Anda di halaman 1dari 67

PERIZINAN

PEMANFAATAN RUANG

RM Petrus Natalivan Indradjati


MATERI
1. Pengantar
2. Persoalan Umum Perizinan
3. Mengapa perlu Perizinan/Pengendalian
 Pembangunan (fisik) dan Pengendaliannya
 Alasan Pengendalian
 Tindakan untuk Pengendalian Pembangunan
4. Pengertian dan Norma Perizinan
5. Izin Pemanfaatan Ruang
 Perizinan dalam Peraturan Perundangan
 Jenis Perizinan
 Kewenangan dan Kewajiban Perizinan Pemanfaatan Ruang
 Retribusi Perizinan
 Ketentuan dalam Perizinan
6. Konsepsi Perizinan
7. Rujukan Perizinan Pemanfaatan Ruang
8. Kelembagaan Perizinan
9. Catatan Penutup
1. PENGANTAR

ISU TERKAIT DENGAN PERIZINAN


 Jenis Perizinan Pemanfaatan Ruang [Permit vs License].
 Regulatory vs Discretionary
 Rujukan Perizinan [RTR, Peraturan Zonasi]; apakah jenis,
jumlah perizinan akan sama dengan yang sekarang ini
ada?
 Property Right vs Development Right.

3
Merujuk pada Undang-
undang agraria

Property Vs Development
Right Right

Merujuk pada:
 Peraturan Perundangan terkait dengan
Hak memiliki ada pada semua
Penataan Ruang
warga negara, tetapi hak
membangun ada pada  Peraturan Perundangan terkait lingkungan
pemerintah.  Peraturan Perundangan terkait bangunan.
 Dll
Pemanfaatan ruang didasarkan
pada proses pengambilan
keputusannya didasarkan pada
pertimbangan pejabat/lembaga pemanfaatan ruang didasarkan
perencanaan yang berwenang pada kepastian hukum [peraturan-
untuk menilai proposal perundang-undang]
Kelembagaan yang
pembangunan yang diajukan ‘kokoh
Peran lembaga lebih
‘sederhana’

Memungkinkan
tetap
dilaksanakan RTR hanya
pembangunan official Plan
sebelum
terdapat RTR
Discretionary
System
vs Regulatory
System
tidak
diperdakan.Yang
diperdakan PZ

Permit system

Zoning Regulation
persoalan perijinan akan merupakan bagian penting dalam
suatu proses implementasi rencana, persetujuan atau
penolakan atas suatu proposal pembangunan harus
didasarkan atas sebuah proses analisis rinci dengan merujuk Persoalan perizinan hanyalah sekedar merupakan proses
pada peraturan (building code, zoning code, dan sebagainya) administrasi belaka, dikeluarkan atau ditolak dengan
yang ada, dan keputusan harus melibatkan beberapa institusi mengacu pada peta rencana (zoning) yang sudah sangat
terkait maupun kelengkapan data yang rinci detail (rinci), keputusan perizinan yang dikeluarkan pada
memungkinkan kompromi selain persetujuan/penolakan sistem ini hanyalah berupa persetujuan atau penolakan
2. PERSOALAN UMUM
TERKAIT DENGAN PERIZINAN
 Kesalahan persepsi terhadap mekanisme perizinan
◦ Pengendalian vs PAD
◦ Besarnya PAD vs minimnya pelanggaran RTRW
 Kurang efektif dalam pengendalian
◦ Target PAD melonggarkan pengendalian tata ruang
 Jumlah dan prosedur kurang efisien
◦ Jumlah dan jenis terlalu banyak, prosedur terlalu panjang
 Substansi rancu
◦ Perda tentang perizinan berisi tarif restribusi
◦ Ijin prinsip mengatur sampai ketentuan teknis (guna lahan,
KDB, KLB, dll)
 Lemah dalam pengawasan izin yang diterbitkan
◦ Izin yang diterbitkan tidak diawasi, pelanggaran tidak
ditertibkan
◦ SDM kurang, koordinasi lemah, penegakan hukum lemah
6
3. MENGAPA PERLU
PERIZINAN/PENGENDALIAN?

Pembangunan (fisik) dan Pengendaliannya


 Definisi pembangunan (fisik):“ the carrying out of building,
engineering, mining or other operations in, on, over or under land,
or the making of any material change in the use of buildings or
other land [pelaksanaan pembangunan bangunan, teknik,
pertambangan, atau tindakan lainnya, di dalam, pada permukaan,
di atas, atau di bawah lahan, atau penyelenggaraan perubahan
yang penting dalam pemanfaatan bangunan atau lahan]
(McLoughlin, 1973:36-7, berdasarkan Town and Country Planning
Act 1947, ps. 12(2))”
 Untuk kepentingan umum, kesejahteraan umum, dan tujuan
umum pembangunan, maka pembangunan perlu dikendalikan.
 Terkait dengan tugas negara untuk melindungi pendudukanya.

7
ALASAN DAN PERTIMBANGAN
PENERBITAN IZIN
Alasan pengendalian kegiatan:
 Kesehatan individu, keluarga dan komunitas
 Pembangunan fisik sesuai hak, yang tertata, dilengkapi dengan
sirkulasi, akses, prasarana keselamtan, keamanan, dan prasarana
lainnya, dll
 Kualitas lingkungan  menjamin kegiatan yang tidak sesuai/tidak
diinginkan (e.g. industri, komersial) tidak berlokasi di kawasan
tertentu

Pertimbangan dalam penerbitan izin:


 Melindungi kepentingan umum (public interest)
 Menghindari eksternalitas negatif
 Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta standar
dan kualitas minimum yang ditetapkan

8
HAKEKAT PERIZINAN
 Perizinan, baik untuk kegiatan (lisensi/license) maupun
ruang (permit), merupakan upaya untuk mengatur
kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang
menimbulkan gangguan.
 Kegiatan maupun pemanfaatan ruang yang memerlukan
izin pada dasarnya dilarang karena berpeluang
menimbulkan dampak negatif.
 Oleh karena itu, pembangunan hanya dapat dilakukan
oleh mereka yang mempunyai izin.
 Bila permohonan kegiatan atau lokasi memenuhi
persyaratan yang berlaku, maka izin dapat diberikan.

9
KRITERIA PERIZINAN
 Efektif dalam mengendalikan kegiatan dan pemanfaatan
ruang

 Sederhana (simple) dalam jumlah, jenis dan prosedur

 Tepat (appropriate) dalam mengenakan persyaratan

 Efisien dalam pengelolaan

tidak harus murah,


asal jelas rincian dan peruntukannya

10
Tindakan untuk mengendalikan pembangunan
(McLoughlin, 1973:13-4):

 “membatasi pemanfaatan lahan dan bangunan,


cara pembangunan dilaksanakan, tampilan
bangunan, hubungan antarbangunan maupun
antara bangunan dengan ruang terbuka”
 mengendalikan bentuk fisik, seperti posisi,
ukuran, bentuk, jarak, ruang antarbangunan,
tutupan tanah dan penanaman, yang disertai
dengan tingkat pengendalian terhadap kegiatan
atau penggunaan lahan
Oleh karena itu, setiap pembangunan harus memohon
izin dari pemerintah setempat, yang akan memeriksa
kesesuaian rencana pembangunan dengan standar
administratif dan legal yang ditetapkan
11
4. PENGERTIAN DAN NORMA PERIZINAN

PERIZINAN
 Persetujuan dari penguasa berdasarkan UU atau Peraturan
Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari
ketentuan larangan perundang-undangan/izin dalam arti sempit
[N.M. Spelt, J.B.J.M Ten Berge].
 Penetapan yang merupakan dispensasi pada suatu larangan oleh
UU [Prajudi Atmosudirdjo]  ‘Dilarang tanpa izin… dan umumnya
larangan ini disertai syarat, kriteria dsb yang harus dipenuhi untuk
memperoleh dispensasi dari larangan
 [Pengertian yang berbeda] Keputusan yang memperkenankan
dilakukannya perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh
pembuat peraturan [Van der Pot]  pengertiannya lebih ke
‘Lisensi’.

12
Perizinan:
 perbuatan hukum yang bersifat administrasi negara yang
diberikan oleh pejabat atau instansi pemerintah yang
berwenang dan diberikan dalam bentuk suatu penetapan
(beschikking) (Atmosudirdjo)
 salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan
bersifat pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah
terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat,
yang merupakan mekanisme pengendalian administratif
yang harus dilakukan (LAN).
 pemberian legalitas kepada orang atau pelaku usaha/kegiatan
tertentu, baik dalam bentuk ijin maupun tanda daftar usaha
(Permendagri No. 20/2008)
 upaya untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki
peluang menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum.

13
Izin:
 suatu instrumen pemerintahan yang bersifat yuridis preventif, yang
digunakan sebagai sarana hukum administrasi untuk
mengendalikan perilaku masyarakat. (Yusuf)
 perbuatan hukum sepihak dari Pemerintah yang menimbulkan hak dan
kewajiban bagi si penerima izin, yang ditetapkan dan diatur dalam
peraturan perundangan agar terdapat kepastian dan kejelasan, baik
yang menyangkut prosedur, waktu, persyaratan, dan pembiayaan
(LAN).
 persetujuan atas sesuatu yang pada umumnya dilarang, merupakan
penetapan atau keputusan yang bersifat positif (pengabulan
daripada permohonan seluruhnya atau sebagian) dan tergolong pada
penetapan positif yang memberikan keuntungan kepada suatu
instansi, badan, perusahaan, atau perorangan (Atmosudirdjo)
 dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan
peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti
legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau Badan
untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu (Permendagri No.
20/2008)
PENGERTIAN TERKAIT IZIN:
 DISPENSASI: Pengecualian atas larangan sebagai aturan umum,
Pemberiannya terkait dengan keadaan khusus peristiwa.
Keputusan administrasi negara yang membebaskan suatu
perbuatan dari kekuasaan suatu peraturan yang menolak
perbuataan itu.
 LISENSI: izin untuk melakukan sesuatu yang bersifat komersial
serta mendatangkan keuntungan.
 KONSESI: Penetapan administrai negara yang secara yuridis sangat
kompleks (seperangkat dispensasi, izin, Lisensi) disertai semacam
‘wewenang pemerintahan’ terbatas kepada konsensionaris.
 REKOMENDASI: Pertimbangan yang diberikan oleh badan atau
pejabat yang berwenang untuk digunakan dalam pemberian izin
pada suatu bidang tertentu. Rekomendasi tidak langsung
mempunyai daya ikat (rekomedasi sebagai acuan dan referensi,
namun bisa saja pemberi izin menggunakan pertimbangan lain).
NORMA PERIZINAN

 Setiap tindakan pemerintahan (bestuurshandeling) yang berkaitan langsung


dengan fungsi mengendalikan (stuuren) masyarakat adalah izin (vergunning).
Artinya, pemerintah berwenang (= police power) untuk mengatur,
mengarahkan, mengemudikan dan sekaligus pula melindungi masyarakat
maupun sumber daya alam dan sumber daya buatan.
 Izin hanya dapat diterbitkan oleh pemerintah (Namun tidak selalu organ
pemerintah) sebagai badan hukum publik, tidak dapat diterbitkan oleh
pihak swasta maupun perorangan. Tidak ada delegasi atau mandat apalagi
atribusi kewenangan penerbitan izin dari pemerintah kepada badan hukum
swasta maupun perorangan.
 Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakan tindakan hukum
pemerintahan. Sebagai tindakan hukum, maka harus ada wewenang yang
diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau harus berdasarkan pada
asas legalitas.
 Di dalam suatu izin dapat dicantumkan persyaratan tertentu yang harus
dipatuhi oleh pemegang izin, dan apabila pemegang izin tersebut terbukti
melanggar persyaratan yang telah ditetapkan, maka pejabat pemberi izin
berwenang mencabut izin tersebut.

16
 Wewenang pemerintah untuk mengeluarkan izin ditentukan secara tegas
dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dari perizinan
tersebut.
 Dalam penerapannya, kewenangan pemerintah dalam bidang izin itu bersifat
diskresionare power (umumnya untuk kasus yang belum diatur) atau
berupa kewenangan bebas, dalam arti kepada pemerintah diberi
kewenangan untuk mempertimbangkan atas dasar inisiatif sendiri hal-hal
yang berkaitan dengan izin, misalnya pertimbangan yang berkaitan dengan:
 kondisi-kondisi apa yang memungkinkan suatu izin dapat diberikan kepada
pemohon;
 bagaimana mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut;
 konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat pemberian atau
penolakan izin dikaitkan dengan pembatasan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
 prosedur apa yang harus diikuti atau dipersiapkan pada saat dan sesudah
keputusan diberikan baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin.

17
BATASAN TINDAKAN PEMERINTAH TERKAIT PERIZINAN
 Asas Yuridiktas, keputusan pemerintah maupun administrasi tidak
boleh melanggar hukum.
 Asas Legalitas, keputusan harus diambil berdasarkan suatu
ketentuan undang-undang
 Asas Diskresi, pejabat penguasa tidak boleh menolak mengambil
keputusan dengan alasan ‘tidak ada peraturannya’  dapat
dilakukan diskresi.

18
Fungsi izin:
 sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan kegiatan dan
perilaku masyarakat.
 sebagai sarana hukum administrasi karena izin itu bersifat hukum
publik (bukan perdata namun juga bukan pidana) yang terkait
dengan kepentingan umum, sepihak dan mengikat, sehingga
apabila timbul sengketa hukum dari perizinan maka
penyelesaiannya dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN)  contoh kasus pembangunan suatu hotel di Bandung.
 merupakan bentuk ketentuan yang memperbolehkan atau
memperkenankan menurut hukum (sarana pengabsahan atau
legitimasi yuridis) bagi seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan jenis izin yang diterima.

19
5. IZIN PEMANFAATAN RUANG

PENGERTIAN IZIN PEMANFAATAN RUANG MENURUT UU.


26 TAHUN 2007
IZIN PEMANFAATAN RUANG adalah izin yang dipersyaratkan dalam
kegiatan emanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan (pasal 1)

Yang dimaksud dengan perizinan adalah perizinan yang terkait dengan


izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan
pemanfaatan ruang. Izin dimaksud adalah izin lokasi/fungsi ruang,
amplop ruang, dan kualitas ruang (Penjelasan pasal 37)
5a. PERIZINAN DALAM PERATURAN PERUNDANGAN

Dalam UU No. 26/2007:


 Perizinan adalah perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan
ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin dimaksud
adalah izin lokasi/fungsi ruang, amplop ruang, dan kualitas ruang
(Penjelasan UU No. 26/2007 ps. 37 (1)).
 Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban
pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus
dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang.

21
Pasal 161, PP No. 15/2010:
setiap orang wajib memiliki izin pemanfataan ruang dan wajib
melaksanakan setiap ketentuan perizinan dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang

Pasal 161:
(1) Izin pemanfaatan ruang diberikan untuk:
a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang,
peraturan zonasi, dan standar pelayanan minimal bidang penataan
ruang;
b. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan
c. melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan kepada calon pengguna ruang yang
akan melakukan kegiatan pemanfaatan ruang pada suatu kawasan/zona
berdasarkan rencana tata ruang.

Pasal 162 ayat 1 dan 2:


Dalam proses perolehan izin pemanfaatan ruang dapat dikenakan
retribusi, yang merupakan biaya untuk administrasi perizinan.
Ps. 37 UU No. 26/2007:
 Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah (?) dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh
dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum.
 Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang
benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangannya. Kerugian akibat pembatalan ini
dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi
izin.

23
Dalam UU No. 28/2009 tentang PDRD:
 Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan

 Perizinan tertentu: kewenangan daerah dalam rangka asas


desentralisasi yang merupakan obyek retribusi daerah
 Perizinan tertentu dimaksudkan untuk membina, mengatur,
mengendalikan dan mengawasi kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan SDA, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.

24
Rincian perizinan tertentu antara lain sbb:

 Izin mendirikan bangunan


 Izin tempat penjualan minuman beralkohol
 Izin gangguan
 Izin trayek
 Izin Usaha Perikanan

UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup:


usaha/kegiatan dapat menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup dapat diwajibkan untuk memiliki Amdal
sebelum perizinan tertentu tersebut diterbitkan.

25
5b. JENIS PERIZINAN

KATEGORI PERIZINAN
 Lisensi (license):
 izin bagi kegiatan tertentu yang tidak [harus] berkaitan
dengan ruang (SIUP, Izin Prinsip, IUT, Izin Trayek, SIM, dll)
 Izin (permit):
 izin yang berkaitan dengan lokasi, serta pemanfaatan dan
kualitas ruang (Izin Lokasi, Tempat Usaha, IMB, dll)

License merupakan istilah hukum administrasi di AS, di Belanda


tidak dikenal. Indonesia seringkali menggabungkan dua istilah ijin
ini meskipun pengertian dan maksudnya berbeda.
Di Indonesia, ada izin yang bersifat gabungan antara ‘lisensi’ dan
‘Permit’, misalnya Ijin Lokasi
Mendapatkan lisensi, belum tentu mendapatkan permit. 26
Pasal 163, PP No. 15/2010 PERLU DIPAHAMI:
Jenis-jenis perizinan terkait
• Izin prinsip merujuk pada UU
dengan pemanfaatan ruang
sektoral (pertambangan,
pariwisata, perikanan, dll)
a) izin prinsip; • Izin mendirikan bangunan merujuk
b) izin lokasi; pada UU No. 28/2002, meskipun
c) izin penggunaan di dalamnya ada pengaturan
pemanfaatan tanah; berkaitan dengan PZ
d) izin mendirikan • Jadi izin yang langsung menjadi
bangunan; dan obyek dalam penataan ruang
e) izin lain berdasarkan adalah izin yang berkaitan dengan
peraturan perundang- lokasi tempat usaha (SITU), lokasi
undangan. pembebasan kahan (izin lokasi)
serta pemanfaatan lahan), dan
kualitas ruang (IPPT)
JENIS PERIZINAN DALAM
PEMANFAATAN RUANG
 Lisensi (license): Jenis Izin
 izin bagi kegiatan tertentu yang  Izin Kegiatan/usaha (SIUP, Izin
tidak [harus] berkaitan dengan Pariwisata, Izin Industri )
ruang (SIUP, Izin Prinsip, IUT,
Izin Trayek, SIM, dll)  Izin Lahan (izin Lokasi)
 Izin (permit):  Izin Pemanfaatan Ruang
 izin yang berkaitan dengan (IPR, IPPT, SITU, IPB)
lokasi, serta pemanfaatan dan  Izin Lingkungan (Amdal,
kualitas ruang (Izin Lokasi, HO)
Tempat Usaha, IMB, dll)
 Izin Konstruksi (IMB)
 Dispensasi
 Izin Khusus/pemanfaatan SDA
 Konsesi
(SIPA)

28
CONTOH IZIN YANG TERKAIT DENGAN
PEMANFAATAN RUANG DI KOTA BANDUNG
1. Izin Lokasi,
2. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT),
3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
4. Izin Pemancangan Tiang Pancang Reklame, Jembatan Penyebrangan Oramg (JPO), dan
sejenisnya,
5. Izin Pembuatan Jalan Masuk Pekarangan,
6. Izin Pembuatan Jalan Masuk di Dalam Kompleks Perumahan, Pertokoan, dan Sejenisnya,
7. Izin Penutupan/Penggunan Trotoar, Berm, dan Saluran,
8. Izin Pematangan Lahan/Tanah,
9. Izin Pengelolaan Air Bawah Tanah,
10. Izin Penggalian Ruang Milik Jalan (Rumija),
11. Izin Pengambilan Air Permukaan ,
12. Izin Pembuangan Air Buangan Ke Sumber Air,
13. Izin Perubahan Alur, Bentuk, Dimensi, dan Kemiringan Dasar Saluran/Sungai ,
14. Izin Perubahan Atau Pembuatan Bangunan dan Jaringan Pengairan serta Perkuatan Tanggul
yang Dibuat Oleh Masyarakat ,
15. Izin Pembangunan Lintasan yang Berada di Bawah/di Atasnya ,
16. Izin Pemanfaatan Bangunan Perairan dan Lahan Pada Daerah Sempadan dan Saluran/Sungai ,
17. Izin Pemanfaatan Lahan Mata Air dan Lahan Pengairan Lainnya.
5c. KEWENANGAN DAN KEWAJIBAN
PERIZINAN
 Sebagian besar izin menjadi kewenangan Daerah
 Izin pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh Pemerintah
dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-
masing.
 Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang,
baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin,
dikenai sanksi adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau
sanksi pidana denda.
 Pelaksana kegiatan dan pembangunan wajib memiliki izin
 Pemberi izin wajib mengawasi dan menertibkan penyimpangan
pelaksanaannya
 Penerima izin wajib melaksanakan ketentuan dalam perizinan

30
5d . RETRIBUSI PERIZINAN
UU No. 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah:
◦ Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan
◦ Retribusi yang dikenakan atas perizinan tertentu digolongkan
sebagai Retribusi Perizinan Tertentu
◦ Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan
tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau
Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
◦ Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
c. Retribusi Izin Gangguan;
d. Retribusi Izin Trayek; dan
e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.

Catatan: tidak ada retribusi izin pemanfatan ruang dalam


UU No. 28/2009  tidak ada izin pemanfatan ruang???
5e. KETENTUAN DALAM PERIZINAN

 Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW


DIBATALKAN oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah (ps. 37 ayat
2)
 Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan/diperoleh dengan tidak
melalui prosedur yang benar BATAL DEMI HUKUM (ps. 37 ayat
3)
 Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya
perubahan RTRW DAPAT DIBATALKAN dengan memberikan
ganti kerugian yang layak (ps. 37 ayat 6)
 Setiap pejabat yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang
DILARANG menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan RTR (ps.
37 ayat 7)

33
SANKSI TERHADAP PELANGGARAN
PERIZINAN

Pasal 61 huruf c :
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib mematuhi ketentuan
yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang.
Pasal 62 dan 63 :
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61, dikenai sanksi administratif, yang dapat berupa :
a. penghentian sementara kegiatan;
b. penghentian sementara pelayanan umum;
c. penutupan lokasi;
d. pencabutan izin;
e. pembatalan izin;
f. pembongkaran bangunan;
g. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
h. denda administratif.
i. peringatan tertulis;

34
Pasal 70
(1) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang dari pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf b,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan perubahan fungsi
ruang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kerugian
terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu
miliar lima ratus juta rupiah).
(4) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian orang,
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 71 :
Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 61 (c) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,-
Pasal 73
(1) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan
izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 ayat (7), dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
(2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku
dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak
dengan hormat dari jabatannya.
Tindakan dalam mengendalikan pembangunan:
 Membatasi pemanfaatan lahan dan bangunan, cara
pembangunan dilaksanakan, tampilan bangunan, hubungan
antarbangunan maupun antara bangunan dengan ruang terbuka
 Mengendalikan bentuk fisik (e.g. posisi, ukuran, bentuk, jarak,
ruang antarbangunan, tutupan lahan dan penanaman) yang
disertai dengan tingkat pengendalian terhadap kegiatan atau
penggunaan lahan

Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon izin dari


pemerintah setempat yang akan memeriksa kesesuaiannya
dengan rencana tata ruang, serta standar teknis, administatif
dan legal

37
6. KONSEPSI PERIZINAN
 Kegiatan yang berpeluang menimbulkan gangguan
pada dasarnya dilarang kecuali dengan izin
 Alasan pengendalian kegiatan:
 Kesehatan individu, keluarga dan komunitas
 Pembangunan fisik sesuai hak, yang tertata, dilengkapi
dengan sirkulasi, akses, prasarana keselamtan,
keamanan, dan prasarana lainnya, dll
 Kualitas lingkungan menjamin kegiatan yang tidak
sesuai/tidak diinginkan (e.g. industri, komersial) tidak
berlokasi di kawasan tertentu

 Pertimbangan dalam penerbitan izin:


 Melindungi kepentingan umum (public interest)
 Menghindari eksternalitas negatif
 Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta
standar dan kualitas minimum yang ditetapkan
38
LINGKUP IZIN PEMANFAATAN RUANG YANG SELAMA INI ADA

Kegiatan Tanpa persyaratan lingkungan


Usaha

Persyaratan Pemanfaatan Pengolahan Konstruksi/


Lingkungan Ruang Lahan Bangunan
Kegiatan
Khusus

Perizinan Perizinan Perizinan Perizinan Perizinan


Kegiatan Lingkungan Pemanfaatan Lahan Konstruksi
Perizinan Ruang
Khusus

Jenis Izin:
 Izin Kegiatan/usaha (SIUP, Izin Pariwisata, Izin Industri )  Izin Lingkungan (Amdal, HO)
 Izin Lahan (izin Lokasi)  Izin Konstruksi (IMB)
 Izin Pemanfaatan Ruang (IPR, IPPT, SITU, IPB)  Izin Khusus/pemanfaatan SDA (SIPA) 39
JENIS PERIZINAN BERDASARKAN KEWENANGAN

 Izin yang dikeluarkan oleh Pemerinta Pusat maupun Provinsi


sifatnya lisensi, tidak ada yang masuk kategori permit/terkait
dengan pemanfaatan ruang.
 Izin yang dikeluarkan oleh pemerindah daerah berupa lisensi dan
permit.
 Fokus pedoman sebaiknya pada permit.
Perizinan, Insentif/Disinsentif dan Sanksi
 Penerapan insentif atau disinsentif secara terpisah dilakukan
untuk perizinan skala kecil/individual sesuai dengan peraturan
zonasi (penjelasan ps. 38 ayat 1)
 Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
dan peraturan zonasi.
 Pengenaan sanksi, yang merupakan salah satu upaya
pengendalian pemanfaatan ruang, dimaksudkan sebagai
perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi
(penjelasan umum angka 7).

41
PERIZINAN DALAM KONSEP ZONING

 Perizinan berkait erat dengan sistem pengendalian yang dianut


 Peraturan Zonasi lebih menjanjikan untuk diterapkan dalam
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang di Indonesia
karena :
 semua aturan teknis dan penataan ruang sudah dinyatakan
secara eksplisit
 memudahkan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang
 pemohon dapat menilai sendiri proposal pembangunannya
 Dalam konsep zoning (regulatory system), perizinan hanya
merupakan proses administrasi
 Penerbitan/penolakan permohonan izin didasarkan pada ketentuan
dalam Peraturan Daerah tentang Peraturan Zonasi

42
Regulatory System vs Development
control (discretionary system)
 Regulatory System
pemanfaatan ruang yang didasarkan pada kepastian hukum yang
berupa peraturan-perundang-undang

 Discretionary System
pemanfaatan ruang yang proses pengambilan keputusannya
didasarkan pada pertimbangan pejabat/lembaga perencanaan
yang berwenang untuk menilai proposal pembangunan yang
diajukan

43
Regulatory System vs Development control
(discretionary system)
 Pada konsep zoning (regulatory system), persoalan perijinan hanyalah
sekedar merupakan proses administrasi belaka, dikeluarkan atau
ditolak dengan mengacu pada peta rencana (zoning) yang sudah
sangat detail (rinci), keputusan perijinan yang dikeluarkan pada sistem
ini hanyalah berupa persetujuan atau penolakan  cukup satu jenis
perizinan saja? Perizinan pemanfaatan ruang.
 Pada konsep development control (discretionary system), maka
persoalan perijinan akan merupakan bagian penting dalam suatu
proses implementasi rencana, persetujuan atau penolakan atas suatu
proposal pembangunan harus didasarkan atas sebuah proses analisis
rinci dengan merujuk pada peraturan (building code, zoning code, dan
sebagainya) yang ada, dan keputusan harus melibatkan beberapa
institusi terkait maupun kelengkapan data yang rinci. Keputusan
perijinan yang dikeluarkan oleh sistem perencanaan seperti ini selain
dapat berupa persetujuan atau penolakan, masih dapat menawarkan
kompromi atau jalan tengah dengan mengeluarkan beberapa
persyaratan (kondisi) yang harus dipenuhi. ~ Planning
Permission/Permit

44
Perizinan dalam Konsep Zoning

 Perizinan berkait erat dengan sistem pengendalian yang dianut


 Peraturan Zonasi lebih menjanjikan untuk diterapkan dalam
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang di Indonesia
karena :
 semua aturan teknis dan penataan ruang sudah dinyatakan
secara eksplisit
 memudahkan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang
 pemohon dapat menilai sendiri proposal pembangunannya
 Dalam konsep zoning (regulatory system), perizinan hanya
merupakan proses administrasi belaka
 Penerbitan/penolakan permohonan izin didasarkan pada
ketentuan zoning yang rinci/lengkap

45
Di Indonesia?

 Setengah-setengah (Zoning & Planning Permit sekaligus?), dan


masing-masing tidak lengkap (rencana rinci u/ Zoning, maupun
berbagai codes u/ Dev’t Control)
 Persoalan yang dihadapi : ketersediaan dan kualitas rencana tata
ruang yang ada, termasuk didalamnya ketersediaan dan kelayakan
data/informasi yang akan dipergunakan sebagai referensi dalam
pengambilan keputusan dan proses atau prosedur atau tata cara
pengambilan keputusannya.

46
KEDUDUKAN PERATURAN ZONASI DALAM PENATAAN
RUANG

Penyelenggaraan
Penataan Ruang

Pengaturan Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan

Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian

Peraturan Zonasi
UU No. 26 Tahun 2007 pasal 35 : Perizinan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dilakukan melalui
penetapan Peraturan Zonasi, perizinan, pemberian insentif Insentif & Disinsentif
dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Pengenaan Sanksi
PERATURAN ZONASI SEBAGAI RUJUKAN PENERBITAN
IZIN, INSENTIF DAN DISINSENTIF
Penyelenggaraan
Penataan Ruang

Pengaturan Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan

Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian

Peraturan Zonasi merupakan Peraturan Zonasi


perangkat utama dalam Program PR
Perizinan
pengendalian karena
perizinan, insentif & Pembiayaan Insentif &
disinsentif, dan sanksi harus Disinsentif
didasarkan pada Peraturan Sanksi
Zonasi
RUJUKAN DIKELUARKANNYA IZIN, Jika jenis izin tetap. Dengan
adanya Peraturan zonasi, jenis izin cukup dengan izin pemanfaatan ruang saja.
No. Jenis Perizinan Rujukan
1. Licensi (Izin usaha dll) termasuk Daftar negatif, tidak melanggar
Izin Prinsip. peraturan perundangan, pertimbangan
ekonomi (terutama). Tidak terkait
dengan ‘ruang
2. Permit Terkait dengan ruang.
Á. Izin Lokasi • RTRW dan ketentuan Umum
Peraturan Zonasi (jika ada rencana
yang lebih detail atau PZ lebih baik)
B. IPPT • RTRW dan ketentuan Umum PZ.
• RDTR.
• Peraturan Zonasi.
C. Izin Site Plan RDTR, Peraturan Zonasi.
D. IMB • RDTR, Peraturan Zonasi
E. Penyesuaian IMB (jika terjadi • Peraturan Bangunan (building code).
perubahan Pemanfaatan Ruang • Standar-standar terkait bangunan
F. Ijin Pemanfaatan Bangunan
PERBEDAAN OBYEK
ZONING REGULATION
DAN BUILDING CODE

- Struktur bangunan
7. RUJUKAN PERIZINAN PEMANFAATAN
RUANG

Perizinan dan Peraturan Zonasi


 Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW
dibatalkan oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah (ps. 37 ayat 2)
 Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan/diperoleh dengan tidak
melalui prosedur yang benar batal demi hukum (ps. 37 ayat 3)
 Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya
perubahan RTRW dapat dibatalkan dengan memberikan ganti
kerugian yang layak (ps. 37 ayat 6)
 Setiap pejabat yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan
ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan RTR (ps.
37 ayat 7)

(catatan: RTRW Kota/Kabupaten pada umumnya belum operasional


sehingga seringkali belum bisa menjadi dasar untuk penerbitan izin 
Harus mengacu pada rencana rinci atau Peraturan Zonasi
51
 Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya
perubahan rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah dengan memberikan ganti
kerugian yang layak.
 Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin
pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata
cara penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dan ayat (5) diatur dengan peraturan pemerintah.

52
8. KELEMBAGAAN PERIZINAN
Permendagri No. 20/2008:
 Dalam rangka meningkatkan pelayanan masyarakat di bidang
perijinan dibentuk unit pelayanan perijinan terpadu dengan
sebutan Badan atau Kantor,
◦ ditetapkan dengan Peraturan Daerah,
◦ berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Daerah melalui Sekretaris Daerah
◦ didukung oleh Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Kepala.
 Badan dan/atau Kantor mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi
dibidang perijinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi,
integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian
BAGAN ORGANISASI
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU
9. CATATAN PENUTUP
TERKAIT ASPEK HUKUM
 Izin sebagai Beschikking (ketetapan Pemerintah)  Surat keputusan, ketetapan
dan dalam Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara disebut sebagai
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN).
 Beschiking: tindakan hukum yang bersifat sepihak di bidang pemerintahan yang
dilakukan oleh badan pemerintah berdasarkan wewenang luar biasa (W.F. Prins)
atau keputusan tertulis admiistrasi negara yang mempunyai akibat HUKUM (S.
basah).
 Izin sebagi sebuah ketetapan tertulis.
 Keputusan yang dikeluarkan oleh badan/pejabat tata usaha negara.
 Keputusan berisi tindakan hukum tata usaha negara.
 Keputusan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
 Bersifat konkret.
 Individual
 Final  Kasus gugatan pembangunan hotel di Bandung (hanya IMB yang
dianggap bersifat final)
 Keputusan yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang/badan hukum
perdata  hak dan kewajiban
Bagaimana penegakan hukum Perizinan?
 Hukum administrasi: Sanksi administrasi.
 Hukum pidana: merujuk pada peraturan perundangan
lainnya misalnya KKN, UU No. 26/2007?
 Hukum perdata: merujuk pada peraturan perundangan
lainnya: perbuatanmengganggu, kegiatan berdampak
dsb.
TERKAIT DENGAN PENERAPAN PZ
 Perizinan, dalam konteks regulatory system (sistem peraturan zonasi)
tidak bersifat substanstif, sehingga harus mudah diproses dalam sistem
pelayanan terpadu satu pintu.
 Dimasa mendatang dalam penerapan sistem Peraturan Zonasi (PZ) “izin”
hanya bersifat administratif, yaitu pencatatan pemanfaatan ruang
yang tidak melanggar satu aturan pun dalam PZ.
 Jenis Perizinan harus disesuaikan dengan sistem pengendalian pemanfaatan
ruang.
 Perizinan yang terkait dengan “Izin Pemanfaatan Ruang” haruslah
diterbitkan berdasarkan pada “Zoning Regulation” (atau dalam masa
transisi sekarang sedikitnya didasarkan pada Rencana Rinci/RDTRK
berskala peta 1 : 5.000).
 Izin harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang dengan tujuan
melindungi & menjamin pemanfaatan ruang :
◦ sesuai dengan rencana,
◦ sesuai standar dan kualitas minimum yang ditetapkan,
◦ menghindari eksternalitas negatif,
◦ sesuai kepentingan umum.
TERKAIT DENGAN LICENSI vs PERMIT
 Harus dibedakan antara License vs Permit
 Licensi harus dilengkapi PERMIT,
 Jenis Izin Pemanfaatan Ruang, antara lain yaitu:
◦ Izin Lokasi: diberikan untuk penetapan lokasi (pembebasan/pengadaan tanah)
untuk pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang. Izin lokasi ini sebenarnya
bersifat lisensi (ijin untuk melakukan pembebasan lahan dan juga ‘permit’ terkait
dengan lokasi.
◦ Izin Peruntukan Penggunaan Tanah: diberikan untuk perencanaan dan
pemanfaatan lahan.
◦ Izin Site Plan.
◦ Izin pemanfaatan/peruntukan bangunan
 Setelah itu, pendirian bangun-bangunan fisik dalam pemanfaatan ruang
harus memperoleh IMB yang ditujukan untuk menjamin keselamatan dan
kehandalan struktur bangunan.
TERKAIT DENGAN PRINSIP PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG

Untuk izin yang berbentuk ‘permit’, memperketat atau


mempermudah pengeluarannya harus didasarkan pada aspek
manfaat dan biaya sosial-ekonomi-lingkungan yang harus ditanggung
bersama oleh seluruh masyarakat.

Menyederhanakan atau memperumit proses dan prosedur perizinan


bukan untuk menambah pendapatan si pemberi izin, tetapi untuk
menjamin bahwa izin yang keluar dapat dipertanggungjawabkan
secara teknis, ekonomis, politis, maupun administratif.

59
TERKAIT DENGAN KEWENANGAN

 Perijinan yang ada di daerah tidak seluruhnya diatur atau menjadi


kewenangan daerah  Umumnya license menjadi kewenangan provinsi
dan nasional serta Kota/Kabupaten.
 Hampir semua urusan perijinan dalam pelayanan umum adalah menjadi
wewenang dan kewajiban pemerintah daerah kabupaten/kota, kecuali
yang bersifat ‘lintas daerah’ (lintas unit lokasi, lintas fungsi, dan lintas
dampak/eksternalitasnya)  kasus Bandung Utara, izin baru dapat
dikeluarkan setelah mendapat rekomendasi dari Gubernur. Provinsi juga
mengeluakan Perda Kawasan Bandung Utara (Kota Cimahi, Kota Bandung,
Kabupaten Bandung Barat.
 Bagaimana dengan kepentingan Nasional, Provinsi di Kota Kabupaten?
Misalnya pemanfaatan ruang di kanan-kiri jalan Nasional atau Jalan
Provinsi. Bagaimana mekanismenya?
 Variasi izin di daerah?
60
TERKAIT DENGAN KLASIFIKASI PERIZINAN
Terfragmentasi sesuai kelembagaan yang menanganinya, serta
munculnya bidang-bidang kajian disiplin baru yang cenderung sektoral
 perizinan lingkungan (AMDAL Regional, AMDAL Kawasan, Izin
Gangguan/HO, dll.)
 perizinan pertanahan/lahan (Izin Lokasi, Sertifikat Hak Atas Tanah)
 perizinan usaha (Izin Prinsip, Izin Usaha, Izin Tetap, dll.)
 perizinan pemanfaatan ruang dan bangunan (Fatwa Tata Guna Lahan,
Izin Perencanaan, Izin Site Plan, Izin Mendirikan Bangunan, dll.)
 Perizinan khusus (izin pemanfaatan sumberdaya air, tambang dan
mineral, dll.)

61
TERKAIT DENGAN PROSES DAN PROSEDUR PERIZINAN
sangat ditentukan oleh sistem ekonomi politik yang dianut:
 menyederhanakan, berarti mengurangi keterlibatan dan/atau
intervensi ‘kelembagaan’ sektor publik, dalam rangka memberikan
insentif bagi tumbuh dan berkembangnya inovasi, kreativitas, dan
investasi di segala bidang
 memperketat (bahkan ditambah dengan disinsentif) dalam rangka
sikap kehati-hatian terhadap eksploitasi sumberdaya yang
berlebihan dan/atau menjaga efisiensi kinerja lingkungan yang
berkelanjutan

62
TERKAIT DENGAN PENDAYAGUNAAN PERIZINAN

 Inovasi secara pragmatis: memfungsikan IMB ini sebagai alat kendali


terakhir perizinan pemanfaatan ruang; memberlakukan IMB periodik.
 Inovasi secara sistematis:menginternalkan keseluruhan proses dan
prosedur tersebut di dalam sistem pengurusan perizinan satu atap;
 Menyederhanakan jenis dan jumlah ijin yang diperlukan melalui
pengelompokan kembali semua jenis perizinan yang ada dan terkait
ke dalam ijin usaha, ijin lingkungan, ijin pertanahan, ijin pemanfaatan
ruang, dan ijin bangunan.
 Haruslah dikembalikan lagi fungsi utama perizinan ini sebagai alat
kendali pembangunan, retribusi dibayar karena semata-mata adanya
pelayanan administrasi yang diberikan Pemda

63
DAFTAR PUSTAKA
Alder, John (1989). Development Control. London: Sweet and Maxwell Ltd.
Altshuler, Alan A.; Jose A. Gomez-Ibanez (1993). Regulation for Revenue:The
Political Economy of Land Use Exactions. Washington, DC: The
Brookings Institution.
Ansari, Jamal H.; Nathaniel von Einsedel, eds. (1998). Urban Land
Management: Improving Policies and Practices in Developing
Countries of Asia. New Delhi: Oxford & IBH Publishing Co. PVT Ltd.
Beatley, Timothy (1993). Ethical Land Use Principles of Policy and
Planning. Baltimore: The John Hopkins University Press.
Bryant, R.W.G. (1972). Land: Private Property Public Control. Montreal:
Harvest House Ltd.
Dankerley, Harold B., Ed. (1983). Urban Land Policy: Issues and
Opportunities. Washington DC: IBRD/World Bank.
Darin-Drabkin, H. (1977). Land Policy and Urban Growth. Oxford:
Pergamon Press.
Doebele, William A., ed. (1982). Land Readjustment. Lexington:
LexingtonBooks.

64
Fabos, Julius Gy (1985). Land Use Planning: From Global to Local
Challenge. London: Dowden and Culver.
Greer, Gaylon E; Michael D. Farreli (1983). Contemporary Real Estate
Practice: Theory & Practice. Chicago: The Dreyden Press.
Goldberg, Michael; Peter Chinloy (1984). Urban Land Economics. New
York: John Wiley & Sons.
Harrison, M. L.; R. Mordney (1987). Planning Control: Philosophies,
Prospects, and Practice. London: Croom Helm.
Kaiser, Edward J.; D.R. Godschalk; F.S. Chapin, Jr. (1995). Urban Land Use
Planning, 4th ed. Chicago: Univ. of Illinois Press
Kitay, Michael G. (1985). Land Acquisition in Developing Countries:
Policies and Procedures of the Public Sector. Boston: Oelgeschlager,
Gunn & Hain
Kivell, Philip (1993). Land and the City. London: Routledge.
Lean, W.; B. Goddal (1983). Aspects of Land Economics. London: The
Estates Gazette Ltd.
Leung, Hok Lin (1989). Land Use Planning Made Plain. Kingston: Ronald P.
Rye & Co.
Mather, A.S. (1986). Land Use. London: Longman.

Week #10 PL6222 Land Management 65


McAuslan, Patrick (1980). The Ideologies of Planning Law. Oxford:
Pergamon Press.
________ (1985). Urban Land and Shelter for the Poor. Washington DC.:
Earthscan.
McLoughlin, J. Brian (1973). Control and Urban Planning. London: Faber &
Faber Ltd.
Mandelker, Daniel R. (1993). Land Use Law, 3rd ed. Charlottesville: The
Mitchie Co.
Patterson, T. William (1979). Land Use Planning:Techniques of
Implementation. New York:Van Nostrand Reinhold.
Van Kooten, G. Cornelis (1993). Land Resource Economics and
Sustainable Development.Vancouver: UBC Press.
Werner, Helen Margaret (1926). The Constitunionality of Zoning
Regulations. Springfield: The University of Illinois.
Wignjodipuro, Surojo (1995). Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat.
Jakarta: PT Toko Gunung Agung.
Yuan, Lim Lan (1987). Development Charge. Singapore: Singapore National
Printers Ltd.
Related land laws and regulations

Week #10 PL6222 Land Management 66


TERIMA KASIH
24 Februari 2014

Petrus Natalivan, Ir., MT.

Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota


Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung

Jl. Ganesha 10 Bandung 40132


Tel. 022-2504735, 2509171
Fax. 022-2501263
E-mail: natalivan@pl.itb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai