PENDAHULUAN
1
http://www.tempo.co/read/news/2013/12/23/214539662/Gembok-Kantor-Wali-Kota-Depok-
Pendemo-Telan-Kunci
1. 2. Permasalahan
1. 3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem
keamanan di Kantor Walikota Depok dalam mencegah dan menghadapi ancaman
keamanan terhadap gedung, arsip, serta orang yang berada di dalam kantor Walikota
Depok. Sistem tersebut terkait dengan standar operasional dari petugas keamanan
yang berada di Kantor Walikota Depok beserta dengan kesiapan dari alat-alat yang
dapat mendeteksi dan mencegah timbulnya kebakaran di tempat tersebut. Penelitian
juga bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana cara kerja dari petugas keamanan
dalam menghadapi kondisi darurat, seperti kebakaran, demonstrasi, dan ancaman
keamanan yang lainnya.
1. 4. Pertanyaan Penelitian
Dengan melihat pada latar belakang dan permasalahan dari penelitian ini
yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti merumuskan sebuah pertanyaan
penelitian. Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian adalah:
1. 5. Signifikansi Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Kerangka Konsep
2. 1. 1. Sekuriti
Pengamanan fisik
Pengamanan personel
Pengamanan informasi
2. 1. 2. Crime Prevention
2. 1. 3. Security Survey
Berdasarkan uraian lengkap dari Fennelly (2004:19), security survey adalah
pemeriksaan kritis dan analisis dari pabrik industri, tempat bisnis, rumah, atau
institusi publik atau privat untuk memastikan status keamanan terbaru,
mengidentifikasi kekurangan atau kelebihan, menentukan pengamanan yang
dibutuhkan, dan membuat rekomendasi untuk meningkatkan keamanan secara
keseluruhan.
Penjelasan lengkap tentang security survey tidak jauh berbeda dengan apa
yang telah dijelaskan dalam crime prevention. Perbedaannya hanyalah bahwa survey
secara umum tidak menjadi “tindakan”, hanya sekedar rekomendasi dasar untuk
dilakukannya tindakan tersebut.
2. 1. 4. Security awareness
2. 1. 4. Executive Protection
2. 2. Kerangka Teori
2. 2. 1. Manajemen Sekuriti
METODE PENELITIAN
3. 3. Sistematika Penulisan
Bab 1 merupakan pembahasan dari pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
permasalahan, pertanyaan penelitian.
Bab 2 merupakan pembahasan dari kajian literatur yang terdiri dari kerangka konsep.
Bab 3 merupakan pembahasan dari metode penelitian, yang terdiri dari, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan sistematika penulisan.
3. 4. Hambatan Penelitian
ANALISIS DATA
Dari data yang telah diperoleh, dapat terlihat bahwa hampir tidak ada
pencatatan peristiwa kejahatan yang terjadi di Komplek Kantor Walikota Depok
secara umum. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap petugas pengamanan
Gedung Pelayanan Pajak pun tidak ada catatan khusus mengenai kejahatan yang
pernah terjadi. Ini yang kemudian menjadikan pengamanan di Komplek Kantor
Walikota Depok ini menjadi hampir nihil. Hipotesa yang digunakan peneliti dalam
menjawab bagaimana kenihilan ini dapat terjadi adalah karena tidak adanya
pemahaman mengenai aset khusus apa yang semestinya mereka lindungi. Lebih
spesifiknya lagi, diperkirakan bagian keamanan Walikota Depok tidak memiliki
standar khusus mengenai bagaimana cara mengamankan aset yang ada.
Ketidaktahuan akan aset yang harusnya dilindungi ini kemudian menyebabkan
pengamanan di tempat tersebut menjadi semakin lemah.
5
Welsh, B.C and Farrington, D.P, Making Public Places Safer : Surveilance and Crime Prevention.
Oxford University Press, 2009
6
Fennely, Op.cit, page 27
7
Fennely, Op.cit,. 158-159
8
Fennely, Ibid.
9
Fennely, Op.cit, 139
dan anggapan bahwa tidak ada barang yang berharga dan bisa dicuri
di kantor pajak. Pengamanan harusnya lebih dapat ditingkatkan lagi
dengan pengamanan penghalang yang baik, paling tidak pemasangan
teralis merata diseluruh bagian jendela kantor pajak.
c. Penerangan. Penerangan di dalam gedung masih remang-remang.
Penerangan tidak dapat memberikan pencahayaan kepada orang-orang
yang beraktivitas di dalamnya. Penerangan dari lampu tidak begitu
memberikan efek. Hal ini akan semakin gelap ketika cuaca mendung
dan pada saat malam hari. Cahaya matahari yang masuk juga
terhalang oleh kaca yang berwarna gelap. Fenelly dalam bukunya
mengatakan bahwa pencahayaan yang baik dapat membuat pelaku
pencurian menjadi jera,10 dengan menempatkan pencahayaan pada
bagian bagian yang strategis dan penting menciptakan atmosfir yang
tidak mendukung untuk dilakukannya kejahatan, dalam bukunya juga
dilakukan pembagian kondisi pencahayaan dalam suatu tempat yaitu
cahaya terang, kegelapan, dan cahaya redup11, pembagian ini menjadi
signifikan untuk dibahas karena dalam beberapa kasus yang
melibatkan pencurian dan penerobosan, cahaya yang terang dapat
mencegah pelaku melewati atau berada di tempat tersebut karena
dengan adanya cahaya yang terang memudahkan penjaga untuk
menemukan pencuri yang berada di area tersebut. Kondisi kedua
adalah kegelapan, dimana kegelapan menyulitkan pelaku untuk
menemukan hal atau sesuatu yang mereka cari, contohnya untuk
membobol pintu dan menemukan dokumen tertentu, kegelapan juga
mendorong pelaku untuk menggunakan pencahayaan eksternal
sehingga lebih mudah dicurigai dan ditemukan. Yang terakhir seperti
kondisi yang berada di area yang kami teliti adalah kondisi
penerangan yang remang, kondisi ini memberikan pelaku kejahatan
suatu keuntungan karena dengan adanya cahaya remang memudahkan
pelaku untuk menemukan sasarannya, namun tidak cukup terang bagi
petugas pengamanan untuk mengenali dan menemukan pelaku
kejahatan.
10
Fennely, Op.cit 220
11
Fennely, Op.cit 217
d. Pintu Keluar dan Masuk. Pintu masuk dan keluar dari gedung ini
terpisah antara lantai satu dan lantai dua. Tidak diketahui alasan
pemisahan pintu masuk dari kedua lantai tersebut. Akses keluar
masuk dari gedung ini terpusat dari kedua pintu tersebut. Tidak
terdapat pintu darurat yang dapat digunakan sebagai akses keluar
ketika terjadi bencana alam ataupun ancaman lainnya seperti
kejahatan. Kondisi ini meyulitkan praktisi keamanan untuk mendesain
sistem akses kontrol yang efektif untuk mencegah dan mengurangi
tingkat orang yang tidak dikenal masuk keadalam gedung, menurut
analisa kami bahwa kondisi ini disebabkan penggunaan gedung
sebagai pusat pelayanan masyarakat yang menyebabkan adanya
keterbukaan dari pihak pengelola agar dapat memudahkan masyarakat
untuk mengakses gedung tersebut. Kembali ke pembahasan tentang
pintu diatas, bahwa sebenarnya terdapat perbedaan kegunaan dari
kedua pintu tersebut yaitu pintu lantai pertama yang secara khusus
dipergunakan untuk pelayanan pajak sedangkan pintu lantai kedua
digunakan untuk pelayanan surat lainnya selain dari pelayanan pajak
di lantai satu, sehingga posisi pintu dipisahkan untuk memudahkan
masyarakat untuk menemukan tempat yang sesuai dengan kebutuhan
mereka. Pintu darurat yang tidak ada di tempat ini kemungkinan
disebabkan oleh ukuran gedung yang tidak terlalu besar, kondisi yang
hanya dua lantai serta tidak terlalu luas menyebabkan akses keluar
ketika terjadi bencana sangat mudah, dan ketidakadaannya lift di
gedung tersebut sehingga akses untuk turun dari lantai dua ke lantai
satu dari gedung tidak akan terganggu ketika terjadi bencana.
e. CCTV. Dari pengamatan yang dilakukan, tidak terdapat cctv yang
dipasang di gedung ini. Pengakuan dari petugas penjaga gedung juga
menyatakan bahwa tidak ada cctv yang dipasang di gedung ini.
Petugas juga tidak mengetahui mengapa tempat tersebut tidak
dipasang cctv. Cctv juga dianggap tidak perlu oleh petugas tersebut.
Petugas hanya memegang kunci ruangan di gedung ini dan melakukan
pengamanan dan penjagaan secara manual. Ketidakadaaanya CCTV
menurut kelompok kami merupakan suatu bentuk pengabaian
alternatif yang dapat digunakan dalam melakukan pencegahan dan
pengamanan dari kejahatan, menurut fenelly, CCTV merupakan suatu
alat yang reliabel dan efektif secara pengeluaran untuk memberikan
efek jera kepada penjahat,12 CCTV dapat digunakan untuk melakukan
pencegahan, pengamanan dan penangkapan serta dapat menjadi bukti
yang kuat didalam pembuktian aksi kejahatan. Premis awal CCTV
digunakan untuk mencegah potensial pelaku kejahatan untuk
melakukan kejahatan dengan adanya kesadaran bahwa mereka sedang
diawasi oleh kamera CCTV, namun pada aplikasinya CCTV berfungsi
pula untuk menangkap pelaku yang identitasnya dapat dikenali
berdasarkan rekaman yang ada didalam CCTV. Peran lain adalah
dengan mendeteksi penyusup yang masuk kedalam gedung, dan
mengikuti gerakan yang dilakukan oleh penyusup tersebut di sekitar
gedung13, selain itu CCTV juga berfungsi besar dalam kondisi darurat
dan bencana alam, kamera yang terpasang diseluruh tempat dapat
menunjukkan dimanakah konsentrasi individu didalam gedung,
mencari individu yang terjebak pada ruang-ruang gedung tersebut
sehingga memudahkan proses penyelamatan, tentu saja jika jaringan
dari CCTV tidak rusak diakibatkan oleh bencana tersebut.
f. Alarm. Secara umum, alat untuk mencegah terjadinya bahaya
kebakaran sangat minim dan sangat bergantung kepada ketelitian dan
kewaspadaan dari petugas dan orang-orang yang berada di gedung
tersebut. Kondisi ini menyebabkan keadaan keseluruhan dari gedung
ini menjadi tidak aman, karena sistem keamanan menurut Fenelly
tidak hanya berupa pengamanan secara fisik terhadap aksi kejahatan
namun juga pengamanan dari bencana, contohnya adalah penggunaan
alarm untuk kebakaran dan untuk keamanan. 14 Dengan adanya sinergi
ini diharapkan kondisi yang membahayakan terhadap aset dapat
dikurangi serta diminimalisir dampaknya.
g. Gedung Lantai Dua. Tata ruang gedung di lantai dua digunakan
sebagai ruang kerja bagi para karyawan. Ruangan setiap karyawan
dipisahkan dengan sekat yang membentuk ruangan tersendiri bagi
para karyawan. Pada setiap ruangan tidak terdapat identitas dari
12
Fennely, Op.cit 236
13
Ibid. 238
14
Fennely, Op.cit 242
karyawan tersebut yang menunjukkan jabatan dari karyawan tersebut.
Tidak terdapat meja resepsionis yang berada di depan pintu masuk
ruangan ini. Terhadap kondisi ini kelompok kami melihat bahwa
kondisi yang bersekat-sekat tanpa adanya akses pandangan kedalam
sekat tersebut memungkinkan terjadinya ancaman kekerasan didalam
tempat kerja yang termasuk juga sebagai ancaman terhadap asset,
berkaitan dengan konsep CPTED dimana surveillance dalam kondisi
tersebut menjadi buruk sehingga memudahkan pelaku kejahatan untuk
melakukan aksinya15, kondisi sekat yang tidak menunjukkan identitas
dari pemiliknya menghilangkan faktor private space yang
dikonsepkan sebagai teritoriality dalam CPTED.
h. Toilet. Penggunaan toilet harus antri dan tidak dipisahkan antara toilet
laki-laki dan perempuan. Sedangkan toilet yang dikhususkan untuk
karyawan tidak kamu kunjungi karena berada di ruang kerja
karyawan. Kembali ke pembahasan toilet pengunjung, sebagai gedung
pelayanan masyarakat kondisi ini menurut kelompok kami sangat
miris, karena dengan digabungnya toliet laki-laki dan perempuan
menyebabkan hilangnya privasi dan munculnya kesempatan terjadi
pelecehan seksual ketika mengantri untuk menggunakan toilet
tersebut.
i. Petugas Kebersihan dan Keamanan Gedung. Penyerahan tanggung
jawab kepada petugas kebersihan dirasa cukup tepat, karena dialah
yang bertanggung jawab membersihkan seluruh gedung. Maka
diperlukan akses yang mudah ke semua area gendung. Selain itu,
pemusatan pada satu orang dalam pemegangan kunci tentu akan
mempermudah dalam akses keluar dan masuk ruangan. Karena ketika
hendak akan membuka kunci hanya perlu menghubungi satu orang.
Namun juga menjadi merepotkan manakala orang tersebut tidak ada
ditempat atau susah ditemui, tentu akan sangat mempersulit. Ditinjau
dari sisi keamanan hal ini juga menjadi salah satu kerentanan, karena
apabila ada orang yang berniat berbuat jahat dan ingin menduplikasi
kunci, maka dia juga akan tau harus menemui siapa.
j. Waktu Shift Petugas. Jeda waktu 3 hari yang diberikan untuk
pergantian shift juga dirasa sudah cukup tepat. hal ini untuk
15
Fennely, Op.cit 337
menghindari saling lempar tanggung jawab antar petugas manakala
ada masalah. Apabila waktunya terlalu cepat, misalnya sehari maka
rotasi kunci juga akan sangat cepat dan rentan kehilangan atau saling
lempat tanggung jawab seperti yang tadi dijabarkan.
PENUTUP
5. 1. Kesimpulan
Mythen, Gabe (2004). A Critical Introduction to the Risk Society. London: Pluto
Press.
http://www.tempo.co/read/news/2013/12/23/214539662/Gembok-Kantor-Wali-Kota-
Depok-Pendemo-Telan-Kunci