Menurut Rubrich (2009), budaya pada suatu organisasi dapat diarahkan sehingga
memiliki dampak positif. Dengan budaya organisasi yang kuat dapat membantu
organisasi tetap kompetitif dalam persaingan dengan lingkungan. Tanpa budaya, setiap
orang dalam organisasi akan memiliki budaya masing-masing atau berbeda satu sama
lain. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan bahkan
membuat pengelolaan organisasi menjadi kacau.
Firman
Prodi S3 FK UGM
Bohan, R. (2012). The First Rule of Lean Culture Change. Retrieved February 27, 2017,
from http://www.industryweek.com/lean-six-sigma/first-rule-lean-culture-change
Cardon, N., & Bribiescas, F. (2015). Respect For People : The Forgotten Principle in
Lean Manufacturing Implementation. European Scientific Journal, 11(13), 45–61.
Hendartini, J., Meliala, A., Firman, Endartiwi, S. S., & Bismantara, H. (2016). Evaluasi
Pelatihan Value Based Service In Healthcare With Lean Management Dengan Metode Evaluasi
Kirkpatrick (Who Method For Training Evaluation). Yogyakarta.
Liker, J. K. (2004). The Toyota Way: 14 Management Principles from the World’s Greatest
Manufacturer. History. New York: McGraw Hill.
Lord, Z., & Smith, L. (2012). Bringing Lean to Life. NHS Improvement.
Radnor, Z. (2012). Why Lean Matters. Advanced Institute of Management Research.
6 Langkah
Syifa Fadiyah28/08/2020
Lean Manufacturing adalah optimasi praktik, proses, dan kebiasaan pekerja
menggunakan prinsip-prinsip Lean. Tujuannya adalah agar bisa bekerja
secara efisien, berinovasi dengan cepat, dan menghasilkan nilai lebih untuk
pelanggan. Cara menerapkan Lean manufacturing mencakup proses yang
panjang. Tetapi, Anda akan menemukan rangkuman dari langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk mempraktikannya di artikel berikut ini.
Mengapa harus ada perubahan? Apakah Anda ingin menemukan cara baru
berhubungan dengan pelanggan, menjadi inovatif, meningkatkan keuntungan,
atau memenangkan persaingan global. Temukan apa yang dibutuhkan
perusahaan dan sosialisasikan.
Setelah itu, tentukan orang-orang utama yang akan terlibat dalam proses
perombakan ini. Apabila Anda sendiri belum pernah menerapkan lean
manufacturing, mintalah dampingan seseorang yang telah berpengalaman.
5. Menerapkan strategi lean
Di dalam value stream mapping, harus ada strategi yang menjabarkan
bagaimana
Jangan lupa juga untuk mendokumentasikan seluruh proses ini dalam bentuk
Gantt chart.
6. Mempertahankan peningkatan yang telah
dicapai
Prinsip Lean juga termasuk konsep bagaimana memastikan peningkatan
secara berkelanjutan. Tujuan Anda adalah bagaimana mempertahankan
proses-proses di perusahaan Anda fokus pada aktivitas yang membawa nilai
banyak dan mengeliminasi pekerjaan yang tidak diperlukan.
Selain itu, pemimpin juga harus dapat memimpin bawahannya dengan baik.
Buat semua karyawan merasa memiliki tanggung jawab atas tugas yang
mereka lakukan dan beri mereka kepercayaan untuk mengerjakannya.
Simpulan
Para pemimpin Toyota Motor Company seperti Eiji Toyoda, Taiichi Ohno,
dan konsultan Shingeo Shingo telah mengembangkan “Toyota Production
System” atau yang sekarang lebih dikenal sebagai“Lean Production”.
Tujuan utama sistem ini adalah untuk meminimumkan penggunaan sumber
daya yang tidak memberi nilai tambah pada produk. Pada dasarnya prinsip
Lean adalah bagaimana memproduksi produk atau jasa dalam jumlah dan
waktu yang dibutuhkan saja, tidak lebih.
Dengan kata lain Lean Manufacturing dapat didefinisikan sebagai:
“Pendekatan sistematis untuk mengidentifikasikan dan
mengeliminasi pemborosan atau waste melalui perbaikan
berkesinambungan dengan membuat produk mengalir berdasarkan
kehendak konsumen (pull system) sambil mengejar kesempurnaan.” Pull
System dikenal juga dengan Just in Time (JIT) atau Produksi Tepat Waktu.
Pemborosan atau waste adalah semua kegiatan yang menghabiskan
waktu, sumber daya, atau tempat tetapi, tidak memberi nilai tambah pada
produk atau jasa yang kita berikan pada pelanggan. Pada umumnya 95%
dari kegiatan kerja kita (Total Lead Time) tidak memberikan nilai tambah
(Non-Value Added) dan hanya 5% saja yang benar-benar merupakan Value
Added.
Kategori Waste
Terdapat 8 kategori waste atau pemborosan dalam konsep Lean yang
biasa kita kenal dengan akronim D.O.W.N. T.I.M.E
1. (Defect) artinya memproduksi barang cacat, sehingga membutuhkan
pengerjaan ulang atau bahkan dibuang karena tidak bisa diperbaiki.
Sudah jelas ini merupakan pemborosan pemakaian material, waktu,
tenaga kerja, dan sumber daya yang lain.Aktivitas ini merupakan kesia-
siaan yang absolut.
2. (Overproduction) artinya memproduksi lebih banyak dari permintaan,
atau memproduksi sebelum diinginkan. Hal ini terlihat pada simpanan
material. Hal ini terjadi akibat dari produksi berdasarkan permintaan
spekulatif.
3. (Waiting) artinya waktu tunggu dalam proses yang harus
dihilangkan. Prinsipnya adalah memaksimalkan efisiensi pekerja
daripada memaksimalkan penggunaan mesin.
4. (Not Utilized Skill People) artinya Kehilangan waktu, gagasan,
keterampilan, peningkatan, dan kesempatan belajar karena tidak
melibatkan atau mendengarkan karyawan.
5. Transportation artinya banyaknya transportasi yang
disebabkan layout pabrik yang buruk, pemahaman yang buruk terhadap
aliran proses produksi, ukuran lot yang besar, lead time panjang, dan
area penyimpanan yang luas.
6. Inventory artinya material antar operasi yang timbul karena lot
produksi yang besar atau proses-proses dengan waktu siklus yang
panjang.
7. Motion artinya gerakan-gerakan tubuh yang tidak perlu, seperti
mencari, meraih, memutar akan membuat proses memakan waktu lebih
lama.
8. Excess Processing artinya kelebihan proses yang tidak diperlukan.
Setelah mengetahui beragam pemborosan yang kita lakukan dalam proses
bekerja, pertanyaan besar selanjutnya adalah bagaimana memulainya?
Penerapan Lean membutuhkan waktu yang panjang yang mustahil untuk
dicapai dalam waktu semalam. Dibutuhkan perencanaan yang matang
untuk mengimplementasikannya.
Setiap bisnis dan organisasi nonprofit pasti pernah menghadapi risiko tak
terduga yang dapat menguras biaya atau menyebabkannya harus tutup
secara permanen. Salah satu contoh konkret adalah pandemi Covid-19
yang membuat sejumlah bisnis terpaksa gulung tikar karena tidak memiliki
persiapan memadai. Risiko tersebut sebenarnya dapat diminimalkan
melalui penerapan manajemen risiko (risk management). Karena
manajemen risiko dapat membantu suatu perusahaan atau organisasi
mempersiapkan hal-hal tidak terduga dengan meminimalkan risiko dan
biaya tambahan sebelum peristiwa tersebut berlangsung.
Apa yang Dimaksud dengan Manajemen Risiko?
Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi, menilai, dan
mengendalikan ancaman terhadap modal dan pendapatan perusahaan.
Ancaman atau risiko dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk kondisi
finansial yang tidak stabil, masalah hukum, kesalahan manajemen
strategis, kecelakaan, dan bencana alam.
Mengapa Manajemen Risiko Sangat Penting bagi Perusahaan?
Penerapan manajemen risiko dan prediksi risiko dapat membantu
perusahaan menghemat pengeluaran sekaligus melindungi masa depan.
Sebab rencana manajemen risiko yang tepat akan membantu perusahaan
menetapkan prosedur untuk menghindari ancaman, meminimalkan
dampak negatif, serta mengatasi ancaman tersebut.
Kemampuan memahami dan mengendalikan risiko membuat perusahaan
lebih percaya diri dalam menentukan keputusan bisnis. Selain itu, prinsip
tata kelola perusahaan yang kuat dan berfokus pada manajemen risiko
dapat membantu mencapai tujuan perusahaan.
Manajemen risiko juga memiliki manfaat lain sebagai berikut:
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan terjamin untuk semua
staf dan pelanggan.
Meningkatkan stabilitas operasional bisnis sekaligus mengatur
tanggung jawab hukum.
Melindungi perusahaan maupun lingkungan sekitarnya dari risiko
kejadian yang merugikan.
Memberikan proteksi untuk semua orang dan aset yang terlibat
dalam risiko berbahaya.
Membantu menetapkan kebutuhan asuransi perusahaan sehingga
bisa meminimalkan premi yang tidak penting.
Implementasi manajemen risiko harus bisa menjawab beberapa
pertanyaan krusial, yaitu:
Apa yang salah dengan perusahaan? Pihak yang bertanggung jawab
terhadap manajemen risiko wajib mencermati pekerjaan individu
maupun lingkungan tempat kerja secara keseluruhan.
Bagaimana pengaruh suatu kejadian terhadap perusahaan? Segala
kemungkinan kejadian yang berdampak besar atau kecil wajib
dipertimbangkan secara rinci.
Apa yang bisa perusahaan lakukan untuk mencegah kerugian atau
memulihkan keadaan jika sudah terjadi kerugian?
Bagaimana perusahaan membayar suatu risiko yang sudah terjadi?
Mengenal Pendekatan Manajemen Risiko
Setelah proses manajemen risiko telah diterapkan dan risiko spesifik
perusahaan telah diidentifikasi, beberapa strategi berbeda ini dapat dipilih
perusahaan berdasarkan jenis risiko yang terjadi:
Menghindari Resiko
Walaupun peluang penghapusan risiko terbilang kecil, strategi
penghindaran risiko dapat dirancang untuk mencegah ancaman
semaksimal mungkin. Sehingga perusahaan bisa menghindari konsekuensi
mahal dan mengganggu yang disebabkan oleh suatu risiko.
Mengurangi Resiko
Perusahaan terkadang dapat mengurangi jumlah kerusakan yang
ditimbulkan risiko tertentu pada proses operasional perusahaan. Hal ini
bisa diwujudkan dengan menyesuaikan aspek-aspek tertentu dari
keseluruhan rencana proyek atau mengurangi ruang lingkupnya.
Membagi Risiko
Konsekuensi risiko bisa dibagi atau didistribusikan di antara beberapa
peserta proyek atau departemen bisnis. Risiko juga bisa dibagi dengan
pihak ketiga, misalnya vendor atau mitra bisnis.
Mempertahankan Risiko
Perusahaan juga dapat mengambil risiko sepadan dari sudut pandang
bisnis dan memutuskan untuk menjaga risiko serta menghadapi potensi
dampak buruk. Pada pilihan ini, perusahaan akan sering mempertahankan
tingkat risiko tertentu jika laba proyek yang diantisipasi lebih besar
daripada biaya risiko.
Mencermati Batasan Manajemen Risiko
Penerapan manajemen risiko memang dapat menjadi praktik yang sangat
bermanfaat bagi perusahaan. Namun, batasan-batasannya tetap harus
dipertimbangkan. Banyak teknik analisis risiko yang bisa dilakukan untuk
mencermati batasan manajemen risiko, seperti membuat model atau
simulasi yang membutuhkan pengumpulan data dalam jumlah besar.
Pengumpulan data ekstensif biasanya relatif mahal dan keandalannya
belum dapat dipastikan. Penggunaan data dalam proses pengambilan
keputusan mungkin menunjukkan hasil buruk jika indikator sederhana
digunakan untuk mencerminkan realitas situasi yang jauh lebih kompleks.
Batasan lainnya adalah keahlian analisis dan waktu. Program perangkat
lunak komputer telah dikembangkan untuk membuat simulasi peristiwa
yang mungkin berdampak negatif pada perusahaan. Program yang hemat
biaya ini terbilang kompleks sehingga membutuhkan personel dengan
keterampilan dan pengetahuan memadai untuk memahami hasil analisis
secara akurat. Proses analisis data historis untuk mengidentifikasi risiko
juga membutuhkan personel yang sangat terlatih. Sumber Daya Manusia
(SDM) tersebut tentu tidak selalu ditugaskan ke proyek, melainkan harus
menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan lainnya. Kecenderungan tersebut
akan membuat waktu pengumpulan data jadi sangat terbatas dan rentan
menimbulkan konflik baru di lingkungan kerja.
Setiap perusahaan harus mampu menerapkan manajemen risiko yang
dinamis sesuai dengan kebutuhan di masa kini. Sehingga waktu, tenaga,
dan biaya yang disiapkan untuk mengelola manajemen risiko akan
sebanding dengan hasil yang diperoleh.
Saat ini, PQM Consultants berkomitmen membantu para pelaku bisnis
untuk bertahan dan keluar dari kondisi krisis akibat pandemi. Anda
berkesempatan menambah wawasan tentang pengelolaan risiko dengan
mengikuti training bertema Risk Management yang akan diadakan tanggal
6 Oktober 2020.
Training tersebut tak hanya diisi dengan sesi diskusi dan sharing yang
bersifat teoritis dan membosankan