Jan 9
Pengertian AMDAL
Analisis dampak lingkungan (di Indonesia, dikenal dengan nama AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan
suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di
sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek abiotik, biotik dan kultural.
Dasar hukum AMDAL di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang
“Izin Lingkungan Hidup” yang merupakan pengganti PP 27 Tahun 1999 tentang Amdal.
Pengertian Analisis Mengenai Dampak LIngkungan (AMDAL) menurut PP Nomor 27 tahun
1999 pasal 1 adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan
penting suatu rencana usaha dan kegiatan. Arti lain analisis dampak lingkungan adalah
teknik untuk menganalisis apakah proyek yang akan dijalankan akan mencemarkan
lingkungan atau tidak, dan jika ya, maka akan diberikan jalan alternatif pencegahannya atau
suatu hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan dan diperkirakan
mempunyai dampak peting terhadap lingkungan hidup.
AMDAL TERPADU ATAU MULTISEKTORAL adalah hasil kajian mengenai dampak besar dan
penting usaha atau kegiatan terpadu yang direncanakan terhadap LH dan melibatkan lebih
dari 1 instansi yang membidangi kegiatan tersebut
AMDAL KAWASAN adalah hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau
kegiatan yang direncanakan terhadap LH dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona
pengembangan wilayah sesuai dengan RT atau RW yang ada.
Fungsi :
Contoh kasus:
AMDAL TENTANG PEMUKIMAN DI DEPOK
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2000
Definisi Pemukiman
Pemukiman adalah Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan (UU no.4 tahun 1992, tentang Perumahan dan
Permukiman).
Permukiman adalah kawasan yang didominasi oleh lingkungan yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan
kesempatan kerja yang terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan,
sehingga fungsinya dapat berdaya guna dan berhasil guna. Permukiman ini dapat berupa
permukiman perkotaan maupun permukiman perdesaan (Kamus Tata Ruang Tahun 1997).
Permukiman adalah tempat atau daerah untuk bertempat tinggal dan menetap (Kamus Tata
Ruang 1997) Permukiman di dalam kamus tata ruang terdiri dari tiga pengertian yaitu :
1. Bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan.
2. Kawasan yang didomisili oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat
tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan dan tempat kerja yang
memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk mendukung
perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya
guna dan berhasil guna.
3. Tempat atau daerah untuk bertempat tinggal atau tempat untuk menetap.
Berikut potensi dampak dari kegiatan pembangunan perumahan atau pemukiman :
Kegiatan pemadatan tanah pada tahap konstruksi juga mnegakibatkan air tidak dapat
meresap ke dalam tanah, sehingga akan meningkatakan volume air limpasan (run off). Hal
tersebut akan terus berlangsung sampai tahap operasi, sehingga ketika pemrakarsa tidak
memiliki perencanaan yang matang mengenai jaringan saluran drainase dan upaya
pencegahan banjir setempat yang baik maka bencana banjir akan terjadi. Kegiatan
pemadatan inilah yang perlu menjadi titik berat dalam penilaian AMDAL atau UKL/UPL
Pembangunan Perumahan dan Pemukiman.
5. Peningkatan Kebisingan
Peningkatan kebisingan diakibatkan oleh kegiatan pembukaan lahan dan mobilisasi alat dan
bahan pada tahap konstruksi serta dari kegiatan – kegiatan lain pada tahap operasi.
1. Pembangunan rumah susun harus mengikuti Undang-undang No. 16 Tahun 1985 dan
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun, serta memenuhi
persyaratan teknik pembangunan rumah susun sesuai dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.60/PRT/1992 dan peraturan tambahan/ perubahan-nya.
2. Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun dan penerbitan Sertifikat Hak Milik atas
satuan rumah susun harus memenuhi ketentuan Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tata Cara Pengisian Serta
Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 4 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tata Cara Pembuatan Buku Tanah
serta Penerbitan Sertifikat Hak Milik Satuan Rumah Susun.
3. Pembentukan perhimpunan penghuni rumah susun harus memenuhi ketentuan yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat selaku Ketua Badan
Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional
No. 06/KPTS/BKP4N/1995 tentang Pedoman Pembuatan Akta Pendirian, Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Penghuni Rumah Susun.
4. Bangunan rumah bersusun yang belum selesai dibangun, dapat dijual dengan syarat
harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Negara
Perumahan Rakyat No. 11/KPTS/1994 tanggal 17 Nopember 1994 tentang Pedoman
Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun.
5. Pembangunan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap Bangun (LISIBA)
Pengusahaan pembangunan KASIBA dan LISIBA untuk keperluan perumahan dan
permukiman harus mengikuti Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang KASIBA dan
LISIBA yang berdiri sendiri.
1. Transmisi:
pipa transmisi unit produksi, bangunan air baku ke unit produksi; pipa transmisi unit
instalasi ke distribusi.
1. unit produksi:
instalasi pengolahan air.
1. distribusi:
reservoir; jaringan distribusi utama, sekunder, tersier;sambungan pelanggan (SR).
1. pengadaan jasa:
pengoperasian;pemeliharaan; penurunan kebocoran;pencatatan meter;penagihan.
2. Bidang Sampah
Terdiri dari kegiatan pembangunan, pengelolaan (termasuk pengoperasian dan
pemeliharaan), rehabilitasi, penyewaan dan penambahan untuk sebagian atau keseluruhan
dari sistem pengelolaan sampah yang meliputi lingkup pekerjaan:
1. Pengadaan fasilitas:
tempat pembuangan sementara (TPS); tempat pembuangan akhir (TPA); fasilitas
pengolahan sampah;pengadaan alat angkut sampah;pengumpulan sampah dari rumah-
rumah.
1. Pengadaan jasa:
pengumpulan sampah; pengangkutan sampah; pengolahan sampah; pengelolaan TPA;
penagihan.
1. Pengadaan fasilitas:
pembangunan jaringan pengumpul; instalasi pengolahan air limbah (IPAL); pengadaan alat
angkut limbah; pengadaan sambungan rumah.
1. Pengadaan jasa:
pengoperasian; pemeliharaan; pengumpulan air limbah; penagihan.
Bentuk usaha di bidang prasarana dan sarana perumahan dan permukiman (air bersih,
sampah dan air limbah) dapat berupa:
1. Bangunan gedung perkantoran yang belum selesai dibangun dapat dijual, yang
pelaksanaannya mengacu kepada Pedoman Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun
(Keputusan Menteri Perumahan Rakyat No. 11/KPTS/1994).
2. Pembangunan dan pengusahaan gedung parkir, gedung asrama, gedung pusat
perbelanjaan dan lain-lain, harus memenuhi ketentuan yang berlaku untuk
pembangunan gedung perkantoran.
Ada 5 (lima) prinsip utama dari konsep perumahan dan pemukiman yang berwawasan
lingkungan yang harus dikembangkan sesuai kondisi awal yang ada, yaitu:
Termasuk di dalamnya adalah berlanjutnya ekosistem yang ada. Perubahan yang dilakukan
terhadap unsur ekosistem karena adanya pembangunan gedung atau prasarananya harus
diimbangi dengan peningkatan kemampuan dari unsure ekosistem yang tidak terusik. Di
samping itu, perlu ditambah unsur ekosistem baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang
memperkaya peran ekosistem secara keseluruhan.
Baik rencana makro maupun mikro perumahan dan permukiman harus memanfaatkan
sistem iklim yang ada (secara pasif) dan perancangan bangunan yang memanfaatkan prinsip
yang sama ditambah dengan sistem radian yang dapat meningkatkan efektifitasnya
dibandingkan dengan system pasif. Pemilihan bahan bangunan, cara membangun dan
rancangan bentuk dapat berpengaruh terhadap kebutuhan energi baik jangka pendek
maupun panjang.
Limbah yang harus dikendalikan mulai dan yang dihasilkan oleh jamban dan kamar mandi,
dapur, rumah sampai akibat dan pemakaian berbagai peratatan listrik, bahan bakar fosil dan
sebagainya. Limbah ini harus terkelola dengan baik dan jelas dengan prinsip produksi
bersih.
Gaya hidup yang berlaku sudah secara mantap diterjemahkan ke dalam berbagai tatanan dan
bentuk bangunan serta peralatan yang dipakai sehari-hari. Kaidah dan pola dan warisan
budaya dan pola hidup ini harus menjadi dasar awal untuk dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan kesempatan baru yang diciptakan oleh pembangunan yang maju dan berhasil
yang merupakan proses berlanjut.
Permukiman terbentuk melalui proses yang berlangsung terus. Dalam perkembangan proses
ini selalu akan terjadi pergantian pemukim baik secara alami melalui proses lahir dan mati,
maupun karena mobilitas penduduk antara yang datang dan pergi.
SUMBER:
http://odexyundo.blogspot.com/2009/08/pengertian-permukiman.html
http://setiawanrico.wordpress.com/2014/10/05/analisis-dampak-lingkungan-amdal/
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_dampak_lingkungan
https://anisavitri.wordpress.com/2009/04/24/syarat-kelengkapan-prasarana-dan-sarana-
perumahan/