Anda di halaman 1dari 39

Proses Pengembangan dan MODUL

Pematangan Lahan
7
Ir. Rahel Situmorang. MPlan

PENDAHULUAN

T
ujuan dari pengembangan lahan adalah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan lahan yang sesuai dengan kaidah-kaidah perencanaan kota.
Kebutuhan lahan yang semakin hari semakin besar, disebabkan karen
tingginya tuntutan kebutuhan ruang akibat pertumbuhan penduduk dan perkembangan
kegiatan perkotaan. Perlu disadari bahwa kekurangan dan keterbatasan lahan disebabkan
karena luas lahan tidak mungkin bertambah secara alami, sehingga perlu upaya untuk
menggunakan dan meanfaatkan lahan yang ada sebaik dan semaksimal mungkin.
Pengembangan lahan adalah konversi dari lahan mentah (belum diolah) menjadi lahan
siap bangun untuk permukiman, komersial, kawasan industri atau lainnya. Dalam
pengembangan lahan dilakukan perbaikan kualitas lahan seperti pengairan, penggalian,
pengerukan, pengurugan, pembentukan muka tanah, dan lainnya.
Pengembangan lahan yang dilakukan di Indonesia dilakukan mulai tahap persiapan
sampai pembangunan fisik, didalamnya juga dilakukan usaha untuk membentuk muka
tanah agar dapat lebih berhasil guna dan menguntungkan.
Sebagai contoh dapat dilihat dalam suatu pembangunan atau perubahan guna lahan dari
hutan atau pertanian menjadi kawasan permukiman. Lahan untuk fungsi pertanian
biasanya membutuhkan peresyaratan khusus misalnya: kesuburan tanah, kegemburan
tanah, irigasi yang cukup, drainase baik agar tanah tidak becek karena genangan air, serta
syarat-syarat lain sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan ditanam pada lahan
tersebut. Jika lahan ini akan dirubah fungsinya menjadi lahan untuk kawasan
permukiman, maka yang harus diperhatikan adalah kemiringan lahan yang cocok untuk
mendirikan bangunan, penentuan zona aman dari bahaya longsor maupun banjir,

1.1
Judul Mata Kuliah

kestabilan tanah yang ditentukan oleh struktur geologi atau batuan di bawahnya, dan
syarat-syarat lain yang perlu bagi keamanan bangunan.
Untuk penggunaan lahan pertanian, bentuk muka tanah yang tidak beraturan (tinggi
rendah) tidak menjadi kendala bagi penanaman tanaman. Sedangkan untuk penggunaan
lahan permukiman, bentuk muka tanah harus teratur untuk dapat menentukan kestabilan
bangunan. Bagi penggunaan lahan pertanian, tingkat kesuburan tanah dan pengairan
adalah hal yang sangat penting untuk menentukan hasil panen. Sedangkan untuk kawasan
permukiman, tanah tidak perlu subur dan air yang diperlukan harus memenuhi kebutuhan
penduduk yang akan tinggal di atasnya.
Sehubungan dengan itu, pada modul ini akan dibahas mengenai proses pengembangan
lahan dan proses pematangan lahan.
Gambar1 : Skema proses pengembangan lahan
IZIN LOKASI

PENGEMBANGAN / PEMATANGAN LAHAN


1. Perencanaan
2. Land clearing
3. Perataan
4. Pelengkapan (prasarana)
5. Pengadaan sarana lingkungan
6. Pengkaplingan
7. Pengamanaan /status legal

PEMBANGUNAN FISIK
Sumber: Djoko Sujarto, Pengembangan Lahan Perkotaan, Diktat Mata Kuliah
Pengembangan Lahan Perkotaan PL 351, 1989, Jurusan Teknik Planologi FTSP ITB,
Bandung.

1.2
KODE MK/NO. MODUL

Dari skema di atas dapat dilihat bahwa proses pengembangan lahan terdiri dari beberapa
tahapan. Pada kegiatan belajar 1 akan dibahas mengenai proses pengembangan lahan,
sedangkan padakegiatan belajar 2 akan dibahas mengenai proses pematangan lahan.

1.3
Kegiatan Belajar 1

Proses Pengembangan Lahan

Dalam proses pengembangan lahan dilakukan beberapa tahapan yaitu:


1. Permohonan Ijin Lokasi
2. Pembebasan Lahan
3. Pengembangan / Pematangan Lahan
4. Pembangunan Fisik

Untuk mengetahui dan memahami proses ini, dalam kegiatan belajar ini akan dibahas
tahapan 1, 2, dan 4, sedangkan tahap 3 akan dibahas pada kegiatan belajar 2.

1. Permohonan Ijin Lokasi


Yang dimaksud dengan Ijin Lokasi adalah yaitu ijin / persetujuan yang diberikan oleh
kepala daerah setempat kepada orang atau badan usaha guna memperoleh tanah untuk
kegiatan investasi sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, dan mengandung 3 (tiga )
unsur atau fungsi yaitu  fungsi tata ruang, fungsi perolehan tanah dan fungsi investasi.
Selain itu ijin lokasi juga merupakan ijin yang diberikan oleh kepala daerah setempat
sesuai peruntukan penggunaan tanah, yang wajib dimiliki perusahaan untuk memperoleh
tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal, yang berlaku pula sebagai izin
pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha
penanaman modal, dengan batasan keluasan sebagai berikut: untuk usaha pertanian > 25
Ha dan untuk usaha non pertanian > 1 Ha.

1.4
KODE MK/NO. MODUL

Dalam permohonan ijin lokasi sudah harus disertai dengan bagan/rencana tapak
bangun/site plan sementara, sehingga pemerintah daerah sudah mengetahui dengan pasti
bentuk dan pola bangunan-bangunan yang direncanakan. Selain itu disertakan juga surat
ijin dari pemilik lahan yang menyatakan bahwa mereka sudah mengetahui dan
menyetujui penggunaan lahan tersebut.
Gambar 2: Prosedur pelayanan ijin lokasi

Sumber: http://bppt-banjar.com/sop/12.jpg
Sebagai contoh akan diambil mengenai cara pengurusan ijin lokasi di Kabupaten Cianjur
(cianjurkab.go.id).
Dasar hukum dari semua ijin lokasi di Kabupaten Cianjur adalah Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 1999 Tentang Ijin
Lokasi, dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (Lembaran Negara RI Tahun 1960 Nomor 104; Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 2043).
Kriteria penerbitan ijin lokasi adalah telah memiliki Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah
(IPPT) serta memiliki persyaratan admistrasi yang lengkap.
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengurusan ijin lokasi adalah:
 surat permohonan ijin lokasi.
 akta pendirian perusahaan dan pengesahan Menteri Kehakiman.
 fotokopi KTP pemohon.

1.5
Judul Mata Kuliah

 surat keterangan NPWP.


 tanda ke anggotaan REI (bagi pembangunan perumahan).
 uraian rencana kegiatan pembangunan/ proyek proposal.
 surat persetujuan Presiden RI bagi PMA dan SPPM dari BKPM untuk PMDN.
 pernyataan kesanggupan dan memberikan ganti rugi dari atau menyediakan.
 surat pernyataan mengenai tanah yang sudah dikuasi/dimiliki oleh perusahaan
pemohon yang merupakan satu grup dengannya.
 tempat penampungan bagi pemilik tanah yang berhak atas tanah.
 gambar kasar/sketsa lokasi.
Untuk mendapatkan ijin lokasi dibutuhkan Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT).
Sebagai dasar hukum IPPT adalah Perda No. 24 Tahun 1999 tentang Retribusi Izin
Peruntukan Penggunaan Tanah, dan Keputusan Bupati Cianjur Nomor 30 Tahun 1999
tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 24 Tahun 1999 tentang
Restribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah.
IPPT akan diterbitkan jika sudah memenuhi kriteria:
 peruntukan sesuai dengan tata ruang
 masyarakat sekitar, minimal tetangga terdekat tidak berkeberatan
 secara teknis lahan memenuhi syarat
 tanah tidak dalam sengketa
 tidak memiliki dampak lingkungan yang membahayakan
 tidak menimbulkan kerawanan sosial
 tidak menimbulkan gangguan keamanan
 persyaratan administrasi lengkap
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
 fotocopy Kartu Tanda Penduduk pemohon
 surat permohonan
 surat kuasa bagi yang menguasakan
 fotocopy surat tanah / bukti hak tanah
 ijin tetangga
 denah/ peta lokasi tanah dimohon / peta situasi lokasi

1.6
KODE MK/NO. MODUL

 surat keterangan tanah tidak sengketa.


 untuk pembangunan strategis seperti kegiatan akomodasi pariwisata, perumahan,
industri dll, pemohon melampirkan proposal yang berisikan :
o uraian rencana kegiatan proyek
o akta pendirian perusahaan
o NPWP
o keanggotaan asosiasi
Prosedur pelayanan yang harus dijalani adalah:
 pemohon mengisi Formulir Permohonan IPPT dengan melampirkan persyaratan
administrasi
 petugas melakukan pemeriksaan berkas
 jika hasil pemeriksaaan dinyatakan memenuhi syarat maka dilakukan Rapat
Pembahasan Tim Pelayanan Perijinan
 jika tak sesuai peruntukan maka IPPT ditolak
 jika sesuai peruntukan maka diadakan peninjauan lapangan
 hasil tinjauan lapangan dirumuskan dalam Berita Acara
 hupati menerbitkan Ijin Investasi dan IPPT
 IPPT yang sudah selesai diserahkan pada pemohon

2. Pembebasan lahan
Yang dimaksud dengan pembebasan lahan adalah pengambilalihan hak atas tanah yang
dilakukan berdasarkan perundangan yang berlaku, dengan memberikan ganti rugi yang
sesuai dengan tarif harga yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan tersebut.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 15 tahun 1975 tentang Ketentuan-
ketentuan mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah, maka yang dimaksud dengan
pembebasan tanah ialah melepaskan hubungan hukum yang semula terdapat di antara
pemegang hak/penguasa atas tanahnya dengan cara memberikan ganti rugi.
Pembangunan fasilitas-fasilitas umum memerlukan lahan sebagai wadahnya. Tanah yang
tersedia saat ini telah banyak yang dimiliki oleh perorangan maupun perusahaan,
sementara tanah negara sudah sangat terbatas persediaannya. Saat ini adalah sangat sulit

1.7
Judul Mata Kuliah

melakukan pembangunan untuk kepentingan umum di atas tanah negara. Salah satu jalan
keluar yang ditempuh adalah dengan mengambil tanah-tanah hak yang dilakukan oleh
pemerintah pusat atau daerah dengan memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan
atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan
tanah. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang
dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah dilaksanakan dengan cara
pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.
Berdasarkan Perpres 65 Tahun 2006 yang termasuk dalam fasilitas kepentingan umum
yaitu :
a. Jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (di atas lahan, di ruang atas tanah, ataupun di
ruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi;
Gambar 3: Jalan tol

Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/d/d7/Rencana_Jalan_Tol_Pontianak-
Singkawang.jpg
b. Waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan pengairan lainnya;
Gambar 4: Bendungan Jatiluhur

1.8
KODE MK/NO. MODUL

Sumber: http://indobeta.com/wp-content/uploads/2012/05/Waduk-Jatiluhur.jpg
c. Pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal;
Gambar 5: Bandar Udara

Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-
TtMoRCO9kYE/UCj7iNBnkpI/AAAAAAAACrs/YvFK0N_PGkM/s1600/LAMPUNG.j
pg
d. Fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan
lain-lain bencana;
Gambar 6: Tanggul penahan banjir Lapindo

1.9
Judul Mata Kuliah

Sumber: http://stat.kompasiana.com/files/2010/08/tanggul-lapindo11.jpg
e. Tempat pembuangan sampah;
Gambar 7: Tempat pembuangan sampah akhir

Sumber: http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-
DU.KONTEN/edukasi.net/Peng.Pop/Lingk.Hidup/Mengolah.Sampah/images/gbrh16.jpg
f. Cagar alam dan cagar budaya;
Gambar 8: Cagar alam

1.10
KODE MK/NO. MODUL

Sumber: http://cavernicoles.files.wordpress.com/2007/05/nglirip.jpg
g. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik.
Gambar 9 : Sambungan Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)

Sumber: http://www.bogoronline.com/media/sutet.jpg
Penilaian harga tanah yang terkena pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan
oleh lembaga penilai independen/lembaga appraisal yang mendapat lisensi dari Menteri
Keuangan dan BPN. Sedangkan untuk harga bangunan dan/atau tanamanan/atau benda-
benda lain yang berkaitan dengan tanah dilakukan oleh Kepala Dinas/Kantor/Badan di
Kabupaten/Kota yang membidangi bangunan dan/atau benda lain yang berkaitan dengan
tanah tersebut. Tim penilai harga tanah melakukan penilaian harga tanah berdasarkan
NJOP atau nilai nyata/sebenarnya dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan, dan
dapat berpedoman pada hal-hal sebagai berikut: lokasi dan letak tanah; status tanah;
peruntukan tanah; kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah atau

1.11
Judul Mata Kuliah

perencanaan wilayah atau tata kota yang telah ada; sarana dan prasarana yang tersedia;
dan faktor lainnya yang mempengaruhi harga tanah.
Pola penetapan ganti rugi atas tanah ditetapkan melalui musyawarah dengan
memperhatikan harga umum setempat disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhi
tanah. Ganti kerugian yang diberikan dapat berupa: uang; tanah pengganti; pemukiman
kembali; gabungan dari dua atau lebih ganti kerugian a, b, dan c; atau bentuk lain yang
disetujui para pihak.
Sedangkan berdasarkan Undang-undang No 2 tahun 2012 Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum, pengadaan tanah untuk kepentingan umum
bertujuan untuk menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan, guna meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin
kepentingan hukum pihak yang berhak. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum
diselenggarakan sesuai dengan:
 Rencana Tata Ruang Wilayah;
 Rencana Pembangunan Nasional/Daerah;
 Rencana Strategis; dan
 Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah.

Tanah untuk kepentingan umum digunakan untuk pembangunan:


 pertahanan dan keamanan nasional;
 jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan
fasilitas operasi kereta api;
 waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air
dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;
 pelabuhan, bandar udara, dan terminal;
 infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;
 pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;
 jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;
 tempat pembuangan dan pengolahan sampah;
 rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah;

1.12
KODE MK/NO. MODUL

 fasilitas keselamatan umum;


 tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah;
 fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;
 cagar alam dan cagar budaya;
 kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa;
 penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta
perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa;
 prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah;
 prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan
 pasar umum dan lapangan parkir umum.

Perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam


disusun dalam bentuk dokumen perencanaan Pengadaan Tanah, yang paling sedikit
memuat:
 maksud dan tujuan rencana pembangunan;
 kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Pembangunan
Nasional dan Daerah;
 letak tanah;
 luas tanah yang dibutuhkan;
 gambaran umum status tanah;
 perkiraan waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah;
 perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;
 perkiraan nilai tanah; dan
 rencana penganggaran.

3. Pembangunan Fisik
Yang dimaksud dengan pembangunan fisik adalah tahapan pembangunan kawasan yang
dilakukan oleh pengembang. Tahap pembangunan fisik lahan dilaksanakan setelah segala
persyaratan teknis dan non teknis terpenuhi, yaitu:
 telah memiliki ijin lokasi,

1.13
Judul Mata Kuliah

 telah memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB),


 layak untuk dikembangkan dengan pertimbangan fisik, sosial dan lingkungan
sesuai peruntukannya.

Setelah semua perijinan diterbitkan oleh pemerintah daerah setempat, maka proses
pembangunan bisa segera dimulai. Dokumen perijinan yang harus dimiliki sebelum
memulai dan melaksanakan pembangunan adalah Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
IMB adalah izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan membangun yang dapat
diterbitkan jika rencana bangunan dinilai telah memenuhi ketentuan yang meliputi aspek
pertanahan, aspek planologis, aspek teknis, aspek kesehatan, aspek kenyamanan dan
aspek lingkungan.
Persyaratan untuk mendapatkan IMB untuk membangun rumah tinggal adalah:
 mengisi Formulir Permohonan.
 fotocopy KTP & PBB (terbaru)                
 fotocopy bukti kepemilikan tanah  dapat berupa salah satu dari surat sebagai
berikut :
- sertifikat tanah,
- surat keputusan pemberian hak atas tanah dari BPN
- surat kapling
- surat keputusan Walikota untuk penampungan sementara
- surat rekomendasi dari Badan Pertanahan Nasional
- girik
- surat kohir-verponding Indonesia
 surat pernyataan bahwa tanah yg dikuasai tidak dalam sengketa.
 keterangan rencana kota dan peta rencana kota dari Dinas/Sudin Tata Ruang.
 gambar rancangan arsitektur (blue print)
 fotocopy Surat Izin Pelaku Teknis Bangunan (SIPTB) bidang Arsitektur
 Tim Penasehat Arsitektur Kota untuk bangunan rumah tinggal di daerah
pemugaran golongan A dan B.
Persyaratan untuk mendapatkan IMB untuk membangun bukan rumah tinggal adalah:
 mengisi formulir permohonan.

1.14
KODE MK/NO. MODUL

 fotocopy KTP & PBB (terbaru)                


 fotocopy bukti kepemilikan tanah  dapat berupa salah satu dari surat sebagai
berikut :
- sertifikat tanah,
- surat keputusan pemberian hak atas tanah dari BPN
- surat kapling
- surat keputusan walikota untuk penampungan sementara
- surat rekomendasi dari Badan Pertanahan Nasional
- girik
- surat kohir-verponding Indonesia
 surat pernyataan bahwa tanah yg dikuasai tdk dlm sengketa.
 Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT) dari gubernur, bagi luas tanah
> 5.000 m².
 keterangan Rencana Kota, Peta Rencana Kota  dan RTLB dari Dinas/Sudin Tata
ruang.
 gambar rancangan arsitektur bangunan serta fotocopy Surat Izin Pelaku Teknis
Bangunan (SIPTB) bidang Arsitektur
 Tim Penasehat Arsitektur Kota (TPAK) untuk luas bangunan > 1.500 m², kecuali
bangunan gudang.
 perhitungan, gambar struktur bangunan dan laporan hasil penyelidikan tanah,serta
fotokopi Surat Izin Pelaku Teknis Bangunan (SIPTB) bidang Struktur (1 lembar).
 perhitungan, gambar instalasi dan perlengkapannya, serta fotokopi Surat Izin
Pelaku Teknis Bangunan (SIPTB) bidang Instalasi.
 untuk bangunan ibadah harus dilengkapi dengan Surat Persetujuan Gubernur.
Gambar 10: Proses pembuatan Ijin Mendirikan Bangunan

1.15
Judul Mata Kuliah

Sumber: http://prestylarasati.wordpress.com/2007/12/10/mengurus-imb-ijin-
mendirikan-bangunan/
Jika IMB sudah diperoleh, maka pengembang wajib untuk memasang papan berisi nomor
IMB dan tanggal penetapannya berdasarkan ijin yang diberikan.
Tahap selanjutnya adalah pembangunan fisik, sejalan dengan waktu maka akan
dilakukan pengawasan berkala yang dilakukan oleh Suku Dinas Pengawasan dan
Penertiban Bangunan, untuk melakukan evaluasi kesesuaian antara rencana yang menjadi
dasar penertiban IMB dengan pelaksanaan pembanunan fisik di lapangan. Apabila
ditemukan perbedaan, maka pengembang diwajibkan untuk mengembalikan
pembangunan sesuai rencana yang ada pada IMB.
Pemantauan kegiatan pelaksanaan dan kelaikan pembangunan ini dilakukan untuk
mengawasi kegiatan pembangunan, agar sesuai dengan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB),
Ijin Penggunaan Bangunan (IPB), dan Kelaikan Menggunakan Bangunan (KMB), yang
telah diterbitkan dan tetap memenuhi ketentuan teknis yang disyaratkan. Hal ini bertujuan
agar dapat meminimalkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran pada tahap pelaksanaan
pembangunan di lapangan, sampai pada tahap pemanfaatan bangunan terutama yang
menyangkut aspek keamanan dan keselamatan bangunan, serta keserasian lingkungan.
Setiap bangunan yang telah selesai dilaksanakan sesuai IMB, sebelum digunakan atau
dihuni harus memiliki Ijin Penggunaan Bangunan. IPB diberikan apabila ketentuan
dalam ijin membangun telah dipenuhi dengan mempertimbangkan segi admisitratif dan
laporan pelaksanaan yang dibuat oleh Direksi Pengawas.
Agar bangunan rumah tinggal memiliki IPB, maka persyaratan yang harus dimiliki

1.16
KODE MK/NO. MODUL

adalah:
 Hasil Pemeriksaan Pengawasan Lapangan dari Kepala Seksi Pengawasan dan
Penertiban Kecamatan yang menyatakan bahwa bangunan telah selesai
dilaksanakan dan sesuai IMB;
 Tembusan IMB atau foto kopi IMB yang terdiri dari :
 Surat Keputusan IMB;
 Keterangan dan Peta Rencana Kota lampiran IMB;
 Gambar arsitektur lampiran IMB.
Sedangkan untuk bangunan bukan rumah tinggal yang akan memiliki IPB,
persyaratannya adalah:
 Berita acara telah selesainya pelaksanaan bangunan dan sesuai IMB (1 set);
 Laporan Direksi Pengawas lengkap (1 set) yang terdiri dari :
 Foto copy surat penunjukan Pemborong dan Direksi Pengawas berikut
Koordinator Direksi Pengawasnya;
 Fotokopi TDR Pemborong dan surat izin bekerja Direksi Pengawas; 
 Laporan Direksi Pengawas sesuai tahapan kegiatan;
 Surat pernyataan dari Koordinator Direksi Pengawas bahwa bangunan telah
selesai dilaksanakan dan sesuai IMB;
 Tembusan IMB atau fotokopi IMB yang terdiri dari :
 Surat keputusan IMB;
 Keterangan dan Peta Rencana Kota lampiran IMB;
 Gambar arsitektur lampiran IMB.
Untuk bangunan dengan kriteria ketinggian dan penggunaan tertentu, harus dilengkapi
juga dengan berita acara uji coba instalasi dan perlengkapannya dengan  disaksikan
Petugas Dinas/Suku Dinas.
Bangunan dengan kriteria ketinggian dan penggunaan tertentu terdiri dari :
 bangunan tinggi;
 bangunan sedang;
 bangunan rendah dengan penggunaan untuk fasilitas umum/industri seperti :
pasar  swalayan, pusat pertokoan, hotel, rumah sakit, bioskop, gedung pertemuan

1.17
Judul Mata Kuliah

atau sejenisnya, dengan instalasi dan perlengkapannya yang cukup kompleks.

IPB yang diterbitkan berlaku selama penggunaannya sesuai dengan IMB dan bangunan
masih memenuhi persyaratan Kelaikan Menggunakan Bangunan (KMB).
Setiap bangunan yang telah memiliki IPB harus memiliki keterangan KMB. Hal ini
dinilai dengan memperhatikan kelaikan penggunaan yang dilakukan secara periodik
selama 10 tahun untuk rumah tinggal, dan selama 5 tahun untuk bangunan bukan rumah
tinggal, terhitung sejak IPB diterbitkan. KMB diterbitkan apabila penggunaan bangunan
yang dimohon sesuai dengan IPB yang telah diterbitkan, serta memenuhi syarat KMB.
Penerbitan KMB dapat dilakukan untuk seluruh atau sebagian bangunan.
 Ijin KMB diberikan apabila ketentuan dalam IMB dan IPB telah dipenuhi dengan
mempertimbangkan segi admisitratif dan hasil pengkajian yang dibuat oleh Pengkaji
Teknis Bangunan. Pengkajian Teknis Bangunan harus dilakukan terhadap bangunan dan
atau bangunan-bangunan yang secara teknis memerlukan penelitian lebih lanjut,
sehubungan dengan kemungkinan adanya ancaman terhadap keamanan dan keselamatan
bagi bangunan, penghuni serta pengunjung bangunan, dan atau persyratan teknis proses
pemberian rekomendasi/perijinan dalam rangka penentuan kelaikan suatu bangunan.
Pengkajian teknis tersebut meliputi pengkajian di bidang arsitektur, stuktur, instalasi dan
perlengkapan bangunan. Hal ini juga harus dilakukan oleh pengkaji teknis yang telah
memiliki surat ijin kerja sesuai bidang dan golongannya.
Gambar 11: Pembangunan dan penggunaan bangunan harus sesuai dengan IMB dan IPB
yang diterbitkan

Sumber: http://www.sdpb-jakut.org/wp-content/uploads/2011/02/bws.jpg

1.18
KODE MK/NO. MODUL

1.19
Kegiatan Belajar 2

Proses Pematangan Lahan


M enurut Prof. Djoko Soejarto, pengembangan lahan adalah:
Peningkatan kemanfaatan, mutu dan penggunaan suatu bidang lahan untuk penempatan
suatu kegiatan fungsional, sehingga dapat memenuhi kebutuhan kehidupan dan kegiatan
usaha, secara optimal dari segi ekonomi, sosial, fisik dan aspek legalnya. Dalam hal ini
yang dilihat adalah peningkatan manfaat dan nilai lahan.
Lingkup daripada pengembangan lahan adalah: perencanaan, perataan tanah,
pembentukan lahan, pelengkapan prasarana (jaringan jalan dan utilitas umum), penataan
persil, pengadaan sarana lingkungan, penentuan batas-batas persil, dan pengukuhan status
legal. Semua hal ini akan dibahas sebagai berikut:
1. Perencanaan :
Yang dimaksud dalam perencanaan adalah membuat suatu rencana tapak terinci sehingga
dapat ditentukan titik-titik dalam bidang lahan, bagian lahan yang tinggi, menengah dan
rendah, sesuai dengan kebutuhan rencana tapak yang di buat. Menurut Direktori Istilah
Bidang Pekerjaan Umum, Rencana Tapak adalah : Arahan tata letak bangunan, orientasi
bangunan, indikasi bentuk dan tampak bangunan secara keseluruhan dalam suatu
lingkungan, dan arahan aksesibilitas, sarana parkir untuk kepentingan
pengunjung/loading/service, dan lain – lainnya.
Sebelum rencana tapak dibuat, diperlukan pengukuran yang tepat dan akurat untuk
menghidarkan kesalahan dalam proses pengembangan lahan. Rencana tapak yang dibuat
harus berdasarkan peta kontur yang tepat, menggunakan titik acuan pengukuran secara
geodesi (sesuai peta geospasial yang baku). Sangat penting untuk mengetahui:
 panjang dan lebar lahan,
 luas lahan,

1.20
KODE MK/NO. MODUL

 posisi lahan terhadap jalan raya, bangunan, sungai, atau lainnya,


 bentuk lahan,
 tinggi permukaan lahan dari jalan atau tinggi banjir setempat
Walaupun pengukuran lahan dilakukan oleh surveyor atau ahli geodesi, tapi perencanan
perlu mengetahui bagaimana pengukuran lahan ini dilakukan. Peralatan yang dapat
digunakan untuk mengukur tanah antara lain adalah: rol meter, water pass, benang ukur,
pengukur sudut, teodolit, dan kalkulator.
Sedangkan cara mengukur tanah untuk sebelum membangun adalah:
 
 Membersihkan lahan dari rintangan yang akan menghalangi pengukuran, untuk
mengatasinya dapat digunakan rumus pengukuran tanah dengan membuat garis
pinjaman dilahan tanah kosong.
 Mengukur panjang dan lebar tanah dengan rol meter atau theodolit.
 Mengukur sudut tanah dengan dengan theodolit maupun pengukur sudut
sederhana.
 Mengukur lebar jalan raya.
 Mengukur bangunan yang ada di sekitar lahan tanah rencana pembangunan.
 Membuat gambar sketsa hasil pengukuran tanah secara tepat, dan jika
dimungkinkan mengukur kembali untuk mengecek keakuratan.

Gambar 1: Pengukuran tanah menggunakan theodolit

1.21
Judul Mata Kuliah

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/_RgjWc_9DR9o/S6lKMX-
oYAI/AAAAAAAAARY/rLcR8YKL_hU/s320/150808+Pengukuran+tanah+oleh+B
PN.jpg
Setelah dilakukan pengukuran, baru dapat dibuat peta dasar bagi keperluan pembuatan
rencana tapak. Perlu diketahui pula kebutuhan penggunaan lahan tersebut, seperti jumlah
kegiatan, jumlah penduduk yang akan tinggal dan beraktivitas di atas lahan tersebut, jenis
kegiatan yang akan dikembangkan, kelas jalan yang akan dibuat untuk memenuhi
kebutuhan, serta perkiraan fasilitas yang akan dikembangkan.
Tujuan dari tahapan ini adalah agar sebelum lahan dikembangkan, perlu diketahui dengan
pasti:
a. Tujuan pengembangan lahan.
b. Rencana struktur pemanfaatan ruang yang akan dikembangkan, meliputi: struktur
(distribusi penduduk, struktur pelayanan kegiatan, sistem jaringan sirkulasi, sistem
jaringan telekomunikasi, sistem jaringan energy, sistem prasarana engelolaan
lingkungan).
c. Pola pemanfaatan ruang berdasarkan fungsi yang akan dibangun di atas lahan tersebut
(permukiman, perdagangan, pemerintahan, parowosata, industri dan lainnya) dalam
rencana blok peruntukan.
d. Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional meliputi: arahan kepadatan
bangunan (KDB), arahan ketinggian bangunan (KLB), arahan garis sempadan bangunan
(GSB), rencanan penangan lingkungan, rencana penanganan jaringan prasarana dan
sarana.
e. Pengendalian pemanfatan ruang yang dilakuakn melalui pengawasan, penertiban
berdasarkan perizinan, insentif dan disinsentif, kompensasi, pelaporan, pemantauan,
evaluasi, dan pengenaan sanksi.
Gambar 2: Rencana Tata Guna Lahan

1.22
KODE MK/NO. MODUL

Sumber: http://novian-iskandar.blogspot.com/2011/12/rencana-kota-baru-di-provinsi-
lampung.html

Untuk pengembangan kawasan permukiman sesuai Undang-undang Republik Indonesia


No.14 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, rumah adalah bangunan yang
pembinaan keluarga. Sedangkan perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan. Sarana lingkungan merupakan kelengkapan lingkungan yang antara lain
berupa fasilitas-fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan, niaga, pemerintahan, pelayanan
umum, peribadatan, rekreasi, kebudayaan, olah raga dan lapangan terbuka serta fasilitas
umum lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana lingkungan ialah jalan, saluran
air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah dan jaringan listrik.
Secara umum, pada suatu kawasan perumahan, persentase luas efektif kawasan adalah
maksimal 65% untuk perumahan, 20% untuk jalan, 10% untuk ruang terbuka dan fasilitas
umum dan 5% untuk keperluan komersial. Sehingga dapat diketahui berapa banyak unit
rumah yang akan dibangun, serta bagaiaman pemintakatan lahan secara keseluruhan,
sehingga menghasilkan jumlah yang optimal dengan memperhatikan persyaratan kapling
rumah yang disyaratkan oleh pemerintah.
Gambar 3: Rencana Tapak Perumahan

1.23
Judul Mata Kuliah

Sumber:
http://4.bp.blogspot.com/_DZAicwzttQI/SgWaATFLJ2I/AAAAAAAAADs/YISrjjLkaRI/s40
0/site+plan+beringin+hills+estate.jpg
2. Perataan lahan (land clearing)
Yang dimaksud dengan perataan lahan adalah proses perataan muka tanah sebelum
pembentukan muka tanah. Syarat-syarat yang harus dipenuhi meliputi:
 Lahan harus bebas dari akar tanaman, rumput dan tanah organis. Biasanya
pekerjaan ini disebut Clearing dan Stripping. Untuk mengantisipasi terdapatnya
tanah organik, disyaratkan stripping (pengelupasan tanah) setebal 30 cm.
 Apabila lahan merupakan tanah rawa atau yang ada kecenderungan air melimpah,
perlu dilakukan untuk pengeringan lahan, antara lain dibuat saluran drainase
untuk dialirkan ke daerah yang lebih rendah atau sistem pengeringan memakai
alat pompa. 
 Sebelum penimbunan dimulai terlebih dahulu dilakukan Trial Embankment atau
percobaan pemadatan untuk didapatkan kadar air optimum.
• Penimbunan dimulai dengan memperhatikan hasil dari Trial Embankment dengan
metode perlayer 20 cm. Untuk memastikan bahwa pemadatan kita memenuhi

1.24
KODE MK/NO. MODUL

spesifikasi yang diminta maka tiap layer dilakukan  tes  kepadatan dengan sand
cone.
• Begitu seterusnya sampai elevasi yang diinginkan.

Proses perataan lahan adalah pembukaan lahan sebagai persiapan untuk persiapan
pembangunan. Pekerjaan ini meliputi:
a. Underbrushing: kegiatan pembabatan pohon yang berdiameter maksimum 30 cm,
dengan tujuan untuk memudahkan penebangan pohon yang berdiameter lebih besar
b. Felling/cutting: kegiatan penebangan pohon dengan diameter lenih dari 30 cm,
dilakukan dengan persyaratan tertentu, misalnya pohon yang ditebang harus dibuang
dengan bonggolnya agar tridak merusak top soil, pohon yang besar harus tetap
diusahakan untuk dapat dimanfaatkan kembali dalam bentuk berbeda.
c. Piling: penumpukan kayu-kayu hasil penebangan
d. Burning: pembakaran sisa yang bertujuan agar sisa pembakarannya dapat digunakan
sebagai pupuk.
Gambar 4: Proses perataan lahan

Sumber: http://www.treeremoval.co.nz/landclearing.asp

Gambar 5: Proses penumpukan sisa penebangan

1.25
Judul Mata Kuliah

Sumber : http://www.ashleystreeservices.com/landclearing.jpg

3. Pembentukan lahan (cut and fill) adalah proses pembentukan muka tanah yang
bertujuan untuk memanfaatkan muka tanah seoptimal mungkin serta menghindari
kerusakan muka tanah. Pekerjaan ini meliputi pelandaian, penyesuaian terhadap jaringan
sirkulasi dan pengaturan aliran drainase. Pada dasarnya cut dan fill adalah memotong
atau menggali tanah yang tinggi, dan melakukan pengurugan pada tanah yang terlalu
rendah dengan tanah hasil galian tersebut, sehingga diperoleh ketinggian lahan yang
diinginkan.
Gambar 6: Proses cut and fill

Sumber: http://www.dictionaryofconstruction.com/definition/cut-and-fill.html

1.26
KODE MK/NO. MODUL

Tujuan dari pembentukan muka tanah adalah untuk memanfaatkan muka tanah seoptimal
mungkin, serta untuk menghindari kerusakan muka tanah. Dasar dari pembentukan muka
tanah adalah kenyamanan dan pertimbangan pengguna, kemudahan aksesibiltas dan
sirkulasi, estetika dan visual, anggaran biaya, dan kemudahan pelaksanaan konstruksi.
Pada prinsipnya pekerjaan pembentukan lahan harus memenuhi prinsip:
 Membuat tapak menarik dan ekonomis
 Pencapaian aman, nyaman dan fungsional untuk penggunaan dan pemeliharaan
 Membagi aliran air agar menjauhi perkerasan dan struktur bangunan agar tidak
merusak struktur bangunan
 Gangguan minimal terhadap flora dan fauna alami
 Optimalisasi cut and fill (gali dan urug)
Pembentukan muka lahan meliputi pekerjaan pemotongan dan penambahan muka lahan
yang terletak di sekitar bangunan, pada lahan miring, pada lahan yang tidak rata, untuk
perencanaan jalan dan jembatan, serta untuk pembuatan jalur sirkulasi.
Gambar 7: Pembentukan muka lahan

1.27
Judul Mata Kuliah

Sumber: Dian K Wardhani. TKW 4127 Rekayasa Tapak. Departement Regional and City
Planning Brawijaya University Semester 1 2008/2009

4. Pelengkapan prasarana (jaringan jalan dan utilitas umum)


Pelengkapan prasarana (jaringan jalan dan utilitas umum) adalah proses pekerjaan untuk
persiapan pembuatan jaringan jalan yang menghubungkan daerah perencanaan dengan
daerah sekitarnya serta pembuatan jaringan utilitas umum seperti jaringan air bersih,
jaringan energi, jaringan telekomunikasi, jaringan pelayanan drainase dan persampahan.
Gambar 8: Peta Jaringan Jalan

Sumber: http://apl-jomblang.blogspot.com/2011/08/peta-jaringan-jalan-kelurahan-
jomblang.html
Gambar 9: Sistem Jaringan Air Bersih

1.28
KODE MK/NO. MODUL

Sumber: http://kateguhan.blogspot.com/2010_11_01_archive.html

Dalam konsep pengembangan lahan, jaringan jalan dan utilitas umum merupakan hal
yang amat penting untuk direncanakan. Bayangkan jika ada lahan yang luas dan baik
serta memenuhi syarat untuk dikembangkan, tetapi tidak ada jalan yang menghubungkan
lahan ini dengan wilayah sekitarnya. Semua manfaat lahan tersebut, baik produktivitas
maupun potensi alam lainnya, tidak akan mencapai nilai yang maksimal apabila tidak
dihubungkan dengan jaringan jalan yang baik.
Untuk itu pada saat pembuatan rencana pengambangan lahan harus dibuat pula rencana
jaringan jalan dan utilitas umum, agar lahan tersebut dapat ditingkatkan pemanfaatannya
menjadi maksimal.
Prasarana jalan dan utilitas umum merupakan kelengkapan fisik dasar lingkungan unuk
dapat berfungsi dengan baik. Jalan digunakan untuk pergerakan orang maupun barang,
serta untuk mencipatakan penataan bangunan yang baik dan teratur.

1.29
Judul Mata Kuliah

Prasarana utilitas umum terdiri dari jatingan air minum, jaringan saluran pembuangan air
hujan, jaringan air limbah dan tempat pembuangan sampah. Kelengkapan ini ditujukan
agar lingkungan yang direncanakan dapat terlayani dengan baik, sehingga terpenuhi
kebutuhan akan air dan pembuangan limbah, serta terhindar dari bahaya banjir dan
penyakit-penyakit akibat kurang baiknya sanitasi lingkungan.
Pada dasarnya fungsi prasarana adalah untuk melayani optimalisasi pengembangan
lingkungan, dengan menciptakan keseimbangan antara tingkat kebutuhan dengan
pemanfaatan sumberdaya yang ada.
Secara umum prasarana perkotaan meliputi penyediaan air bersih, drainase, saluran air
kotor, sampah, jaringan jalan, jaringan listrik , telekomunikasi. Prasarana air bersih
perpipaan, air limbah dengan pengolahannya, listrik, dan telekomunikasi, jaringan jalan
biasanya dikelola secara terpusat oleh pemerintah, karena membutuhkan teknologi dan
biaya yang tinggi. Sedangkan prasarana air bersih non perpipaan dam sistem pengolahan
air limbah dan sampah setempat, biasanya dilakukan oleh warga atau kelompok warga
secara mandiri.
Sebagai contoh dapat dilihat, bahwa sampai saat ini Perusahaan Listrik Negara (PLN)
masih melayani hampir seluruh kebutuhan listrik perkotaan maupun perdesaan. Demikian
juga dengan Perusahaan Daerah Air Minum, sampai saat ini belum dapat melayani
kebutuhan air bersih warga perkotaan. Untuk kota-kota seperti Jakarta dan Bandung,
sebagian besar kebutuhan air bersih rumah tangga diperoleh warga dari pemanfaatan air
sumur.
Gambar 10: Rencana jalan dan saluran air

1.30
KODE MK/NO. MODUL

Sumber:
http://1.bp.blogspot.com/_36Ib7DsHLFU/SIGhqNI9y0I/AAAAAAAAACY/6rHchk_4lo
M/S1600-R/Rencana+Jalan+menuju+Pusat+KTM+Cahaya+Baru.jpg

5. Penataan persil
Yang dimaksud dengan penataan persil adalah melakukan pembagian luas lahan yang
diperuntukkan sesuai fungsinya berdasarkan luas lahan yang telah diatur pembagiannya.
Penataan persil yaitu pembuatan peta rencana tapak yang berisi pembagian luas lahan
menjadi persil atau kapling siap bangun serta dilengkapi dengan penataan jalan serta
saluran drainase.
Gambar 11: Rencana Tapak

1.31
Judul Mata Kuliah

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-
ECzxNwj3JeQ/UHUFmhQCL3I/AAAAAAAAADg/VOmbs26pirw/s1600/rencana+t
apak-CROP.jpg

e. Pengadaan sarana lingkungan


Yang dimaksud adalah penyediaan sarana lingkungan seperti jalan, saluran drainase,
ruang terbuka hijau, dan sarana lingkungan yang lain.
Gambar 12: Pembuatan jalan dan saluran drainase

Sumber: http://www.berlianresidence.com/2012/07/kavling-cluster.html

f. Penentuan batas-batas persil


Yang dimaksud dengan penentuan batas persil adalah penenuan batas kapling
berdasarkan ukuran yang sudah ditetapkan. Setiap persil lahan sudah dibagi menurut
ukuran yang sudah disepakati, serta ditentukan pula berapa garis sempadan bangunan
(GSB), garis sempadan jalan (GSJ) serta batas-batas lain sesuai dengan rencana kota
yang berlaku.
Gambar 13: Batas Persil

1.32
KODE MK/NO. MODUL

Sumber: http://anisavitri.files.wordpress.com/2009/11/scan-e1259153222648.jpg?w=700
g. Pengukuhan status legal
Dalam tahapan perencanaan akhir perlu diketahui pula pengaturan geometris
pemanfaatan ruang yang menggambarkan keterkaitan antar bangunan dan keterkaitannya
dengan utilitas dalam skala yang lebih luas. Untuk itu hal-hal yang harus diketahui
adalah:
a. Rencana tapak meliputi: rencana perpetakan; rencana tata letak bangunan dan
pemanfaatannya; rencana tata letak jaringan pergerakan lingkungan termasuk jalur
pejalan kaki dan jalan setapak, perparkiran, halte dan penyeberangan; rencana
jaringan utilitas; rencana ruang terbuka hijau.
b. Arahan pelaksanaan pembangunan meliputi: ketentuan letak dan penampang
bangunan; ketentuan letak dan penampang jaringan pergerakan; ketentuan letak dan
penampang jaringan utilitas; ketentuan sempadan bangunan (garis sempadan
bangunan GSB), koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan (KLB),

1.33
Judul Mata Kuliah

ketinggian bangunan elevasi, bentuk dasar bangunan, pertandaan bahan bangunan dan
ketentuan bangunan lainnya.
c. Pedoman pengendalian pelaksanaan pembangunan meliputi: ketentuan administrasi
pengendalian pelaksanaan rencana dan program antara lain melalui ijin mendirikan
bangunan (IMB); ketentuan pengaturan opersional penerapan pola insentif/disintif,
hak pengalihan intensitas bangunan, hak bangunan di atas/bawah tanah; arahan
pengendalian pelaksanaan antara lain melalui manajemen konstruksi bangunan;
mekanisme pelaporan, pemantauan, evaluasi, serta pemberian sanksi.
Gambar 14: Maket Rencana Tapak yang menggambarkan pembangunan sesuai
dengan persyaratan yang berlaku

Sumber: http://logisnews.com/daerah/pusat-pemerintahan-dengan-lima-
menara/attachment/rencana-tapak-skpd-pemkab-boyolali-di-mojongsongo-2/

1.34
KODE MK/NO. MODUL

GLOSARIUM:
Penggunaan lahan (land-use) : Penggunaan lahan adalah modifikasi yang dilakukan
oleh manusia terhadap lingkungan hidup menjadi
lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian dan
permukiman.

Pengembangan lahan : Pengembangan lahan adalah peningkatan kemanfaatan,


mutu dan penggunaan suatu bidang lahan untuk
kepentingan penempatan suatu kegiatan fungsional
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dan kegiatan
usaha secara optimal dari segi ekonomi, sosial, fisik dan
aspek legalnya

Pengembangan/pematangan Pengembangan lahan adalah konversi dari lahan mentah


lahan (belum diolah) menjadi lahan siap bangun untuk
permukiman, komersial, kawasan industri atau lainnya.
Dalam pengembangan lahan dilakukan perbaikan
kualitas lahan seperti pengairan, penggalian, pengerukan,
pengurugan, pembentukan muka tanah, dan lainnya.

Pembebasan lahan Yang dimaksud dengan pembebasan lahan adalah


pengambilalihan hak atas tanah yang dilakukan
berdasarkan perundangan yang berlaku, dengan
memberikan ganti rugi yang sesuai dengan tarif harga
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan
tersebut.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 15
tahun 1975 tentang Ketentuan-ketentuan mengenai Tata
Cara Pembebasan Tanah, maka yang dimaksud dengan
pembebasan tanah ialah melepaskan hubungan hukum

1.35
Judul Mata Kuliah

yang semula terdapat di antara pemegang hak/penguasa


atas tanahnya dengan cara memberikan ganti rugi.

Ijin Lokasi Ijin Lokasi adalah yaitu ijin / persetujuan yang diberikan
oleh kepala daerah setempat kepada orang atau badan
usaha guna memperoleh tanah untuk kegiatan investasi
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, dan
mengandung 3 (tiga ) unsur atau fungsi yaitu  fungsi tata
ruang, fungsi perolehan tanah dan fungsi investasi.

Pembangunan Fisik Pembangunan fisik adalah tahapan pembangunan


kawasan yang dilakukan oleh pengembang. Tahap
pembangunan fisik lahan dilaksanakan setelah segala
persyaratan teknis dan non teknis terpenuhi, yaitu:
 telah memiliki ijin lokasi,
 telah memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB),
 layak untuk dikembangkan dengan pertimbangan
fisik, sosial dan lingkungan sesuai
peruntukannya.

Perataan lahan Perataan lahan adalah proses perataan muka tanah


sebelum pembentukan muka tanah.

Pembentukan lahan (cut and fill) Pembentukan lahan (cut and fill) adalah proses
pembentukan muka tanah yang bertujuan untuk
memanfaatkan muka tanah seoptimal mungkin serta
menghindari kerusakan muka tanah.

1.36
KODE MK/NO. MODUL

Daftar Pustaka

Chapin, F. Stuart and Edward J. Kaiser. 1985. Urban Land Use Planning. University of
Illinois Press, Chicago.

Jayadinata, T.Johara. 1986. Tata guna Tanah Dalam Perencanaan Perdesaan, Perkotaan
dan Wilayah, Penerbit ITB, Bandung

Sujarto, Djoko, Pengembangan Lahan Perkotaan, Diktat Mata Kuliah Pengembangan


Lahan Perkotaan PL 351, 1989, Jurusan Teknik Planologi FTSP ITB, Bandung.

Wardhani, Dian K. TKW 4127 Rekayasa Tapak. Departement Regional and City
Planning Brawijaya University Semester 1 2008/2009

http://bppt-banjar.com/sop/12.jpg

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/d/d7/Rencana_Jalan_Tol_Pontianak-
Singkawang.jpg

http://indobeta.com/wp-content/uploads/2012/05/Waduk-Jatiluhur.jpg

http://4.bp.blogspot.com/-
TtMoRCO9kYE/UCj7iNBnkpI/AAAAAAAACrs/YvFK0N_PGkM/s1600/LAMPUNG.j
pg

http://stat.kompasiana.com/files/2010/08/tanggul-lapindo11.jpg

http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-
DU.KONTEN/edukasi.net/Peng.Pop/Lingk.Hidup/Mengolah.Sampah/images/gbrh16.jpg

http://cavernicoles.files.wordpress.com/2007/05/nglirip.jpg
http://www.bogoronline.com/media/sutet.jpg
http://prestylarasati.wordpress.com/2007/12/10/mengurus-imb-ijin-mendirikan-
bangunan/

http://www.sdpb-jakut.org/wp-content/uploads/2011/02/bws.jpg
http://1.bp.blogspot.com/_RgjWc_9DR9o/S6lKMX-
oYAI/AAAAAAAAARY/rLcR8YKL_hU/s320/150808+Pengukuran+tanah+oleh+B
PN.jpg

1.37
Judul Mata Kuliah

http://novian-iskandar.blogspot.com/2011/12/rencana-kota-baru-di-provinsi-
lampung.html

http://4.bp.blogspot.com/_DZAicwzttQI/SgWaATFLJ2I/AAAAAAAAADs/YISrjjLkaRI/s40
0/site+plan+beringin+hills+estate.jpg

http://www.ashleystreeservices.com/landclearing.jpg

http://www.treeremoval.co.nz/landclearing.asp

http://www.dictionaryofconstruction.com/definition/cut-and-fill.html

http://apl-jomblang.blogspot.com/2011/08/peta-jaringan-jalan-kelurahan-jomblang.html
http://kateguhan.blogspot.com/2010_11_01_archive.html

http://1.bp.blogspot.com/_36Ib7DsHLFU/SIGhqNI9y0I/AAAAAAAAACY/6rHchk_4lo
M/S1600-R/Rencana+Jalan+menuju+Pusat+KTM+Cahaya+Baru.jpg

http://1.bp.blogspot.com/-
ECzxNwj3JeQ/UHUFmhQCL3I/AAAAAAAAADg/VOmbs26pirw/s1600/rencana+tapa
k-CROP.jpg

http://www.berlianresidence.com/2012/07/kavling-cluster.html
http://anisavitri.files.wordpress.com/2009/11/scan-e1259153222648.jpg?w=700

http://logisnews.com/daerah/pusat-pemerintahan-dengan-lima-
menara/attachment/rencana-tapak-skpd-pemkab-boyolali-di-mojongsongo-2/

1.38
KODE MK/NO. MODUL

1.39

Anda mungkin juga menyukai