1982,
ditegaskan, bahwa Polri membutuhkan pemberdayaan Pengamanan Swakarsa, Swadaya
dan Swadana (1979) yang terdiri atas sektor tradisional, ronda kampong atau siskamling
dan sektor modern, yang dikenal dengan istilah “industrial security”. Tanggal 30
Desember 1980 ditetapkan pengaturan Satuan Pengamanan disingkat Satpam, yang
sekarang diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Satpam. Bentuk-bentuk pengamanan
swakarsa diatur lebih jelas dan lebih lengkap dalam UU No. 2, tahun 2002, tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Industrial Security Dalam UU No. 2, tahun 2002 Pasal 2, UU No. 2, tahun 2002
menyatakan: “Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”.
• Pasal 3: Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh :
a. Kepolisian khusus
b. Penyidik pegawai negeri sipil
c. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa
• Pasal 14 (1) f: menyatakan salah satu tugas Polri adalah “melakukan koordinasi,
pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri
sipil dan bentu-bentuk pengamanan swakarsa”. “Tata cara Pelaksanaan Koordinasi,
Pengawasan dan Pembinaan Teknis terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai
Negeri Sipil, dan Bentuk-bentuk Pengamanan Swakarsa” diatur dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43, Tahun 2012.
• Pasal 15 (2) f: “memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap
badan usaha di bidang jasa pengamanan”
• Pasal 15 (2) g: “memberi petunjuk, mendidik dan melatih aparat kepolisian khusus dan
petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian”

Tugas-tugas Polri seperti tersebut di atas tentu tidak mungkin terlaksana dengan baik,
tanpa adanya pengetahuan “security” dan “security management” dari anggota atau
pejabat Polri di tingkat Mabes Polri yang berkewajiban melatih anggota Polri serta
mempersiapkan Juklak dan Juknis untuk anggota-anggota yang bertugas di lapangan
(Polda, Polres dan Polsek, sesuai tingkatan-nya). Dengan pertimbangan kebutuhan Polri
akan tenaga-tenaga yang memahami “security” dan “security management”, maka Kajian
Ilmu Kepolisian-Universitas Indonesia (KIK-UI) menyelenggarakan kekhususan
Manajemen Sekuriti. PTIK yang sekarang juga menyelenggarakan program S 2 Ilmu
Kepolisian, mencontoh KIK-UI dengan kekhususan Hukum Kepolisian dan Administrasi
Kepolisian, sedangkan Manajemen Sekuriti, diganti dengan Manajemen Keamanan dan
Teknologi. Seperti dinyatakan di atas KIK-UI (kemudian juga AMSI) menggunakan
istilah “Security” atau “Sekuriti”, justru untuk menghindarkan kerancuan istilah
“keamanan” seperti antara lain tercantum dalam RUU Keamanan Nasional. Yang menjadi

5
tugas Polri adalah Security dalam arti industrial security. Karena itu disarankan agar
kekhususan “Manajemen Keamanan dan Teknologi” pada PTIK diganti dengan
“Manajemen Sekuriti”.

2.4 Penerapan Manajemen Sekuriti di Perusahaan

Mencakupi langkah-langkah pengamanan, pencegahan ancaman dari luar


dan dari dalam perusahaan/instansi, seperti: pintu gerbang,pagar, tempat
parkir, pengaturan penerangan,jendela, pintu-pintu, kunci-kunc,atap dan
dinding, alarm, serta jumlah dan klasifikasi satpam yang diperlukan. Juga
pencegahan kebakaran, keselamatan,peyelamatan, dan sebagainya serta
peralatan yang diperlukan.
Manajemen sekuriti hanyalah salah satu bidang substansif dari sekuriti
yang secara keseluruhan disebutkan di bawah ini :
1. Satuan Pengamanan (security guard)
2. Control akses
3. Fisik penghalang (barrier)
4. Pagar (fences)
5. Kunci
6. Penerangan
7. Alat komunikasi
Dari beberapa tinjauan pustaka, sekuriti dapat dipahami sebagai kegiatan
keamanan yang ditujukan kepada fisik untuk mencegah terjadinya ancaman
dan kerugian.

Penerapan manajemen sekuriti dapat dicontohkan dengan sebuah kasus di


PT Polycolor Prima Perkasa, dimana terdapat kasus kecurangan atau
penyelewengan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Kasus yang
terdapat disini adalah kecurangan dari pihak ketiga pada saat penimbangan
limbah, dimana terdapat manipulasi data terhadap jumlah limbah yang
diambil. Kasus yang terjadi adalah berkurangnya berat jumlah limbah yang
berakibat berkurangnya harga jual dari limbah tersebut. Dalam kasus ini,
perusahaan tidak mengetahui secara rinci tentang berat jumlah limbah yang
akan diserahkan, sehingga pihak pengepul bisa memanipulasi data. Akhirnya
pihak perusahaan membuat kebijakan baru untuk menghindari kecurangan
tersebut, maka ditambahkanlah seorang petugas dari departemen sekuriti
untuk melakukan pengawasan selama kegiatan penimbangan limbah
berlangsung. Dengan diterapkannya kebijakan baru tersebut, hingga saat ini
kecurangan yang terjadi bisa teratasi dan kerugian perusahaan pun tidak
terjadi lagi. Dengan demikian ilmu manajemen sekuriti telah diterapkan
dengan baik di PT Polycolor Prima Perkasa.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
istilah “security” yang terkait dengan kata “industrial” diberi pengertian
ganda sesuai dengan kontek permasalahannya,yaitu sebagai suatu kondisi dan
juga sebagai suatu usaha atau kegiatan. Kata yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi diberi istilah “keamanan”,sedangkan yang
mengambarkan sebagai suatu usaha atau kegiatan diberikan istilah
“pengamanan. Kedua istilah ini saling mengisi,dengan asumsi bahwa kondisi
aman dapat terjadi karena adanya usaha untuk menciptakan atau memelihara
kondisi aman tersebut.Itulah sebabnya di dalam istilah atau kata
“keamanan”terkandung sifat statis dan dinamis. Oleh karena itu pengertian
keamanan industrial dapat dikembangkan sebagai suatu kondisi yang
dihasilkan oleh kegiatan sehingga asset atau kekayaan perusahaan terlindung
dari gangguan atau bahaya.Sementara pengamanan industrial adalah kegiatan
atau usaha yang dilakukan untuk melindungi asset atau kekayaan perusahaan
dari gangguan atau bahaya.
Pengamanan swakarsa sektor modern,dinegara maju disebut
“industrial Security”,yang tidak hanya berarti pengamanan industry, tetapi
pengamanan semua organisasi perusahaan,instansi pemerintah,universitas,
rumah sakit, airport, pemukiman dan lain-lain, yang memerlukan
pengamanan untuk pencegahan kejahatan dan kerugian ( crime and loss
prevention ) baik ancaman dari luar maupun dari dalam perusahaan ,instansi
dan lain-lain.

Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa diatur lebih jelas dan lebih lengkap


dalam UU No. 2, tahun 2002, tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Industrial Security Dalam UU No. 2, tahun 2002 Pasal 2, UU No. 2, tahun
2002 menyatakan: “Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan
negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakkan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat”.
• Pasal 3: Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh :
a. Kepolisian khusus
b. Penyidik pegawai negeri sipil
c. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa

1.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penulis untuk kasus di perusahaan xyz adalah bisa
dilakukan penambahan aktifitas atau kegiatan untuk lebih mengurangi

7
kecurangan. Salah satunya dengan membuat sebuah kebijakan baru yaitu
dengan menambahkan kegiatan penimbangan disetiap akhir proses produksi,
sebelum limbah produksi diantarkan ke bagian gudang atau penyimpanan
limbah sementara. Sehingga jumlah timbangan limbah setiap bagian produksi
bisa lebih terperinci dan dapat mengurangi penambahan petugas di bagian
pengecekan limbah. Dan selanjutnya dibuat SOP (Standard Operating
Procedure) penanganan limbah secara tertulis agar lebih memahami alur-alur
yang harus dilakukan dalam mengelola limbah.

8
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. Hadiman, Makalah Kuliah Sekuriti Fisika, S2 Kajian Ilmu Kepolisian Universitas


Indonesia XIIB, Jakarta, 2008
2. Prof. Drs. Koesparmono Irsan SH, MM, MBA, Manajemen Sekuriti, Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya, Jakarta, 2010
3. Prof. Drs. Koesparmono Irsan SH, MM, MBA, Sekuriti Industri, Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya, 2011
4. Drucker, Peter F, An Introduction View of Management, Pengantar Manajemen, PT
Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1982, Halaman 12
5. R.M. Aminuloh, manajemen Pengamanan Unit Badan Pembina Hukum Nasional
Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia, Universitas Indonesia, Jakarta, 2009,
halaman 28
6. Hadiman, opcit, halaman 7
7. Nugraha, Muhamad, Manajemen Security di Indonesia, Jakarta, 2014

Anda mungkin juga menyukai