PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari manajemen sekuriti adalah mencegah terjadinya kerugian yang diselenggarakan
dengan ilmu manajemen dimana kerugian yang ditimbulkan dari kejahatan dilakukan oleh manusia, itu
adalah sesuatu yang harus dicegah dengan upaya melakukan segala tindakan yang bertujuan untuk
memperkecil ruang lingkup dan kekerasan suatu pelanggaran dengan mengurangi kesempatan terjadinya
kejahatan dan memberikan pengaruh atau penyuluhan kepada orang-orang yang berpotensi
melakukan tindak kejahatan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai suatu sistem, manajemen dipandang sebagai suatu kerangka kerja yang terdiri
dari berbagai bagian yang saling berhubungan yang diarahkan dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi. Sebagai suatu proses manajemen merupakan rangkaian tahapan kegiatan
yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatakn sumber daya yang telah
tersedia. Manajemen sebagai suatu proses yang dapat dipelajari dari fungsi-fungsi
manajemen yang dilaksanakan oleh manajer. Proses manajemen tersebut dapat dikaji dari
proses pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh semua bagian atau komponen yang ada
didalam organisasi.
Manajemen mengenal tahapan-tahapan yang harus dilalui agar proses manajemen dapat
berjalan dengan baik, yaitu:
2
a. Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting dan memegang
peranan yang sangat strategis dalam keberhasilan organisasi.
b. Pengorganisasian merupakan upaya manajer dalam menghimpun dan
mengkoordinasikan semua sumber daya manusia dan material suatu organisasi.
c. Kepemimpinan dari manajer sangat menentukan dalam fungsi penggerakkan. Tugas
manajer adalah melakukan koordinasi dan mengarahkan seluruh komponen
manajemen agar terbentuk sinergi dan menghindari tumpang tindih dalam
pelaksanaan tugasnya.
d. Pengendalian merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi dan perbaikan agar proses
berjalan lancer sesuai dengan standart pengamanan yang telah ditentukan.
B. Konsep Sekuriti
Penyelenggaran sekuriti harus dilaksanakan dengan manajemen yang professional.
Menurut Sheril Straws yang dikutip Hadiman, konsep sekuriti adalah “security is
prevention of looses all kind what ever cause”, sekuriti adalah pencegahan akan kerugian
apapun penyebabnya. Dengan adanya manajemen, pelaksanaan pengamanan dapat
dilakukan dengan benar sehingga mencapai tujuan yang diinginkan. Kebijakan
keamanan ini memungkinkan pengelolaan fungsi yang disepakati dan diadaptasi agar
jelas arahnya. Kebijaksanaan yang jells dan tertulis akan menjadi acuan pokok dan
sumber dari semua petunjuk dan pedoman teknis baik ke dalam bentuk prosedur-
prosedur tatacara kerja.
Selain itu terdapat sumber-sumber dan penyebab yang dapat menimbulkan gangguan
yang berisiko untuk perusahaan atau organisasi terhadap kondisi yang rawan
menimbulkan bencana. Pengelolaan yang tepat akan mempengaruhi mutu pelayanan
keamanan atau sekuriti yang diberikan, namun juga dapat menjamin dicapainya
efektivitas dan efesiensi usaha yang dilakukan. Adanya pertimbangan-pertimbangan
manajemen dalam organisasi pada masalah efsiensi merupakan hal yang menentukan
dalam menetakpan bagaimana dan sejauh mana fungsi keamanan tersebut. Artinya
otonomi dari manajemen untuk menetapkan cara dan lingkup pengelolahan terhapad
fungsi keamanan menyebabkan penampilan pengelolaan fungsi keamanan bervariasi.
Menurut Hadiman kondisi keamanan yang akan mengganggu keadaan keorganisasian
dan manajerial perusahaan akan menunjukan indikasi sebagai berikut:
a. Internal
• Tidak tepatnya manajemen
• Tidak tepatnya sistem pengawasan internal
• Tidak tepatnya sistem perlindungan perusahaan
• Lemahnya komunikasi diantara para karyawan dengan manajemen
• Lemahnya penorganisasian pengamanan perusahaan dan pencegahan kerugian
b. Eksternal
• Lemah dan terbatasnya hubungan dan komunikasi dengan asosiasi professional
lainnya dibidang sekuriti
• Lemah dan keterbatasan hubungan dan komunikasi dengan instansi pemerintah
terkait
• Kesulitan memperoleh dukungan dari lingkungan dan kondisi social yang ada
disekitar kawasan usaha, kondisi, dan lingkungan lain yang lebih luas.
3
Menurut Sennewald yang dikutip oleh R.Maminullah “Security contributes to
company or corporate profits by reducing or eliminating preventavble loses, including
those caused by criminal behavior”, pengamanan menyumbangkan kepada perusahaan
atau korporasi keuntungan dengan cara mengurangi atau menghilangakan kerugian-
kerugian yang dapat dicegah termasuk apa yang disebabkan karena perilaku jahat.
Jadi Manajemen Sekuriti adalah langkah-langkah yang perlu diselenggarakan dalam
membuat upaya keamanan dan pencegahan kerugian dengan dasar efektif dan efisien.
Visi
mengembangkan industi sekuriti Indonesia menjadi professional dan diakui oleh
pemangku kepentingan
Misi
1. Mengembagkan sistem dan manajemen sekuriti di Indonesia
2. Menjadi mitra polri dalam mengembangkan regulasi dan inplementasi dibidang
sekuriti di Indonesia
3. Menjadi profesi sekuriti menjadi bidang kerja yang lebih diakui, diminati, dan
dihargai
4. Meningkatkan profesionalisme personil sekuriti melalui pendidikan dan pelatihan
5. Mensosialisasikan dan meningkatkan kesadaran sekuriti bagi individu dan perusahaan
6. Menggalang kerjasama dengan asosiasi bidang sekuriti, regional, dan internasional
7. Memperjuangkan hak-hak personil sekuriti perusahaan sesuai dengan ketentuan
ketenagakerjaan dan polri
8. Mengupayakan pekerjaan dibidang sekuriti menjadi profesi
4
sebagai Kapus Hansip sebelum diangkat menjadi Menpangak). Hansip waktu itu dibagi
dalam: Hansip Wanra dibina oleh TNI-AD dan Hansip Kamra dibina oleh Polri.
Di Mabes Polri terdapat dua unit organisasi, yaitu Badan Pembinaan Kepolisian
Khusus (Babin Polsus) dan Badan Pembinaan Keamanan Rakyat (Babin Kamra) di bawah
koordinasi Deputi Kapolri Urusan Khusus (Dekhus). Tahun 1968-1971, Dekhus dijabat
oleh Irjen Pol. Dr. Awaloedin Djamin. Semasa jabatannya sebagai Kapolri 1978-1982,
ditegaskan, bahwa Polri membutuhkan pemberdayaan Pengamanan Swakarsa, Swadaya
dan Swadana (1979) yang terdiri atas sektor tradisional, ronda kampong atau siskamling
dan sektor modern, yang dikenal dengan istilah “industrial security”. Tanggal 30
Desember 1980 ditetapkan pengaturan Satuan Pengamanan disingkat Satpam, yang
sekarang diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Satpam. Bentuk-bentuk pengamanan
swakarsa diatur lebih jelas dan lebih lengkap dalam UU No. 2, tahun 2002, tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Industrial Security Dalam UU No. 2, tahun 2002 Pasal 2, UU No. 2, tahun 2002
menyatakan: “Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”.
• Pasal 3: Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh :
a. Kepolisian khusus
b. Penyidik pegawai negeri sipil
c. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa
• Pasal 14 (1) f: menyatakan salah satu tugas Polri adalah “melakukan koordinasi,
pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri
sipil dan bentu-bentuk pengamanan swakarsa”. “Tata cara Pelaksanaan Koordinasi,
Pengawasan dan Pembinaan Teknis terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai
Negeri Sipil, dan Bentuk-bentuk Pengamanan Swakarsa” diatur dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43, Tahun 2012.
• Pasal 15 (2) f: “memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap
badan usaha di bidang jasa pengamanan”
• Pasal 15 (2) g: “memberi petunjuk, mendidik dan melatih aparat kepolisian khusus dan
petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian”
Tugas-tugas Polri seperti tersebut di atas tentu tidak mungkin terlaksana dengan baik,
tanpa adanya pengetahuan “security” dan “security management” dari anggota atau
pejabat Polri di tingkat Mabes Polri yang berkewajiban melatih anggota Polri serta
mempersiapkan Juklak dan Juknis untuk anggota-anggota yang bertugas di lapangan
(Polda, Polres dan Polsek, sesuai tingkatan-nya). Dengan pertimbangan kebutuhan Polri
akan tenaga-tenaga yang memahami “security” dan “security management”, maka Kajian
Ilmu Kepolisian-Universitas Indonesia (KIK-UI) menyelenggarakan kekhususan
Manajemen Sekuriti. PTIK yang sekarang juga menyelenggarakan program S 2 Ilmu
Kepolisian, mencontoh KIK-UI dengan kekhususan Hukum Kepolisian dan Administrasi
Kepolisian, sedangkan Manajemen Sekuriti, diganti dengan Manajemen Keamanan dan
Teknologi. Seperti dinyatakan di atas KIK-UI (kemudian juga AMSI) menggunakan
istilah “Security” atau “Sekuriti”, justru untuk menghindarkan kerancuan istilah
“keamanan” seperti antara lain tercantum dalam RUU Keamanan Nasional. Yang menjadi
5
tugas Polri adalah Security dalam arti industrial security. Karena itu disarankan agar
kekhususan “Manajemen Keamanan dan Teknologi” pada PTIK diganti dengan
“Manajemen Sekuriti”.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
istilah “security” yang terkait dengan kata “industrial” diberi pengertian
ganda sesuai dengan kontek permasalahannya,yaitu sebagai suatu kondisi dan
juga sebagai suatu usaha atau kegiatan. Kata yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi diberi istilah “keamanan”,sedangkan yang
mengambarkan sebagai suatu usaha atau kegiatan diberikan istilah
“pengamanan. Kedua istilah ini saling mengisi,dengan asumsi bahwa kondisi
aman dapat terjadi karena adanya usaha untuk menciptakan atau memelihara
kondisi aman tersebut.Itulah sebabnya di dalam istilah atau kata
“keamanan”terkandung sifat statis dan dinamis. Oleh karena itu pengertian
keamanan industrial dapat dikembangkan sebagai suatu kondisi yang
dihasilkan oleh kegiatan sehingga asset atau kekayaan perusahaan terlindung
dari gangguan atau bahaya.Sementara pengamanan industrial adalah kegiatan
atau usaha yang dilakukan untuk melindungi asset atau kekayaan perusahaan
dari gangguan atau bahaya.
Pengamanan swakarsa sektor modern,dinegara maju disebut
“industrial Security”,yang tidak hanya berarti pengamanan industry, tetapi
pengamanan semua organisasi perusahaan,instansi pemerintah,universitas,
rumah sakit, airport, pemukiman dan lain-lain, yang memerlukan
pengamanan untuk pencegahan kejahatan dan kerugian ( crime and loss
prevention ) baik ancaman dari luar maupun dari dalam perusahaan ,instansi
dan lain-lain.
1.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penulis untuk kasus di perusahaan xyz adalah bisa
dilakukan penambahan aktifitas atau kegiatan untuk lebih mengurangi
7
kecurangan. Salah satunya dengan membuat sebuah kebijakan baru yaitu
dengan menambahkan kegiatan penimbangan disetiap akhir proses produksi,
sebelum limbah produksi diantarkan ke bagian gudang atau penyimpanan
limbah sementara. Sehingga jumlah timbangan limbah setiap bagian produksi
bisa lebih terperinci dan dapat mengurangi penambahan petugas di bagian
pengecekan limbah. Dan selanjutnya dibuat SOP (Standard Operating
Procedure) penanganan limbah secara tertulis agar lebih memahami alur-alur
yang harus dilakukan dalam mengelola limbah.
8
BAB V
DAFTAR PUSTAKA