Anda di halaman 1dari 79

CATATAN

MATEMATIKA
DISKRIT

RUKAIYAH
NIM. 220504056
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
SAMUDRA
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt
yang senantiasa melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan modul ini. Modul ini disusun untuk memenuhi
Tugas dengan Matakuliah Matematika Diskrit. Sesuai dengan arahan dosen, maka
modul ini disusun dengan kualifikasi yang tidak diragukan lagi. Teknik penyajian
yang dilakukan secara terpadu. Cara ini diharapkan bisa meminimalisir terjadinya
pengulangan topik berdasarkan setiap modulnya.
Pembahasan modul ini dimulai dengan menjelaskan pengantar matematika
diskrit yang akan dicapai. Kelebihan modul ini, Anda bisa melihat keterpaduan
ilmu matematika. Pembahasan yang akan disampaikan pun disertai dengan soal-
soal yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian dan ketuntasan.
Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan modul masih banyak
kekurangan, untuk itu penyusun sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya
membangun. Mudah-mudahan modul ini memberikan manfaat.

Langsa, 5 Januari 2023

Penulis
MODUL 1

PENGANTAR MATEMATIKA DISKRIT

A. PENGERTIAN MATEMATIKA DISKRIT

Matematika diskrit adalah suatu cabang ilmu matematika yang mengkaji


objek-objek yang bersifat diskrit (diskontinyu). Lawan dari kata diskrit yaitu
kontinyu atau terus menerus.Matematika diskrit merupakan ilmu dasar dalam
pendidikan informatika atau ilmu komputer
Matematika diskrit adalah cabang matematika yang mengkaji objek-objek
diskrit. Benda disebut diskrit jika ia terdiri dari sejumlah berhingga elemen
yang berbeda atau elemen-elemen yang tidak berkesinambungan. Himpunan
bilangan bulat (integer) dipandang sebagai objek diskrit. Lawan kata diskrit
adalah kontinyu atau menerus. Himpunan bilangan riil (real) adalah suatu
objek kontinu. Di dalam matematika kita mengenal fungsi diskrit dan fungsi
kontinu.
Fungsi diskrit digambarkan sebagai sekumpulan titik-titik, sedangkan
fungsi kontinu digambarkan sebagai kurva. Matematika diskrit berkembang
sangat pesat dalam dekade terakhir ini. Salah satu alasan yang menyebabkan
perkembangan pesat itu adalah karena komputer digital bekerja secara diskrit.
Informasi yang disimpan dan dimanipulasi oleh komputer adalah dalam
bentuk diskrit. Salah satu materi di dalam matematika diskrit ini adalah teori
bilangan bulat. Sesuai dengan namanya, teori bilangan bulat sangat erat
hubungannya dengan bilangan bulat. Bilangan bulat itu sendiri adalah
bilangan yang tidak mempunya pecahan desimal, misalnya adalah 2, 43, 566, -
64, 0 dan sebagainnya.
Teori bilangan bulat dalam matematika diskrit memberikan penekanan
dengan sifat pembagian. Sifat pembagian pada bilangan bulat melahirkan
konsep-konsep seperti bilangan prima dan aritmatika modulo. Satu algoritma
penting yang berhubungan dengan sifat pembagian ini adalah algoritma
Euclidean. Baik bilangan prima, aritmatika modulo, dan algoritma Euclidean
memainkan peran yang penting dalam bidang ilmu Kriptografi, yaitu ilmu
yang mempelajari kerahasiaan pesan.
B. CABANG MATEMATIKA DISKRIT
Beberapa contoh cabang matematika yaitu Matematika Terapan, Murni dan
diskrit
1. Matematika terapan : Matematika bisnis, teori peluang, ststistika,galat
dan pembulatan
2. Murni: fisika matematika, mekanik fluida, analisis numerik, optimisasi,
teori peluang, statistika, matematika keuangan, teori permainan, biologi
matematika, kimia matematika, ekonomi matematika dan teori Kontrol.

Gambar 1.2 Cabang dari matematika murni

3. Diskrit :

Gambar 1. 3 Cabang dari Matematika Diskrit


C. CONTOH DISKRIT DAN KONTINYU
1. Diskrit artinya tidak saling berhubungan (lawan dari kontinu) terdiri dari
sejumlah elemen yang berbeda atau elemen yang tidak bersambung
(unconnected). data diskrit diperoleh dari hasil menghitung.contohnya :
o Himpunan bilangan bulat (integer) dimana antara satu bilangan
dengan bilangan lainnya masing-masing berdiri sendiri atau tidak
ada hubungannya.
o Data diskrit diperoleh dari hasil menghitung, misal : jumlah
penjualan :Laptop, Notebook, Komputer, Handphone dan Televisi

Gambar 1.4 Contoh data diskrit; Jumlah Penjualan Toko Digital


Tahun 221

2. Kontinyu yaitu saling berhubungan(continuous). Data kontinyu


contohnya :
o Himpunan bilangan rill (real)/Pecahan, desimal
o Tinggi badan, berat badan, panjang lintasan, waktu, panjang, uang,
skala richter, dll.

Gambar 1.5
Grafik Histogram
D. PERBEDAAN DISKRIT DAN KONTINYU

No Diskrit No Kontinyu
1 Terhitung 1 Tidak terbatas
Jumlah Penduduk, barang, Tinggi, berat, panjang
jumlah karyawan, jumlah
pasien
2 Nilainya tidak diantara(utuh) (10, 2 Nilai berada
20, 70) diantara
(interval)
(3,00 -------4,00)
3 Digital 3 Analog
10:30 10 : 30: ---sekian detik
4 Bilangan Bulat 4 Bilangan rill

Usia, 18 Tahun 18 Tahun, 8 Bulan, 15


Hari,
jam detik, dll
5 P(x) = 2 5 0 ≤ x ≤ 15

E. BELAJAR MATEMATIKA DISKIRT


Dalam matematika diskrit, materi informatika yang diberikan adalah
matematika khas informatika, misalnya seperti : Logika, Teori Himpunan,
Matriks, relasi dan fungsi Induksi matematika, Algoritma, Teori bilangan
bulat, Barisan dan deret, Teori graf, Aljabar boolean, kombinatorial, teori
peluang diskrit, fungsi pembangkit dan analisa rekurens dan kompleksitas
algoritma.
Matematika diskrit perlu dipelajari karena komputer (digital) beroperasi
secara diskrit dengan unit terkecil yang disebut bit (binary digit). Informasi
yang disimpan dan dimanipulasi oleh komputer adalah dalam bentuk diskrit.
Kamera digital menangkap gambar (analog) lalu direpresentasikan dalam
bentuk diskrit berupa kumpulan pixel atau grid. Setiap pixel adalah elemen
diskrit dari sebuah gambar.
Gambar 1.6

F. CONTOH DISKRIT
Dalam kehidupan sehari-hari yang diselesaikan dengan matematika diskrit
antara lain:
o Berapa banyak kemungkinan jumlah pasword yang dapat dibuat dengan 8
karakter
o Bagaimana nomor ISBN sebuah buku divalidasi
o Bagaimana menentukan lintasan terpendek dan terpanjang dari suatu
daerah
o Diberikan dua buah algoritma yang berbeda kemudian pilih algoritma
mana yang terbaik
o Bagaimana rangkaian berfikir secara logika
o Dapatkah kita melalui semua jalan disebuah kompleks perumahan hanya
sekali dan kembali lagi ketempat semula
DAFTAR PUSTAKA
Suusanna S. Epp, Discrete Mathematics with Application, 4 Tahun Edition,
Brooks/Cle, 2010
Peter Grossman, Discrete Mathematics For Computing, 2 nd Edition,
Palgrave Macmillan, 2002
C.L. Liu, Element of Discrete Mathematics, McGraw-Hill, Inc, 1985
Richard Johsonbaugh, Discrete Mathematics Prentice-Hall,
MODUL 2
HIMPUNAN
A. Pengertian Himpunan

Himpunan adalah kumpulan benda atau objek-objek atau lambang-


lambang yang mempunyai arti yang dapat didefinisikan dengan jelas mana
yang merupakan anggota himpunan dan mana bukan anggota himpunan.
Himpunan merupakan kumpulan benda-benda atau objek-objek yang
didefinisikan dengan jelas . Istilah didefinisikan dengan jelas dimasukkan agar
orang dapat menentukan apakah suatu benda merupakan anggota himpunan
yang dimaksud tadi atau tidak.Anggota atau elemen adalah benda-benda atau
objek-objek yang termasuk dalam sebuahhimpunan.
Contoh:
Himpunan yang merupakan himpunan:
- Himpunan anak yang berusia 12 tahun
- Himpunan bilangan asli genap
- Himpunan pulau-pulau di Indonesia
Himpunan yang bukan merupakan himpunan:
- Himpunan anak-anak malas
- Himpunan wanita-wanita cantik
- Himpunan lukisan indah
B. Penulisan Himpunan
Ada empat cara untuk menyatakan suatu himpunan
1) Dengan menyebutkan semua anggotanya (roster) yang diletakkan di dalam
sepasang tanda kurung kurawal, dan di antara setiap anggotanya
dipisahkan dengan tanda koma. Cara ini disebut juga cara Tabulasi.
Contoh:
A = {a,i,u,e,o}
B = {Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu}
2) Menyebutkan syarat anggota-anggotanya, cara ini disebut juga cara
Deskripsi. Contoh: Ambil bilangan asli kurang dari 5
A = bilangan asli kurang dari 53)
3) N o t a s i P e m b e n t u k H i m p u n a n : dengan menuliskan ciri-ciri umum
atau sifat-sifat umum(role) dari anggotanya.
Contoh Soal :
Nyatakan dengan notasi himpunan dengan menuliskan tiap-tiap
anggotanya dan sifat-sifatnya himpunan berikut ini :
1. A adalah himpunan bilangan asli antara 1 dan 6
2. B adalah himpunan mata kuliah yang anggotanya adalah : kalkulus,
logika matematika,matematika diskrit, statistika, fisika
3. C adalah himpunan bilangan riil yang lebih besar dari 5
4. D adalah himpunan yang terdiri dari bilangan 2, 4, 6, 8, 10
5. E adalah himpunan bilangan riil lebih kecil dari 5 dan lebih besar dari
10
Penyelesaian :
1. A adalah himpunan bilangan asli antara 1 dan 6
o Dengan menulis tiap-tiap anggotanya
A = {2, 3, 4, 5}
o Dengan menulis sifat-sifatnya
A = {x | 1 < x < 6, x Asli}
2. B adalah himpunan mata kuliah yang anggotanya adalah : kalkulus,
logika matematika,matematika diskrit, statistika, fisika
o Dengan menulis tiap-tiap anggotanya
B = {kalkulus, logika matematika, matematika diskrit, statistika,
fisika}.
o Dengan menulis sifat-sifatnya
B tidak bisa dituliskan sifat-sifatnya, karena tidak ada sifat yang
sama di antaraanggota- anggotanya
3. C adalah himpunan bilangan riil yang lebih besar dari 5
o Dengan menulis tiap-tiap anggotanya C tidak bisa dituliskan
anggota-anggotanya,karena jumlah anggota C tak terhingga.
o Dengan menulis sifat-sifatnya
C = {x | x > 5, x Riil}
4. D adalah himpunan yang terdiri dari bilangan 2, 4, 6, 8, 10
o Dengan menulis tiap-tiap anggotanya
D = {2, 4, 6, 8, 10}
o Dengan menulis sifat-sifatnya
D = {x | x adalah 5 buah bilangan asli pertama yang genap}
5. E adalah himpunan bilangan riil lebih kecil dari 5 dan lebih besar
dari 10
o Dengan menulis tiap-tiap anggotanya E = tidak bisa dituliskan
anggota-anggotanya, karena jumlah anggota E tak terhingga.
o Dengan menulis sifat-sifatnya
o E = {x | x < 5 dan x > 10, x Riil}
4) Himpunan juga dapat di sajikan secara grafis (Diagram Venn).
Penyajian himpunan dengan diagram Venn ditemukan oleh seorang ahli
matematika Inggris bernama John Venn tahun 1881.
Himpunan semesta digambarkan dengan segi empat dan himpunan lainnya
dengan lingkaran di dalam segiempat tersebut.
Contoh :
Buat diagram venn jika
S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 }
A = { 1, 4, 6, 7 }
B = { 2, 4, 5, 8 }
C. Contoh Himpunan
1. Himpunan berhingga adalah suatu himpunan yang jumlah
anggotanya dapat dihitung.Contohnya D = {bilangan genap kurang dari
10} atau A = {2,4,6,8}. Himpunan D jumlah angotanya dapat dihitung
yaitu sebanyak 4 buah.
2. Himpunan tak hingga adalah suatu himpunan yang jumlah
anggotanya tidak terbatasatau tak hingga. Contohnya: A= {bilangan
genap}, B= {bilangan ganjil}
3. Himpunan kosong adalah suatu himpunan yang tidak memiliki anggota
sama sekali. Himpunan kosong dilambangkan dengan tanda {}. Contohnya
B = {bilangan genap antara 2 dan 4}. ditulis B={}={0}
4. Himpunan equal/himpunan sama adalah himpunan yang anggotanya sama
contohnya :
A= {b,c,d}
B={d,c,b}
A=B
5. Himpunan ekuivalen adalah himpunan-himpunan yang jumlah
anggotanya sama.
Contohnya
A= {b,c,d}
B={d,c,b}
A jumlahnya sama dengan B
6. Himpunan semesta adalah himpunan dari semua unsur yang
sedang dibicarakan.Himpunan semesta juga disebut himpunan uiversal dan
ditulis dengan huruf S.
contohnya:
A = {1,3,5,7,9}
himpunan semestanya berupa:
S = {bilangan asli}
S = {bilangan cacah}
S = {bilangan ganjil kurang dari 10}
7. Himpunan bagian adalah apabila setiap unsur dalam himpunan B
termasuk juga anggota A, maka B merupakan bagian dari himpunan A.
Contohnya
B = {a,c,e}
A = {a,b,c,d,e}
jadi B bagian dari A.
8. Anggota himpunan n adalah suatu unsur dari suatu himpunan.
Contohnya
A = (a,b,c,d,e}
maka a elemen A
9. Himpunan lepas adalah ssuatu himpunan yang tidak mempunyai
anggota persekutuan dengan himpunan lain.
Contohnya
A = {d,e,f}
B = {g,h,i}
maka himpunan A tidak mempunyai anggota persekutuan dengan
himpunan B atauA//B
10. Bukan anggota himpunan adalah unsur ini tidak termasuk dalam himpunan
tersebut
Contohnya
A = {a,b,c,d}
e bukan anggota himpunan A.
11. Himpunan bilangan cacah adalah himpunan bilangan yang anggotanya
dimulai dari nol dan seterusnya
Contoh
K = {0,1,2,3,4,5}
12. Himpunan bilangan asli adalah himpunan bilangan yang anggotanya
dimulai dari bilangan satu dan seterusnya.
Contohnya
D = {1,2,3,4,}
13. Himpunan bilangan genap adalah himpunan yang anggotanya dimulai dari
angka dua dan selalu genap atau habis dibagi dua
Contohnya
G = {2,4,6,8,10}
14. Himpunan bilangan ganjil adalah himpunan yang anggota bilanganya tidak
habis dibagi dua
Contohnya
K = {1,3,5,7}
15. Himpunan blangan prima adalah himpunan bilangan yang anggotanya
semua bilangan yang memiliki dua faktor
Contohnya
Y = {2,3,,5,7}
16. Himpunan kuadrat bilangan cacah adalah himpunan bilangan cacah yang
anggotanya dipangkatkan dua.
Contohnya
Y = {0^2,1^2,3^2)
D. Keanggotaan Himpunan (Menurut Buku Ensiklopedia Matematika)
Himpunan selalu dinyatakan dengan huruf besar,seperti A,B,C,dan
seterusnya. Untuk menyatakan anggota suatu himpunan digunakan lambang
“€” (baca: anggota) .
Sedangkan untuk menyatakan bukan anggota suatu himpunan digunakan
lambing ”∉” (baca: bukan anggota).
A = {a, b, c} menyatakan bahwa himpunan A anggota-anggotanya adalah a,
b, dan c.
Ditulis: a € A; b € A; dan c € A
Bukan keanggotaan suatu himpunan A.
Jika A = {a, b, c} maka d bukan anggota himpunan A.
Ditulis: d ∉ A.
Banyaknya anggota himpunan
o Banyaknya unsur dari suatu himpunan disebut bilangan cardinal dari
himpunan tersebut
│A│dibaca “banyaknya anggota himpunan A, kardinal (A).
Contoh Soal:
Tentukan kardinalitas dari himpunan berikut :
1. A = {2, 4, 6, 8, 10}
2. B = {x | 1 < x < 6, x € Asli}
3. C = {x | x > 5, x € Riil}
4. D = {x | x bilangan cacah yang lebih kecil dari 10}
5. E = {x | x bilangan prima yang lebih kecil dari 15}
Penyelesaian :
1. A = {2, 4, 6, 8, 10}n (A) = 52.
2. B = {x | 1 < x < 6, x € Asli}
B = {2, 3, 4, 5} n (B) = 4
3. C = {x | x > 5, x € Riil}n(C) = ~
4. D = {x | x bilangan cacah yang lebih kecil dari 10}
D = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 ,9}
n(D) = 10
5. E = {x | x bilangan prima yang lebih kecil dari 15}
E = {2, 3, 5, 7, 11, 13}n(E) = 6
E. Macam-Macam Himpunan (Menurut buku Ensiklopedia Matematika)
1) Himpunan Bagian (Subset).
Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B
Ditulis A ⸦ B, jika setiap anggota A merupakan anggota dari B. Dinyatakan
dengan simbol : A ⸦ B
Syarat :
A ⸦ B, dibaca : A himpunan bagian dari B
A ⸦ B, dibaca : A bukan himpunan bagian dari B
B ⸦ A dibaca : B bukan himpunan bagian dari A
B ⸦ A dibaca : B bukan himpunan bagian dari A
Contoh :
Misal A = { 1,2,3,4,5 } dan B = { 2,4} maka B ⸦ A
Sebab setiap elemen dalam B merupakan elemen dalam A, tetapi tidak
sebaliknya.
Penjelasan : Dari definisi diatas himpunan bagian harus mempunyai unsur
himpunan A juga merupakan unsur himpunan B. artinya kedua himpunan itu
harus saling berkaitan.
2) Himpunan Kosong (Nullset)
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai unsur anggota
yang sama sama sekali.
Syarat :
o Himpunan kosong = A atau { }
o Himpunan kosong adalah tunggal
o Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan
Perhatikan : himpunan kosong tidak boleh di nyatakan dengan { 0 }.
Sebab : { 0 }≠{ }
Contoh :
Contohnya B = {bilangan genap antara 2 dan 4}. ditulis B={}={0}.
Penjelasan : dari definisi diatas himpunan kosong adalah himpunan yang tidak
mempunyai satupun anggota, dan biasanya himpunan kosong dinotasikan
dengan huruf yunani ø (phi).
3) Himpunan Semesta
Himpunan dari semua unsur yang sedang dibicarakan. Himpunan semesta
juga disebut himpunan universal dan ditulis dengan huruf S.contohnya:A =
{1,3,5,7,9}
himpunan semestanya berupa:
S = {bilangan asli}
S = {bilangan cacah}
S = {bilangan ganjil kurang dari 10}
4) Himpunan Berhingga
Himpunan A berhingga apabila A memiliki anggota himpunan tertentu
atau n(A) = a, a bilangan cacah. Dengan perkataan lain, himpunan berhingga
adalah himpunan yang banyak anggotanya dapat dinyatakan dengan suatu
bilangan cacah. Atau suatu himpunan yang jumlah anggotanya dapat dihitung.
Contoh :
Contohnya D = {bilangan genap kurang dari 10} atau A = {2,4,6,8}.
Himpunan D jumlah angotanya dapat dihitung yaitu sebanyak 4 buah.
5) Himpunan Tak Berhingga
Himpunan A disebut himpunan tak berhingga apabila tidak memenuhi
syarat himpunan berhingga. Himpunan A apabila anggota-anggotanya sedang
dihitung, maka proses perhitunganya tidak akan berakhir. Dengan perkataan
lain himpunan A,n banyak anggotanya tidak dapat ditentukan/ditulis dengan
bilangan cacah. Atau suatu himpunan yang jumlah anggotanya tidak terbatas
atau tak hingga.
Contoh :
Himpunan berhingga : himpunan nama hari dalam seminggu.
Himpunan tak berhingga : himpunan bilangan real.
6) Himpunan Sama (Equal)
Bila setiap anggota himpunan A juga merupakan anggota himpunan B,
begitu pula sebaliknya.
Syarat : Dua buah himpunan anggotanya harus sama.
Contoh :
A ={ c,d,e}
B={ c,d,e }
Maka A = B
Penjelasan :
Himpunan equal atau himpunan sama,memiliki dua buah himpunan yang
anggotanya sama misalkan anggota himpunan A {c,d,e} maka himpunan B
pun akan memiliki anggota yaitu { c,d,e }.
7) Himpunan Lepas
Himpunan lepas adalah suatu himpunan yang anggota-anggotanya tidak
ada yang sama.Contoh C = {1, 3, 5, 7} dan D = {2, 4, 6} Maka himpunan C
dan himpunan D saling lepas.
Catatan : Dua himpunan yang tidak kosong dikatakan saling lepas jika kedua
himpunan itu tidak mempunyai satu pun anggota yang sama
8) Himpunan Komplemen (Complement set)
Himpunan komplemen dapat dinyatakan dengan notasi . Himpunan
komplemen jika dimisalkan U = {1,2,3,4,5,6,7}dan A = {3,4,5}. maka A
U. Himpunan {1,2,6,7} juga merupakan komplemen, jadi A C = {1,2,6,7}.
Dengan notasi pembentuk himpunan ditulis : = {x│x U, x A}
Contoh :
Diketahui S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} adalah himpunan semesta dan A = {3,4, 5}.
Komplemen himpunan A adalah = {1, 2, 6, 7}.
Komplemen A dinotasikan dengan atau A’ ( atau A’ dibaca: komplemen
A).
Contoh soal tentang komplemen suatu himpunan
Diketahui S = {1, 2, 3, …, 10} adalah himpunan semesta. Jika A = {1, 2, 3,
4} dan B = {2, 3,5, 7}, tentukan
a. anggota
b. anggota
c. anggota
Penyelesaian:
Diketahui
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 10}
A = {1, 2, 3, 4}
B = {2, 3, 5, 7}
a. = {5, 6, 7, 8, 9, 10}
b. = {1, 4, 6, 8, 9, 10}
c. Untuk menentukan anggota ,
tentukan terlebih dahulu anggota dari A B.
A B = {2, 3} = {1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
9) Himpunan Ekuivalen (Equal Set)
Himpunan ekuivalen adalah himpunan yang anggotanya sama banyak
dengan himpunan lain.
Syarat : Bilangan cardinal dinyatakan dengan notasi n(A) A≈B, dikatakan
sederajat atau ekivalen, jika himpunan A ekivalen dengan himpunan B,
Contoh :
A = { w,x,y,z }→n (A) = 4
B = { r,s,t,u} →n(B) = 4
Maka n (A) =n (B) →A≈B
Penjelasan : himpunan ekivalen mempunyai bilangan cardinal dari himpunan
tersebut, bila himpunan A beranggotakan 4 karakter maka himpunan B
pun beranggotakan 4.
F. Operasi pada Himpunan
a) Gabungan
Gabungan (union) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap
anggotanya merupakan anggota himpunan A atau himpunan B.
Notasi : A B = {x | x A x B}
Contoh :
A B = { x A, atau x B}
Jika A = { 5, 7, 9, 11 )
Jika B = { 6, 7, 8, 9, 10 }
A B = { 5, 6, 7, 8, 9 10, 11 )
b) Irisan
Irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap
anggotanya merupakan anggota dari himpunan A dan anggota himpunan B.
Notasi : A B = {x | x Avx B}
Contoh :
Irisan himpunan A dan B
A B = { x | x A dan B }
Jika A = { 2, 7, 9, 11 }
Jika B = { 1, 5, 9, 10}
Maka A B=9
Atau

c) Komplemen
Komplemen himpunan A terhadap himpunan semesta S adalah himpunan
yang anggotanya merupakan anggota S yang bukan anggota A.
Notasi : = {x | x S x ∉ A}
Contoh :S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9}
B = {1,2,3,4,5}
Maka B' = {6,7,8,9}
d) Selisih
Selisih himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya merupakan
anggota himpunan Ada n bukan anggota himpunan B. Selisih himpunan A
dan B adalah komplemen himpunan B terhadap himpunan A. Atau anggota
yang ada di A tapi tidak ada di B
Notasi : A – B = {x | x A x B}
Contoh :
A = {0,1,2,3,4}
B = {2,3,4,5,6}
Maka A - B = {0,1} dan B - A ={5,6}
e) Beda Setangkup
Beda Setangkup (symetric difference) dari himpunan A dan B adalah
himpunan yang anggotanya ada pada himpunan A atau B, tetapi tidak pada
keduanya.
Notasi : A B = (A B) – (A B) atau : A B = (A – B) (B – A)
Contoh:
A = { Win3.1, Win3.11, Win95,Win97 }
B = { Win95,Win97,Win98,Win98SE, WinME,Win2000 }
A B = { Win3.1, Win3.11, Win98, Win98SE ,WinME, Win2000 }
G. Sifat-sifat Operasi pada Himpunan
 Hukum Identitas
a) A =A
b) A S=A
c) A =A
 Hukum Null
a) A =
b) A S=S
c) A A=
 Hukum Komplemen
a) A =S
b) A =
 Hukum Idempoten
a) A A=A
b) A A=A
 Hukum Involusi
( =A
 Hukum Penyerapan
a) A (A B) = S
b) A (A B) = A
 Hukum Komutatif
a) A B = B A
b) A B=B A
c) A B=B A
 Hukum Asosiatif
a) A (B C) = (A B) C
b) A (B C) = (A B) C
c) A (B C) = (A B) C
 Hukum Distributif
a) A (B C) = (A B) (A C)
b) A (B C) = (A B) (A C)
 Hukum De Morgan
a) ( A B =
b) ( A B =

DAFTAR PUSTAKA
Rizky, Awalia. “Pengertian Himpunan”.27 April 2013.http://himpunan-
matematika.blogspot.com/
Bryansonelf8. “Himpunan Matematika dengan Persampahan”.10 Juni2013.
http://bryanfebriozusriadi.wordpress.com/2013/06/10/makalah-himpunan-
matematika-dengan- persampahan/
Kadek, Anggaradana. “Makalah Himpunan dan Anggotanya”.22 September 2013.
http://anggaradana.blogspot.com/2013/09/makalah-himpunan-dan-anggota-
anggotanya.html
Susi, Deswati. “Makalah Matematika Himpunan”.28 Desember 2012.
http://susi-deswati.blogspot.com/2012/12/makalah-matematika-himpunan.html
Purnawanto, Maksum. “Komplemen Himpunan”.21 April 2012.
http://purnawantomaksum.wordpress.com/bahan-ajar/himpunan/komplemen-
himpunan/
MODUL 3 & 4
LOGIKA & HUKUM LOGIKA

A. Pengertian logika
Pengertian Logika Secara etimologis, istilah Logika berasal dari kata
“logos” (Yunani) yang berarti kata, ucapan, fikiran secara utuh, atau bisa juga
mengandung makna ilmu pengetahuan. Dalam arti luas Logika adalah sebuah
metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara
penalaran yang benar dengan penalaran yang salah.
1. Dalam mempelajari Logika kita akan berkenalan dengan istilah penalaran,
yang diartikan sebagai penarikan kesimpulan dalam sebuah argumen.
Penalaran yang sering pula diartiakan cara berfikir,merupakan penjelasan
dalam upaya memperlihatkan hubungan antara dua hal atau lebih berdasarkan
sifat-sifat atau hukum-hukum tertentu yang sudah diakui kebenarannya dengan
langkah-langkah tertentu yang berakhir dengan sebuah kesimpulan.
2. Dalam logika kita mempelajari dan meneliti apakah sebuah penalaran yang
kita lakukan itu tepat atau tidak. Untuk dapat berfikir dengan tepat,logika
menawarkan pada kita sejumlah aturan atau kaidah-kaidah yang harus
diperhatikan agar kesimpulan yang kita peroleh hasilnya tepat.“Dalam
menghadapi kehidupan sehari-hari kita dituntut untuk menggunakan akal
fikiran dalam melakukan setiap kegiatan kita,harus penuh pemikrian dan
pertimbangan. Oleh karena itu, kita harus mempunyai pola pikir yang
tepat,akurat, rasional dan obyektif disamping dapat berpikir kritis. Pola berpikir
seperti ini adalah pola berpikir atau penalaran yang terdapat dalam Logika.
Oleh karena itu,Logika sangat penting dalam setiap bidang kehidupan manusia.
B. Pernyataan, Kalimat Terbuka, dan Ingkaran
Pengertian kalimat dalam kehidupan sehari-hari adalah kumpulan kata,
frasa, dan lambang yang mempunyai arti. Dalam matematika ada dua jenis
kalimat, yaitu kalimat terbuka dan kalimat tertutup (pernyataan)
1. Pernyataan
Pernyataan adalah sebuah kalimat yang memiliki nilai logika
(kebenaran) benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar dan salah.Dengan
kata lain, pernyataan adalah sebuah kalimat yang sudah dapat ditentukan
nilai kebenarannya, yaitu benar atau salah. Benar dan salah maksudnya
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Nama lain dari pernyataan adalah
kalimat deklaratif atau proposisi. Berikut ini adalah contoh suatu pernyataan
dan nilai kebenarannya:
o “Bangun datar persegi memiliki empat titik sudut”, pernyataan ini
benar.b. “Nilai x yang memenuhi 2x = 10 adalah 6”, pernyataan ini
salah.c. “3 adalah bilangan prima”,pernyataan ini benar.d. “7 kurang
dari 6”, pernyataan ini salah.Perlu diketahui bahwa setiap pernyataan
adalah kalimat, tetapi tidak setiap kalimat merupakan pernyataan.
Kalimat-kalimat yang bukan pernyataan ini tidak atau belum dapat
ditentukan nilai kebenarannya, seperti kalimat tanya, kalimat perintah,
dan kalimat seru.
2. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah suatu kalimat yang belum dapat ditentukan
nilai kebenarannya karena masih belum memuat variabel. Variabel atau
perubah adalah lambang yang digunakan untuk mewakili anggota
sembarang dari suatu semesta pembicaraan.
Berikut ini contoh kalimat terbuka:
a. 3x + 3 = 7
b. 2 log x = 1
c. x2– 6x + 9 = 0
d. y – 3 < 4
Suatu kalimat terbuka dapat berubah menjadi pernyataan apabila
variabelnya diganti suatu konstanta, yaitu lambang yang mewakili anggota
dari suatu semesta pembicaraan. Konstanta pengganti variabel yang
menyebabkan kalimat terbuka menjadi pernyataan yang bernilai benar
disebut penyelesaian kalimat terbuka atau penyelesaian.Kumpulan semua
penyelesaian disebut himpunan penyelesaian. Kalimat terbuka juga dapat
diubah menjadi pernyataan dengan menggunakan kuantor.
3. Hubung Logika dan Ingkaran
Jika terdapat dua pernyataan atau lebih, kita dapat membentuk
sebuah pernyataan baru dengan menggunakan kata hubung logika.
Pernyataan-pernyataan yang dibentuk dengan menggunakan kata hubung
logika dinamakan pernyataan majemuk atau pernyataan
komposisi,sedangkan pernyataan-pernyataan yang membentuk pernyataan
majemuk masing-masing disebut komponen pernyataan majemuk. Nilai
kebenaran pernyataan majemuk hanya ditentukan oleh nilai kebenaran
komponen-komponen pembentuknya dan tidak diharuskan adanya
hubungan antar komponen pembentuknya.
Pernyataan-pernyataan majemuk diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Konjungsi, kata hubungnya “dan” dilambangkan dengan “˄”.
b. Disjungsi, kata hubungnya “atau” dilambangkan dengan “˄”.
c. Implikasi, kata hubungnya “Jika ... maka ...” dilambangkan
dengan“→”.
d. Biimplikasi, kata hubungnya “... jika dan hanya jika ...” dilambangkan
dengan “↔”.
Selain menggunakan kata hubung logika, suatu pernyataan baru
juga dapat dibentuk dengan menggunakan ingkaran (negasi), yaitu
pernyataan baru yang bernilai benar apabila pernyataan semula bernilai
salah demikian pula sebaliknya.Cara membentuk ingkaran dari suatu
pernyataan yaitu dengan menambahkan kata “tidak/bukan” atau “tidak
benar bahwa”sesuai berdasarkan aturan tata bahasa yang benar.Jika suatu
pernyataan dinotasikan dengan“p” maka negasi dari pernyataan p
dinotasikan dengan “~p” dibaca negasi p.p~Pbssb Keterangan: B = Benar
S = Salah
Berikut ini contoh dari ingkaran:
a. p : 100 habis dibagi 5.~p : Tidak benar bahwa 100 habis dibagi
5.~p : 100 tidak habis dibagi 5.
b. q : Semua ikan bernafas dengan insang.~q : Tidak semua ikan
bernafas dengan insang.~q : Tidak benar bahwa semua ikan
bernafas dengan insang.
c. r : 3 adalah faktor dari 13.~r : Tidak benar bahwa 3 adalah faktor
dari 13.~r : 3bukan faktor dari 13.

Operasi-operasi dalam Logika Matematika

a) Konjungsi

Konjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q


yang dirangkai dengan menggunakan kata hubung “dan”.Konjungsi
pernyataan p dan pernyataan q dinotasikan sebagai berikut: q (dibaca: p dan
q) Misalnya kita akan menyusun suatu konjungsi dari dua pernyataan
berikut:p : Ada kendraan bermotor.q : Tersedia bahan bakar. Konjungsi dari
dua pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: q : Ada kendaraan bermotor
dan tersedia bahan bakar.Karena konjungsi merupakan suatu pernyataan maka
dapat ditentukan nilai kebenarannya, yaitu benar saja atau salah saja dan
bukan keduanya. Nilai dan tabel kebenaran Konjungsi. p
qBBSSBSBSBSSS2. Disjungsi-Disjungsi adalah pernyataan yang
dibentuk dari dua pernyataan p dan q yang dirangkai dengan menggunakan
kata hubung“atau”. Disjungsi pernyataan p dan pernyataan q dinotasikan
sebagai berikut: q (dibaca: p atau q) Misalnya kita akan menyusun suatu
disjungsi dari dua pernyataan berikut:p : Ada media elektronik.q : Ada media
cetak.Disjungsi dari dua pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: q :
Ada media elektronik atau media cetak.Nilai dan tabel kebenaran Konjungsi.p
q qBBSSBSBSBBBS3.

b) Implikasi

Implikasi adalah pernyataan majemuk yang disusun dari dua buah


pernyataan p dan q dalam bentuk “jika p maka q”.Implikasi pernyataan p dan
pernyataan q dinotasikan sebagai berikut:p → q (dibaca: jika p maka q)
Misalnya kita akan menyusun suatu disjungsi implikasi dari dua pernyataan
berikut:p : 2m× 2n=2m + n.q : 24× 23= 27. Implikasi dari dua pernyataan
tersebut adalah sebagai berikut:p → q : Jika 2m× 2n=2m + n maka 24× 23=
27.Dari pernyataan ini, bagian “jika 2m× 2n= 2m + n” dinamakan alasan atau
sebab ada n bagian “maka 24× 23= 27” dinamakan kesimpulan atau akibat.
Nilai dan tabel kebenaran Implikasi.p q p→ Qbbssbsbsbsbb

c) Biimplikasi

Biimplikasi adalah pernyataan yang disusun dari dua buah pernyataan p


dan q yang dirangkai dengan menggunakan kata hubung“jika dan hanya jika”.
Biimplikasi pernyataan p dan pernyataan q dinotasikan sebagai berikut:p ↔ q
(dibaca: p jika dan hanya jika q) Misalnya kita akan menyusun suatu
biimplikasi dari dua pernyataan berikut:p : Dua garis saling berpotongan tegak
lurus.q : Dua garis saling membentuk sudut 900.Biimplikasi dari dua
pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:p ↔ q : Dua garis saling
berpotongan tegak lurus jika dan hanya jika kedua garis saling membentuk
sudut 900.Nilai dan table kebenaran Biimplikasi.p q p↔qBBSSBSBSBSSB.
Tautologi, Kontradiksi, dan Kontingen
1.Tautologi
Tautologi adalah sebuah pernyataan majemuk yang selalu benar untuk
semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan
komponennya.Untuk dapat membuktikan apakah suatu pernyataan
merupakan tautologi, kita dapat menggunakan tabel kebenaran. Buatlah
sebuah tabel kebenaran pernyataan untuk membuktikan bahwa ( q) → q
merupakan tautologi. Penyelesaian: p q q ( q) →
qBBSSBSBSBSSSBBBBb.
Buatlah sebuah tabel kebenaran pernyataan untuk membuktikan
bahwap ~p merupakan tautologi. Penyelesaian:p q ~p
~pBBSSBSBSSSBBBBBB. Berdasarkan pada kolom paling kanan kedua,
tampak bahwa ( q) → q dan ~p selalu bernilai benar untuk setiap nilai
kebenaran dan komponennya. Oleh karena itu, pernyataan ( q) → q dan
~p adalah suatu tautologi.
2.Kontradiksi
Kontradiksi adalah suatu pernyataan yang selalu bernilai salah untuk
setiap nilai kebenaran dari komponen-komponennya. Seperti pada tautologi,
untuk membuktikan apakah suatu pernyataan merupakan kontradiksi, kita
dapat menggunakan table kebenaran.Contoh kontradiksi: Tunjukan bahwa
pernyataan majemuk ( ~q) merupakansuatu kontradiksi.
Penyelesaian:
p q ~q ~q ( ~q)BBSSBSBSSBSBSBSSSSSS pada tampak bahwa
( ~q) selalu bernilai salah untuk setiap kebenaran dari komponennya.
Oleh karena itu, pernyataan ( ~q) adalah suatu kontradiksi.
3.Kontingen
Kontingen adalah pernyataan yang nilai kebenarannya merupakan
kumpulan dari nilai B dan S, di luar tautologi dan kontradiksi.Contoh kontingen:
Tunjukan bahwa pernyataan [ ( q)] merupakan suatu kontradiksi.
Penyelesaian: p q q ( q) [ (p q)] BBSSBSBSBBBSBSBSBSSS
Pada tampak bahwa nilai kebenaran [ ( q)] bernilai salah dan benar untuk
setiap kebenaran dari komponennya. Oleh karena itu, [ ( q)] merupakan
kontingen.
Ekuivalensi
1.Membuktikan Pernyataan Majemuk dengan Menggunakan Tabel Kebenaran
Dua pernyataan dikatakan ekuivalen apabila kedua pernyataan tersebut
mempunyai nilai kebenaran yang sama. Dua pernyatan p dan qyang ekuivalen
dinotasikan dengan p≡q.
Contoh: Dengan menggunakan tabel kebenaran, selidikilah apakah pernyataan-
pernyataan berikut ekuivalen.
a.~ ( q) dengan ~ ~qb. (q → r) dengan ( q) → ( r)

Penyelesaian:

a. ~ ( q) dengan ~ ~qp q ~p ~q q ~ ( q) ~
~qBBSSBSBSSSBBSBSBBBBSSSSBSSSB Dari atas, tampak bahwa
nilai kebenaran ~ ( q) sama dengan nilai kebenaran ~ ~q. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ~( q) ≡~ ~q. (q → r) dengan ( q) → ( r)
p q r q p r q→r (q→r) ( q) → ( r)
BBBBSSSSBBSSBBSSBSBSBSBSBBSSSSSSBSBSSSSSBSBBBSBBB
SBBSSSSBSBBBBBB Dari di atas, tampak bahwa nilai kebenaran (q
→ r) tidak sama dengan nilai kebenaran ( q) → ( r).Jadi, dapat
disimpulkan bahwa (q → r) tidak ekuivalen dengan ( q) → ( r).
2.Negasi dari Pernyataan
Majemuk Negasi dari suatu pernyataan majemuk dapat dibentuk dari negasi
pernyataan-pernyataan tunggal dengan menggunakan ukuivalensi, yaitu apabila
permyataan-pernyataan majemuk itu mempunyai nilai kebenaran yang sama
dengan pernyataan majemuk negasi dari komponen-komponennya.dalam hal ini,
terdapat ekuivalensi sebagai berikut:
a. ~( q) ~ ~qb. ~( q) ~ ~qc. ~(p → q) ~qd. ~(p q) (
~q (q ~p

Contoh:

a. Buktikan bahwa ~( q) ~ ~q. Bukti:p q ~p ~q q ~( q) ~


~qBBSSBSBSSSBBSBSBBSSSSBBBSBBB Terbukti bahwa ~( q) ~ ~q.
b.Tuliskan negasi dari pernyataan-pernyataan berikut:
1) Nia adalah anak yang pandai dan pendiam.
2) Jika Anik mendapat nilai bagus maka ia naik kelas.Penyelesaian:
o Nia adalah anak yang tidak pandai dan dan pendiam.
o Anik mendapat nilai bagus maka ia tidak naik kelas.
o Membuktikan Pernyataan Majemuk tanpa Menggunakan Tabel
Kebenaran Untuk membuktikan kebenaran suatu pernyataan majemuk
dapat dilakukan dengan menggunakan tabel kebenaran. Akan
tetapi,pembuktian dengan cara tersebut kurang efisien. Oleh karena itu,
kita dapat membuktikan kebenaran suatu pernyataan majemuk dengan
menggunakan sifat-sifat ekuivalensi, diantaranya sebagai berikut.
a.* p p( q r ( r) q p ( r) ( q)
( r)~( q) ~ ~q* p p( r ( r) q
p ( r) ( q ( r)~( q) ~ ~q. b.~(~p) pc. ~(p
→ q) p ~qp → q ~ qp → ( r) (p → q ~(p → r)d. p
q (p → q (q → p)
d) Implikasi, Konvers, Invers, dan Kontraposisi
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa dua buah pernyataan atau lebih
dapat dibentuk menjadi suatu kalimat majemuk. Pernyataan-pernyataan
majemuk yang menggunakan kata hubung “ → “ adalah implikasi,
konvers,invers, dan kontraposisi yang didefinisikan sebagai berikut.Jika p dan
q adalah suatu pernyataan, maka pernyataan majemuk:
o p → q disebut implikasi (diketahui)
o q → p disebut konvers dari p → q
o ~p → ~q disebut invers dari p → q4. ~q → ~p disebut kontraposisi
dari p → q Dengan menggunakan tabel kebenaran, kita dapatmelihat
nilai kebenaran dari masing-masing pernyataan baru tersebut. Tabel
kebenarannya adalah sebagai berikut.Pernyataan Implikasi Konvers
Invers Kontraposisip q ~p ~q p → q q → p ~p → ~q ~q
→~pBBSBSBSSBSBSBSBBBSBBSBSBSSBBBBBB
Dengan memperhatikan nilai kebenaran pada tabel di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
o Implikasi ekuivalen dengan kontraposisinya.p → q≡ ~q → ~p
o Konvers suatu implikasi ekuivalen dengan inversnya.q → p≡ ~p → ~q
o Contoh:
Tentukan konvers, invers, dan kontraposisi dari implikasi “Jika PQRS
adalah persegi, maka PQRS adalah persegi panjang”.
o Penyelesaian:
Konvers : Jika PQRS adalah pesegi panjang, maka PQRS adalah
persegi.Invers : Jika PQRS bukan persegi, maka PQRS bukan persegi
panjang.Kontraposisi : Jika PQRS bukan pesegi panjang, maka PQRS
bukan persegi.G. Kalimat Kuantor dan Negasinya.

Kuantor Universal

Misalkan p(x) adalah suatu kalimat terbuka, dengan x anggota


himpunan semesta pembicaraan Pernyataan: (∀x S) p(x) atau (∀x)
p(x) Dibaca “untuk setiap x,berlakulah p(x) disebut kalimat berkuantor
universal (universal quatifier).Penggunaan kata “untuk setiap” pada
kuantor universal senilai dengan kata“untuk semua”, “untuk tiap-
tiap”,dan “untuk seluruh”.

Contoh:

Tuliskan kalimat untuk “Untuk setiap n anggota himpunan bilangan


asli N, berlaku n anggota himpunan bilangna real R” dengan notasi
matematika.
Penyelesaian:
Kalimat tersebut adalah kalimat kuantor universal sehingga dengan
notasi matematika dapat ditulis (∀n) n N→n .
o Jika semesta pembicaraannya bilangan real R, tentukan nilai
kebenaran dari (∀x) (x + 3 <6).
o Penyelesaian:
(∀x) (x + 3 < 6) bernilai salah. Misalkan diambil salah satu
nilai x =4.Akibatnya, 4 + 3 < 6 (bernilai salah). Dengan
demikian, tidak berlaku untuk setiap x R.

Kuantor Eksistensial

Misalkan p(x) adalah suatu kalimat terbuka pada suatu himpunan


semesta pembicaraan S.Pernyataan:(∃x S) p(x) atau (∃x) p(x) Dibaca
“terdapat x sehingga p(x)” disebut kalimat kuantor eksistensial
(existential quantifier). Kata “terdapat” senilai dengan
kata“ada”,“beberapa”, “untuk suatu”, dan “untuk paling sedikit
satu”.Contoh: Tentukan nilai kebenaran dari kalimat berkuantor
eksistensial berikut jika x dan y adalah anggota himpunan bilangan real
R.
a. (∃x) (x2– 6x + 8 = 0)b. (∃x) (x2+ 9 < 0)
Penyelesaian:
 (∃x) (x2– 6x + 8 = 0) bernilai benar. Misalkan diambil x =
2 atau x = 4.
 (∃x) (x2+ 9 < 0) bernilai salah.Untuk x R, x2≥ 0,
sedangkan 9 > 0.Jadi. Tidak mungkin dua bilangan real
positif jika dijumlahkan hasilnya bernilai negatif.
e) Ingkaran (Negasi) Kalimat Berkuantor Negasi
a. kalimat berkuantor universal adalah kalimat berkuantor eksistensial,
sedangkan negasi kalimat berkuantor eksistensial adalah kalimat
berkuantor universal. Jika terdapat kalimat berkuantor universal
(∀x)p(x) dan kalimat berkuantor eksistensial (∃x) p(x), negasi dari
keduanya ditulis sebagai berikut:~[(∀x) p(x)] ≡ (∃x) ~ p(x)~[(∃x) p(x)]
≡ (∀x) ~p(x) Contoh:
Tentukan negasi dari kalimat kuantor berikut jika x dan y adalah
anggota himpunan bilangan real.
a. (∀x) (x + 7 ≤ 9)
b. (∃x) (x2= x)
Penyelesaian:
a. ~[(∀x) (x + 7 ≤ 9)] ≡ (∃x) ~(x + 7 ≤ 9) ≡ (∃x) (x + 7 > 9)
b. ~[(∃x) (x2= x)] ≡ (∀x) ~(x2=x) ≡ (∀x) (x2≠ x)H. Penarikan
Kesimpulan Untuk membuktikan suatu sifat atau menyelidiki
kebenaran dari suatu kesimpulan berdasarkan kebenaran yang
sudah diketahui, dapat digunakan pola argumentasi berdasarkan
prinsip-prinsip logika. Kesimpulan ditarik dari beberapa
pernyataan yang diasumsikan benar terjadi. Asumsi-asumsi itu
disebut juga premis. Suatu penarikan kesimpulan dikatakan sah
atau valid apabila implikasi dari konjungsi premis-premis dengan
konklusi merupakan tautologi. Sebaliknya, apabila premis-premis
tidak memberikan informasi yang cukup untuk mendukung
kesimpulan yang diambil maka dikatakan penarikan kesimpulan
tidak valid.
Prinsip-prinsi yang digunakan untuk menganbik kesimpulan, antara lain
modus ponen,modus tollens, dan silogisme.
1.Modus Ponen Penarikan kesimpulan dengan menggunakan modus ponen
didasarkan pada prinsip “Jika p → q benar maka q pasti benar”. Prinsip tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut:
 Premis 1 : p → q Premis 2 : p Konklusi : ∴ qTanda “∴” dibaca “maka”
atau “jadi”.Prinsip di atas dibaca: Jika p → q benar dan p benar maka q
benar.Sahnya modus ponen dapat dibuktikan dengan tabel kebenaran
pernyataan majemuk “[(p → q p] → q”.p q p → q (p → q p (p → q
p] → qBBSSBSBSBSBBBSSSBBBB Pada tersebut tampak bahwa pada
kolom kelima nilai kebenarannya adalah “benar” seluruhnya. Oleh karena
itu, (p → q p] → q merupakan suatu tautulogi.
 Contoh: Premis 1 : Jika segitiga ABC sama sisi maka AB = AC =
BC.Premis 2 :Segitiga ABC sama sisi.Konklusi : Jadi, AB = AC = BC.
2.Modus Tollens Penarikan kesimpulan pada modus Tollens didasarkan pada
prinsip“Jika p → qbenar dan q tidak benar maka p pasti tidak benar”. Prinsip
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:Premis 1 : p → q Premis 2 : ~q
Konklusi : ∴ ~p Prinsip ini dibaca : Jika p → q benar dan ~q benar maka ~p benar.
Kebenaran dari modus tollens dapat dibuktikan dengan menggunakan tabel
kebenaran kontraposisi.

Contoh:

Premis 1 : Jika segitiga ABC siku-siku di titik B maka AC2= AB2+BC2.


Premis 2 : AC2≠ AB2+ BC2.Konklusi : Jadi, segitiga ABC tidak siku-siku di titik
B.3. Silogisme Penarikan kesimpulan dengan silogisme berdasarkan prinsip
“Jikap →q benar dan q → r benar maka p → r pasti benar”. Prinsip tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut: Premis 1 : p → q Premis 2 : q → r Konklusi : ∴ p →
r Kebenaran dari silogisme dapat dilihat pada tabel kebenaran [(p →q (q → r)]
→ (p → r) adalah suatu tautologi.p q r p→q q→r p→r (p→q (q→r)[(p→q
(q→r)]→(p→r)BBBBSSSSBBSSBBSSBSBSBSBSBBSSBBBBBSBBBSBBBS
BSBBBBBSSSBSBBBBBBBBBB
Contoh:

Premis 1 : Jika guru Matematika tidak masuk sekolah maka murid-murid n


bercengkrama.
Premis 2 : Jika murid-murid bercengkrama maka mereka bergembira.Konklusi
:Jadi, jika guru Matematika tidak masuk sekolah maka mereka
bergembira.I.Pembuktian Pembuktian suatu sifat dalan matematika menunjukan
kebenaran sifat dalam matematika secara logika.
Pembuktian dengan Bukti Langsung Pembuktian dengan bukti langsung
digunakan untuk membuktikan sifat dalam matematika dengan implikasi p → q.
Pembuktian ini menggunakan nilai kebenaran pernyataan (implikasi), yaitu jika
diketahuip bernilai benar (anteseden benar) dan implikasi bernilai benar,kemudian
dengan langkah-langkah yang benar, pasti dihasilkan q yang bernilai benar
(konsekuen bernilai benar).

Contoh:

Buktikan bahwa jika x + 2 = 5 maka x = 3.Bukti: Diketahui x + 2 = 5. Kemudian,


akan dibuktikan bahwa x = 3. Karena x + 2= 5 maka x + 2 – 2 = 5 – 2 atau x =
3.Jadi, terbukti bahwa jika x + 2 = 5maka x = 3.
Pembuktian dengan Bukti Terbalik Pembuktian dengan bukti terbalik
menggunakan prinsip modustollens. Terdapat dua cara dalam pembuktian dengan
bukti terbalik, yaitu kontraposisi dan kontradiksi.

a.Kontraposisi

Pembuktian dengan kontraposisi digunakan untuk membuktikan sifat matematika


yang mempunyai implikasi p → q. Nilai kebenaran suatu implikasi sama dengan
nilai kebenaran kontraposisinya. Oleh karena itu, pembuktian dengan kontraposisi
dari sifat matematika dengan implikasi p → q dilakukan dengan menunjukan
kebenaran sifat matematika ~q →~p. Misalkan akan dibuktikan sifat matematika
p →q. Pembuktian dilakukan dengan membuktikan ~q → ~p. Dalam hal ini,
diketahui ~q bernilai benar dan implikasi bernilai benar,kemudian dengan
langkah-langkah yang benar, pasti dihasilkan ~p yang benar.
Contoh: Buktikan bahwa jika x dan y bilangan ganjil maka x + y bilangan
genap.Bukti:Kontraposisi dari implikasi “Jika x dan y bilangan ganjil maka x+ y
bilangan genap” adalah “Jika x + y bukan bilangan genap maka x dan y bukan
bilangan genap”.Diketahui x + y bukan bilangan genap, berarti x + y bilangan
ganjil. Oleh karena itu,x atau y merupakan bilangna ganjil berarti x atauy bukan
bilangan genap. Jadi, terbukti bahwa jika x atau y bilangan ganjil maka x atau y
bilangna genap.

b.Kontradiksi

Pembuktian dengan kontradiksi dapat digunakan untuk membuktikan sifat


matematika yang merupakan suatu implikasi. Untuk membuktikan sifat
matematika yang merupakan suatu implikasi p → q,di andaikan tidak q.
Selanjutnya, jika dihasilkan kontradiksi (sesuatu yang salah misalkan tidak p
karena yang diketahui adalah p), berarti pengandaian salah. Olehkarena itu,
pengandaian harus diingkar. Jadi,diperoleh q. Sedangkan untuk membuktikan
sifat matematika yang berupa sifat p, diandaikan tidak p. Selanjutnya, jika
dihasilkan kontradiksi(sesuatu yang salah misalkan 1 bilangan genap), berarti
pengandaian salah. Oleh karena itu,pengandaian harus diingkar.

Contoh:

Buktikan bahwa 2 + 4 = 6.Bukti: Andaikan 2 + 4 ≠ 6 maka 2 + 4 – 4 ≠ 6 – 4 atau


2 ≠ 2. Hal ini kontradiksi dengan ketentuan bahwa 2 = 2. Pengandaian 2 + 4 ≠ 6
harus diingkar sehingga 2 + 4 = 6.Jadi, terbukti 2 + 4 = 6

DAFTAR PUSTAKA

Kusumah, Yaya S. 1986.


Ibid.
Logika Matematika Elementer.Bandung: Tarsito.Munir, Rinaldi. 2012.
Matematika Diskrit. Bandung:Informatika.Ruseffendi. 1989. Dasar-dasar
Matematika Modern dan Komputer.Bandung: Tarsito.Siswanto. 2009.
Theory and Application of Mathematics.Solo: Bilingual.Wirodikromo,
Sartono. 2001. Matematika untuk SMA kelas X.Jakarta: Erlangga.
MODUL 5
RELASI DAN FUNGSI

A. Pengertian Relasi
Antara elemen-elemen dari dua buah himpunan seringkali terdapat suatu relasi
atau hubungan tertentu. Relasi menurut bahasa berarti hubungan. Dalam
matematika, relasi atau hubungan menyatakan hubungan antara anggota
suatu himpunan dengan anggota himpunan yang lain. Relasi dari himpunan A ke
himpunan B, artinya memetakan setiap anggota pada himpunan A (x A) dengan
anggota pada himpunan B (y B). Relasi antara himpunanAdan himpunan B juga
merupakan himpunan,yaitu himpunan yang berisi pasangan berurutan yang
mengikuti aturan tertentu, contoh (x,y) . Relasi biner R antara himpunan A dan B
merupakan himpunan bagian dari cartesian product A × B atau R ⊆ (A × B).
Contoh:
a. Terdapat empat siswa menyatakan mata pelajaran kesukaannya sebagai
berikut:
Ardi menyukai Bahasa Indonesia, Rini dan Indri menyukai Matematika,
dan Mirza menyukai IPA.
Dari pernyataan di atas terdapat dua himpunan yaitu:
A = himpunan siswa
= {Ardi, Indri, Mirza, Rini}
B = himpunan mata pelajaran
={Bahasa Indonesia, Matematika, IPA}
Relasi antara anggota himpunan A ke himpunan B yang mungkin adalah
menyukai, menggemari, menyenangi,dsb.
b. Diberikan dua himpunan:
E = {1, 2, 3, 4, 5}
F = {0, 2, 4, 6}
Dari dua himpunan tersebut didapat :
1 dikawankan dengan 2, 4, dan 6
2 dikawankan dengan 4 dan 6
3 dikawankan dengan 6
4 dikawankan dengan 6
5 dikawankan dengan 6
Relasi antara anggota himpunan E ke anggota himpunan F yang
mungkin adalah kurang dari. Dan sebaliknya, relasi antara anggota
himpunan F ke anggota himpunan E yang mungkin adalah lebih dari. Dari
dua contoh di atas, himpunan A dan E disebut daerah asal (domain),dan
himpunan B dan F disebut daerah kawan (kodomain). Sementara itu
menyukai dan kurang dari disebut relasi. Himpunan semua anggota
kodomain disebut range atau daerah hasil.
B. Notasi dalam Relasi
Relasi antara dua buah objek dinyatakan dengan himpunan
pasangan berurutan (x,y) R.
Contoh: relasi F adalah relasi ayah dengan anaknya, maka:F = {(x,y)|x adalah
ayah dari y}xRy dapat dibaca: x memiliki hubungan R dengan y
C. Cara Menyatakan Relasi
Relasi antara himpunan A dan B dapat dinyatakan dengan beberapa
cara penyajian sebagai berikut:
Contoh :
A = {1, 2, 3, 4, 5}
B = {0, 2, 4, 6}
1 dikawankan dengan 2, 4, dan 6
2 dikawankan dengan 4 dan 6
3 dikawankan dengan 4 dan 6
4 dikawankan dengan 6
5 dikawankan dengan 6
1) Diagram Panah
Himpunan A sebagai domain (daerah asal) diletakkan di sebelah kiri,dan
himpunan B sebagai kodomain (kodomain) diletakkan di sebelah kanannya.
Relasi antara himpunan A dan B ditunjukkan dengan arah panah. Seperti
gambar di bawah ini!
2) Himpunan Pasangan Berurutan
Jika x elemen A dan y elemen B, maka relasi dari A ke B dapat dinyatakan
dengan pasangan berurutan (x, y). Dari diagram panah diatas dapat dituliskan
himpunan pasangan berurutannya sebagai berikut:
{(1, 2), (1, 4), (1, 6), (2, 4), (2, 6), (3, 4), (3, 6), (4, 6), (5, 6)}.
3) Diagram Kartesius
Pada koordinat cartesius daerah asal (domain) diletakkan pada sumbu X
(sumbu mendatar) dan daerah kawan (kodomain) diletakkan pada sumbu Y
(sumbu tegak). Sedangkan daerah hasilnya merupakan titik(noktah) koordinat
pada diagram cartesius. Dari relasi di atas, dapat ditunjukkan diagram
cartesiusnya seperti di bawah ini!
.
4) Tabel
Dari contoh diatas, dapat dibuat tabel seperti dibawah ini :

5) Matriks
Baris = domain
Kolom = kodomain

Bentuk matrik :

6) Graph Berarah
-Hanya untuk merepresentasikan relasi pada satu himpunan (bukan antara dua
himpuanan).
-Tiap unsur himpunan dinyatakan dengan sebuah titik (disebut juga simpul
atau vertex) tiap pasangan terurut dinyatakan dengan busur (arc).
-Jika (a,b) R, maka sebuah busur dibuat dari simpul a ke simpul b.
-Simpul a disebut simpul asal (initial vertex)
-Simpul b disebut simpul tujuan (terminal vertex)
-Pasangan terurut (a,a) dinyatakan dengan busur dari simpul a kesimpul a
sendiri. Busur semacam itu disebut loop
Contoh : Misalkan R = {(a,b), (b,c), (b,d ), (c,c) (c, a), (c,d ), (d ,b)} adalah
relasi pada himpunan {a,b,c,d }.

D. Sifat-sifat Relasi
a. Refleksif
Sebuah relasi dikatakan refleksif jika sedikitnya: x A, x R x Minimal

b. Transitif
Sebuah relasi dikatakan bersifat transitif jika: xRy , yRz => xR ; (x,y, z)
A
Contoh: R = {(a,d),(d,e),(a,e)}
c. Simetrik
Sebuah relasi dikatakan bersifat simetris jika: xRy, berlaku pula
yRx untuk (x dan y) A
Contoh:
A={a,b,c,d}
R={(a,a),(b,b),(c,c),(d,d),(a,b),(b,a),(c,d),(d,c)}
d. Asimetrik
Relasi asimetrik adalah kebalikan dari relasi simetrik Artinya (a,b) R,
(b,a) ∉ R
Contohnya: R = {(a,b), (a,c), (c,d)}
e. Anti Simetrik Relasi R dikatakan antisimetrik jika, untuk setiap x dan y di
dalam A; jika xRy dan yRx maka x=y
f. Equivalen
Sebuah relasi R dikatakan equivalen jika memenuhi syarat:
1) Refelksif
2) Simeteris
3) Transitif,
g. Partially Order Set (POSET)
h. Sebuah relasi R dikatakan terurut sebagian (POSET) jika memenuhi
syarat:
1) Refleksif
2) Antisimetri
3) Transitif
E. Operasi dalam Relasi
Operasi himpunan seperti irisan, gabungan, selisih, dan penjumlahan (beda
setangkup) juga berlaku pada relasi.
Jika dan masing-masing merupakan relasi dari himpunan A ke
himpunan B, maka ∩ , , – , dan ⊕ juga adalah
relasi dari A ke B.
Contoh operasi relasi
Misalkan A = {a,b,c} dan B= {a,b,c,d }.
Relasi = {(a,a), (b,b), (c,c)}
Relasi = {(a,a), (a,b), (a,c), (a,d )}
Maka :
∩ = {(a,a)}
= {(a,a), (b,b), (c,c), (a,b), (a,c), (a,d )}
− = {(b,b), (c,c)}
− = {(a,b), (a,c), (a,d )}
⊕ = {(b,b), (c,c), (a,b), (a,c), (a,d )}
1. Operasi komposisi
Operai komposisi merupakan gabungan dari dua buah relasi yang harus
memenuhi syarat tertentu, yaitu jika R1 relasi dari A ke A dan R2 relasi
dari A ke A, maka relasi komposisi R1 dan R2, dinyatakan oleh
R2°R1 berarti relasi R1 diteruskan oleh relasi R2. Syarat tersebut adalah
jika (a, b) R1 dan (b, c) R2, maka (a, c) R2°R1.
Contoh operasi komposisi :
Misalkan,A= {a,b,c}, B= {2, 4, 6, 8} dan C= { s,t ,u} Relasi dari A ke B
didefinisikan oleh :
R = {(a, 2), (a, 6), (b, 4), (c, 4), (c, 6), (c, 8)}
Relasi dari B ke C didefisikan oleh :
T = {(2,u), (4, s), (4,t ), (6,t ), (8,u)}
Maka komposisi relasi R dan T adalah
T ο R= {(a,u), (a,t ), (b, s), (b,t ), (c, s), (c,t ), (c,u)}

2. Operasi dalam bentuk matriks


Misalkan bahwa relasi dan pada himpunan A dinyatakan oleh
matriks
Maka

F. FUNGSI
1. Fungsi dari Himpunan
Fungsi adalah bentuk khusus dari relasi. Sebuah relasi dikatakan
fungsi jika xRy, untuk setiap x anggota A memiliki tepat satu pasangan,
y,anggota himpunan B. Kita dapat menuliskan f (a) = b, jika b Merupakan
unsur di B yang dikaitkan oleh f untuk suatu a di A. Ini berarti bahwa
jika f (a) = b dan f (a) =c makab = c. Jika f adalah fungsi dari himpunan A ke
himpunan B, kita dapat menuliskan dalam bentuk : f : A→ B artinya f
memetakan himpunan A ke himpunan B Nama lain untuk fungsi
adalah pemetaan atau transformasi.
2. Domain, Kodomain, dan Jelajah
f : A→ B A dinamakan daerah asal (domain) dari f dan B dinamakan daerah
hasil (codomain) dari f .Misalkan f (a) =b, maka b dinamakan bayangan
(image) dari a,dan a dinamakan pra-bayangan ( pre-image) dari b. Himpunan
yang berisi semua nilai pemetaan f dinamakan jelajah (range) dari f
3. Penulisan Fungsi
a. Himpunan pasangan terurut.
Misalkan fungsi kuadrat pada himpunan {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10} maka
fungsi itu dapat dituliskan dalam bentuk :
f = {(2, 4), (3, 9)}
b. Formula pengisian nilai (assignment)
 f (x) = + 10,
 f (x) = 5x
4. Jenis-jenis Fungsi
1. Fungsi Injektif
Fungsi satu-satu Fungsi f: A → B disebut fungsi satu-satu jika dan hanya
jika untuk sembarang dan dengan tidak sama dengan
berlaku f ( ) tidak sama dengan f ( ). Dengan kata lain, bila =
maka f ( ) sama dengan f ( ).

2. Fungsi Surjektif
Fungsi kepada Fungsi f: A → B disebut fungsi kepada jika dan hanya jika
untuk sembarang b dalam kodomain B terdapat paling tidak satu a dalam
domain A sehingga berlaku f (a) = b. Suatu kodomain fungsi surjektif
sama dengan range-nya (semua kodomain adalah peta dari domain).

3. Fungsi Bijektif
Fungsi f: A → B disebut disebut fungsi bijektif jika dan hanya jika untuk
sembarang b dalam kodomain B terdapat tepat satu a Dalam domain A
sehingga f (a) =b, dan tidak ada anggota A yang tidak terpetakan dalam B.
Dengan kata lain, fungsi bijektif adalah fungsi injektif sekaligus fungsi
surjektif.

4. Fungsi Invers
Fungsi invers merupakan kebalikan dari fungsi itu sendiri
f:A B di mana f(a) = b
:B A di mana (b) = a
Catatan: f dan harus bijective
5. Operasi Fungsi
(f + g)(x) = f(x) + g(x)
(f . g)(x) = f(x) . g(x)
Komposisi:(f o g)(x) = f(g(x))

DAFTAR PUSTAKA

yenikustiyahningsih.files.wordpress.com/.../matdis-4-relasi dan fungsi...


mohamad-haris.blogspot.com/.../makalah-tentang- pengertian – dan manfaat.html
http://adekdik.wordpress.com/2008/09/23/matematika-diskrit-relasi
Wibisono, Samuel. 2008. Matematika Diskrit Ed. 02. Jakarta : Graha Ilmu
MODUL 6
INDUKSI MATEMATIKA

A. Definisi:
Induksi matematika merupakan suatu metode pembuktian deduktif dalam
matematika untuk menyatakan suatu pernyataan adalah benar untuk semua
bilangan asli. Meski namanya induksi. Induksi matematika atau disebut juga
induksi lengkap sering dipergunakan untuk pernyataan-pernyataan yang
menyangkut bilangan-bilangan asli.
Pembuktian cara induksi matematika ingin membuktikan bahwa teori atau sifat
itu benar untuk semua bilangan asli atau semua bilangan dalam himpunan
bagiannya. Caranya ialah dengan menunjukkan bahwa sifat itu benar untuk n = 1
(atau S(1) adalah benar), kemudian ditunjukkan bahwa bila sifat itu benar untuk n
= k (bila S(k) benar) menyebabkan sifat itu benar untuk n = k + 1 (atau S(k + 1)
benar).
Untuk membuktikan apakah pernyataan ini bernilai benar atau tidak untuk
semua bilangan asli, ada dua langkah yang dilakukan, yaitu:
1. Jika benar, dan
2. Jika benar yang mengakibatkan juga benar,
Maka bernilai benar untuk setiap bilangan asli n.
Misalkan akan dibuktikan suatu pernyataan bahwa jumlah n bilangan asli
pertama, yaitu 1+2+:::+n, adalah sama dengan .Untuk membuktikan bahwa
pernyataan itu berlaku untuk setiap bilangan asli, langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut:

1. Cara Biasa / Basis

Menunjukkan bahwa pernyataan tersebut benar untuk n = 1. Jelas sekali


bahwa jumlah 1 bilangan asli pertama adalah = 1. Jadi pernyataan tersebut adalah
benar untuk n = 1. Untuk n =1, Ruas kiri = 1 Sedangkan Ruas kanan = 1 Karena
ruas kiri = ruas kanan, maka persamaan benar untuk n=1.

2. Menunjukkan bahwa jika pernyataan tersebut benar untuk n = k, maka pernyataan


tersebut juga benar untuk n = k+1.
Dengan induksi matematika dapat disimpulkan bahwa pernyataan tersebut
berlaku untuk setiap bilangan asli n
B. Prinsip Induksi Matematika
a. Induksi Sederhana.
Misalkan p(n) adalah pernyataan perihal bilangan bulat positif dan kita ingin
membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n. Untuk
membuktikan pernyataan ini, kita hanya perlu menunjukkan bahwa:
 p(1) benar, dan
 Jika p(n) benar maka p(n + 1) juga benar, untuk semua bilangan bulat positif n
³ 1,p Langkah 1 dinamakan basis induksi, sedangkan langkah 2 dinamakan
langkah induksi. p Langkah induksi berisi asumsi (andaian) yang menyatakan
bahwa p(n) benar. Asumsi tersebut dinamakan hipotesis induksi. p Bila kita
sudah menunjukkan kedua langkah tersebut benar maka kita sudah
membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n.
 Contoh 1. Gunakan induksi matematik untuk membuktikan bahwa jumlah n
buah bilangan ganjil positif pertama adalah n2.
 Penyelesaian:
(i) Basis induksi: Untuk n = 1, jumlah satu buah bilangan ganjil positif
pertama adalah 12 = 1. Ini benar karena jumlah satu buah bilangan ganjil
positif pertama adalah 1.
(ii) Langkah induksi: Andaikan p(n) benar, yaitu pernyataan
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) = n2
adalah benar (hipotesis induksi) [catatlah bahwa bilangan ganjil positif ke-
n adalah (2n – 1)]. Kita harus memperlihatkan bahwa p(n +1) juga benar, yaitu
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2n + 1) = (n + 1)2
juga benar. Hal ini dapat kita tunjukkan sebagai berikut:
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2n + 1)
= [1 + 3 + 5 + … + (2n – 1)] + (2n +1)
= n2 + (2n + 1)
= n2 + 2n + 1
= (n + 1)2
Karena langkah basis dan langkah induksi keduanya telah diperlihatkan
benar, maka jumlah n buah bilangan ganjil positif pertama adalah n2.
b. Prinsip Induksi yang Dirampatkan
Misalkan p(n) adalah pernyataan perihal bilangan bulat dan kita ingin
membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat n ³ n0. Untuk
membuktikan ini, kita hanya perlu menunjukkan bahwa:
1. p(n0) benar, dan
2. jika p(n) benar maka p(n+1) juga benar,
untuk semua bilangan bulat n ³ n0,
Contoh 2.
Untuk semua bilangan bulat tidak-negatif n, buktikan dengan induksi matematik
bahwa 20 + 21 + 22 + … + 2n = 2n+1 - 1
Penyelesaian:
(i) Basis induksi. Untuk n = 0 (bilangan bulat tidak negatif pertama), kita peroleh:
20 = 20+1 – 1.
Ini jelas benar, sebab 20 = 1
= 20+1 – 1
= 21 – 1 = 2 – 1 = 1
(ii) Langkah induksi. Andaikan bahwa p(n) benar, yaitu
20 + 21 + 22 + … + 2n = 2n+1 - 1
adalah benar (hipotesis induksi). Kita harus menunjukkan bahwa p(n +1) juga
benar, yaitu
20 + 21 + 22 + … + 2n + 2n+1 = 2(n+1) + 1 - 1
juga benar. Ini kita tunjukkan sebagai berikut:
20 + 21 + 22 + … + 2n + 2n+1 = (20 + 21 + 22 + … + 2n) + 2n+1 = (2n+1 – 1) +
2n+1 (hipotesis induksi)
= (2n+1 + 2n+1) – 1
= (2 . 2n+1) – 1
= 2n+2 - 1
= 2(n+1) + 1 – 1
Karena langkah 1 dan 2 keduanya telah diperlihatkan benar, maka untuk
semua bilangan bulat tidak-negatif n, terbukti bahwa 20 + 21 + 22 + … + 2n =
2n+1 – 1
c. Prinsip Induksi Kuat
Misalkan p(n) adalah pernyataan perihal bilangan bulat dan kita ingin
membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat n ³ n0. Untuk
membuktikan ini, kita hanya perlu menunjukkan bahwa:
1. p(n0) benar, dan
2. jika p(n0 ), p(n0+1), …, p(n) benar maka p(n+1) juga benar untuk semua
bilangan bulat n ³ n0,.
Contoh 4.
Bilangan bulat positif disebut prima jika dan hanya jika bilangan bulat tersebut
habis dibagi dengan 1 dan dirinya sendiri. Kita ingin membuktikan bahwa setiap
bilangan bulat positif n (n ³ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau
lebih) bilangan prima. Buktikan dengan prinsip induksi kuat.
Penyelesaian:
Basis induksi. Jika n = 2, maka 2 sendiri adalah bilangan prima dan di sini 2 dapat
dinyatakan sebagai perkalian dari satu buah bilangan prima, yaitu dirinya sendiri.
Langkah induksi. Misalkan pernyataan bahwa bilangan 2, 3, …, n dapat
dinyatakan sebagai perkalian (satu atau lebih) bilangan prima adalah benar
(hipotesis induksi). Kita perlu menunjukkan bahwa n + 1 juga dapat dinyatakan
sebagai perkalian bilangan prima. Ada dua kemungkinan nilai n + 1:
(a) Jika n + 1 sendiri bilangan prima, maka jelas ia dapat dinyatakan sebagai
perkalian satu atau lebih bilangan prima.
(b) Jika n + 1 bukan bilangan prima, maka terdapat bilangan bulat positif a yang
membagi habis n + 1 tanpa sisa. Dengan kata lain,
(n + 1)/ a = b atau (n + 1) = ab
yang dalam hal ini, 2 £ a £ b £ n. Menurut hipotesis induksi, a dan b dapat
dinyatakan sebagai perkalian satu atau lebih bilangan prima. Ini berarti, n + 1 jelas
dapat dinyatakan sebagai perkalian bilangan prima, karena n + 1 = ab. Karena
langkah (i) dan (ii) sudah ditunjukkan benar, maka terbukti bahwa setiap bilangan
bulat positif n (n ³ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau lebih)
bilangan prima.
C. Pengertian Teori Binomial
Teori binomial merupakan perpangkatan dari jumlah atau selisih dua suku tanpa
mengkalikan atau menjabarkannya , yang memuat tepat dua suku yang dipisahkan
oleh tanda “+” , atau tanda “-“ sebagai contoh x+y, 2x-5y.
a. DasarTeori Binomial
Untuk mengetahui binomial ada beberapa materi yang harus dikuasai terlebih
dahulu.Diantaranya :
Ø Notasi Faktorial
Faktorial adalah hasil kali bilangan asli berurutan dari 1 sampai dengan n. Untuk
setiap bilangan asli n, didefinisikan:
n! = 1 x 2 x 3 x … x (n-2) x (n-1) x n lambang atau notasi n! dibaca sebagai n
faktorial untuk n > 2 n! = 1 × 2 × 3 × …× (n – 2) × (n – 1) × n atau n! = n × (n –
1) × (n – 2) × … × 3 × 2 ×
Contoh :
2! = 1∙2 = 2, 3! = 1∙2∙3 = 6 4! = 1∙2∙3∙4 = 24
5! = 1∙2∙3∙4∙5 = 120, n! = 1∙2∙3…n, (r – 1) ! = 1∙2∙3…(r – 1)
Ø Kombinasi
Susunan dari semua atau sebagian elemen dari suatu himpunan yang tidak
mementingkan urutan elemen.
Kombinasi r elemen dari n elemen ditulis :
nKr
Ø Segitiga Pascal
Membahas mengenai Teori Binomial tidak akan lepas dari segitiga pascal.
Segitiga Pascal adalah suatu aturan geometri pada pekali binomial dalam sebuah
segitiga.Penemu segitiga pascal adalah seorang ahli matematika yang bernama
Blaise Pascal yang berasaldaridunia barat.Barisan segitiga Pascal secara
kebiasaannya dihitung bermula dengan barisan kosong, adalah barisan
genap.Pembinaan mudah pada segitiga dilakukan dengan cara berikut. Di barisan
sifar, hanya tulis nomor 1.Kemudian, untuk membina unsur-unsur barisan
berikutnya, tambahkan nomor di atas dan di kiri dengan nomor secara terus di atas
dan di kanan untuk mencari nilai baru.Jikalau nomor di kanan atau kiri tidak
wujud, gantikan suatu kosong pada tempatnya.Contohnya, nomor pertama di
barisan pertama adalah 0 + 1 = 1, di mana nomor 1 dan 3 barisan keempat.
1
11
121
1331
14641
1 5 10 10 5 1
1 6 15 20 15 6 1
1 7 21 35 35 21 7 1
1 8 28 56 70 56 28 8 1

b. Teori Binomial
1. Ekspansi
Ekspansi merupakan salah satu penjabaran yang terdapat dalam Teori
Binomial Newton.Ekspansi atau yang sering kita sebu tpenjabaran adalah cara
menguraikan soal-soal teori binomial yang berbentuk perpangkatan dari hasil
perkalian berulang. Misalnyauntuk n = 1,n = 2, n = 3, n = 4, n = 5, dengan
mengkalikan setiap factor diperoleh hasi l2 orekspansi
Ciri-ciri ekspansi yang benar untuk bilangan bulat positif
 Banyak suku di ruas kanan adalah satu suku lebih banyak daripada
pangkatnya atau eksponennya. Hal ini memberikan gambaran ekspansi
suku.
 Suku pertama dari adalah dan suku terakhir adalah
 Perhatikan hasil ekspansi pada ruas kanan. Jika dibaca dari kiri ke kanan,
eksponen dari a berkurang 1 dan eksponen untuk b bertambah 1.
2. Koefisien Binomial
Koefisian adalah nilai atau ketetapan, koefisien binomial merupakan nilai
yang terdapat di depan suku-suku binom yang sudah di ekspansikan. Untuk
mengetahui koefisiennya, harus diekspansikan terlebih dahulu.Dan untuk
mengekspansikannya tinggal mengkalikan sesuai dengan eksponennya atau
mengikuti aturan dalam segitiga pascal.Namun, bukan berarti untuk
mengetahui koefisiennya hanyam engikuti nilai-nilai yang terdapat dalam
segitiga pascal.Karena hal tersebut dianggap kurang efisien, maka untuk
mengetahui koefisiennya ada formula yang lebih efisien sebagai berikut :
Xn-r . yr = . an-r . br
3. Hubungan Kombinasi dengan Binomial
Perhatikan ilustrasi dibawah ini :
=
Penjabaran dari merupakan perkalian 3 faktor
=
Kemudian dipilih bagian yang ingin dikalikan dari ketiga factor
tersebut.Misalnya, untuk bagian pertama diambil a, bagian kedua diambil a,
dan bagian ketiga jug a diambil a, maka diperoleh hasil aaa. Jika diambil a
pada factor kesatu dan kedua, factor ketiga diambil b, maka akan diperoleh
aab, begitu seterusnya. Sehingga kemungkinan pemilihan baik a maupun b
terpilih secara sama. Dari hasil pengkalian 3 faktor tersebut akan diperoleh :
aaa,aab,aab,aab,abb,abb,abb,bbb = a3,a2b, a2b, a2b,ab2, ab2 ,ab2,b3
Jika semua suku di atas dijumlahkan maka akan dihasilkan :
a3+3a2b+3ab2+b3
Bilangan 3 yang merupakan koefisien dari a2b muncul dari pemilihan dari
2 faktordan b dari 1 faktorsisa-nya. Hal ini biasa dilakukan dalam atau . Cara
yang sama biasa dilakukan untuk memperoleh koefisien yang dalam hal ini
merupakan pemilihan a dari 0 faktor dan b dari 3 faktor lainnya yang dapat
dilakukan dalam atau , dan seterusnya. Melalui hubungan kombinasi dengan
teorema binomial, maka kita dapat merumuskan ulang rumus teorema
binomial sebagai berikut.
atau
Sifat-sifat perluasan ( a+b )n
 Suku pertama adalah an dan suku terahir adalah bn
 Jika kita berjalan dari suku pertama menuju suku terahir, maka pangkat
dari a turun satu-satu dan pangkat dari b naik satu-satu
 Jumlah pangkat dari a dan b pada setiap suku sama dengan n
 Terdapat n+1 suku
 Koefisien suku pertama adalah , koefisien suku kedua adalah , dan
seterusnya dengan = dan 0 ≤ r ≤ n
D. Menetukan Suku Pada Binom
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai teori binomial yang
merupakan perpangkatan yang terdiri dari dua suku yang dipisahkan oleh
tanda “+”, “-“. Berdasarkan pengertian tersebut kita dapat mengubah dari
binom yang bentuknya pangkat menjadi tidak berpangkat dengan cara
menjabarkannya.Sehingga yang awalnya terdiri dari dua suku menjadi lebih
dari dua suku.Adapun cara lain untuk mencari suku ke-n tanpa menggunakan
penjabaran yaitu dengan menggunakan rumus berikut :
Suku ke-(r+1) = xn-ryr, adapun formula untuk menentutakan suku ke r dari
(a+x)n=
E. Soal dan pembahasan induksi matematika :
1. + 2n adalah bilangan kelipatan 3, untuk n bil. Bulat positif.
Pembuktian :
n3 + 2n adalah kelipatan 3
Untuk setiap n bilangan bulat positif
Jawab :
Untuk n = 1 akan diperoleh :
(ii) Pn : 13 + 2(1)
1 = 3 , kelipatan 3
Induksi : misalkan untuk n = k asumsikan k3 + 2k = 3x
(iii) adib. Untuk n = k + 1 berlaku:
buktikan benar untuk Pn=k+1
(k + 1)3 + 2(k + 1) adalah kelipatan 3
(k3 + 3k2 + 3 k + 1) + 2k + 2
(k3 + 2k) + (3k2 + 3k + 3)
(k3 + 2k) + 3 (k2 + k + 1)
Induksi
3x + 3 (k 2 + k + 1)
3 (x + k 2 + k + 1)
Kesimpulan : n3 + 2n adalah kelipatan 3. Untuk setiap bilangan bulat positif n.
2. n3 + (n+1)3 + (n+2)3 habis dibagi 9 n bil. Asli
pembuktian:
n³ + (n+1)³ + (n+2)³ habis dibagi 9 untuk n bulat positif.
Berarti n paling kecil = 1
untuk n = 1, maka
1³ + 2³ + 3³ = 1 + 8 + 27 = 36 <== habis dibagi 9
misalkan benar untuk n = k maka benar bahwa k³ + (k+1)³ + (k+2)³ habis dibagi 9
hendak dibuktikan bahwa benar untuk n= k+1 yaitu hendak dibuktikan bahwa
(k+1)³ + (k+2)³ + (k+3)³ habis dibagi 9 (k+3)³ = k³ + 3k².3 + 3k.3² + 3³=k³ + 9k² +
27k + 27
jadi
(k+1)³ + (k+2)³ + (k+3)³
= (k+1)³ + (k+2)³ + k³ + 9k² + 27k + 27
atur ulang urutannya
= k³ + (k+1)³ + (k+2)³ + 9k² + 27k + 27
tetapi k³ + (k+1)³ + (k+2)³ habis dibagi 9
dan masing-masing suku dari 9k² + 27k + 27
juga habis dibagi 9
Jadi terbukti bahwa (k+1)³ + (k+2)³ + (k+3)³
habis dibagi 9.
Bukti selesai.
3. 2 + 4 + 6 + 8 + ... + 2n = n (n + 1). n bil. Asli
Pembuktian:
untuk n = 1
2 = 1(1+1) ,
2=2
untuk n = 2
2+4 = 2(2+1)
6=6
untuk n = k
2 + 4 + 6 + . . . .+ 2k = k (k + 1) . . . (1)
untuk n = k + 1
(2 + 4 + 6 + . . .+ 2k) + 2 (k + 1) = (k + 1) (k + 1 + 1)
nilai yang dalam kurung sama dg persamaan (1)
k (k + 1) + 2 (k + 1) = (k + 1) (k + 1 + 1)
(k + 1) (k + 2) = (k + 1) (k + 2)
terbukti.
4. Buktikan 2 + 5 + 8 + 11 + 14 + ...... + (3n - 1) untuk n bilangan asli
Jawab:
a. untuk n = 1
(3.1 - 1) = 2
b. untuk n = k
= 2 + 5 + 8 + 11 + 14 + .... + (3k - 1)
c. untuk n = k + 1
= 2 + 5 + 8 + 11 + 14 + .... + (3k - 1) + (3 (k + 1) - 1)
= 3 (k + 1) - 1
= 3k + 3 - 1
= 3k + 2 terbukti.
5. 1.2 + 2.3 + 3.4 + ... + n (n + 1) = (n (n + 1) (n + 2)) /3
Pembuktian :
untuk n=1
1*2 = 1(1+1)(1+2)/3
2=2
untuk n = 2
1*2 + 2*3 = 2(2+1)(2+2)/3
8=8
untuk n = k
1.2 + 2.3 + 3.4 + ... + k (k + 1) = (k (k + 1) (k + 2)) /3 .........(1)
untuk n = k + 1
{1.2 + 2.3 + 3.4 + ... + k(k+1) } + (k+1) (k+1 +1) = (k+1) (k+2) (k+3) /3
nilai dalam { } sama dg persamaan (1)
(k(k+1) (k+2)) /3 + (k+1) (k+1 +1) = (k+1) (k+2) (k+3)) /3
(k(k+1) (k+2)) /3 + 3 (k+1) (k+1 +1) /3 = (k+1) (k+2) (k+3) /3
kalikan dengan 3
(k(k+1) (k+2)) + 3 (k+1) (k+2) = (k+1) (k+2) (k+3)
(k+3) (k+1) (k+2) = (k+1) (k+2) (k+3) terbukti
6. Buktikan bahwa jumlah n bilangan ganjil pertama adalah n2.
Pembuktian :
Basis : Untuk n = 1 akan diperoleh :
1 = 12
1=1
Induksi : misalkan untuk n = k asumsikan 1 + 3 + 5 + …+ (2k – 1) = k2
adib. Untuk n = k + 1 berlaku :
1 + 3 + 5 + …+ (2 (k + 1) – 1) = (k + 1)2
1 + 3 + 5 + …+ (2k + 1) = (k + 1)2
1 + 3 + 5 + …+ ((2k + 1) – 2) + (2k + 1) = (k + 1)2
1 + 3 + 5 + …+ (2k - 1) + (2k + 1 ) = (k + 1)2
k 2 + (2K + 1) = (k + 1)2
k 2 + 2K + 1 = k 2 + 2K + 1
Kesimpulan : 1 + 3 + 5 + … + n = (2n - 1) = n2
Untuk setiap bilangan bulat positif n
7. Soal Latihan Teori Binomial
1.Ekspansikan
Jawab:
Jika memakai cara rumit, bias saja kita menghitung dengan cara mengalikan
sebanyak 6 kali. Tapi, karena rumit, kita gunakan teorema binomial.
=.+.+.+.+.+.+.
Ingat bahwa:
=.+.+.+.+.+.+.
= + 6 + 15. + 20. + 15. + 6. +
2. Tentukan suku ke-3 dari ekspansi 5
Jawab :
Suku ke-3 (S3) =
=2
= 10
= 1080
3.Tentukan Koefisien x2y3 dari kombinasi ( x + 3y )5
Jawab :
Xn-r . yr = . an-r . br
= .12.33
= . 1 . 27
= . 27
= . 27
= 10 . 27
= 270
4. Sukuke 9 dari( + )¹².
Sukuke 9 = )⁴
5. Tentukan jumlah koefisien dari ( -2x + 5y )6
Jawab :
( -2x + 5y )6 = -2x6 + 5 2
=+55
= -2-60-150-800-150-60+5
=1217

DAFTAR PUSTAKA

http://en.wikipedia.org/wiki/Mathematical induction
http//WWW.Wikipediateoribinomial.com/
Iskandar,Kasir,Matematika Dasar,Erlangga,Jakarta:1987.
Kanginan,Marthen,Matematika SMA Kelas XI, Grafindo Media Pratama,
Bandung :2007.
Turmudi,Erman,Berkenalan Dengan Teori Bilangan, Wijayakusumah, Bandung :
1993.
Wikipedia, Mathematical induction,
MODUL 7

GRAF
A. Definisi Graf
Secara matematis, graf didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V ,E ),
ditulis dengan notasiG= (V ,E ), yang dalam hal ini V adalah himpunan kosong
dari simpul-simpul (verteces atau node) dan E adalah himpunan sisi (edges atau
arcs) yang menghubungkan sepasang simpul. Graf dimungkinkan tidak
mempunyai sisi satu buah pun, tetapi simpulnya harus ada, minimal satu. Graf
yang hanya mempunyai satu buah simpul tanpa sebuah sisipun dinamakan Graf
Trivial.
Simpul pada graf dapat dinomori dengan huruf, seperti a, b, c, …, v, w, …,
dengan bilangan asli 1,2, 3, …, atau gabungan keduanya. Sedangkan, sisi yang
menguhubungkan simpul u dan simpul vdinyatakan dengan pasangan (u,v) atau
dinyatakan dengan lambang , , …, . Dengan kata lain jika e adalah sisi
yang menghubungkan simpul u dengan simpul v , maka e dapat ditulis sebagai

Secara geomatri graf digambarkan sebagai sekumpulan noktah atau simpul atau
vertex didalam bidang dwimatra yang dihubungkan dengan sekumpulan garis atau
sisi.

Gambar di atas memperlihatkan tiga buah graf, , , dan .


adalah graf dengan himpunan V dan himpunan sisi E adalah
V = { 1,2,3,4}
E = {(1,2),(1,3),(2,3),(2,4),(3,4)}
adalah graf dengan himpunan simpul V dan himpunan sisi E
Adalah
V = { 1,2,3,4}
E = { (1,2),(2,3),(1,3),(1,3),(2,4),(3,4),(3,4) } ⟹ ℎimpunan ganda
={ }
adalah graf dengan himpunan simpul V dan himpunan sisi E adalah
V = { 1,2,3,4}
E = { (1,2),(2,3),(1,3),(1,3),(2,4),(3,4),(3,4),(3,3) } ⟹ ℎimpunan ganda
={ }
Pada , sisi = (1, 3) dan sisi = (1, 3) dinamakan sisi-ganda (multiple
edgesatau paralleledges) karena kedua sisi ini menghubungi dua buah simpul
yang sama, yaitu simpul 1 dan simpul 3. Pada , sisi = (3, 3) dinamakan
gelang atau kalang (loop) karena ia berawal dan berakhir pada simpul yang sama.
B. Jenis-Jenis Graf
1. Graf Sederhana (Simple graph)
Graf sederhana adalah graph yang tidak mengandung gelang maupun sisi-
ganda.

2. Graf tak-sederhana (unsimple graph)


Graf tak-sederhana adalah graf yang mengandung sisi ganda atau gelang
dinamakan graf tak-sederhana.Terdapat dua jenis graf tak-sederhana yaitu
a. Graf Ganda (multigraph) adalah graf yang mengandung sisi ganda.
Sisi ganda yang menghubungkan sepasang simpul bisa lebih dari dua
buah.
b. Graf semu adalah graf yang mengandung gelang (loop).

Jumlah simpul pada graf kita sebut sebagai kardinalitas graf, dan
dinyatakan dengan n= |V|,dan jumlah sisi kita nyatakan dengan m = |E|.
Pada contoh di atas mempunyai n = 4 dan m = 4 sedangkan
mempunyai n = 3 dan m =4. Sisi pada graf dapat mempunyai
orientasi arah. Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka secara umum
graf dibedakan atas 2 jenis:
 Graf tak-berarah (undirected graph)
Graf tak-berarah yaitu graf yang sisinya tidak mempunyai orientasi
arah.
c. Graf berarah (directed graph atau digraph)
Graf berarah yaitu graf yang setiap sisinya diberikan orientasi arah.

Definisi graf dapat diperluas sehingga mencakup graf–ganda


berarah (directed multigraph).Pada graf-ganda berarah, gelang dan sisi
ganda diperbolehkan ada contohnya ada pada graf gambar b di
atas.
Tabel ringkasan perluasan definisi graf

C. Terminologi Graf
Dalam teori graf, terdapat beberapa istilah yang sering digunakan yang
berkaitan dengan graf.Di bawah ini merupakan beberapa terminologi dalam
graf yang sering dipakai.
a. Bertetangga (Adjacent ) Dua buah simpul dalam graf tidak berarah
dikatakan bertetangga apabila keduanya dihubungkan oleh suatu sisi
secara langsung.
Perhatikan graf
: simpul 1 bertetangga dengan simpul 2 dan 3,
Simpul 1 tidak bertetangga dengan simpul 4.
 Bersisian (Incident )
Suatu sisi dikatakan bersisian dengan suatu simpul apabila sisi
tersebut berhubungan dengan simpul tersebut secara langsung.
Perhatikan pada gambar graf di bawah ini:
Sisi (2, 3) bersisian dengan simpul 2 dan simpul 3,
Sisi (2, 4) bersisian dengan simpul 2 dan simpul 4,
Tetapi sisi (1, 2) tidak bersisian dengan simpul 4

 Simpul Terpencil (Isolated Vertex)


Simpul yang tidak memiliki sisi yang terhubung dengannya dikatakan
simpul terpencil.Contoh simpul terpencil adalah simpul 5 yang di tunjukan
pada gambar di bawah ini

 Graf Kosong (Null Graph atau empty graph)


Graf kosong merupakan graf yang tidak memiliki sisi, namun masih
memiliki himpunan titik yang berjumlah lebih dari atau sama dengan satu
 Derajat (Degree )
Dalam graf tidak berarah, derajat suatu simpul merupakan jumlah sisi yang
bersisian secara langsung dengan simpul tersebut. Sedangkan dalam graf
berarah, derajat terbagi menjadi dua, yaitu derajat masuk (din) dan derajat
keluar (d out ). Notasi: d (v)
Contoh 1

Graf di atas memiliki: d (1) = d (4) = 2


d(2) = d (3) = 3
Contoh 2:

Graf di atas memiliki:


d(1) = d(2) = 2
d(3) = 3
d(4) = 1 → Simpul anting-anting (pendant vertex)
d(5) = 0 → Simpul terpenci
Contoh 3:

Graf di atas memiliki: d(1) = 3 → bersisian dengan sisi ganda


d(2) = 3
d(3) = 4 → bersisian dengan sisi gelang (loop)
Contoh 4

Pada graf di atas memiliki derajat simpul:


(1) = 2; (1) = 1
(2) = 2 ; (2) = 3
(3) = 2 ; (3) = 1
(4) = 1 ; (4) = 2
Lemma Jabat Tangan
Jumlah derajat semua simpul pada suatu graf adalah genap, yaitu dua kali
jumlah sisi padagraf tersebut.
Dengan kata lain, jikaG= (V ,E ), maka∑ ( )=2| |
Misalnya:
: d (1) + d (2) + d (3) + d (4) = 1 + 3 + 3 + 2 = 10
= 2 × Jumlah sisi = 2 x 5
Maka akibatnya adalah
Untuk sembarang graf G, banyaknya simpul berderajat ganjil selalu genap.
Contoh:
Diketahui graf dengan lima buah simpul. Dapatkah kita menggambar graf
tersebut jika derajat masing-masing simpul adalah
a) 2, 3, 1, 1, 2
b) 2, 3, 3, 4, 4
Penyelesaian:
a. Tidak dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya ganjil
2+3+1+1+2 = 9
b. Dapat, karena jumlah derahat semua simpulnya genap
2+3+3+4+4 = 16

 Lintasan (Path)
Lintasan merupakan rangkaian simpul dan sisi yang dilalui dari suatu
simpul awal kesimpul tujuan . Penulisannya ditulis berselang-seling
antara simpul dan sisi dengan bentuk:
sedemikian sehingga ), ), …, )
adalah sisi-sisi dari graf G.
Contoh:

Maka lintasan graf untuk lintasan 1, 2, 3, 4 di atas adalah


(1, 2), (2, 4), (4, 3)
Panjang lintasan adalah jumlah sisi dalam lintasan tersebut. Lintasan 1,
2, 4, 3, pada graf diatas memiliki panjang lintasan 3.
 Sirkuit (Circuit) atau Siklus (Cycle)
Sirkuit atau siklus adalah lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul
yang sama.
Contoh :

Tinjaun graf di atas adalah G : 1, 2, 3, 1 adalah sebuah sirkuit.


Panjang sirkuit adalah jumlah sisi dalam sirkuit tersebut. Sirkuit 1, 2, 3, 1
pada G memiliki panjang 3.
 Terhubung (Connected )
Dalam graf tak-berarah, graf dikatakan terhubung jika pada setiap
simpulnya terdapat sisi yang menghubungkannya, dan untuk setiap sisi
tersebut terdapat sisi yang dapat mencapainya.Dalam graf berarah, graf
dikatakan terhubung jika graf tidak berarahnya juga terhubung.
 Upagraf (Subgraph) dan Komplemen Upagraf Jika terdapat graf G = (V,
E), maka graf = ( , ) disebut upagraf dari G jika merupakan
himpunan bagian dari V dan merupakan himpunan bagian dari E.
Bagian yang tidak termasuk upagraf disebut dengan komplemen
upagraf.Komplemen dari upagraf terhadap graf G adalah graf
sedemikian sehingga dan adalah himpunan simpul
yang anggota-anggota bersisian dengannya.Upagraf dan komplemen
upagraf digambarkan sebagai berikut.

Komponen graf (connected component) adalah jumlah maksimum upagraf


terhubung dalam graf G.
Pada graf berarah, komponen terhubung kuat (strongly connected
component) adalah jumlah maksimum upagraf yang terhubung kuat.
 Upagraf Merentang (Spanning Subgraph)
Upagraf =( ) dari graf G = (V, E) dikatakan upagraf merentang jika
upagraf mengandung semua simpul dari G.

 Cut-Set
Cut-Set adalah himpunan sisi dari graf terhubung G yang apabila dibuang
dari G akan menyebabkan graf G menjadi graf tidak terhubung. Jadi, cut-set
selalu menghasilkan dua buah komponen.
Pada graf di bawah, {(1,2), (1,5), (3,5), (3,4)} adalah cut-set.
Terdapat banyak cut-set pada sebuah graf terhubung.
Himpunan {(1,2), (2,5)} juga adalah cut-set, {(1,3), (1,5), (1,2)} adalah
cut-set, {(2,6)} juga cut-set, tetapi {(1,2), (2,5), (4,5)} bukan cut-set sebab
himpunan bagiannya, {(1,2), (2,5)}adalah cut-set.

 Graf Berbobot (Weighted Graph)


Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi sebuah harga (bobot)
D. Pewarnaan Graf
Pewarnaan pada graf adalah pemetaan warna-warna pada simpul, sisi, atau
wilayah pada graf sedemikian sehingga setiap simpul, sisi, atau wilayah yang
bertetangga mempunyai warna yang berbeda. Pewarnaan simpul dan
pewarnaan wilayah memiliki jumlah warna minimum yang disebut dengan
bilangan kromatik dan pewarnaan sisi memiliki jumlah warna minimum yang
disebut dengan indeks kromatik.
Bilangan kromatik graf adalah jumlah warna minimum yang dapat
digunakan untuk mewarnai suatu graf. Suatu graf mempunyai bilangan
kromatik k (k - chromatic) jika X (G) = k . Pada pewarnaan simpul dan
wilayah, bilangan kromatik dinotasikan dengan X (G), sedangkan pada
pewarnaan sisi, indeks kromatik dinotasikan dengan X ’(G).
 Pewarnaan Simpul Pada Graf
Perwarnaan simpul pada graf G adalah pemberian warna pada simpul-
simpul digraph G sedemikian sehingga setiap disimpul yang bertetangga
(terhubung langsung) memiliki warna yang berbeda
Contoh:
Diberikan graf dengan himpunan simpul:
}
Dan himpunan sisi:
{( , ),( , ),( , ),( , ),( , )}
Maka ilustrasi penggambaran graf nya adalah sebagai berikut.

Pewarnaan simpul dilakukan dengan memberikan warna berbeda pada


setiap titik yang bertetangga, sehingga tidak ada dua titik bertetangga dengan
warna yang sama.
 Pewarnaan Sisi
Pewarnaan sisi dilakukan dengan memberikan warna yang berbeda pada sisi
yang bertetangga sehingga tidak ada dua sisi yang bertetangga dengan warna
yang sama.

 Pewarnaan Wilayah
Pewarnaan bidang dilakukan dengan memberikan warna yang berbeda pada
bidang yang bersebelahan sehingga tidak ada dua wilayah yang bertetangga
dengan warna yang sama.

Contoh:
Diberikan Graf dengan himpunan wilayah
Khusus pada pewarnaan wilayah, peta atau wilayah yang diwarnai atau
diselesaikan masalahnya harus dibentuk menjadi graf planar terlebih dahulu.
Graf planar adalah graf yang dapat digambarkan pada bidang datar
sedemikian sehingga tidak ada sisi-sisinya yang saling berpotongan. Setelah
dibentuk ke graf planar, selanjutnya dibentuk menjadi graf dual dimana setiap
ruang dalam wilayah di graf planar dijadikan sebagai sebuah simpul, dan
simpul-simpul yang bertetangga dihubungkan oleh sebuah sisi. Dengan
demikian, pewarnaannya menggunakan konsep pewarnaan simpul.
Contoh:

E. Graf Bagian
Suatu graf H disebut subgraph dari graf G jika: V (H) ⊆ V(H) dan E (H) ⊆
E(G). Jadi, suatu subgraph dari G adalah suatu graf yang semua titik dan
garisnya berada di dalam G. Contoh:
Subgraph dapat diperoleh dengan menghapus titik atau menghapus garis.
Jika e adalah garis di graf G, maka G-e adalah graf yang diperoleh dari graf G
dengan menghapus garis e. Jadi, G-e adalah subgraph maksimal dari G yang
tidak memuat e.
Jika F adalah himpunan garis dalam G, maka G-F menyatakan graf yang
diperoleh dengan menghapus garis-garis dalam F.
Jika u adalah titik di graf G, maka G-u adalah graf yang diperoleh dari graf
G dengan menghapus titik e beserta garis-garis yang incident dengan u. Jadi,
G-u adalah subgarf maksimal dari G yang tidak memuat u.
Jika S adalah himpunan titik dalam G, maka G-S menyatakan graf yang
diperoleh dengan menghapus titik-titik dalam S dan semua garis yang incident
dengan titik tersebut.
Jika titik u dan v tidak adjencent di G, maka penambahan gari se-uv
menghasilkan Supergraf terkecil dari G yang memuat garis e dan
dilambangkan dengan G + e
F. Graf Komplemen
Komplemen dari sebuah graf G, dinotasikan G’, adalah sebuah graf dengan
himpunan titik yang sama seperti dalam G dan dengan sifat bahwa dua titik di
G bertetangga jika dan hanya jikadua titik yang sama dalam G’ tidak
bertetangga. Komplemen dari simple graf G = (V,E) adalah simple graf G’ =
(V, E’), dimana edge yang ada di E’ tidak ada sama sekali di E.
Contoh:
G. Graf Terhubung
Keterhubungan dua buah simpul adalah penting di dalam graf. Dua buah
simpul u dan simpul v dikatakan terhubung jika terdapat lintasan dari u ke v.
jika dua buah simpul terhubung maka pasti simpul pertama dapat dicapai dari
simpul yang kedua. Dua simpul terminal pada jaringan komputer hanya dapat
berkomunikasi bila keduanya terhubung.
Secara formal definisi dari graf terhubung adalah sebagai berikut:
Graf tak-berarah G disebut graf terhubung (connected graph) jika untuk
setiap pasang simpul udan v di dalam himpunan V terdapat lintasan dari u ke
v (yang juga harus berarti ada lintasan dari u ke u). Jika tidak, maka G
disebut graft tak-terhubung (disconnected graph).
Gambar di bawah ini adalah graf terhubung

Graf yang terdiri atas satu simpul saja (tidak ada sisi) tetap dikatakan
terhubung, karena simpul tunggalnya terhubung dengan dirinya sendiri juga
dikatakan graf terhubung.
Pada graf berarah, definisi graf terhubung dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Graf berarah G dikatakan terhubung jika graf tak-berarahnya terhubung
(graf tak-berarah dari G diperoleh dengan menghilangkan arahnya).
Keterhubungan dua buah simpul pada graf berarah dibedakan menjadi
terhubung kuat dan terhubung lemah.
Dua simpul, u dan v, pada graf berarah G disebut terhubung kuat (strongly
connected) jika terdapat lintasan berarah dari u ke v dan juga lintasan berarah
dari v ke u. Jika u dan v tidak terhubung kuat tetapi terhubung pada graf tidak
berarahnya, maka u dan v dikatakan terhubung lemah (weakly connected).
Graf berarah G disebut graf terhubung kuat (strongly connected graph)
apabila untuk setiap pasang simpul sembarang u dan v di G, terhubung kuat.
Kalau tidak,G disebut graf terhubung lemah.

DAFTAR PUSTAKA
Munir, Rinaldi. (2010).Matematika Diskrit . Bandung: Informatika Bandung.
Afriantini, Helmi, Fran, F. (2019). Pewarnaan simpul, sisi, wilayah pada graf dan
penerapannya. Bimaster: Buletin Ilmiah Matematika, Statistika dan
Terapannya,08 (4), 773-782.
Munir, Rinaldi and Santosa, R., N., I. (2017). Penerapan Pewarnaan Graf dalam
PengaturanPenyimpanan Bahan Kimia. [Online]. Diakses
darihttp://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2017-
2018/Makalah-2017/Makalah-Matdis-2017-032.pdf
Nurjana. (2012). Pengetahuan Dasar Teori Graf. [Online]. Diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/1965
11161990012- NURJANAH/Matematika_Diskrit.pdf
Riski, N., I., D. (2017). Teori Graf. [Online]. Diakses dari
https://slideplayer.info/slide/12023598/
Sutarno, Heri. (2012).Pengetahuan Dasar Teori Graf. [Online]. Diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/HERI
_SUTARNO/Teori_Graf/Pengantar_Graf.pdf
MODUL 8
POHON (TREE)
A. Definisi Pohon (Tree)
Pohon adalah graf yang khusus, definisi pohon adalah sebagai berikut:
Pohon adalah graf tak-berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit. Sirkuit
sendiri adalah lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama.
Menurut definisi di atas terdapat dua sifat penting yang dimiliki oleh
sebuah pohon yaitu:
a. Terhubung
b. Tidak mengandung sirkuit
Perhatikan Gambar 2.1 dan Gambar 2.2
Pada Gambar 2.1 dan merupakan contoh dari pohon karena seluruh
simpulnya terhubungsatu dengan yang lainnya dan kedua graf tersebut tidak
memilki sirkuit. Sedangkan pada Gambar2.2 dan bukan berupa pohon. Pada
bukan pohon karena di dalamnya terdapat sebuah sirkuit yaitu (a, d, f, a).
bukan merupakan pohon karena terdapat simpul yang tidak terhubung.Jika kita
tidak menyilang garis pada akan nampak seperti Gambar 2.3 di bawah ini.

Gambar 2.3 Ilustrasi

Karena definisi pohon diambil dari teori graf, maka sebuah pohon bisa
memilki hanya satu buah simpul saja tanpa mempunyai sisi satupun. Dapat kita
katakan jika G =(V,E) adalah pohon,maka V tidak boleh berupa himpunan kosong,
namun E boleh kosong.
Beberapa pohon dapat membentuk hutan.Hutan (forest) adalah kumpulan
pohon yang saling lepas. Gambar 2.4 merupakan contoh dari hutan yang terdiri
dari tiga buah pohon.

Gambar 2.4 hutan dengan 3 buah pohon

Pohon juga dapat didefinisikan sebagai graf tak-berarah dengan sifat


bahwa hanya terdapat sebuah lintasan unik antara setiap pasang simpul. Selain itu,
jumlah sisi dalam pohon adalah jumlah simpul dikurangi satu.Contoh pada
Gambar 2.1 jumlah simpul = 6 dan jumlah sisi = 5, sehingga teori diatas bener
jika jumlah simpul = 5 – 1 = 6.
B. Sifat-Sifat Pohon (Tree)
Misalkan G = (V,E) adalah graf tak-berarah sederhana dan jumlah simpulnya n.
Maka, semua pernyataan di bawah ini adalah ekivalen:
a. G adalah pohon
b. Setiap pasang simpul di dalam G terhubung dengan lintasan tunggal
c. G terhubung dan memilki m = n – 1 buah sisi
d. G tidak mengandung siruit dan memiliki m = n – 1 buah sisi
e. G tidak mengandung sirkuit dan penambahan satu sisi pada graf akan
membuat hanya satu sirkuit
f. G terhubung dan semua sisinya adalah jembatan (jembatan adalah sisi
yang bila dihapus menyebabkan graf terpecah menjadi dua komponen)
Contoh 2.1
Sebuah pohon mempunyai buah simpul berderajat 1, 3n buah simpul berderajat
2 dan n buah simpul berderajat 3. Tentukan banyaknya simpul dan sisi di dalam
pohon itu.
Penyelesaian:
Menurut lemma jabat tangan, jumlah derajat semua simpul di dalam graf adalah 2
kali jumlah sisi di dalam graf tersebut. Jadi,
(2n ×1)+(3n ×2)+(n ×3)=2|n| ⇔11n=2|n|
Jumlah sisi pada sebuah pohon adalah jumlah simpul-1, jadi
|E|=(2n+3n+n)−1=6n−1
Dengan menyulihkan persamaan terkhir ke persamaan pertama
11n=2(6n−1)=12n−2 ⇔n=2
Jadi, jumlah simpul pada pohon = 6n = 6 x 2 = 12 dan jumlah sisi adalah 6n – 1 =
11.
C. Pewarnaan Pohon (Tree)
Sesuai dengan teori pewarnaan graf, maka pohon mempunyai bilangan
kromatik 2. Dengan kata lain, dua buah warna sudah mewarnai simpul-simpul di
pohon sedemikian sehingga tidak adadua simpul bertetangga mempunyai warna
sama.
Perwarnaan pada pohon T dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Petakan warna pertama pada sembarang sebuah simpul.
b. Petakan warna kedua pada simpul-simpul yang bertetangga dengan simpul
pertama.
c. Petakan warna pertama ke semua simpul yang bertetangga dengan simpul-
simpul yang telah diberi warna kedua
d. Ulangi proses ini sampai semua simpul terlah diwarnai.
Contoh 2.2

Gambar 2.5 pewarnaan simpul pada pohon


D. Pohon Berakar
Simpul tertentu dalam sebuah pohon kadang dapat diperlukan sebagai akar
(root). Sekali sebuah simpul ditetapkan sebagai akar, maka simpul-simpul lainnya
dapat dicapai dari akar dengan memberi arah pada sisi-sisi pohon yang
mengikutinya. Definisi : Pohon yang simpulnya diperlukan sebagai akar dan sisi-
sisinya diberi arah menjauh dari akar dinamakan pohon berakar (rooted tree).
Akar mempunyai derajat masuk sama dengan nol dan simpul-simpul
lainnnya berderajat-masuk sama dengan satu. Simpul yang mempunyai derajat
keluar sama dengan nol disebut daunatau simpul terminal. Simpul yang
mempunyai derajat-keluar tidak sama dengan nol disebut simpul dalam atau
simpul cabang. Setiap simpul di pohon dapat dicapai dari akar dengan sebuah
lintasan tunggal (unik).
Contoh dari pohon berakar di tunjukan pada Gambar 2.6(a) dengan a
adalah simpul akarnya.Sebagai konvensi, arah sisi di dalam pohon tidak perlu
digambar, karena setiap simpul di pohon harus dicapai dari akar, maka lintasan di
dalam pohon berakar selalu dari “atas” ke “bawah”. Hal ini ditunjukan pada
Gambar 2.6(b).

Gambar 2.6 (a) Pohon berakar, (b) sebagai konvensi, arah panah pada sisi
dapat dibuang
 Terminologi pada Pohon Berakara.
a. Anak (child atau children) dan Orangtua (parent )
Misalkan Xy adalah sebuah simpul di dalam pohon berkakar. Simpul y
dikatakan anak simpul x jika ada sisi dri simpul x ke y. Dalam hal ini x
disebut parent y.
Pada Gambar 2.7 b, c dan d adalah anak-anak simpul a dan a adalah
parent dari b, c, d. e dan f adalah anak simpul b dan b adalah parent dari e,
f. g anak dari simpul d dan d adalah parent dari simpul g. simpul h, I, j, l
dan m tidak mempunyai anak

Gambar 2.7 Pohon berakar dengan anak dan orang tua


b. Lintasan (path)
Lintasan dari simpul ke simpul adalah runtunan simpul-simpul
, … sedemikian sehingga adalah orang tua dari +1 untuk 1 ≤
i < k . dari pohon pada Gambar 2.7 lintasan dari a ke j adalah a, b, e, j.
panjang lintasan adalah jumlah sisi yang di lalui dalam suatu lintasan
yaitu k – 1. Panjang lintasan dari a ke j adalah 3.
c. Keturunan (descendant ) dan Leluhur (ancestor )Jika terdapat lintasan
dari simpul x ke simpul y di dalam pohon, maka x adalah leluhur dari
simpul y, dan y adalah keturunan simpul x. pada Gambar 2.7 b adalah
leluhur simpul h dan dengan demikian h adalah keturunan b.
d. Saudara Kandung (sibling) Simpul yang berorang tua sama adalah
saudara kandung satu sama lain. Pada Gambar 2.7 f adalah saudara
kandung r, tetapi g bukan saudara kandung e, karena orang tua mereka
berbeda.
e. Upapohon (subtree) Misalkan x adalah simpul di dalam pohon T. yang
dimaksud dengan upapohon dengan x sebagai akarnya ialah upagraf T ’ =
(V ’ ,E ’ ) sedemikian sehingga V ’ mengandung x dan semua
keturunannya dan E ’ mengandung sisi-sisi dalam semua lintasan yang
berasal dari x.

Gambar 2.8 Upapohon T ’ = (V,E ’ ) dengan b sebagai akarnya.


f. Derajat (degree)
Derajat sebuah simpul adalah jumlah upapohon (atau jumlah anak) pada
simpul tersebut. Pada Gambar 2.9 derajat a adalah 3, derajat b adalah 2,
derajat d adalah satu dan derajat c adalah 0. Jadi derajat yang
dimaksudkan adalah derajat-keluar. Derajat maksimum dari semua simpul
merupakan deakat pohon itu sendiri.

Gambar 2.9 Menunjukan derajat pohon a = 3


g. Daun (leaf )
Simpul yang berderajat nol (tidak mempunyai anak) disebut daun. Simpul
h, i, j, f, c, l, dan m yang ditunjukan pada Gambar 2.9 adalah daun.
h. Simpul dalam (internal nodes)
Simpul yang mempunyai anak disebut simpul dalam. Simpul d, e, g dan k
pada Gambar 2.7 adalah simpul dalam.
i. Aras (level ) atau tingkat
Akar mempunyai aras = 0, sedangkan aras simpul lainnya = 1 + panjang
lintasan dari akar kesimpul tersebut. Perhatikan Gambar 2.10 di bawah ini
yang menunjukan aras suatu pohon.

Gambar 2.10 Pendefinisian aras tiap simpul


j. Tinggi (height ) atau kedalaman (dept )
Aras maksimum dari suatu pohon disebut tingga atau kedalaman. Tinggi
pohon adalah panjang maksimum lintasan dari akar ke daun. Pohon pada
Gambar 2.10 mempunyai tinggi 4.
 Pohon Berakar Terurut Pohon terurut (ordered tree) adalah pohon berakar
yang urutan anak-anaknya penting. Urutananak dari simpul dapat
dispesifikasikan dari kiri ke kanan sebagai contoh, dua buah pohon pada
Gambar 2.11 adalah pohon berakar yang sama, tetapi sebagai pohon terurut,
keduanya berbeda. Misalnya urutan anak-anak dari simpul 1 pada Gambar
2.11(a) adalah 2, 3, 4 sedangkan urutan anak-anak dari simpul 1 pada Gambar
2.11(b) adalah 3, 4, 2.

Gambar 2.11 Dua buah pohon terurut yang berbeda

Sistem yang universal dalam pengalamatan simpul-simpul pada pohon


terurut adalah dengan memberi nomor setiap simpulnya seperti penomoran
bab (berserta upababnya) di dalam sebuah buku.

DAFTAR PUSTAKA
Munir, Rinaldi. (2010). Matematika Diskrit. Bandung: Informatika Bandung
Kusniati, Harni. Matematika Diskrit .dalam www.pohon m-ary. Diunduh 30
Desember 2022
Munir, Rinaldi.2005. Buku Teks Ilmu Komputer Matematika Diskrit edisi
ketiga.Bandung: Informatika.
Priatna, Nanang.Pohon.dalam file.upi.edu/.../JUR...MATEMATIKA/.../Po
hon.pdf.diunduh 30 Desember 2022

Anda mungkin juga menyukai