Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN KEKAMBUHAN KLIEN GANGGUAN JIWA

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Penugasan Kelompok


Departemen Keperawatan Jiwa di Poli Jiwa
RST Dr.Soepraoen Malang

Oleh

KELOMPOK 3

Agus Triono
Siti Raikhanah
Yadi Fatriaullah
Yenny Auli Diana Hartopo

PROGRAM PROFESI NERS JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENCEGAHAN KEKAMBUHAN

Pokok Bahasan : Pencegahan Kekambuhan


Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Hari / Tanggal :
Waktu :
Tempat : Poli Jiwa RST Dr.Soepraoen Malang

1. Latar Belakang
Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosio-
Spritual yang komperhensif. Klien dapat berupa individu, keluarga dan
komunitas baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Bentuk Asuhan keperawatan
jiwa meluputi pencegahan primer adalah pendidikan kesehatan, pengubahan
lingkungan dan dukungan sistem sosial (Sulistiyowati, 2015).
Pencegahan kekambuhan atau mempertahankan pasiendi lingkungan
keluarga dapat terlaksana dengan persiapan pulang yang adekuat serta mobilisasi
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat khususnya peran serta dan
dukungan keluarga. Keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi akan
menimbulkan kekambuhan pada anggota keluarga yang mengalami skizofrenia.
Kassim (1998) mengemukakan tingkah laku menunjukkan emosi diyakini
mempengaruhi masa depan pasienskizofrenia. Keluarga yang menunjukkan
emosi seperti sikap penolakan, pengasingan, sikap tidak peduli dan sering
mengkritik dikatakan sebagai keluarga yang mempunyai ekspresi emosi yang
tinggi. Penderita skizofrenia yang tinggal bersama dengan keluarga yang ekspresi
emosinya tinggi akan sukar untuk sembuh walaupun obat-obatan diberikan
dengan cukup. Terapi keluarga dapat diberikan untuk menurunkan ekspresi emosi
(Wulansih, 2008).
Dukungan keluarga merupakan salah satu dukungan sosial yang terdapat
di masyarakat dimana dukungan iniialah suatu proses hubungan antara keluarga

2
dengan lingkungan sosialnya (Friedman, 2010). Keluarga perlu memberikan
dukungan yang merupakan suatu persepsi mengenai bantuan berupa perhatian,
penghargaan, informasi, nasehat maupun materi yang diterima pasien skizofrenia
pasca perawatan dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi
atau tugas yang terdapat di dalamsebuah keluarga. Menurut House(1985 dalam
Friedman, 2010),dukungan keluarga yang dapat diberikan pada pasien yaitu
dukungan emosional (memberikan kenyamanan), dukungan informasional
(memberikan informasi), dukungan instrumental (memfasilitasi kebutuhan) dan
dukungan penilaian (sumber dan validator identitas).
Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem
pendukung utama dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien berada
dirumah. Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting didalam upaya
pencegahan kekambuhan penyakit pada klien jiwa. Melihat fenomena diatas,
maka keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai cara perawatan anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga (Damaiyanti, 2012)
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan pendidikan tentang peran keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
b. Tujuan Khusus
Memberikan pendidikan kesehatan tentang :
1. Pengertian Kekambuhan
2. Tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien
4. Peran klien dan keluarga dalam pencegahan kekambuhan.
3. Pelaksanaan
a. Hari / Tgl :
b. Waktu : 30 menit
c. Sasaran : Pasien dan Keluarga

3
d. Tempat : Poli Jiwa RST Dr.Soepraoen Malang
4. Pembagian Tugas
a. Presentator :
b. Moderator :
c. Observer :
d. Fasilitator :
Metode : Ceramah, Diskusi
5. Media : Power Point, Leaflet
6. Materi : Pencegahan Kekambuhan
a. Pengertian Kekambuhan
b. Tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien
d. Peran klien dan keluarga dalam pencegahan kekambuhan.
7. Penyajian materi :
Peserta duduk dikursi, anggota kelompok duduk berbaur dengan pasien dan
keluarga pasien, penyaji didepan.
8. Rencana kegiatan
No Tahapan Kegiatan Penyuluhan Waktu Media Alat
bantu
1. Pembukaan 1. Mengucapkan 5 menit Ceramah
Ceramah
salam
2. Menjelaskan tujuan
Ceramah
dan kontrak waktu

2. Inti 1. Menjelaskan materi 15 menit


a. Pengertian
Kekambuhan
Ceramah
b. Tanda dan gejala
kekambuhan klien
gangguan jiwa
c. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kekambuhan klien

4
d. Peran klien dan
3. Penutup 10 menit Tanya Leaflet
keluarga dalam
jawab
pencegahan
kekambuhan.

1. Mengevaluasi
secara lisan dan
melihat tingkat
pemahaman
tentang pencegahan
kekambuhan
2. Memberikan leaflet
3. Memberikan salam
penutup

9. Pengorganisasian Tempat

Penyuluh
MODERATOR

bimb
Pem
ing

Keluarga/ individu
FASILITATOR FASILITATOR

FASILITATOR FASILITATOR

OBSERVER

10. Evaluasi
Pertanyaan :
a) Apa yang dimaksud dengan kekambuhan ?
b) Bagaimana Tanda/Gejala dari kekambuhan ?
c) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kekambuhan ?
d) Apa yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah kekambuhan ?

5
6
PERAN KELUARGA DALAM PENANGANAN KEKAMBUHAN PASIEN
GANGGUAN JIWA

1. Kekambuhan
Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah tampaknya
mereda kekambuhan yaitu kembalinya gejala – gejala penyakit sehingga cukup
parah dan mengganggu aktivitas sehari – hari dan memerlukan rawat inap dan
rawat jalan yang tidak terjadwal (Dorland, 2012).
2. Tanda – tanda kekambuhan
Tahap I : Penderita memperlihatkan ketegangan yang berlebihan
(overextension), sering mengeluh cemas terus – menerus, tak dapat
konsentrasi, lupa kat – kata dalam pertengahan kalimat, adanya
hambatan mental dalam aktivitas dan penampilan diri yang
menurun.
Tahap II : Memperlihatkan keterbatasan tingkat kesadaran (retriction
conciusness), depresi, mudah bosan, apatis, obsesional dan fobia,
mengeluh sakit di seluruh tubuh (somatisasi), menarik diri dari
aktivitas sehari – hari dan membatasi stimulus eksternal.
Tahap III : Kadang-kadang menunjukan penampilan psikotik (gangguan jiwa
yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan
yang terjadi seperti halusinasi, waham atau perilaku kacau) ,
hipomania (mengalami sakit atau gangguan jiwa tetapi seperti
orang yang sehat), gangguan persepsi, gangguan isi pikir dan gagal
memakai mekanisme pembelaan yang matang
Tahap IV : Memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya halusinasi dan
waham secara terus menerus
Tahap V : Penderita tidak lagi mengenal keluarga dan menganggap keluarga
sebagai penipu. Dapat pula penderita mengamuk.
Tahap VI : Penderita nampak seperti robot dan bingung serta gelisah (Keliat,
2010)
Jika muncul tanda – tanda di atas segera :

7
¨ bantu klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan
¨ segera kontrol ke RS, sehingga segera mendapat pertolongan.
3. Penyebab kekambuhan
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kekambuhan pada penderita
gangguan jiwa menurut Keliat (dalam ivones 2013) adalah
1. Faktor penderita.
Penderita yang tidak teratur dalam meminum obat dapat menyebabkan
kekambuhan gangguan jiwa. Menurut penelitian, 25%-50% penderita yang
pulang dari rumah sakit jiwa tidak meminum obat secara teratur.\
2. Faktor dokter.
Pemakaian obat secara teratur dapat mengurungi kekambuhan, tetapi
pemakain obat neuroleptik dalam jangka lama dapat menyebabkan efek
samping berupa Tardive Diskinesia (gerakan tidak terkontrol)yang dapat
mengganggu hubungan social.
3. Factor penanggung jawab klien ( case manajer)
Setelah klien pulang kerumah setelah dirawat di Rumah sakit, maka perawat
Puskesmas bertanggung jawab terhadap adaptasi klien dirumah
4. Faktor keluarga.
Menurut penelitian (di Inggris dan Amerika), keluarga dengan ekspresi
emosi yang tinggi seperti bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak
menekan dan menyalahkan, menyebabkan 57% penderita kembali kambuh
dalam waktu 9 bulan. Sebaliknya keluarga dengan ekspresi emosi yang
rendah, hanya 17% penderita yang kambuh. Selain itu faktor yang
berpengaruh juga adalah perubahan stres, baik yang menyenangkan maupun
yang menyedihkan.
5. Faktor masyarakat.
Faktor masyarakat lebih banyak berkaitan dengan stigma negatif yang tertuju
kepada penderita gangguan kejiwaan. Penderita dijuluki orang gila atau stres,
dianggap membahayakan, menakutkan, dan menjadi bahan olok-olokan.
Semua stigma itu, justru mempersempit kehidupan sosial mereka yang
semestinya dibantu dan diperbaiki. Mereka menjadi sulit mendapat
pekerjaan, merasa malu bergaul, takut salah, dan merasa tidak berguna.
4. Pencegahan Kekambuhan

8
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kekambuhan
antara lain :
1. Mengenali penyakit mental yakni Dengan Membaca sebanyak mungkin
tentang penyakit dan pengobatannya, jika ada yang tidak dimengerti, bisa
ditanyakan ke pelayanan kesehatan
2. Hidup sehat, yakni dengan Jangan menkonsumsi alkohol atau obat lain,
karena dapat meningkatkan risiko kekambuhan. Tetap jaga makanan yang
sehat, dan berolahraga secara teratur
3. Jaga pola tidur yang efektif
4. Terus menkonsumsi obat sampai dokter menyarankan untuk berhenti.
5. Hindari stress
6. Tetap berinteraksi dengan orang sekitar.
7. Siapa saja yang kamu ceritakan tentang penyakit mental kamu? harusnya itu
bersifat pribadi, sementara pandangan orang lain tentang penyakit mental
sangatlah berbeda dibanding dulu. Namun kamu setidaknya memiliki satu
teman curhat yang bisa di andalkan, untuk mencegah penyakit tersebut
kambuh lagi. Selain itu dengan dukungan keluarga mampu membuat mereka
dapat berhubungan sosial dengan orang lain.
8. Cobalah untuk mengembangkan kehidupan yang seimbang, dengan berfokus
sepenuhnya pada satu bidang, seperti pekerjaan atau hobi, Ini mungkin
tampak mudah pada awalnya untuk melarikan diri dari depresi yang kamu
rasakan, namun bagaimanapun, strategi koping ini mungkin tidak bekerja,
dan kamu akan perlu mengembangkan aspek-aspek lain dari kehidupan yang
lainnya. Hal ini penting untuk tetap berhubungan dengan semua aspek
kehidupan disekelilingmu, seperti kegiatan sekolah, bekerja atau relawan,
keluarga dan teman-teman, dan hobi.
9. Mengidentifikasi dukungan dari keluarga dan teman-teman pada klien,
karena Ini dapat membantu keluarga dapat mengenali gejala gangguan jiwa
yang khas, dan dapat membantu dalam mencari pengobatan jika diperlukan.

9
10
DAFTAR PUSTAKA

Annonim. Preventing relapse and promoting wellness.


Dorland, 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans
Info Media.
Friedman. M.,(2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik.Jakarta: EGC.
http://www.camh.ca/en/education/about/camh_publications/info_guides/bipolar-info-
guide/Pages/Recovery-and-relapse-prevention.aspx diakses pada
pada 4 Maret 2019
Ivones. 2013. Pencegahan Kekambuhan Pada Klien Dengan Gangguan Jiwa.
https://nezfine.wordpress.com/2013/06/08/pencegahan-
kekambuhan-pada-klien-dengan-gangguan-jiwa/. diakses pada 4
Maret 2019
Kassim, K.,(1998). Penderaan Emosi Kanak-kanak Trauma Terselindung.Diunduh
pada tanggal 4 Maret 2019, dari http://www.penerbit.ukm.
Keliat, B.A, 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Kusumawati et al, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medik
Wulansih, S.,(2008). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga
dengan Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSDJ
Surakarta.Diunduh pada tanggal 4 Maret 2019, dari
http://etd.eprints.ums.ac.id.

11

Anda mungkin juga menyukai