Anda di halaman 1dari 23

Gambaran skema patofisiologi pada penyakit Diabetes Melitus

Penurunan sekresi insulin Penurunan respon jaringan


Akibat kerusakan sel pancreas terhadap insulin

Defisiensi insulin Resistensi Insulin

Penurunan Gangguan Meningkatnya Meningkatnya Lipolisis


Glukosa metabolisme protein glikogenolisis

Hiperglikimia

Gliserol asam lemak meningkat

Asam amino Kehilangan nitrogen


meningkat meningkat

- Glukosuria - Penurunan berat badan


- Poliuria - Polifagia
- Polidipsia - Kelelahan dan kelemahan
LEMBARAN KONSULTASI

Kelompok II
Judul study Kasus : Asuhan Keperawatan pada klien Diebetes Melitus

NO HARI / TANGGAL MATERI SARAN PARAF


Skala nyeri menurut Brunner and Suddart ( 2001 : 218 )

Skala Intensitas

0 tidak ada nyeri


1 nyeri ringan
2 neri sedang
3 nyeri hebat
4 nyeri sangat hebat
5 nyeri paling hebat

SKALA COMA GLASGLOW ( GCS ) menurut Manjoer, A, 2000

Respon Membuka Mata ( E )

1. = Tidak ada reaksi


2. = Dengan rangsangan nyeri
3. = Dengan penuh
4. = Spontan

Respon Motorik Teebaik ( M )

1. = Tidak ada gerakan


2. = Ekstensi abnormal
3. = Fleksi abnormal
4. = Menghindari nyeri
5. = Melokalisir nyeri
6. = Mengikuti perintah

Respon Verbal Terbaik ( V )

1. = Tidak ada suara


2. = Mengerang
3. = Bicara kacau
4. = Disorientasi tempat dan waktu
5. = Orientasi baik dan sesuai

Nilai maksimal 15, minimal.


Keperawatan Diabetes Melitus

Pengkajian

Pengkajian pada pasien dengan diabetes mellitus menurut Marilyn E.Doenges ( 1999 : 729
738 ), meliputi ;
a. Aktivitas dan gejala

Gejala : lemah, letih dan sulit bergerak dalam berjalan, kram otot, tonus
menurun, gangguan tidur dan istirahat.
Tanda : takhikardi dan takhipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,
latergi, koma dan penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat hipertensi, khudikasi, bekas dan kesemutan pada


ekstrimitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda: takhikardi, perubahan tekanan pada darah postural, hipertensi, denyut
nadi yang menurun, disretmia, kulit panas, kering dan kemerahan, bola
mata cekung.

c. Integritas Ego

Gejala : stress, tergantung orang lain, masalah financial yang berhubungan


dengan kondisi.
Tanda: ansietas, peka rangsangan

d. Eliminasi

Gejala : perubahan pola berkamih ( poliuria ) nokturia, rasa nyeri / terbakar,


kesulitan berkemih, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuria, irine berkabut, bau busuk ( infeksi ),
abdomen keras, asites, bising usus lemah dan menurun, hiferaktif (diare)
e. Makanan dan cairan

Gejala : hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa, penurunan berat badan dari priode beberapa hari /
minggu, haus, penggunaan deuritik ( tiazid ).
Tanda : kulit kering, turgor kulit jelek, kekakuan / distensi abdomen, pembesaran
kelenjar tyroid, bau halisotis / manis bau buah.
f. Neurosensori

Gejala : pusing, sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, gangguan


penglihatan.
Tanda : mengantuk, latergi, koma, gangguan memory, reflex tendon dalam
menurun ( koma ).

g. Nyeri / kenyamanan

Gejala : abdomen tegang atau nyeri ( sedang / berat )

Tanda : wajah meringis, pelpitasi, tampak sangat hati-hati.

h. Pernafasan

Gejala : merasa kekurangan O, batuk dengan atau tanpa sputum


purulen.
Tanda : batuk dengan atau tanpa sputum purulen, frekwensi
pernafasan.

i. Keamanan

Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi, menurunnya kekuatan umum atau
rentang gerak.

j. Seksualitas

Gejala : kebas vagina ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria,


kesulitan orgasme pada wanita.

k. Penyuluhan atau pembelajaran

Gejala : factor resiko, diabetes mellitus, penyakit jantung, hipertensi,


penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretic,
dilantin dan fenobarbital ( dapat meningkatkan kadar glukosa darah ).

Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi, menurunnya kekuatan umum atau
rentang gerak.

( Doenges, 1999 : 726 )


I. Tinjauan Teori Diabetes Melitus

a. Pengertian

Diabetes Melitus adalah keadaan dimana hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabollik gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf
dan pembuluh darah. ( Mansjoer , 1999 )

Diabetes melitus adalah penyakit metabolic yang biasanya herediter, dengan tanda tanda
hiperglikemia dan glikosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut maupun
kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif didalam tubuh, gangguan primer terletak
pada metabolisme karbohidrat, yang disertai juga dengan gangguan metabolisme lemak dam
protein. ( Anonim , 1998 )

Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetic dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa kehilangan toleransi karbohidrat. Jika berkembang
penuh decara klinis, maka diabetes mellitus ditandai oleh hiperglikemia puasa, aterosklerotik
dan mikroangiopati dan neuropati ( Sylvia Anderson, 1995 )

Diabetes Melitus adalah suatu sindrom yang ditandai oleh hiperglikemia kronis dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang disebabkan oleh defisiensi
absolute atau relative dari sekresi insulin dan atau kerja insulin. ( Surilena , 2004 )

Dari kesimpulan diatas dapat diambil sebuah kesimpulan dimana diabetes mellitus merupakan
gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak baik secara klinis maupun genetic yang bersifat
herediter dan menimbulkan suatu komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluh darah.

Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolute insulin
atau insensitivitas sel terhadap insulin. Berdasarkan definisi, glukosa darah puasa harus lebih besar
dari pada 140 mg/ 100ml pada dua kali pemeriksaan terpisah agar diagnosis diabetes mellitus dapat di
tegakkan.

Diabetes mellitus di bagi dua menjadi primer dan skunder. Diabetes mellitus primer mencakup IDDM
( insulin dependent diabetes mellitus ) tipe I dan NIDDM ( non-insulin dependent diabetes mellitus ) tipe
II. Sedangkan diabetes mellitus skunder dapat disebabkan oleh penyakit pancreas, kelainan hormonal,
karena obat, kelainan reseptor insulin, sindrom genetic, dan lain-lain.

Diabetes mellitus tipeI adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan absolute insulin. Penyakit ini
disebut diabetes mellitus dependen insulin ( IDDM ). Pengidap insulin ini harus mendapat insulin
pengganti.
Diabetes tipe I biasa dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun,
dengan perbandingan laki-laki sedikit lebih banyak dari pada wanita. Karena insidens diabetes
tipe I memuncak pada usia remaja dini, maka dahulu bentuk ini disebut sebagai diabetes
juvenilis. Namaun diabetes tipe I dapat timbul pada segala usia.

Penyebab diabetes tipe I :


diperkirakan timbul akibat destruksi osoimun sel-sel beta pulau langerhans yang dicetuskan
lewat lingkungan. Serangan otoimun dapat timbul setelah infeksi virus misalnya gondongan
( mumps), rubella, atau setelah perjalanan obat atau toksin ( misal golongan nitrosamin yang
terdapat daging yang di awatkan ). Pada saat diagnosis diabetes tipe I ditegakkan, ditemukan
antibody terhadap sel-sel pulau Langerhans pada sebagian besar pasien.Kecendrungan
genetic untuk diabetes mellitus tipe I .Tampaknya terdapat pengaruh genetic untuk timbulnya
diabetes mellitus tipe I. orang - orang tertentu mungkin memiliki gen diabetogenik yang
berarti suatu profil genetic yang menyebabkan mereka rentan mengidap diabetes mellitus tipe
I ( atau mungkin penyakit otoimun lainnya ).

Karakteristik diabetes tipe I


Pengidap diabetes dipe ini memperlihatkan penanganan glukosa yang normal sebelum
penyakit muncul. Dengan munculnya diabetes tipe I, penkreas tidak atau sedikit mengeluarkan
insulin. Kadar glukosa darah meningkat karena tanpa insulin glukosa tidak dapat masuk ke sel.
Pada saat yang sama, hati mulai melakukan sintesis glukkosa baru
( glukoneogenesis ) menggunakan substrat yang tersedia berupa asam amino, asam lemak,
dan glikogen. Substrat-substrat ini mempunyai konsentrasi yang tinggi dalam sirkulasi karena
efek katabolic glukagon tidak dilawan oleh insulin. Hal ini mengalami sel kelaparan walaupun
kadar glukosa darah sangat tinggi. Hanya sel otak dan sel darah merah yang tidak kekurangan
glukosa karena keduanya tidak memerlukan insulin untuk memasukan glukosa.
Semua sel lain kemudian menggunakan asam lemak bebas untuk menghasilkan energi.
Metabolisme asam lemak bebas disiklus Krebs menghasilkan adenosine trifosfat ( ATP ) yang
diperlukan untuk menjalankan fungsi sel. Pembentukan energi yang hanya mengandalkan
asam-asam lemak menyebabkan produksi berbagai keton oleh hati meningkat. Keton bersifat
asam pH plasma turun.

Diabetes mellitus tipe II adalah penyakit hiperglikemia akibat insensivitas sel terhadap
insulin. Kadar insulin mungkin menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin
tetap dihasilkan oleh sel-sel pancreas, maka diabetes tipe II di anggap sebagai NonI nsulin
Dependent Diabetes Melitus ( NIDDM ). Diabetes tpe II biasanya timbul pada orang yang
berusia lebih dari 30 tahun dan dahulu disebut sebagai diabetes awitan dewasa. Pada pasien
wanita lebih banyak dari pada pria.

Penyebab diabetes mellitus tipe II


tampak berkaitan dengan kegemukan. Selain itu, pengaruh genetic, yang menentukan
kemungkinan seseorang mengidap penyakit ini, cukup kuat.
Diperkirakan bahwa terdapat suatu sifat genetic yang belum teridentifikasi yang menyebabkan
pancreas mengeluarkan insulin yang berbeda atau menyebabkan reseptor insulin atau
peranan kedua tidak dapat berespon secara adekuat terhadapinsulin. Juga mungkin terdapat
kaitan genetic aantara kegemukan dan rangsangan berkepanjangan reseptor insulin.
Rangsangan berkepanjangan atas reseptor-reseptor tersebut dapat menyebabkan penurunan
jumlan reseptor insulin yang terdapat di sel-sel. Mungkin pula bahwa individu yang menderita
diabetes tipe II menghasilkan otoantibodi insulin yang berkaitan dengan reseptor insulin,
menghambat akses insulin ke reseptor tetapi tidak merangsang aktivitas pembawa. Penderita
tertentu yang menderita diabetes tipe II pada usia muda dan memiliki berat normal atau kurus
tempaknya mengidap diabetes yang lebih erat kaitannya dengan suatu sifat yang diwariskan.

Karakteristik diabetes tipe II .


Individu yang menderita diabetes tipe II tetap menghasilkan insulin. Namun sering terjadi
kelambatan dalam sekresi setelah mekan dan kurangnya jumlah total insulin yang dikeluarkan.
Hal ini cenderung semakin parah seiring pertambahan usia pasien. Sel-sel tubuh terutama sel
otot dan adiposa memperlihatkan resistensi terhadap insulin yang terdapat dalam darah.
Pembawa glukosa tidak secara adekuat dirangsang dan kadar glukoksa dalam darah
meningkat. Hati kemudian melakukan glukoneogenesis serta terjadi penguraian simpanan
protein, glikogen untuk menghasilkan sumber bahan baker alternative. Hanya sel-sel otak dan
sel darah merah yang terus menggunakan glukosa sebagai sumber energi efektif. Karena
masih terdapat insulin maka individu dengan diabetes tipe II jarang hanya mengandalkan
asam-asam lemak untuk menghasilkan energi dan tidak rentan terhadap ketosis.

Gambaran klinis diabetes mellitus


Poliuria ( peningkatan pengeluaran urine )
Polidifsia ( peningkatan rasa haus ) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air
yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena
air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang
hipertonik ( sangat pekat ). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan
rasa haus.
Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan ketidak mampuan
sebagai besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Gangguan aliran darah yang
dijumpai pada pasien diabetes lama juga berperan menimbulkan kelelahan.
Polifagia ( peningkatan rasa lapar ) akibat keadaan pascaabsorptif yang kronik, katabolisme
protein dan lemak, dan kelaparan relative sel-sel. Sering terjadi penurunan berat badan.
Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mucus,
gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
Ciri umum IDDM dan NIDDM

IDDM NIDDM

Genetic locus Kromosom 6 Kromosom 11 (?)


Awitan ( usia ) < 40 tahun > 40 tahun
Habitus tubuh Normal kurus Gemuk
Insulin plasma Rendah negative Normal tinggi
Glokagon plasma Tinggi Tinggi
Komplikasi akut Ketoasidosis Koma hiperosmolar
Terafi insulin Responsif Responsive resisten
Obat oral Tidak responsive Responsif

( Elizabeth J.Corwin, 2006 : 542 552 )


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TUAN.P
DENGAN DIAGNOSIS DIABETES MELITUS
DI RUANG YAKUD RUMAH SAKIT UMUM H.DAMANHURI
BARABAI

OLEH
KELOMPOK II

H.SUMARNA
TULUSNO
MARTONO
RIADI
TARASIA.S.NGADAL
M.ZARKASI
ELLY YUNITA
YUDHA BAYU.P
MURNIATI
MAHDANIAH
AHYARUDDIN
NENENG EKA SARI
MAIMUNAH
MONALISA

SEKOLAK TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM KHUSUS D3 KEPERAWATAN
PUSKESMAS SEBANUA ENAM DAN BARITO TIMUR
TAHUN 2007
Tingkat kesadaran menurut Robert Priharjo ( 1996 : 23 )

1. Kompos Mentis

Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekeliling.

2. Apatis

Keadaan kesadaran yang untuk berhunbungan dengan kehidupan sekitarnya, sikaf acuh tak
ah

3. Samnolen

Keadaan kesadaran yang mau tidur saja. Dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri,
akan tetapi jatuh dari tidur.

4. Delirium

Keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak, berteriak teriak dan tidak sadar
terhadap orang lain , tempat dan waktu.

5. Sopor / Semikoma

Keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan
rangsangan nyeri.

6. Koma

Keadaan kesadaran yang hilalng sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan
rangsangan apapun.
ASUHAN KEPERAWATAN UTUK DIAGNOSIS
DIABETES MELITUS

PENGKAJIAN
A. IDENTITAS

Nama : Tn.P
Jenis kelamin : laki laki
Umur : 63 tahun
Alamat : Pajukungan
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Pedagang
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
Tanggal masuk RS : 2 Maret 2007
Diagnose Medis : Diabetes Melitus
No.RM : 0784/07

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Ny.N
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pajukungan
Hubungan dengan klien : Anak kandung

B. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama
Luka pada jari kaki kanan, nyeri pada luka dan tidak bisa tidur.

2. Riwayat Kesehatan / Penyakit Sekarang


Sebelum dirawat di rumah sakit kurang lebih setengah bulan yang lalu klien mengatakan
tiba-tiba jari kaki kanan ke 3 membengkak, lama kelamaan bengkak melebar seperti
melepuh dan mengeluarkan nanah, luka semakin membusuk dan timbul ganggren.
Selain itu klien mengatakan tidak bisa tidur, melihat keadaan klien semakin melemah
pihak keluarga membawa klien ke praktek dr.S dank lien di anjurkan untuk rawat inap di
Rumah Sakit Umum H.Damanhuri Barabai pada tanggal 2 Maret 2007 jam 17.00 WITA
di ruang Yakud kamar satu.

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit Dahulu


Klien mengatakan lebih kurang 10 tahun sudah menderita diabetes mellitus. Klien
mengatakan sudah 3 kali masuk RSU dengan keluhan muntaber dan 3 tahun terakhir ini
klien dirawat dengan keluhan diabetes mellitus dengan luka gangrene di punggung kaki
kanan dan telapak kaki kanan.

4. Riwayat Kesehatan / Penyakit Keluarga


Klien mengatakan bahwa dalam keluarga adasaudaranya menderita diabetes mellitus
komplikasi hepar dan sudah meninggal.

5. Riwayat Tumbuh Kembang ( Anak )


Tidak ada

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pada tanggal 4 Maret 2007 jam 16.30 WITA kesadaran Compos Mentis klien dapat
menjawab pertanyaan yang di ajukan perawat dengan baik.
Tanda tanda vital yang didapat tanggal 4 maret 2007 ; TD : 140/70 mmHg, Nadi : 88
x/mnt, RR : 28 x/mnt, Suhu : 36,5c, BB : 50 Kg, GCS : 456.
Terdapat gangrene pada kaki kanan digiti III, nyeri dengan karakteristik nyeri 2 ( skala 0-
5 ) yaitu nyeri sedang dan nyeri seperti ditusuk-tusuk dimana terdapat satu mata luka
kecil dan mengeluarkan pus / nanah.

2. Kulit
Kulit berwarna kuning langsat, turgor kulit baik ( dicubit pada lengan kembali dalam wakt
2 detik ), kulit teraba dingin, pada kaki kanan tampak ada luka gangrene pada digiti III
membengkak dan mengeluarkan pus, pada punggung tepid an telapak kaki kanan
terdapat bekas luka gangrene yang sembuh, kebersihan kulit cukup bersih dan tidak ada
kotoran yang menempel pada kulit klien.

3. Kepala dan Leher


Struktur kepala simetris, tidak ada keterbatasan gerak pada leher dan kepala. Pada
leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak nyeri pada kepala atau pusing,
rambut tampak bersih dan rambut berwarna putih.

4. Penglihatan dan Mata


Kebersihan cukup, penglihatan baik, tampak dimetris, mata dapat digerakan mengikuti
perintah. Konjungtiva tidak anemis, sclera tampak merah, klien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan.

5. Penciuman dan Hidung


Pada hidung tidak ada peradangan, tidak ada secret pada hidung, perdarahan atau
nyeri, fungsi penciuman baik. Klien dapat membedakan antara bau gangrene dan bau
pengharum ruang.

6. Pendengaran dan Telinga


Telinga tampak bersih, tidak ada gangguan pendengaran baik telinga kanan atau kiri,
tidak terdapat secret, tidak memakai alat bantu pendengaran, fungsi pendengaran baik
( klien dapat menjawab pertanyaan dari perawat ).

7. Mulut dan Gigi


Mukosa mulut tampak kering, kebersihan mulut dan gigi tampak bersih, tidak ada
peradangan, perdarahan dan nyeri. Kelengkapan gigi kurang lengkap , fungsi
mengunyah baik.

8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi


Kedua dada tampak simetris antara dada kanan dan kiri, tidak ada batuk, tidak ada
sesak, frekwensi nafas : 28 x/mnt, klien tidak menggunakan alat bantu nafas, tidak ada
nyeri pada dada.

9. Abdomen
Struktur simetris, tidak ada asites, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan
limfe, bising usus 15 x/mnt.

10. Genetalia dan Reproduksi


Klien berjenis kelamin laki-laki, tidak ada homoroid, tidak ada nyeri saat BAK atau BAB,
tidak ada peradangan dan perdarahan pada genetalia dan tidak menggunakan kateter.

11. Ekstrimitas Atas dan Bawah


Tidak ada kelainan bentuk, pada tangan terpadang infuse, pada ekstrimitas bawah
struktur simetris, tapi pada kaki kanan digiti III tampak luka gangrene, klien mengatakan
kurang mampu merawat lukanya dan selama dirumah klien mengatakan kurang lebih 2
hari sekali untuk mengganti verban dirumah. Adanya keterbatasan gerak dan skala
aktivitas 1 yaitu menggunakan alat bantu dank lien mengatakan bahwa dalam berjalan
kaki terasa tebal dan kencang pada telapak kaki.

D. KEBUTUHAN FISIK, PSILOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL

1. Aktivitas dan Istirahat ( dirumah / sebelum sakit dan dirumah sakit / saat sakit.
Klien sebagai pedagang, kalau pagi biasanya klien sibuk menyiapkan barang dagangan.
Pada siang hari klien biasanya duduk-duduk, tidur siang kadang-kadang klien lakukan,
untuk tidur malam biasanya klien mulai jam 22.00 WITA dan tengah malam kadang klien
terbangun untuk kencing, sedangkan dirumah sakit klien terbaring dan duduk di atas
ranjang, untuk tidur siang kadang-kadang dilakukan. Untuk tidur malam klien jarang
tidur, karena lingkungan yang asing dan ramai serta suhu ruang yang panas dan gerah.

2. Personal Hygiene
Klien pada waktu dirumah mandi 2 kali / hari, menggosok gigi 2 kali / hari pada pagi dan
malam hari, memotong kuku bila panjang, keramas tiap minggunya. Dirumah sakit klien
hanya diseka oleh istri dan terkadang dilakukan sindiri dan menggosok gigi sendiri.

3. Nutrisi
Dirumah klien makan 3 kali / hari, kurang 2 tahun ini klien memakan nasi dan pisang
rebus. Untuk sayur klien menyukai sayr bayam dan di campur ikan, klien tidak menyukai
daging ayam. Klien biasanya menghabiskan setengah porsi makanan. Dirumah sakit
klien memakan 3 kali sehari dengan diet nasi lembek, rendah gula 1.900 kalori, minum
5-6 gelas / hari dengan air putih.

4. Eliminasi ( BAK dan BAB )


Dirumah klien biasanya BAB 2 kalil sehari pada waktu pagi dan sore, warna kuning,
konsistensi lembek dan tidak menggunakan obat pencahar.
Untuk BAK tidak tentu tetapi sering, warna kuning dan jumlah sangat banyak , rumah
sakit BAB 1 kali sehari yaitu pagi, feces sedikit, konsistensi lembek tidak menggunakan
bat pencahar, untuk BAK kurang lebih 5-7 kali seharinya. Kklien kadang sering bangun
tengah malam untuk kencing, warna kuning dan jumlahnya banyak.

5. Seksualitas
Klien sudah menikah dan mempunyai 7 anak dan 15 cucu, hubungan dengan istri dan
anak-anak sangat baik dan klien sudah merasa sangat tua, sehingga untuk hubungan
seksual sudah jarang dilakukan. Hubungan klien dengan anak-anak sangat dekat
terlebih pada anak ke 6 dikarenakan rumah di anak berdekatan dengan rumah klien.

6. Psikososial
Dirumah menurut keluarga klien sangat mudah bergaul, sabar tapi agak cerewet.
Hubungan dengan perawat dan klien sangat baik dimana klien selalu memberikan
informasi dan klien sering bertanya tentang hal-hal tidak diketahuinya mengenai
penyakitnya.

7. Spiritual
Klien beragama Islam, dirumah klien menjalankan Shalat 5 waktu, kadang
ditambah shalat sunat dan tahajut. Dirumah sakit merasa dirinya tidak
bersih karena adanya luka pada kaki, klien berdoa dan terlihat berzikir,
meminta kesembuhan atas penyakit yang dideritanya.
E. DATA FOKUS

Inspeksi : - Terlihat luka gangrene pada kaki kanan digiti III, kulit
terkelupas pada punggung kaki kanan.
- Luka mengeluarkan pus dan bau kurang sedap
- Pergerakan kurang, hanya berbaring pada tempat tidur.

Papasi : - adanya nyeri pada daerah luka ( Saat di dreesing )


- luka basah

Perkusi : - terdengar bunyi sonor

Auskultsi : - Bising usus 15 x/mnt


- tidak ada bunyi nafas tambahan

F. DATA PENUNJANG

Tanggal 3 Maret 2007


Gula darah sewaktu : 181,0 mg / dl Normal : up to 120 mg / dl
Tanggal 5 Maret 2007
Kimia darah
Gula darah sewaktu : 136,0 mg / dl Normal : up to 120 mg / dl
Leukosit 12.000 ul

G. TERAFY FARMAKOLOGI ( OBAT OBATAN )


Pengobatan tanggal 2 Maret 2007 8 Maret 2007
Infus RL 16 tts / mnt
Injeksi Antrain 1 ampul / 6 jam
Injeksi Taxegram 1gram / 8 jam
Syirup Plantaside 3 x 1 cth
Injeksi Actrafid 3x 4 UI
Metronidazol puyer ( ditaburkan pada luka ).
Kadar Glukosa Darah Pada Diabetes Melitus

KADAR BUKAN DIABETES BELUM PASTI DIABETES MELITUS


MELITUS DIABETES
MELITUS

1. Kadar glukosa darah


sewaktu ( gds ).

a. Plasma vena < 110 110 199 > 200

b. Darah kapiler < 90 90 199 > 300

2. Kadar glukosa darah


puasa

a. Plasma vena < 110 110 125 > 126

b. Darah kapiler > 90 90 - 109 > 110

Cara pemeriksaan TTGO adalah :

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan klien makan seperti biasanya.


2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak
3. Klien puasa selama 10 20 jam
4. Pemeriksaan glukosa darah puasa
5. Berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu diminum dalam waktu 5 menit.
6. Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam
7. Selama pemeriksaan klien diperiksa setiap istirahat.
( Mansjoer, 1999 : 580 581 ).

Pelaksanaan Medis
Kerangka utama penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu pelaksanaan mekan, latihan jasmani, obat
hipoglikemi dam penyuluhan.

a. Perencanaan Makan ( Meal Planning )


Standar yang diajukan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-
70%), protein ( 10 15 % ) dan lemak ( 20 25 % ). Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,
status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah
kandungan kolestrol < 300 mh / hari. Jumlah kandungan serat kurang dari 25 gram / hari diutamakan
jenis serat larut.
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan teratur 3 4 kali tiap minggu selama kurang lebih 0,5 jam. Latihan dilakukan
secara terus menerus tanpa henti. Otot otot terus berkonsentrasi dan relaksasi secara teratur.
Selang seling antara gerak cepat dan lambat berangsur angsur dari sedikit ke latihan yang berat
secara bertahap dan berjalan dalam waktu tertentu. Contoh latihan tersebut adalah jalan kaki, jogging,
lari, renang, bersepeda dan mendayung. Dalam latihan jasmani ini jangan memulai olah raga sebelum
makan, memakai sepatu, harus didampingi oleh orang yang tahu dan memeriksa kaki secara cermat
setelah olah raga.

c. Obat Berkhasiat Hipoglikemik


Jika klien telah melakukan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang teratur kadar
glukosa darahnya masih baik, dipertimbangkan pemaikaian obat berkhasiat hipoglikemik.
Obat hihpoglikemik oral ( OHO ) adalah :

1. Sulfonilurea
2. Bin guanid
3. Inhibitor Glukosidose
4. Insulin Sensitizing Agent

Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah :


1. Diabetes Melitus dengan BB menurun cepat
2. Ketoasidosis, asidosis laktat dan koma hiperosmoral
3. Diabetes mellitus yang mengalami stress berat ( infeksi sistemik, operasi berat,dll)
4. Diabetes mellitus dengan kehamilan
5. Diabetes mellitus yang tidak berhasil dikelola dengan obat hiperglikemik oral dosis
maksimal. ( Mansjoer, 1999 : 583 585 ).
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
DIABETES MELITUS

1. Pengertian Diabetes Melitus


o Diabetes Melitus adalah suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa
darah melebihi dari normal, akibat dari kekurangan insulin atau kerja hormon insulin
terganggu.
o Diabetes Melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun dapat
dikendalikan dan dapat pula menimbulkan komplikasi misalnya terjadi penyakit jantung
koroner, gagal ginjal, kebutuhan dan lain-lain.

2. Penyebab Diabetes Melitus


Diabetes Melitus ada 2 tipe , yaitu :
o IDDM ( Insulin Dependent Diabetes Melitus ) berkaitan dengan serangan virus lain, respon
otoimun dimana tubuh mengalami kerusakan sel Beta pancreas.
o NIDDM ( Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus ) factor penyebab yang paling berperan
adalah hereditas ( keturunan ), penurunan sel islet sensitivitas terhadap glukosa dan
berhubungan dengan adanya obesitas.

3. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus


Gejala khas poliphagia ( banyak makan ), poliuria ( banyak kencing ), polidipsia ( banyak
minum ), lemah dan berat badan menurun. Gejala lain yaitu rasa
kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, pruritus vulva pada wanita.

4. Perawatan Luka pada Diabetes Melitus


Tujuan : Menghilangkan keluhan atau gejala
Dengan cara : Membersihkan luka dengan tehnik septic dan antiseptic dengan
proses sterilisasi alat untuk mencegah adanya perluasan infeksi
luka. Mengkaji kepada klien dan keluarga untuk membersihkan
luka yang sesuai dengan prosedur.

5. Pemberian Insulin pada Diabetes Melitus


Insulin bekerja sebagai obat penyelamat bagi hidup klien yang tergantung insulin. Jika
diberikan dengan tepat maka dapat menyebabkan komplikasi seperti kerusakan kulit
sampai hipoglikemik ( syok karena rendahnya kadar glukosa dalam darah ). Biasanya
insulin diberikan 20-30 manit sebelum makan.

6. Jenis Nutrisi dan Olahraga


Nutrisi : Larangan untuk memakan makanan yang manis, lemak tinggi,
dan dianjurkan untuk memakan yang tinggi serat.
Olahraga : Olahraga yang cocok yaitu olahraga yang tidak memerlukan
energi yang banyak misalnya jalan kaki, jogging dan hal yang
perlu diperhatikan adalah jangan memakai sepatu yang sempit
karena dapat menimbulkan luka dan klien perlu mendapatkan
pengawasan keluarga untuk mencegah terjadinya cedera.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan kadar gula
darah ( hiperglikemia ). Keadaan suatu hiperglikemia yang kronik pada diabetes mellitus dapat
mengakibatkan terjadinya komplikasi kronik beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf,
jantung dan pembuluh darah. Keadaan hiperglikemia kronik ini dapat mengenai banyak organ pada
semua lapisan masyarakat di seluruh dunia.
Hal ini mengakibatkan kereahan bagi Negara-negara maju dan berkembang khususnya
Negara Indonesia, karena sebelumnya diabetes mellitus tidak pernah mansapatkan perhatian para ahli
Diabetes di Negara Negara barat.

Dari penelitian Zimmet ( 1978 ) :


Dapat dilihat bahwa beberapa etnik mempunyai semacam proteksi terhadap efek buruk
pengaruh barat, antara lain bangsa Melanesia dan Eskimo. Disamudra pasifik diabetes
mellitus jarang terdapat pada orang Polimesia yang masih melakukan gaya hidup tradisional,
berbeda dengan daerah urban seperti diabetes mellitus sangat tinggi.

Ada beberapa factor yang menyebabkan peningkatan diabetes mellitus yaitu pola makan di
kota-kota yang telah bergeser daro pola makan tradisional yang mengansung banyak karbohidrat dan
serat dari sayuran kepola makan kebatat baratan dengan komposisi makanan yang terlalu banyak
mengandung protein, lemak, gula,garam dan mengandung sedikit serat serta kurangnya waktu untuk
berolahraga.

Melihat kenyataan ini, dinegara maju dan berkembang sekarang berusaha melakukan suatu
upaya dengan melakukan suatu kampanye besar-besaran bagi yang menderita penyakit ini untuk
dapat mengelola hidup yang sehat , jadi mereka lebih mengalokasikan dana kesehatan yang lebih
menekan pada segi preventif dari pada kuratif sedangkan untuk penderita diabetes mellitus lebih
ditekankan pada dua segi yaitu preventif dan kuratif dimana apabila tidak dikelola dengan baik akan
mendapatkan terjadinya berbagai penyakit menahun. Dengan demikian diharapkan agar dapat selalu
mengendalikan kadar gula darah sehingga semua penyakit menahun dapat dicegah atau dihambat.

Menurut penelitian apidimeologi yang sampai sekarang telah dilaksanakan di Indpnesia,


kekerapan diabetes berkisar 1,4% sampai dengan 1,6% kecuali didua tempat yaitu
pekajangan dan di Manado yang tinggi sebesar 23% dan 62% berturut-turut dan angka
penderita diabetes di Insonesia akan mengalami ledakan yang luar biasa setelah decade
empat yaitu pada tahun 2020 ( Ananta : 575 )
Dari uraian diatas seorang perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan dalam upaya menangani masalah yang dihadapi klien dengan kasus
diabetes mellitus.
Atas dasar fenimena diatas kami tertarik dan berkeinginan membuat asuhan perawatan
Tuan.P dengan diagnosis Diabetes Melitus di ruang yakud RSUD H.Damanhuri Barabai.

B. Tujuan Umum
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus secara
komferhensif yang menggunakan proses keperawatan diruang Yakud RSUD H.Damanhuri Barabai.

C. Tujuan Khusus
1. Untuk menggali data dan menganalisa biopsikososial dan spiritual klien diabetes mellitus.
2. Untuk merumuskan diagnosis keperawatan pada klien diabetes mellitus.
3. Untuk membuat rencana tindakan keperawatan pada klien diabetes mellitus.
4. Untuk melakukan implementasi pada klien diabetes mellitus
5. Melakukan evaluasi dari hasil keperawatan pada klien diabetes mellitus.
6. Melakukan pendukomentasian pada klien diabetes mellitus.

D. Metode Asuhan Keperawatan


Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah melaksanakan hasil asuhan keperawatan
yang langsung dilakukan pada klien dengan pendekatan proses keperawatan terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evalusi.

E. Manfaat
1. Untuk Instansi / Pelayanan Keperawatan
Baik perawat atau tenaga kesehatan dan mahasiswa yang berpraktek di pelayanan
kesehatan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dalam melakukan perawatan komferhensif
dan dapat melaksanakan teori teori dalam praktek di lapangan dan juga mengetahui cara-
cara atau tindakan yang sesuai dengan keadaan klien, lebih memperhatikan kebutuhan dasar
dan respon yang berbeda-beda. Seorang perawat lebih mengobsevasi keadaan klien dari segi
perkembangan atau kemunduran klien, memonitor hasil pemeriksaan laboraturium dan dalam
setiap tindakan perawat lebih melibatkan peran serta aktif klien dan keluarga agar dapat
dilanjutkan setelah pulang dari rumah sakit.

2. Untuk Klien dan Keluarga


Agar klien dan keluarga khususnya pada penderita diabetes mellitus mempunyai
kesadaran dalam memperhatikan kondisinya. Disisi lain keluarga lebih memperhatika tindakan
tindakan atau perawatan yang diberikan rumah sakit, seperti dari segi diet pada klien
diabetes mellitus. Klien dan keluarga melakukan pemeriksaan rutin kepada dokter atau
pelayan kesehatan lainnya untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lanjut sehingga dapat
memperberat keadaan penyakitnya tersebut.

3. Untuk Pendidikan
Dapat melakukan pembinaan dan arahan dalam pemberian asuhan keperawatan
khususnya pada penyakit diabetes mellitus sehingga asuhan keperawatan yang diberikan oleh
mehasiswa yang berpraktek dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas keperawatan dan juga
adanya keseragaman standar dalam pemberian teori dengan pelaksanaannya.

Gangguan Fungsi kelenjar pancreas

Diabetes Melitus ( DM )
Diabetes mellitus adalahkeadaan dimana tubuh tidak menghasilkan atau memakai
insulin sebagaimana mestinya. Insulin adalah hormone yang membawa glukosa darah ke
dalam sel-sel dan menyimpan sebagai glikogen. Bila tidak diobati DM dapat menimbulkan
masalah. Kadar glukosa darah yang tinggi mengganggu sirkulasi dan dapat merusak syaraf.
Hal ini berakibat nyeri pada tungkai, kebutaan, gagal ginjal, dan kematian. Luka kecil berakibat
kematian jaringan dan dapat berakhir dengan amputasi. Diabetes mellitus meningkatkan risiko
timbulnya aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah.

Patogenesis diabetes mellitus

Diabetes mellitus dibagi dua bagian Prime dan skunder. Diabetes mellitus primer
mencakup IDDM ( insulin dependent diabetes mellitus ) tipe 1 dan NIDDM ( Non-Insulin
dependent diabetes mellitus ) tipe 2. sedangkan diabetes mellitus skunder dapat disebabkan
oleh penyakit penkreas, kelainan hormonal, obat, kelainan reseptor insulin, sindrom genetic,
dan lain-lain.

Tahap perjalanan penyakit diabetes mellitus

Tahap Peristiwa

1 Kepekaan genetic
2. Peristiwa lingkungan ( virus ? ) mengawali proses pada individu yang peka.
Pentingnya factor lingkungan : kembar monozigot yang DM hanya 50%.
3 Reapon radang pancreas yang disebut insulitis. Sel yang menyebuk pulau-
pulau limfosit T aktif.
4 Aktivasi otoimunitas. Prubahan pada permukaan sel beta, sehingga oleh
system imun dikenali sebagai non-self ( asing ).
5 Timbul respon imun. Antibody sitotoksik menyerang si beta ( lebih 90% )
DM
6 Diabetes Melitus.

Pada waktu terjadi IDDM, sebagian besar sel beta dalam penkreas telah rusak. Penyebab
hampir selalu otoimun. Bila diringkas patogenesis IDDM meliputi : Predisposisi genetic
environmental insult insulitis konversi sel beta dari self ke non self aktivasi system
imun destruksi sel-sel beta DM.

Gejala dan menifestasi klinis yang timbul bervariasi, biasanya gejala hiperglikemia dengan
gejala yang dirasakan berupa poliuria, polidipsia dan polifagia. Kadang-kadang komplikasi
degeneratif beruupa neuropati.

Penatalaksanaan Medis

Pada penderita diabetes mellitus dapat dilakukan melalui : diet berdasarkan berat badan ideal,
ditentukan kebutuhan kalori / hari ; insulin untuk pasien IDDM dan NIDDM ; obat oral,
sulfonylurea untuk NIDDM.
Bila kadar glukosa plasma dapat turun sampai normal, baik. Bila tidak, dianjurkan pakai
insulin, untuk memperlambat timbulnya komplikasi. Kerja sulfonilurea adalah merangsang
penglepasan insulin oleh sel . Beberapa jenis obat sulfonilurea adalah : asetoheksamida,
klorpropamida, tolbutamida, tolazamida, gliburida, glipizada dan glibormirida.

Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi akut diabetes mellitus mulai dari hipoglikemia koma ( beri glukosa kadar tinggi
misal 40% ). Ketoasidosis ( asidosis disebabkan produksi keton-bodies meningkat koma .
Koma hiperosmolar non ketotik terjadi pada NIDDM dan dehidrasi berat diuresis lebih
banyak dari pada air yang diminum, misalnya pada lansia, hemodialisis, peritoneal dialysis.
Terapi untuk keadaan ini dengan cairan IV banyak ( 2-3 L dalam jam pertama ).
Komplikasi lanjut dapat dirasakan pada 15-20 tahun setelah ada hiperglikemia. Kelainan
sirkulasi dapat berupa aterosklerosis, retinopati, nefropati, neuropati, dan gangguan sirkulasi
perifer.

Anda mungkin juga menyukai