Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS II

KISTA OVARIUM

Dosen Pengampu : Ns. Awatiful Azza, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Mat

Disusun Oleh :

Savira Cahyani Maulida 2011011089

Maulidini Balkis 2011011090

Sirajul Munir 2011011092

Nur Intan Ayu Berliana 20110111099

Novita Elisa 2011011109

Miranda Ulfa Yuniar 2011011103

Verliana Catur Oktavia 2011011108

Rodhistya Atthoillah 2011011114

S1-ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2022

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatuallahi wabarakatuh

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan
sehingga kami anggota kelompok dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini. Solawat serta
salam saya sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya
dari alam kegelapan kealam yang berilmu pengetahuan. Kami mengucapkan syukur kepada
Allah SWT atas limpahan Nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai Tugas dari mata
kuliah Maternitas II dengan judul “Kista Ovarium”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengaharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Terimakasih dan semoga makalah ini dapat memberi sumbangan positif bagi kita
semua.

Jember, 12 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
I. Konsep Dasar Medis...........................................................................................................4
1.1.1 Definisi..........................................................................................................................4
1.1.2 Etiologi..........................................................................................................................4
1.1.3 Patofisiologi..................................................................................................................6
1.1.4 Manifestasi Klinis.........................................................................................................9
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang................................................................................................9
1.1.6 Penatalaksanaan medis................................................................................................10
II . KONSEP DASAR KEPERAWATAN..........................................................................11
1.2.1 Pengkajian...................................................................................................................11
1.2.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................................14
1.2.3 Intervensi Keperawatan...............................................................................................14
1.2.4 Implementasi Keperawatan........................................................................................16
BAB II TINJAUAN KASUS...................................................................................................18
2.1 Pengkajian......................................................................................................................18
2.2 Analisa Data...................................................................................................................23
2.3 Diagnosis Keperawatan..................................................................................................24
2.4 Intervensi Keperawatan..................................................................................................24
2.5 Implementasi Keperawatan............................................................................................26
2.6 Evaluasi..........................................................................................................................26
BAB III PENUTUP ................................................................................................................28

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................28

3.2 Saran ............................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................29

3
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dasar Medis

1.1.1 Definisi
Kista ovarium yaitu suatu pengumpulan cairan yang terjadi dalam ovarium atau
indung telur dan cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput yang terbentuk dari
lapisan terluar indung telur atau ovarium.

Kista ovarium adalah suatu kantong yang berisi cairan, normalnya memiliki ukuran
yang kecil dan terletak di ovarium (indung telur). Kista ovarium dapat terjadi kapan saja,
pada saat masa pubertas hingga masa menopause dan juga selama masa kehamilan(Cunti,
2017).

Kista ovarium merupakan kantung yang membesar dan tumbuh didalam ovarium
(indung telur). Pembesaran ovarium dapat bersifat fungsional ataupun disfungsional, berupa
kistik serta dapat bersifat neoplastik dan non neoplastik. Kista ovarium dapat berisi material
cair ataupun setengah cair dan bisa pula berisi bagian yang padat.

Berdasarkan ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kista ovarium adalah
kantung yang membesar karena adanya pengumpulan cairan didalam indung telur (ovarium)
dan dibungkus oleh selaput dari ovarium. Cairan yang terkumpul dapat bersifat cair maupun
padat, serta dapat terjadi saat masa pubertas hingga menopause. (Salsabila, 2021)

1.1.2 Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus,
hipofsis dan ovarium. Faktor penyebab terjadinya kista antara lain yaitu adanya penumpukan
lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat
dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan
faktor genetik. Menurut Susianti (2017) penyebab dari kista ovarium belum diketahui secara
pasti, terdapat beberapa faktor pendukung antara lain :

1. Gangguan Hormon

4
Kelebihan atau peningkatan hormon progesteron dan esterogen dapat memicu
terjadinya kista ovarium. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung hormon
esterogen dan progesteron yaitu pil KB atau IUD 8 (Intrauterine Device) dapat
menurunkan resiko terbentuknya kista ovarium.
2. Faktor Genetik
Di dalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yaitu disebut dengan gen
protoonkogen. Protoonkogen dapat bereaksi akibat dari paparan karsinogen
(lingkungan, makanan, kimia), polusi dan paparan radiasi.
3. Pengobatan Infertilitas
Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan induksi ovulasi
dengan gonadotropin. Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat
menyebabkan kista berkembang.
4. Hipotiroid
Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormon tiroid yang dapat
menyebabkan kelenjar pituitari memproduksi TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
lebih banyak sehingga kadar TSH meningkat. TSH merupakan faktor yang
memfasilitasi perkembangan kista ovarium folikel.
5. Faktor Usia
Kista ovarium jinak terjadi pada wanita kelompok usia reproduktif. Pada wanita yang
memasuki masa menopause (usia 50-70 tahun) lebih beresiko memiliki kista ovarium
ganas. Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi tidak
aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita menopause yang
rendah.
6. Faktor Lingkungan
Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak
memberikan andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi.
Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola makan yaitu konsumsi tinggi lemak
dan rendah serat, merokok, konsumsi alkohol, zat tambahan pada makanan, terpapar
polusi asap rokok atau zat berbahaya lainnya, stress dan kurang aktivitas atau
olahraga memicu terjadinya suatu penyakit (Murottal et al., 2022).

5
1.1.3 Patofisiologi
Perkembangan ovarium setelah lahir didapatkan kurang lebih sebanyak 1.000.000 sel
germinal yang akan menjadi folikel, dan sampai pada umur satu tahun ovarium berisi folikel
kistikdalam berbagai ukuran yang dirasngsang oleh peningkatan gonadotropin secara
mendadak, bersamaan dengan lepasnya steroid fetoplasental yang merupakan umpan balik
negative pada hipotalamuspituitari neonatal. Pada awal pubertas sel germinal berkurang
menjadi 300.000 sampai 500.000 unit dari selama 35-40 tahun dalam masa kehidupan
reproduksi, 400-500 mengalamai proses ovulasi, folikel primer akan menipis sehingga pada
saat menopause tinggal beberapa ratus sel germinal.pada rentang 10-15 tahun sebelum
menopause terjadi peningkatan hilangnya folikel berhubungan dengan peningkatan FSH.
Peningkatan hilangnya folikel kemungkinan disebabkan peningkatan stimulasi FSH (Cunti,
2017).

Pada masa reproduksi akan terjadi maturasi folikel yang khas termasuk ovulasi dan
pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat interaksi hipotalamus-hipofisis-gonad
di mana melibatkan folikel dan korpus luteum, hormone steroid, gonadotropin hipofisis dan
faktor autokrin atau parakrin bersatu untuk menimbulkan ovulasi. Kista ovarium yang berasal
dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional jinak. Kista dapat berupa folikular dan
luteal. Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan intrafolikel
tidak diabsorpsi kembali. Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara
artificial dimana gonatropin diberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi.

Hipotalamus menghasilkan gonadotrophin releasing hormone (GnRH), yang disekresi


secara pulpasi dalam rentang kritis. Kemudian GnRH memacu hipofisis untuk menghasilkan
gonadotropin (FSH dan LH) yang disekresi secara pulpasi juga. Segera setelah menopause
tidak ada folikel ovarium yang tersisa. Terjadi peningkatan FSH 10-20 kali lipat dan
peningkatan LH sekitar 3 kali lipat dan kadar maksimal dicapai 1-3 tahun pasca menopause,
selanjutnya terjadi penurunan yang bertahap walaupun sedikit pada kedua gonadotropin
tersebut. Peningkatan kadar FSH dan LH pada saat kehidupan merupakan bukti pasti terjadi
kegagalan ovarium

Ukuran kista ovarium bervariasi, misalnya kista korpus luteum yang berukuran
sekitar 2 cm-6 cm, dalam keadaan normal lambat laun akan mengecil dan menjadi korpus

6
albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan mempertahankan diri, perdarahan yang sering
terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan bewarna merah coklat tua
karena darah tua. Korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amnorea diikuti
perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian
bawah dan perdarahan berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur (Cunti, 2017)

7
PATHWAY

Faktor Internal Faktor Eksternal


(Faktor genetic) (pola hidup)

Sel telur gagal


ovulasi Gangguan
hormon
Hormon hiposia
abnormal
Faktor Internal
(Faktor genetic)
Gagal melepaskan
sel telur

Penimbunan Kista
Folikel Ovarium

Pembesaran Gangguan pada


ovarium ovarium

Menekan organ Gangguan


sekitar menstruasi

Tekanan saraf sel Pembesaran Haid tidak


tumor diameter teratur
Tekanan saraf sel
tumor Perdarahan
Nyeri Menekan
abnormal
akut Usus

Hipovolemi
Peristaltik usus
menurun

Absorbsi air
menurun
Tekanan saraf sel
tumor
Resiko
Konstipasi

8
1.1.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari kista ovarium adalah sebagai berikut:

1) Adanya rasa nyeri yang menetap pada rongga panggul dan terkadang disertai pula
dengan rasa agak gatal.
2) Terdapat nyeri pada abdomen.
3) Terdapat rasa nyeri pada saat bersetubuh atau rasa nyeri pada saat tubuh bergerak.
4) Rasa nyeri yang langsung timbul pada saat siklus menstruasi dan saat selesai siklus
menstruasi serta perdarahan menstruasi yang tidak seperti biasanya. Perdarahan
menstruasi mungkin menjadi lebih pendek atau panjang, tidak keluarnya darah pada
siklus menstruasi yang biasa, atau siklus menstruasi yang berubah menjadi tidak
teratur.
5) Terdapat pembesaran pada bagian perut.
6) Adanya perasaan penuh tertekan pada perut bagian bawah.
7) Terasa nyeri pada saat buang air kecil dan adanya konstipasi.
8) Terdapat nyeri spontan pada bagian perut.

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakuan atas indikasi
tertentu guna memperoleh ketarangan yang lebih lengkap. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan dalam kasus kista ovarii antara lain :

1) Laparaskopi : Menentukan asal dan sifat tumor, apakah tumor tersebut berasal dari
ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut termasuk jinak atau ganas.
2) Ultrasonografi (USG) :Menentukanletak, batas, dan permukaan tumor melalui
abdomen atau vagina, apakah tumor berasal dari ovarium, uterus, atau kandung
kemih, dan apakah tumor kistik atau solid.
3) Foto rontgen : Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian dada terdapat cairan
yang abnormal atau tidak seperti gigi dalam tumor.
4) Pemeriksaan darah : Tes petanda tumor (tumor marker) CA 125 adalah suatu protein
yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor khususnya pada kanker ovarium.

9
Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel jinak sebagai respon terhadap keganasan
(Manuaba, 2018).

1.1.6 Penatalaksanaan medis


Penatalaksanaan kista ovarium adalah sebagai berikut :

a) Pendekatan

Pendeketan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan nyeri dengan
analgetic/Tindakan kenyamanan seperti, kompres hangat pada abdopmen dan teknik
relaksasi napas dalam.

b) Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan pada
pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi nyeri

c) Pembedahan

Jika kista tidak hilang setelah beberapa episode menstruasi semakin membesar,
lakukan pemeriksaan ultrasound, dan harus segera diangkat. Ada 2 tindakan
pembedahan yang utama yaitu laparaskopi dan laparastomi(Salsabila, 2021)

Faktor – Faktor yang menentukan tipe pembedahan antara lain tetrgantung pada usia
pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan kista.

Prinsip pengobatan kista dengan oprasi adalah sebagai berikut :

1. Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan sonogram tidak
terlihat tanda tanda keganasan biasanya dilakukan Tindakan operasi dengan Tindakan
laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi dimasukkan kedalam rongga panggul
dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut , yaitu sayatan searah dengan garis
rambut kemaluan(Ii, 2007).
2. Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm) biasanya pengangktan kista dilakukan
dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara
laparatomi. Kista sudah dapat diperiksa apakah sudag mengalami proses keganasan
(kanker) atau tidak. Apabila sudah dalam proses keganasan operasi sekalian mengangkat

10
obvarium dan saluran tuba, jaringan lemak serta sekitar kelenjar limfe (Yumni et al.,
2019).

II . KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari pasien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada (Santa, 2019).

Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengkajian dengan mengumpulkan informasi


tentang status kesehatan pasien secara sitematis dan terus-menerus. Data yang dibutuhkan
mencakup antara lain:

1. Identitas

a. Nama: dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak keliru dengan pasien
lain
b. Umur: untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa reproduksi atau sudah
menopause
c. Agama: untuk mengetahui pandangan agama pasien mengenai masalah
gangguan reproduksi
d. Pendidikan: semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah
menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimiliki semakin
banyak Notoadmojo (2014).
e. Suku bangsa: dikaji untuk melihat adat istiadat atau kebiasaan sehari – hari
pasien
f. Pekerjaan: dikaji untuk mengukur dan mengetahui tingkat sosial ekonominya
g. Alamat: dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama

11
Keluhan utama ditanyakan mengetahui alasan pasien datang kefasilitas
kesehatan. Keluhan yang muncul pada kasus kista ovarium adalah nyeri perut
bagian bawah ( Sulistyawati, 2011).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang disertai saat ini, apakah keadaan ibu dengan
kista ovarium menderita sakit pinggang dan nyeri pada perut bagian bawah serta
mengetahui adanya kronis dan keterbatasan fisik (Wicaksana, 2016)
c. Riwayat menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat mentruasi antara lain menarche, siklus
menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, keluhan utama yang dirasakan
saat haid.
d. Riwayat kehamilan
Dikaji untuk mengetahui jumah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan
atenatal, persalinan prematur, keguguran, persalinan dengan tindakan, riwayat
perdarahan pada kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya.
e. Riwayat persalinan
Hal yang peru dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah sah atau tidak,
karena bila menikah tanpa status yag jelas akan berkaitan dengan psikologisnya
(Ambarwati, 2010)
f. Riwayat ginekologi
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami penyakit kandungan
seperti infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau sistem reproduksi.
g. Riwayat keluarga berencana (KB)
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, ada keluhan selama menggunakan kontrasepsi.
h. Riwayat kesehatan dahulu
mengetahui apakah ada hubungan dengan masalah yang dihadapi oleh pasien
pada saat ini.
i. Riwayat kesehatan keluarga

12
Dikaji untuk mengetahui apakah ada penyakit menurun dalam keluarga seperti
asma, diabetes mellitus, hipertensi, jantung, dan riwayat penyakit yang menular
lainnya.
3. Pemeriksaan fisik pada pasien kista ovarium
Dikaji mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki untuk melihat apakah ada kelainan
atau tidak.
a. Kepala: dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan rambut rontok atau
tidak, kebersihan kulit kepala.
b. Muka: dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau tidak, pucat atau tidak.
c. Mata: dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik atau tidak,
konjungtiva anemis atau tidak.
d. Hidung: dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau tidak, bersih atau
tidak, ada infeksi atau tidak.
e. Telinga: dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan sekret atau tidak.
f. Mulut: dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah atau tidak, stomatitis
atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
g. Leher: dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe,
vena jugularis atau tidak.
h. Ketiak: dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau
tidak.
i. Dada: dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada benjolan atau
tidak.
j. Abdomen: dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan pembesaran perut.
k. Ekstermitas atas: dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, ikterik
atau tidak, sianosis atau tidak.
l. Ekstermitas bawah: dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak,
sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek patella positif atau tidak.
m. Genitalia: untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses ataupun pengeluaran
yang tidak normal.
n. Anus: dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau tidak.
4. Data sosial

13
Dikaji mulai dari kondisi ekonomi pasien serta kebudayaan yag dianut pasien atau
tidak.
5. Data spiritual
Pasien menjalankan kegiatan keagamaan sesuai dengan kepercayaanya.
6. Data psikologis
Hal yang perlu dikaji yaitu perasaan pasien setelah mengetahui penyakitnya yang
diderita saat ini.
7. Pola kebiasaan sehari – hari
Biasanya pasien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas dan tidur
karena merasa nyeri

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut bd agen pencedera fisiologis d.d Klien mengatakan nyeri perut bagian
bawah dan menjalar ke punggung
2. Hipovolemi b.d adanya pendarahan d.d Klien mengatakan nyeri saat BAB dan
berdarah hingga menetes
3. Konstipasi b.d kista ovarium d.d Klien mengatakan sering terasa sulit untuk

mengedan saat BAB

1.2.3 Intervensi Keperawatan


1. Diagnosis 1 Nyeri Akut (SDKI D.0077)

Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam setiap pertemuan diharapkan pengalaman

sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,

dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan

menurun.

Kriteria hasil Luaran utama Tingkat Nyeri (SLKI L.08066)

a. Keluhan nyeri menurun

b. Meringis menurun

14
c. Gelisah menurun

d. Frekuensi nadi membaik

Intervensi Manajemen Nyeri (SIKI I.08238)

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2) Identifikasi respons nyeri non verbal

3) Berikan teknik nonfarmakologis

4) Jelaskan penyebab nyeri

5) Jelaskan strategi meredakan nyeri

6) Anjarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri seperti latihan

nafas dalam.

7) Kolaborasi pemberian analgesic

2. Diagnosis 2 hipovolemi (SDKI D.0023)

Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam setiap pertemuan diharapkan penurunan

volume cairan intravaskular, interstisial, dan intraselular

Kriteria hasil Luaran utama Termoregulasi (SLKI L.14134)

1. Turgor kulit membaik


2. Hb 12-14 g/dl
3. Tidak terpasang transfuse darah

Intervensi Manajemen Hipovolemi (SIKI 1.03116)

1. Identifikasi respon fisiologis

2. identifikasi tanda dan gejala hipovolemia

3. Berikan edukasi tentang hipovolemia

4. Kolaborasikan pemberian produk darah

3. Diagnosis 3 Konstipasi ( SDKI D.0049)

15
Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam setiap pertemuan diharapkan proses defekasi

normal yang disertai dengan pengeluaran feses mudah dan kosisten, frekuensi serta bentuk

feses normal.

Kriteria hasil Luaran utama Eliminasi Fekal SLKI (L.04033)

1. Konsistensi feses membaik

2. Nyeri abdomen berkurang

Intervensi Manajemen Konstipasi (SIKI 1.04155)

1. Observasi tanda dan gejala konstipasi

2. identifikasi faktor resiko konsttipasi

3. Monitor tanda dan gejala

4. Edukasi tentang kostipasi

5. Kolaborasi pemberian obat

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi digunakan untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan melalui penerapan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi. Pada
tahap ini perawat harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang efektif, mampu
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, observasi sistematis, mampu
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan dalam advokasi dan evaluasi (Asmadi,
2008). Implementasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Tindakan ini mncangkup tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2011).

16
17
BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Pengkajian
Tgl / jam MRS : 20 Juli 2011
Ruang :
No. Register :
Dx. Medis : Kista Ovarium
Tgl/jam Pengkajian : 21 Juli 2011

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. M Suami / Istri / Orang tua :
Umur : 44 tahun Nama : Tn A
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Wiraswasta
Agama :- Alamat : Bekasi timur
Suku / Bangsa : Danai Usia : 51 Tahun
Bahasa : Penanggung jawab :
Pendidikan :- Nama :
Pekerjaan :- Alamat:
Status : Sudah menikah
Alamat : Jl Pahlawan No.62 Kel Duren Jawa Bekasi Timur

B. Keluhan Utama :
Nyeri perut

C. Riwayat Penyakit Sekarang :


Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah dirasakan sekitar 2 minggu yang
lalu, nyeri menjalar ke punggung seperti melilit, skala nyeri 10, sejak itu kien
memeriksakannya ke dokter, dan dianjurkan dirawat di RSUD Kota Bekasi. Pada saat
pengkajian didapatkan data bahwa klien menderita kista ovarium
Upaya yang telah dilakukan :

18
-
Terapi yang telah diberikan :
Pernah dilakukan operasi laparotomi

D. Riwayat Kesehatan Dahulu :


Klien mengatakan 1 tahun yang lalu klien perna mengalami penyakit yang sama
yaitu kista ovarium, dan klien menanganinya dengan operasi laparotomi pada tanggal
28 januari 2010

E. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien,
tidak memiliki penyakit menular dan keturunan dari pihak keluarga seperti TBC,
jantung, hepatitis B, hipertensi dan diabetes militus

F. Riwayat Menstruasi
Klien menstruasi pertama usia 15 tahun, menstruasi klien tidak teratur dan disertai
nyeri. Banyak haid : klien 3x mengganti pembalut setiap hari.

G. Keadaan Lingkungan Yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit :


-
H. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Hal yang difirkan klien saat ini adalah penyakit kistanya yang muncul untuk
kedua kalinya, klien menanyakan juga apa mungkin dapat dioperasi lagi dengan
tenggang waktu hanya 1 tahun, sementara ini klien dalam keadaan anemia dan
akan melakukan pemeriksaan kista lebih lanjut setelah anemianya teratasi
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum masuk RS klien biasa makan nasi 3x/hari dengan porsi sedang
karena tidak memiliki pantangan makanan. Klien biasa minum 1500 ml/hari.
Sedangkan selama dirawat di RS, nafsu makan klien berkurang, Klien makan nsi
3x/hari ¼ porsi, klien lebih menyukai mengemil dari pada makan nasi dan minum

19
600 ml/hari. Klien mengatakan tidak nafsu makan karena merasa begah di bagian
perut
3. Pola eliminasi
Sebelum masuk rumah sakit, BAB klien biasa 1x/hari dengan kontensitas
lembek, klien BAK 4-5x/hari. Sedangkan setelah dirawat, klien belum BAB,
sering terasa sulit untuk mengedan karena mules yang berlebih dan terkeluar
darah secara menetes
4. Pola aktivitas
Pola aktivitas pasien terganggu disebabkan gejala dari penyakit yang diderita.
5. Pola istirahat – tidur
Sebelum dirawat dirumah sakit, klien biasa tidur malah 7-8 jam/hari dar jam
21.00 – 05.00 WIB. Klien mengatakan jarang tidur siang, minimal ½ - 1 jam/hari
karena merasa sakit diarea perutnya. Sedangkan saat dirawat dirumah sakit, klien
tidak dapat beristirahat baik siang maupun malam jika merasakan nyeri pada
perutnya
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
Klien mengatakan BAB nya berdarah, dan menayakan “apakah ada hubungan
BAB-nya yang berdarah dengan penyakit kistanya?” Klien tampak bertanya dan
ingin tahu tentang penyakitnya, dengan serius klien memegang tangan peraat dan
mengerutkan dahi saat bertanya
7. Pola konsep diri
Klien tidak malu terhadap perubahan tubuhnya. Klien merasa cemas dengan
penyakitnya
8. Pola hubungan – peran
Klien berbicara jelas, berbahasa Indonesia, relevan, mampu mengekspresikan,
dan mampu mengerti orang lain. Klien sebagai istri dan ibu dari 5 orang anak.
Klien ingin menjadi ibu yang sehat untuk anaknya dan klien merupakan ibu
rumah tangga. Klien tinggal satu rumah dengan ruami dan anak-anaknya. Suami
klien memegang peranan penting dalam keluarga. Motivasi dari suami adalah
dukungan moril dan materi. Tidak ada kesulitan klien dalam keluarga
9. Pola fungsi seksual – seksualitas

20
Klien melakukan hubungan seksual sejak menikah pada usia 19 tahun.
Kehidupan seksual klien teratur dengan frekuensi 2x1 minggu tanpa keluhan
10. Pola mekanisme koping
-
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien sering melakukan sholat 5 waktu dirumah, saat ini klien dan keluarga
sering berdoa untuk kesembuhan Ny.M
I. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan / penampilan umum :
Kesadaran : Composmentis GCS :
BB sebelum sakit : TB :
BB saat ini :
BB ideal :
Status gizi :
Status Hidrasi :-
Tanda– tanda Vital :
TD : 140/90 mmHg Suhu : 36,2 C
N : 84 x/mnt RR : 20 x/mnt

2. Kepala : Kepala tampak simetris, rambut klien bersih, klien mengatakan sering
pusing jika terbangun terlalu cepat
3. Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
4. Mata : Konjungtiva anemis -/-, penglihatan klien masih Nampak jelas
5. Hidung : Hidung klien bersih dan simetris, klien memiliki penciuman yang
normal
6. Telinga : Telinga klien tampak kotor pada sebelah kiri, pendengaran masih jelas
7. Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi terdapat karies & kotor. Ompong pada gigi
taring kanan sebanyak 2-3 buah
8. Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
9. Thorax

21
- Paru : simetris, suara nafas vesikuler, irama jantung reguler
- Abdomen : Bentuk asimetris, terdapat benjolan di abdomen dekstra, nyeri
tekan pada abdomen kanan bawah, BU 5x/menit. Kandung kemih tidak teraba
- Ekstremitas : tangan kanan & kiri berkuku panjang karena 1 minggu ini klien
tidak memotong kuku. Terpasang infuse (transfuse darah) untuk menambah Hb
dengan kolf ke-3
10. Kulit
Warna kulit tidak ada kehitaman turgor kulit 6 detik, seluruh tubuh lengket
karena klien belum mandi

J. Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium


Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 18 juli 2011 didapatkan leukosit 9,6
ribu/μl, Hb 6,6 g/dl, Ht 19,3%, dan trombosit 436 ribu/μl. Lalu dilakukan
pemeriksaan kembali pada tanggal 23 juli 2011 yang didapatkan leukosit 5,6 ribu/μl,
Hb 8,3 g/dl, Ht 23,4%, dan Trombosit 377 ribu/μl.

K. Terapi pengobatan
Tramadol 2x lamp via drip, transfuse Hb darah 3 klof sejak hari pertama
perawatan. Pada hari jumat klien mendapatkan transfuse Hb kembali sebanyak 2 kolf

22
2.2 Analisa Data
Tgl/Jam Pengelompokan Data Masalah Kemungkinan
Penyebab
DS : Nyeri Akut Agen cedera
- Klien mengatakan nyeri perut bagian Fisiologis
bawah dan menjalar ke punggung yang
dirasakan sekitar 2 minggu yang lalu
DO :
- Pasien tampak meringis
- Skala nyeri 10
- Nyeri tekan pada abdomen kanan bawah
- Abdomen asimetris (benjolan di area
kanan bawah)
DS : Hipovolemia Adanya
- Klien mengatakan nyeri saat BAB dan pendarahan
berdarah hingga menetes
- Menstruasi klien tidak teratur dan disertai
nyeri
DO :
- Turgor kulit 6 detik
- Hb 6,6 g/dl
- Terpasang transfusi darah
DS : Konstipasi Kista Ovarium
- Klien mengatakan sering terasa sulit untuk
mengedan saat BAB karena mules yang
berlebih dan terkeluar darah secara menetes
DO :
- BAB klien biasa 1x/hari dengan
kontensitas lembek
- Massa pada abdomen

23
2.3 Diagnosis Keperawatan
No. Tgl/Jam Diagnosis Keperawatan Paraf
1. Nyeri Akut bd agen pencedera fisiologis d.d Klien
mengatakan nyeri perut bagian bawah dan menjalar
ke punggung
2. Hipovolemi b.d adanya pendarahan d.d Klien
mengatakan nyeri saat BAB dan berdarah hingga
menetes
3. Konstipasi b.d kista ovarium d.d Klien mengatakan
sering terasa sulit untuk mengedan saat BAB

2.4 Intervensi Keperawatan


TGL/ DIAGNOSIS TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN PARAF
JAM KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

Nyeri akut Nyeri klien dapat a. Lakukan manajemen nyeri


berkurang dalam 3x24 jam akut
dengan kriteria hasil : - Kaji tingkat dan intensitas
- Pasien tampak rileks nyeri
- Skala nyeri 2-3 - Atur posisi senyaman
- Tidak ada nyeri tekan mungkin
pada abdomen b. Monitoring dan evaluasi
- Abdomen simetris - Ekspresi
- Skala nyeri
- Nyeri tekan abdomen
- Bentuk abdomen
c. Lakukan edukasi dengan
mengajarkan teknik relaksasi
d. Kolaborasi dengan dokter

24
terkait pemberian analgetik
tramadol 2xlamp
Hipovolemi Hipovolemi pasien dapat a. Lakukan manajemen
teratasi dalam 3x24 jam hipovolemi
dengan kriteris hasil : - Catat respon fisiologis
- Turgor kulit <1 detik individual pasien terhadap
- Hb 12-14 g/dl pendarahan
- Tidak terpasang - hitung kebutuhan cairan
transfuse darah b. Monitoring dan evaluasi
- Turgor kulit
- Hb
- Transfusi darah
c. Lakukan edukasi tentang
hipovolemia
d. Lakukan kolaborasi dengan
memberikan transfusi darah
hingga Hb 10 g/dl
Konstipasi Konstipasi pasien dapat a. Lakukan manajemen
teratasi dalam 3x24 jam konstipasi
dengan kriteria hasil : - Anjurkan diet tinggi serat
- BAB 3x/hari dengan - Lakukan massase abdomen
kontensitas lembut b. Monitoring dan evaluasi
- Tidak ada massa pada - Frekuensi BAB
abdomen - Konsistensi BAB
- Massa pada abdomen
c. Lakukan edukasi tentang
konstipasi
d. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian makanan
tinggi serat

25
2.5 Implementasi Keperawatan
No
Diagnosis Tgl/Jam Tindakan Paraf
Keperawatan
1 21 Juli 2011/ Mengajarkan dan menganjurkan klien Kel 2
10.00 Teknik relaksasi tarik nafas dalam
1 21 Juli 2011/ Melakukan pengkajian adanya nyeri tekan Kel 2
11.00 abdomen, pasien mengatakan tidak ada
nyeri tekan pada abdomen dan skala nyeri 2-
3
1,2,3 21 Juli 2011/ Melakukan edukasi tentang nyeri akut, Kel 2
11.30 hipovolemi, dan konstipasi
1 21 Juli 2011/ Memberikan analgetic tramadol 2x1amp Kel 2
12.00
2 21 Juli 2011/ Mencatat respon fisiologis individual Kel 2
12.15 terhadap pendarahan
2 21 Juli 2011/ Menghitung kebutuhan cairan Kel 2
12.45
3 21 Juli 2011/ Mengajarkan dan menganjurkan diet tinggi Kel 2
13.00 serat
1,3 21 Juli 2011/ Melakukan massase abdomen Kel 2
13.30
3 21 Juli 2011/ Memonitor : Kel 2
14.00 Frekuensi BAB
Massa pada abdomen

2.6 Evaluasi
Masalah
Keperawatan/ Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf
Kolaboratif

26
Nyeri akut 21 Juli 2011/ S : “Nyeri sudah berkurang” Kel 2
16.00 O : Ekspresi rileks
Skala nyeri 2
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : Tindakan 1,3 dihentikan, tindakan 2
dan 4 dilanjutkan
Hipovolemi 21 Juli 2011/ S : “Nyeri saat BAB berkurang” Kel 2
16.00 O : Turgor kulit <1 detik
Hb 12-14 g/dl
Tidak terpasang transfuse darah
A : Hipovolemi teratasi
P : Tindakan 1,3,4 dihentikan, tindakan 2
dilanjutkan
Konstipasi 21 Juli 2011/ S : “BAB 3x/hari dengan kontensitas Kel 2
16.00 lembut”
O : Massa pada abdomen mengecil
A : Konstipasi teratasi sebagian
P : Tindakan 3 dihentikan, tindakan 1,2,4
dilanjutkan

27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Salsabila (2021) bahwa kista ovarium merupakan kantung yang membesar
karena adanya pengumpulan cairan didalam indung telur (ovarium) dan dibungkus oleh
selaput dari ovarium. Cairan yang terkumpul dapat bersifat cair maupun padat, serta dapat
terjadi saat masa pubertas hingga menopause. Kista ovarium dapat terjadi kapan saja, pada
saat masa pubertas hingga masa menopause dan juga selama masa kehamilan(Cunti, 2017).
Menurut Susianti (2017) ada beberapa faktor pendukung dari kista ovarium yaitu gangguan
hormon, faktor genetik, pengobatan infertilitas, hipotiroid, faktor usia, dan faktor lingkungan.
Secara konsep asuhan keperawatan, diagnosis yang akan muncul pada kista ovarium yaitu
nyeri akut, hipovolemia, dan konstipasi. Hal ini menjadikan perawat untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosa yang ditemukan supaya
mendapatkan hasil kesembuhan klien sesuai harapan.

3.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dalam upaya akan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium
harus tepat, selanjutnya mahasiswa diharapkan dapat menguasai konsep tentang kista
ovarium terutama pada faktor etiologi, klasifikasi, dan patofisiologi tentang kista
ovarium. Selain itu mahasiswa harus melakukan analisa data agar diagnosa yang
ditegakkan sesuai leadaan klien dan masalah dapat teratasi dengan penanganan secara
komprehensif dan menyeluruh tidak hanya berfokus pada masalah biologis klien, tetapi
juga terhadap psiko, sosio, dan spiritual klien. Sehingga asuhan keperawatan yang
dilakukan dapat terlaksana secara optimal dan menjadi pembelajaran untuk memasuki
ranah asuhan keperawatan yang sesungguhnya di rumah sakit.

2. Bagi Masyarakat
Dengan adanya makalah ini diharapkan menjadi bahan informasi serta menambah
wawasan bagi pembaca khusunya masyarakat umum tentang kista ovarium mulai dari
tanda dan gejala kista ovarium sehingga komplikasi dari penyakit tersebut dapat segera
ditangani. Diharapkan juga masyarakat mampu mengendalikan pola hidup yang tidak

28
baik agar terhindar dari kista ovarium.

DAFTAR PUSTAKA

Cunti, W. A. (2017) “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Kista
Ovarium,” Padang: Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Kemenkes.

Ii, B. A. B. (2007) “Dhiya Niisi Shiyamika Bab Ii,” hal. 7–27.

Manuaba (2018) “Komplikasi Umum Pada Kehamilan- Ketuban Pecah Dini,” Pengantar
Kuliah Obstetri, hal. 456.

Murottal, T. et al. (2022) “OPERASI MENGGUNAKAN INTERVENSI Tugas Akhir Ners


Oleh : ANDI RISKA ROSWATI.”

Salsabila, F. (2021) “Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Ny. R Usia 24 Tahun
Dengan Kista Ovarium Sinistra Di RS PMI Bogor,” hal. 6–23.

Santa, M. (2019) “Teori Keperawatan profesional,” Journal of Chemical Information and


Modeling, 53(9), hal. 1689–1699.

Wicaksana, A. (2016) “済無 No Title No Title No Title,” Https://Medium.Com/, hal. 5–49.


Tersedia pada: https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf.

Yumni, F. L. et al. (2019) “Studi Kasus Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Untuk
Menurunkan Tingkat Nyeri Pada Ny. A Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Pada
Diagnosa Medis Post Operasi Kista Ovarium Di Ruang Sakinah,” Skripsi, (0729118905), hal.
57. Tersedia pada:
http://repository.um-surabaya.ac.id/id/eprint/5925%0Ahttp://repository.um-surabaya.ac.id/
5925/1/7_Laporan_Penelitian_Bu_Fatiya_-_Done.pdf.

29

Anda mungkin juga menyukai