Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK S DENGAN OBESITAS


DI PUSKESMAS SIMPANG TUAN KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR
TAHUN 2022

DOSEN PENGAMPU :
Titik Hindriati,S.Pd, M.Kes

Oleh :

Siti Najmah
PO. 71242220087

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pada Anak S Dengan


Obesitas Di Puskesmas Simpang Tuan Kab. Tanjung Jabung Timur Tahun
2022” guna memenuhi tugas Stase Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah
program studi profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi tahun 2022/2023.

Jambi, Desember 2022

Mahasiswa

Siti Najmah
PO.71242220087

Mengetahui :

Perseptor Akademik

( Titik Hindriani, S.Pd, M.Kes )


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan tumbuh

kembang Anak S Dengan Obesitas Di Puskesmas Simpang Tuan Kab. Tanjung

Jabung Timur Tahun 2022”.

Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas praktik klinik

kebidanan stase Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah yang merupakan

salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan

profesi kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan

bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi
3. Titik Hindriani,S.Pd, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Institusi
4. Nuraini, S.Tr.Keb selaku pembimbing lahan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari


kesempurnaan dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran
serta kritik dari dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan
manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.

Jambi, Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………… i
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan ................................................................................................ 3
D. Manfaat............................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …....................................................... 6
A. Tinjauan Teori …............................................................................... 6
B. Teori Manajemen Kebidanan.............................................................. 20
C. Evidance Based Midwifery………………………………..…………
BAB III PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN .......... 14
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………… 18
BAB.V PENUTUP …………………………………………………… 20
A. Kesimpulan ........................................................................................ 20
B. Saran ……………………………………………...........………….. 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obesitas adalah suatu penyakit serius yang dapat mengakibatkan masalah

emosional dan sosial. Seorang dikatakan overweight bila berat badannya 10% sampai

dengan 20% berat badan normal, sedangkan seseorang disebut obesitas apabila

kelebihan berat badan mencapai lebih 20% dari berat normal. Obesitas saat ini

menjadi permasalahan dunia bahkan World Health Organitation (WHO)

mendeklarasikan sebagai epidemic global (2016) (UNNES, 2017).

Pravalensi obesitas di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara

yang sedang berkembang telah meningkat dalam jumlah yang mengkhawatirkan.

Kejadian overweight terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 – 2012

kejadiaan overweight terus naik dari 5% menjadi 7%. Secara global tahun 2012 44

juta anak 0,5 tahun mengalami overweight, 18% berasal dari Afrika Selatan, dan 7%

dari Amerika Selatan (Darmayasa., M. E, 2017).

Berdasarkan laporan gizi global atau Global Nutrition Report (2014), Indonesia

termasuk ke dalam 17 negara yang memiliki 3 permasalahan gizi sekaligus, yaitu

stunting (pendek), wasting (kurus), dan juga overweight (obesitas). Data riset

kesehatan dasar (Riskesdas, 2013) menyebutkan bahwa prevalensi balita gemuk

menurut BB/TB pada anak usia 0-59 bulan sebesar 11,8% sedangkan data survey

pemantauan status gizi (PSG, 2015) menyatakan bahwa prevalensi balita gemuk

menurut BB/TB usia 0-59 bulan sebesar 5,3%. (Kemenkes RI, 2017)

Secara umum, obesitas disebabkan oleh tiga faktor, yakni faktor perilaku,

lingkungan, dan genetik. Faktor genetik sebenarnya menyumbang 10-30% sementara

1
2

faktor perilaku dan lingkungan dapat mencapai 70%. Beberapa penelitian

menyatakan, perkembangan teknologi yang pesat berkontribusi pada peningkatan

prevalensi kegemukan, tanpa disadari teknologi menggiring kita untuk bergaya hidup

sedentary diantaranya kurang beraktifitas fisik, makan makanan instan, dan kurang

mengonsumsi buah dan sayur. Faktor lain yang dapat memengaruhi terjadinya

obesitas pada anak yaitu pola asuh orang tua terutama pola pemberian makan. Mulai

dari rendahnya ASI Eksklusif karena tergoda memberikan susu formula yang tinggi

lemak dan mengandung gula, sampai pada pemberian makanan rendah protein

namun tinggi gula, garam, dan lemak salah satunya adalah makanan instan.

(Kemenkes RI, 2017).

Selain itu, terdapat pula dampak jangka pendek obesitas seperti, anak obesitas

mempunyai faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti kolesterol atau tekanan

darah tinggi, dampak psikososial, dimana anak cenderung tidak percaya diri dan

dijauhi atau menarik diri dalam pergaulan. Hal ini akan menyebabkan anak enggan

untuk beraktivitas dan bergaul dengan teman sebayanya, Sleep Apnea (kegagalan

untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar

oksigen dalam darah), pertumbuhan fisik yang lebih cepat serta usia tulang yang

lebih lanjut dari usia kronologinya, masalah ortopedi akibat beban tubuh yang terlalu

berat, gangguan endokrin (pada anak prempuan menarche lebih cepat terjadi

( Fikawati sandra dkk,2017, hal. 56).

Prinsip dari tatalaksana obesitas pada anak tentunya berbeda dengan orang

dewasa. Pelaksanaan metode ini harus memperhatikan tumbuh kembang yang sedang

terjadi pada anak sehingga tidak diarahkan pada pengurangan asupan makanan

melainkan dengan pengaturan komposisi makanan yang menjadi menu sehat yang

menjadi perencanaan pola diet. Selain dengan perencanaan pola diet, dilakukan pula
3

olahraga teratur, peningkatan aktivitas fisik, serta usaha modifikasi perilaku anak

untuk hidup sehat. Tujuan perencanaan pola diet adalah menyeimbangkan

perkembangan berat dan tinggi badan pada tingkat yang wajar dan tetap

mempertahankan nafsu makan anak agar tidak terjadi penurunan berat badan secara

berlebih. Diet yang dimaksut tentunya adalah diet seimbang mengikuti anjuran AKG

untuk anak yang sedang mengalami masa tumbuh kembang (Fikawati Sandra dkk,

2017, hal.56).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengambil laporan kasus

yang berjudul Asuhan Kebidanan Tumbuh Kembang Pada Balita S Dengan Obesitas

Di Puskesmas Simpang Tuan Kab. Tanjung Jabung Timur 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik

perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana Penatalaksanaan

Asuhan Kebidanan Tumbuh Kembang Pada Balita An.S Dengan Obesitas Di

Puskesmas Simpang Tuan Kab. Tanjung Jabung Timur 2022?

C. Tujuan Kasus

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan tumbuh kembang pada balita dengan

obesitas sesuai manajemen kebidanan yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan

menurut Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu:

1) Melakukan pengkajian pada balita An.S Dengan Obesitas.

2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan

kebutuhan pada balita An.S Dengan Obesitas.


4

3) Menentukan diagnosa potensial pada balita An.S Dengan Obesitas.

4) Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada bali An.S Dengan

Obesitas.

5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita An.S Dengan Obesitas.

6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada balita An.S

Dengan Obesitas.

7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada balita An.S

Dengan Obesitas.

D. Manfaat

1. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi

Digunakan sebagai tambahan wacana atau referensi sehingga dapat

menambah pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada balita dengan obesitas.

2. Bagi Puskesmas Simpang Tuan

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan

dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada balita

dengan obesitas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Balita

1. Pengertian

Anak balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk

yang berada dalam rentang usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan

menjadi tiga golongan yaitu, golongan usia bayi (0 - 2 tahun), golongan batita (2 -

3 tahun), dan golongan prasekolah (> 3 - 5 tahun). Adapun menurut WHO,

kelompok usia balita adalah 0 - 60 bulan. Sumber lain mengatakan bahwa usia

balita adalah 1 - 5 tahun. (Andriani Merryana dan Wirjatmadi Bambang, 2012 hal.

87)

Masa bayi adalah masa terjadinya pertumbuhan yang pesat. Terutama pada

dua tahun pertama kehidupan. Jika dihitung dari saat kelahiran, berat bayi akan

bertambah hingga dua kali lipat pada bulan ke 4, setelah itu pertumbuhan akan

sedikit melambat, begitu pula pada panjang badan bayi. (Marmi dan Rahardjo

Kukuh, 2012, hal.112).

2. Tumbuh Kembang

a. Pertumbuhan dan Perkembangan

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan

morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai

maturitas/dewasa. Banyak orang menggunakan istilah ‘’tumbuh’’ dan

‘’kembang’’ secara sendiri – sendiri atau bahkan ditukar – tukar. Sementara

itu, pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah

sebagai berikut :

5
6

1) Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu

bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ maupun

individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga

ukuran dan struktur organ – organ tubuh dan otak

2) Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif

dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (sklill)

struktur dan sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas.

Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh,

organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga

masing – masing dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih dan Ranuh

Gde, 2016. Hal 87)

b. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

1) Faktor Genetik

a) Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik

b) Jenis kelamin

c) Suku bangsa

2) Gizi Dan Penyakit

a) Pertumbuhan dapat terganggu bila jumlah salah satu jenis zat yang

mencapai tubuh berkurang.

b) Pertumbuhan yang baik juga bergantung pada kesehatan organ - organ

tubuh.

3) Faktor Lingkungan

a) Faktor Pre Natal Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin,

radiasi, infeksi, stres, imunitas, anoksia embrio.

b) Faktor Post Natal


7

(1) Faktor lingkungan biologis Ras, jenis kelamin, umur, gizi,

kepekaan terhadap penyakit, perawatan kesehatan, penyakit kronis

dan akut

(2) Faktor lingkungan fisik Cuaca, musim, sanitasi dan keadaan

rumah.

(3) Faktor lingkungan sosial Stimulasi, motivasi belajar, stres,

kelompok sebaya, ganjaran, atau hukuman yang wajar, cinta dan

kasih sayang

(4) Lingkungan keluarga dan adat istiadat lain

c. Aspek Perkembangan Anak Ada 4 aspek tumbuh kembang yang perlu

dibina/dipantau yaitu :

1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang

melibatkan otot - otot besar seperti duduk, berdiri, dsb.

2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian

tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot - otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu , memjepit, menulis,

dsb.

3) Bersosialisasi

4) Mengkoordinasikan gerakan tubuh dan aktivitas - aktivitas dasar

kehidupan sehari - hari termasuk buang air besar (BAB) maupun buang air

kecil (BAK).

5) Mempelajari keterampilan berkomunikasi


8

6) Mempelajari nilai - nilai keluarga dasar. (Oktiawati Anisa dkk, 2017, hal

134)

B. Konsep Gizi

1. Pengertian Gizi

Gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti absorpsi, transportasi,

penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi norma organ-organ serta

menghasilkan energi (Supariasa et al., 2017, hal 29).

Nutritur/nutrition/gizi, adalah keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke

dalam tubuh (intake) dari makanan dengan zat gizi yang dibutuhkan untuk

keperluan proses metabolisme tubuh (Par'i, 2016, hal 4).

2. Penilaian Status Gizi

Untuk menentukan status gizi seseorang atau kelompok populasi dilakukan

dengan interprestasi informasi dari hasil beberapa metode penilaian status gizi

yaitu, penilaian konsumsi makanan, antropometri, laboratorium, atau biokimia

dan klinis. Diantara beberapa metode tersebut, pengukuran antopometri adalah

relatif paling sederhana dan banyak dilakukan.

Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat ditentukan apakah

anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk. Untuk hal tersebut

maka berat badan dan tinggi badan hasil pengukuran dibandingkan dengan suatu

standar internasional yang dikeluarkan oleh WHO. Status gizi tidak hanya

diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara sendiri –

sendiri, tetapi juga merupakan kombinasi antara ketiganya. Masing – masing


9

indikator mempunyai makna sendiri – sendiri. (Marmi dan Rahardjo Kukuh,

2012, hal 70).

3. Kebutuha Gizi Balita

Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan gizi dan masalah psikososial,

diperlukan adanya perilaku penunjang dari para orang tua, ibu atau pengasuh

dalam keluarganya untuk selalu memberikan makanan dengan gizi seimbang

kepada balitanya. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan gizi seimbang

adalah makanan yang dikonsumsi balita dalam satu hari yang beraneka ragam dan

mengandung zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur sesuai dengan kebutuhan

tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari derajad kesehatan dan tumbuh kembang

balita yang optimal.

Balita dalam proses tumbuh kembangnya ditentukan oleh makanan yang

dimakan sehari – hari. Kebutuhan gizi balita dipengaruhi oleh umur, jenis

kelamin, kegiatan dan suhu lingkungan udara dingin dan panas. Kebutuhan gizi

tersebut terdiri dari :

a. Energi

b. Protein

c. Lemak

d. Vitamin dan mineral

Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) yang dikeluarkan dalam widya

karya nasional pangan dan gizi (WKNPG) tahun 1998, umur dikelompokkan

menjadi 0 – 6 bulan, 7 – 12 bulan, 1 - 3 tahun, 4 - 6 tahun dan 7 – 12 tahun

dengan catatan pengelompokkan diatas tidak membedakan jenis kelamin.

(Andriani Meryyana dan Wirjatmadi Bambang, 2012 hal : 58).


10

C. Obesitas

1. Pengertian Obesitas

Obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan

lemak berlebih dari yang di perlukan untuk fungsi tubuh. Seorang bayi yang

kegemukan mempunyai kemungkinan yang lebih besar pada masa pubertas dan

dewasa. Hal ini karena faktor keturunan dan juga karena pola makan yang kurang

baik. (Andriani Merryana dan Wirjatmadi Bambang, 2012 hal 58 )

Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan

yang dapat mengganggu kesehatan. Pada bayi dan anak di bawah 5 tahun obesitas

usia dinilai menurut WHO "standar Child pertumbuhan" (berat badan – untuk -

panjang, berat - forheight) dan Referensi WHO untuk 5-19 tahun (indeks massa

tubuh – untuk usia) . Pada 2013, 42 juta bayi dan anak - anak kelebihan berat

badan atau obesitas, world wide1 dan 70 juta anak - anak akan kelebihan berat

badan atau obesitas pada tahun 2025 jika saat ini tren. Tanpa intervensi, bayi

kelebihan berat badan dan anak - anak kemungkinan akan terus menjadi kelebihan

berat badan selama masa kanak - kanak, remaja, dan dewasa. Obesitas dimasa

kanak-kanak dikaitkan dengan berbagai komplikasi kesehatan yang serius dan

peningkatan risiko timbulnya dini penyakit, termasuk diabetes dan penyakit

jantung. (Khodaee, G.H, dan Saedi Masumeh, 2016 hal 70)

2. Etiologi

a. Penyebab Obesitas

Budaya turut membentuk perilaku perilaku protektif atau perilaku

prediktor obesitas. Budaya mempengaruhi pandangan orang tua dan

masyarakat terhadap definisi ‘’anak sehat’’. Sebagai contoh pada ras Hispanik

dikenal bahwa semakin gemuk anak maka semakin sehat anak tersebut. Hal
11

ini mendorong para ibu untuk membentuk perilaku makan di keluarga yang

membuat anak banyak makan. Adanya faktor lingkungan tersebut yang

mempengaruhi perilaku pada anak dikatakan dapat mempengaruhi gen di

dalam tubuh yang dapat meningkatkan resiko terjadinya obesitas. Sebagai

contoh gaya hidup dapat mempengaruhi gen FTO (fat mass and obesity

associated) yang berdampak pada IMT. Pengaruh dari genetik tersebut

terhadap IMT 2, 5 kali lipat lebih tinggi pada individu yang memiliki aktivitas

fisik jika berjalan lambat dibandingkan pada individu yang berjalan cepat.

Kerentanan genetik akibat obesitas dipengaruhi oleh perilaku makan yang

tidak terkontrol dan dan emosi saat makan. oleh karena itu, pengendalian

makan sangat diperlukan dalam mencegah dan menangani obesitas pada anak

jika obesitas dapat menyebabkan gangguan psikis pada anak seperti depresi

dapat juga mempengaruhi timbulnya komplikasi obesitas seperti diabetes

melitus. Adanya kerentanan genetik pada gen FTO dapat meningkatkan risiko

terjadinya resistensi insulin dan diabetes melitus tipe 2 pada obesitas.

(Prihaningtyas, R.A, 2018 hal 93).

Ada banyak faktor yang menyebabkan seorang anak menderita

overweight, diantaranya pola makan yang salah (orang tua biasa memberikan

makan pada anak dengan jumlah yang berlebih, mengandung gula, dan lemak

tinggi, serta menjadikan makanan sebagai reward/hadiah), gaya hidup yang

modern dimana anak kurang mempunyai aktivitas, stres yang dilarikan pada

makanan, dan bahkan faktor keturunan. (Fikawati S., Syafiq A., dan

Veratmala A, 2017 hal 78).


12

b. Faktor Penyebab Obesitas

1) Faktor lingkungan

Obesitas terjadi akibat interaksi antara faktor biologis, karena

kerentanan sosial, lingkungan dan gaya hidup. Faktor lingkungan yang

berpengaruh pada obesitas terdiri atas faktor sosial dan faktor budaya.

Lingkungan yang aktif, kesempatan bermalas – malasan, waktu bermain

yang aktif, konsumsi tinggi gula dan tinggi lemak, dan adanya edukator

berhubungan dengan status berat badan pada anak. (Prihaningtyas, R.A,

2018 hal 89)

2) Faktor genetis

Faktor keturunan (genetis) juga sangat berpengaruh terhadap

kelebihan berat badan pada anak - anak obesitas umumnya berasal dari

keluarga dengan orang tua obesitas. Bila salah satu orangtua obesitas, kira

– kira 40 - 50 dan anak - anaknya akan menjadi obesitas. Sedangkan bila

kedua orang tua obesitas 80% anak – anaknya akan menjadi obesitas.

Faktor genetis ini akan membuat seseorang mudah menjadi gemuk

terutama bila dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak sehat. (Akhmad,

Y.E, 2016) Resiko obesitas juga dapat dipengaruhi oleh bangsa dan suku

etnik tertentu. Sebagai contoh, prevalensi obesitas di Amerika lebih tinggi

pada anak yang berasal dari ras Hispanik (22, 4%) dibandingkan anak

yang berasal dari bukan Hispanik (20, 2%). Prevalensi obesitas tersebut

lebih tinggi pada ras kulit hitam dibandingkan kulit putih. Pengaruh ini

bisa disebabkan beberapa faktor, antara lain kerentanan genetik dan

pengaruh budaya terhadap perilaku masyarakat yang mendukung

terjadinya obesitas. (Prihaningtyas, R.A, 2018 hal 89).


13

3) Kurangnya kontrol orang tua

Faktor lain yang sangat berpengaruh adalah kontrol dari orang tua

yang sangat kurang. Orang tua zaman sekarang lebih mengutamakan karir

dengan bekerja sepanjang minggu namun sedikit perhatian pada

kesehatan anak. Di akhir pekan mereka lebih suka membawa anak – anak

ke restaurant fast food untuk menebus waktu bersama anak, daripada di

rumah untuk memasak makanan yang lebih sehat. Padahal ini adalah

tindakan yang kurang benar. Dengan begitu, orang tua sama saja telah

mengenalkan junk food tersebut membawa dampak negatif, baik bagi

kesehatan maupun psikologis anak. Padahal seperti tercantum dalam

undang – undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang

kesehatan pasal 17 ayat (1). Kesehatan anak diselenggarakan untuk

mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk itu diperlukan

pengontrolan makanan oleh orang tua terhadap anak agar tumbuh

kembang anak dapat berjalan dengan lancar serta memperbaiki gizi anak

– anak.

4) Kurangnya pengetahuan orang tua

Kurangnya pengetahuan dari orang tua bisa menjadi salah satu faktor

munculnya obesitas pada anak – anak. Misalnya, seorang bayi yang

menangis belum tentu lapar karena ada kemungkinan ia merasa sakit pada

bagian tubuh tertentu atau karena popoknya basah. Sayangnya, masih ada

saja orang tua yang memberikan makan ketika bayi mereka menangis Hal

itu masih ditambah dengan pola makan bayi yang berlebihan. Banyak

orang tua yang beranggapan bahwa badan anak yang montok menandakan
14

anak sehat. Padahal pandangan tersebut kurang tepat, tidak selamanya

montok itu sehat.

5) Kurangnya aktivitas

Kurangnya aktifitas anak juga ikut andil dalam meningkatnya berat

badan di luar batas normal . Setidaknya hingga beberapa belas tahun yang

lalu, anak – anak menghabiskan sebagian waktunya dengan berbagai

permainan fisik yang mengharuskan mereka berlari, melompat atau

gerakan yang lainnya. Namun, dengan kecanggihan teknologi di abad

modern seperti sekarang ini, ada kecenderungan sebagan anak – anak

untuk menghabiskan waktu luang mereka dengan menonton televisi,

bermain vidio game, duduk berlama – lama di depan komputer dengan

bermain game online, yang masih ditambah dengan ngemil makanan kecil

yang penuh dengan penyedap rasa buatan (MSG). Aktivitas yang mereka

lakukan di waktu luang tersebut membuat tubuh jarang diajak bergerak,

sementara kalori yang masuk lebih besar daripada yang digunakan. Gaya

hidup dan perilaku makan yang salah.

Salah satu faktor penyebab obesitas pada anak – anak adalah gaya

hidup anak masa kini yang semakin jauh dari perilaku hidup sehat.

Sebagai salah satu contohnya adalah kebiasaan anak – anak

mengkonsumsi junk food, yaitu makanan dan minuman cepat saji yang

kandungan garam, gula, lemak, dan kalorinya tinggi tetapi kandungan

serat, vitamin dan mineralnya sedikit. Selain itu, makanan tidak sehat

tersebut juga mengandung banyak lemak jenuh atau kolesterol dan zat

adiktif sintesis seperti MSG (monosodium glutamat). Makanan dan

minuman yang tergolong dalam junk food, antara lain pizza, hot dog,
15

french fries, makanan ringan kemasan yang berasa gurih, minuman

bersoda dan masih banyak lainnya.

c. Faktor Penyebab Skunder

Faktor skunder penyebab kegemukan ataupun obesitas adalah adanya kelainan

hormon genetik, dan sebagainya. Namun penyebab ini hanya kurang dari 10%

dari total kasus yang ada.

1) Genetik

Orangtua yang obesitas, anaknya memiliki risiko menderita obesitas 3

sampai 8 kali lebih tinggi dibanding anak dengan orangtua normal. Oleh

karena itu, bayi yang lahir dari orang tua obesitas akan mempunyai

kecenderungan menjadi gemuk. Terlebih lagi gemuk di saat bayi atau anak

– anak mempunyai kemungkinan yang sulit menjadi kurus ketika dewasa

nanti.

2) Lingkungan

Lingkungan keluarga sangat berperan, misalnya karena penggunaan

makanan sebagai hadiah.

3) Psikologi

Adanya gangguan psikologis seperti stres, pada orang – orang tertentu

dapat meningkatkan nafsu makan secara berlebihan dan dapat

menyebabkan kegemukan.

4) Fisiologis

Meskipun bisa terjadi pada segala usia, namun kelebihan berat badan

ataupun obesitas sering dianggap sebagai kelainan pada umur pertengahan.

Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertmbahnya usia, dan hal ini

sering menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan.


16

3. Dampak Obesitas Pada Anak

Pola aktivitas pada anak juga dapat menyebabkan mereka mengalami

overweight. Anak yang kurang aktif membutuhkan energi lebih sedikit daripada

anak aktif, tetapi jika anak kurang aktif makan makanan dengan porsi yang rata –

rata sama dengan anak seusianya, secara gradual dapat menyebabkan overweight.

Aktivitas yang dapat memicu hal tersebut antara lain menonton TV, bermain

game atau komputer yang tidak jarang ditemani dengan makanan cemilan rendah

gizi dan ber energi tinggi.

Seseorang yang telah mengalami overweight sejak kecil dan tidak diatasi,

kemungkinan akan tetap overweight hingga dewasa dan prospek anak yang

mengalami kondisi ini akan mendapatkan masalah kesehatan pada saat dewasa

berupa penyakit degeneratif, seperti :

a. Diabetes melitus tipe 2 ( timbul pada masa dewasa)

b. Tekanan darah tinggi (hipertensi)

c. Stroke

d. Serangan jantung (infark miokarium)

e. Gagal jantung

f. Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar)

g. Batu kandung empedu dan batu kandung kemih.

h. Gout dan artritis gout

i. Osteoartritis

j. Sindrome pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan underventelasi dan

ngantuk)
17

Penyakit degeneratif yang akan menimpa anak obesitas terutama disebabkan

karena mereka cenderung memiliki ukuran jantung lebih besar dan kolesterol

yang jumlahnya terus bertambah dapat menumpuk serta menempel pada dinding

pembuluh darah sehingga dapat menghambat aliran darah. Oleh karena itu, orang

tua mempunyai peranan penting untuk mengontrol berat badan anak mulai dari

masa bayi. (Fikawati S., Syafiq A., dan Veratmala A., 2017 hal 100).

Selain itu, terdapat pula dampak jangka pendek obesitas seperti :

a. Anak obes mempunyai faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti kolesterol

atau tekanan darah tinggi. Menurut penelitian dengan sampel anak uaia 5 - 17

tahun, sebesar 70% anak obes memiliki setidaknya satu faktor risiko penyakit

kardiovaskuler .

b. Dampak psikososial, dimana anak cenderung tidk percaya diri dan dijauhi atau

menarik diri dalam pergaulan. Hal ini akan menyebabkan anak enggan untuk

beraktivitas dan bergaul dengan teman sebayanya.

c. Sleep Apnea (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur,

menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah)

d. Pertumbuhan fisik yang lebih cepat serta usia tulang yang lebih lanjut dari usia

kronologinya

e. Masalah ortopedi akibat beban tubuh yang terlalu berat

f. Resistens insulin

g. Muskuloskeletal (terutama osteoartritis penyakit degeneratif yang sangat

melumpuhkan sendi) beberapa kanker (endometrium, payudara dan usus

besar)

h. Cacat
18

i. Gangguan kulit. (Khodaee, G.H dan Saedi Masumeh, 2016 hal 7)

Obesitas menyebabkan lipatan kulit semakin banyak dan tebal. Pada saat anak

berkeringat dapat terjadi gesekkan pada lipatan kulit sehingga menimbulkan ruam

dan gatal.

4. Gambaran Kasus Obesitas

a. Mengenal Ciri – ciri Anak Obesitas

Hal sederhana yang dapat membawa kita untuk memastikan bahwa anak

obesitas adalah dengan mengenali ciri – ciri sebagai berikut:

1) Wajah bulat, pipi tembem, dan dagu rangkap

2) Leher terlihat pendek

3) Perut buncit

4) Kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan

5) Pada anak laki – laki dada membusung dan payudara sedikit membesar,

serta penis mengcil tidak terlihat secara utuh karena tertutup oleh

timbunan lemak

6) Pada anak perempuan datangnya pubertas lebih dini yaitu usia kurang dari

9 tahun sudah mengalami menstruasi. (Ramayulis Rita, 2016 hal 23)

b. Cara Mengukur Obesitas

1) Mengukur Berat Badan dan Tinggi Badan

Ada beberapa langkah pengukuran yang harus diperhatikan agar

pengukuran memberikan hasil yang akurat.

a) Mengukur Berat Badan

(1) Pengukuran dengan Menggunakan Timbangan Bayi


19

(a) Anak yang berusia samapai 2 tahun, berat badannya diukur

dengan menggunakan timbangan bayi.

(b) Sebelum ditimbang, sebaiknya baju, kaos kaki, topi, dan sarung

tangan dilepas.

(c) Timbangan yang diletakkan pada meja yang datar dan tidak

mudah bergerak

(d) Perhatikan jarum di angka nol

(e) Baringkan bayi di atas timbangan

(f) Perhatikan jarum timbangan

(g) Lihat jarum timbangan sampai posisi berhenti

(h) Bacalah dengan teliti angka yang ditunjukkan oleh jarum

timbangan

(i) Jika bayi terus bergerak, maka bacalah angka di tengah -

tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.

(2) Pengukuran dengan Timbangan Injak

(a) Letakkan timbangan injak di atas lantai yang datar dan tidak

mudah bergoyang

(b) Perhatikan posisi jarum harus berada di angka nol

(c) Sebaiknya memakai pakaian yang ringan

(d) Lepaskan kaos kaki, sandal, sepatu, topi atau bawaan lain yang

berat, seperti kalung dan dompet

(e) Biarkan anak berdiri di atas timbangan injak tanpa dipegangi

(f) Perhatikan jarum timbangan atau angka yang tertera pada

timbangan sampai berhenti


20

(g) Baca teliti angka timbangan atau angka yang ditunjuk oleh

jarum timbangan

(h) Bila anak terus bergerak, maka perhatikan gerakan jarum dan

baca di tengah – tengah antara gerakan jarum kekanan dan ke

kiri

b) Mengukur Panjang Badan/Tinggi Badan

(1) Posisi Berbaring

(a) Sebaiknya pengukuran panjang badan dilakukan 2 orang

(b) Bayi dibaringkan di atas meja/ tempat yang datar

(c) Posisikan kepala bayi menempel pada angka nol

Pemeriksa 1: Memegang kepala bayi dengan kedua tangan agar

ujung kepala bayi menempel di angka nol

Pemeriksa 2: Tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus dan

tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki.

Pemeriksa 3: membaca angka yang di tunjuk oleh bagian

terluar kaki bayi di tepi luar pengukur

(2) Posisi Berdiri

(a) Lepaskan sandal, sepatu, atau topi yang dipakai

(b) Posisikan anak berdiri tegak dan menghadap ke depan

(c) Posisi punggung, pantat, dan tumit menempel di tiang

pengukur

c. Menentukan Usia

Menentukan usia koreksi dan kronologis, sangat penting menjadi acuan

kita dalam menentukan usia dengan kurva yang kita gunakan. Pada usia < 2

tahun saat kita periksa, wawancara usia kehamilan sangat penting untuk
21

menentukan apakah seseorang anak perlu menggunakan usia koreksi atau

tidak. Jika anak lahir prematur atau kurang bulan, maka usia menggunakan

usia koreksi. Secara sederhana, dapat kita katakan bahwa bayi dilahirkan di

dunia secara resmi menentukan usia kronologinya. Sedangkan usia koreksi

dihitung pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Yang kita gunakan dalam

pengukuran digrafik adalah usia koreksi anak. Namun jika anak tersebut sudah

berumur 2 tahun, maka yang digunakan adalah usia kronologinya. Kita tidak

perlu menghitung lagi usia koreksinya, walaupun anak tersebut lahir prematur.

Cara menghitung usia koreksi adalah dengan megurangi usia kehamilan yang

cukup bulan (aterm) yaitu 40 minggu dengan usia kehamilan saat bayi

prematur lahir.

d. Memilih Grafik yang Sesuai dengan Usia dan Jenis Kelamin

Setelah mendapatkan angka berat badan dan panjang badan/tinggi badan

anak, maka langkah selanjutnya adalah memilih grafik yang sesuai. Grafik

WHO 2006 digunakan untuk anak usia < 5 tahundan grafik CDC 2000

digunakan untuk anak usia > 5 tahun dalam menentukan obesitas.

Penilaian Status Antropometri untuk anak usia 0-5 tahun dengan grafik

WHO (2006).

Gambar 1 Grafik Berat Badan Terhadap Tinggi Badan/Panjang Badan untuk

Anak Laki – Laki Usia 2 – 5 Tahun


22

e. Selalu Perhatikan Interpretasi Grafik Pertumbuhan WHO 2006

f. Memilih Grafik IMT Jika anak berusia < 5 tahun maka menggunakan grafik

WHO 2006 dengan BB/TB. Sementara itu, jika anak berusia > 5 tahun, maka

menggunakan CDC 2000

5. Penatalaksanaan Obesitas

Dengan prinsip menjaga berat badan normal lebih mudah daripada

mengurangi berat badan untuk mencegah terjadinya overweigt. Berikut ini

beberapa cara untuk mencegah overweight - obesitas pada anak :

a. Biasakan anak makan sesuai pada waktunya

b. Kurangi makan di luar rumah dan di luar jam makan

c. Membiasakan sarapan setiap hari dengan menu bergizi dan membawa bekal

ke sekolah

d. Membiasakan makan bersama keluarga minimal 1x sehari

e. Membiasakan anak makan buah dan sayur sebanyak yang direkomendasikan

(≥ 5 porsi sehari)

f. Mengurangi makan dan minum manis

g. Mengurangi makanan berlemak dan gorengan


23

h. Membatasi anak menonton televisi, bermain komputer, game, dan tidak

menyediakan televisi di kamar

i. Mengajak anak melakukan aktivitas fisik, setidaknya 60 menit/hari

j. Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi lebih.

k. Biasakan selalu mengontrol berat badan.

Namun bila ternyata orang tua memiliki anak dalam kondisi overweight atau

bahkan obesitas, dilakukan penanganan yang disebut tatalaksana obesitas. Prinsip

dari tatalaksana obesitas pada anak tentunya berbeda dengan orang dewasa.

Pelaksanaan metode ini harus memperhatikan tumbuh kembang yang sedang

terjadi pada anak sehingga tidak diarahka pada pengurangan asupan makanan

melainkan dengan pengaturan komposisi makanan yang menjadi menu sehat yang

menjadi perencanaan pola diet. Selain dengan perencanaan pola diet, dilakukan

pula olahraga teratur, peningkatan aktivitas fisik, serta usaha modifikasi perilaku

anak untuk hidup sehat. Tujuan perencanaan pola diet adalah menyeimbangkan

perkembangan berat dan tinggi badan pada tingkat yang wajar dan tetap

mempertahankan nafsu makan anak agar tidak terjadi penurunan berat badan

secara berlebih. Diet yang dimaksut tentunya adalah diet seimbang mengikuti

anjuran AKG untuk anak yang sedang mengalami masa tumbuh kembang.

(Fikawati S., Syafiq A., dan Veratmala A., 2017 hal 70)

l. Menetapkan target penurunan berat badan

Makan makanan yang sehat dapat membantu mencegah obesitas orang dapat :

1) Menjaga berat badan yang sehat

2) Membatasi asupan lemak total dan menggeser konsumsi lemak dari lemak

jenuh ke lemak tak jenuh


24

3) Meningkatkan konsumsi buah, sayuran, kacang - kacangan, biji-bijian

m. Membatasi asupan gula dan garam. (Khodaee, G.H dan Saedi Masumeh, 2016

hal 90)

n. Pemberian ASI

Pada masa bayi, pemberian ASI dikatakan memiliki efek protektif

terhadap obesitas. Pemberian ASI menurunkan resiko obesitas pada anak

(AQR = 0.78;95% Cl:0.74, 0.81). Anak yang mendapatkan ASI dengan durasi

lebih singkat memiliki resiko obesitas lebih besar. Anak yang mendapatkan

ASI lebih dari 3 bulan, memiliki risiko kelebihan berat badan lebih rendah

daripada yang lainnya.anak yang mendapatkan susu formula lebih dini

memiliki IMT yang lebih tinggi secara signifikan. Beberapa hipotesis telah

menyebutkan bahwa ASI memiliki kandungan energi dan protein yang lebih

rendah dibandingkan susu formula. Pemberian susu formula rendah protein

pada bayi yang tidak mendapatkan ASI dapat memperlambat kecepatan

pertumbuhan selama bayi sehingga membentu menurunkan risiko terjadinya

obesitas saat dewasa.

o. Perbanyak konsumsi ikan

Konsumsi ikan yang kaya omega-3 dikatakan dapat meningkatkan kadar

adiponektin 14 - 60% yang dapat mencegah terjadinya obesitas.

p. Diet rendah kalori seimbang

Sebagai konsekuensinya, selektif terhadap makanan yang harus dilakukan

secara ketat, yaitu dengan menghindari makanan dan minuman yang tinggi

kalori dan mengandung lemak berlebih. (Akhmad, Y.E, 2016 hal 45).

Untuk mencegah terjadinya ibu hamil kek dengan beberapa cara (Simbolon et

al., 2018 hal28).


25

a. Mengkonsumsi makanan yang cukup secara kuantitas atau jumlah makanan

yang dimakan serta kualitas makanan dan zat gizi yang sesuai kebutuhan serta

suplementasi zat gizi yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil yaitu tablet

tambah darah berisi zat besi dan asam folat kalsium,vitamin A vitamin D ,

iodium.

b. Pengaturan jarak kelahiran, pengobatan penyakit penyerta seperti kecacingan

malaria dan TBC.

c. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu dengan selalu

menggunakan air bersih, cuci tangan dengan air bersih dan sabun

menggunakan jamban sehat memberantas jentik seminggu sekali, makan buah

dan sayur setiap hari melakukan aktivitas fisik setiap hari tidak merokok di

dalam rumah persalinan oleh tenaga kesehatan, memberikan ASI eksklusif dan

menimbang balita setiap bulan merupakan Upaya yang harus dilakukan dalam

rangka mencegah terjadinya kanker pada wanita usia subur, calon pengantin

dan ibu hamil.

d. Segera mengatasi masalah kesehatan yang timbul pada wanita usia subur,

calon pengantin dan ibu hamil kek

e. Mendapatkan pemeriksaan kehamilan terpadu 10T di pelayanan kesehatan

primer atau puskesmas oleh tenaga kesehatan. Pelayanan antenatal terkait gizi

yang wajib dilakukan adalah:

1) Penimbangan berat badan

2) Pengukuran tinggi badan

3) Pengukuran lingkar lengan atas adalah

4) Pemberian tablet tambah darah (tablet Fe)

5) Penyuluhan dan konseling gizi


26

D. Teori Manajemen Kebidanan

a. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah. Penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien.
b. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney

Langkah I: Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang

dikumpulkan meliputi data subyektif dan data obyektif serta data penunjang.

Langkah II: Interpretasi Data

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan, sehingga dapat

merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang spesifik. Rumus

dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan

seperti diagnosa, tetapi membutuhkan penanganan.

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek

kebidanan.

Data Dasar:

Data Subyektif: Adalah data didapat dari klien sebagai suatu pendapat

terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh

tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu sistem interaksi

atau komunikasi. Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya dan ibu

mengatakan anaknya tidak sedang sakit.

Data Obyektif: Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat
27

oleh tenaga kesehatan. Balita terlihat sehat dan gerakannya aktif serta tanda-

tanda vital normal.

b. Masalah

Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan

dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa.

c. Kebutuhan

Adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi

dalam diagnosa dan masalah yang didapat dengan melakukan analisa

data.

Langkah III: Diagnosa Potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,

sambil mengamati klien. Bidan diharapkan bersiap-siap bila diagnosa

atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Langkah IV: Tindakan Segera/ Antisipasi

Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah

atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan tindakan

yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa potensial pada langkah

sebelumnya harus merumuskan tindakan emergency/ segera. Dalam

rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara

mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan.

Langkah V: Rencana Tindakan

Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk


28

membantu klien dalam mencapai kriteria hasil.

Langkah VI: Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik

Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada

langkah kelima dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Perencanaan ini

dilakukan sepenuhnya oleh bidan dan sebagian oleh pasien atau tim

kesehatan lainnya.

Langkah VII: Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan

untuk kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan pasien,

bidan, dokter, dan keluarga. Pada langkah ini evaluasi dari asuhan

kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa.

E. Evidance Based Midwifery

Evidance Based Midwifery didirikan oleh RCM dalam rangka untuk

membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk

pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM Bidan Jurnal telah

dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah lama

berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan dan

praktek. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam

penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru

kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang

diakui untuk platform yang paling ketat dilakukan dan melaporkan


29

penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan.

EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk

penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris

pada tahun 2003. Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam mendorong

maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan

perawatan untuk ibu dan bayi.

EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada

praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai

penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka

terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan,

sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek,

pendidikan dan penelitian lebih lanjut.

Manfaat Evidence Base

Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence

Base antara lain:

a. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan

berdasarkan

bukti ilmiah

b. Meningkatkan kompetensi (kognitif)

c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam

memberikan asuhan yang bermutu

d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan

kebidanan

klien mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti

dan teori
30

serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


BAB III

TINJAUAN KASUS

I. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap


Hari/ Tanggal : Rabu, 30 November 2022 Pukul:12.00 WIB
A. Identitas Anak
1. Nama : An. S
2. Umur : 3 tahun 6 Bulan (42bulan)
3. Tgl/jam lahir : 06 Juni 2019 / 02.00 WIB
4. Jenis Kelamin : Laki - laki
5. BB/PB : 19,5 kg / 108 cm
Identitas Ibu Identitas Ayah
1. Nama : Ny. A 1. Nama :Tn. N
2. Umur : 31 th 2. Umur : 35 th
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Suku Bangsa : Malayu 4. Suku Bangsa: Jawa
5. Pendidikan : S1 5. Pendidikan : S1
6. Pekerjaan : Guru 6. Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : RT.05 Simpang Tuan
B. Anamnesa (Data Subyektif) Pada Ibu
1. Gambaran Lingkungan Keluarga
a. Jumlah keluarga yang tinggal serumah : 5 orang
1) Orang tua
2) Anak pertama (14 tahun)
3) Anak kedua (9 tahun)
4) An. N (3 tahun 6 bulan)
b. Kedekatan anak dengan anggota keluarga lain : Anak dekat dengan seluruh
anggota keluarga. Tidak ada siblings rivalry dengan kakak (jarak usia
jauh). Anak paling dekat dengan ibu dan nenek.
2. Yang mengasuh anak : Anak diasuh sendiri dengan kedua orang tua sendiri
dan kakak-kakaknya.

30
31

3. Riwayat Anak Pada Masa Persalinan


a. Tempat Persalinan : BPM
b. Penolong : Bidan
c. Jenis Persalinan : Spontan, normal
d. Komplikasi/ Kelainan dalam Persalinan : Tidak ada komplikasi selama
persalinan.
e. Setelah partus dilakukan IMD selama 1 jam, bayi mendapat sutikan
vitamin K1, salep mata antibiotika profilaksis, dan imunisasi Hb0.
f. Pemeriksaan antropometri bayi baru lahir
1) Berat badan lahir : 3600 gram
2) Panjang badan : 51 cm
3) Lingkar kepala : 33 cm
4) Lingkar dada : 34 cm
4. Riwayat Anak Pada Masa Neonatus
a. Pemberian ASI eksklusif : Anak langsung mendapat susu formula sejak
usia 0 bulan karena ibu merasa ASI tidak cukup dan harus segera kembali
bekerja. Usia 1 – 6 bulan, susu formula diberikan jarang-jarang. Sejak usia
6 bulan keatas, full menggunakan formula.
b. Kunjungan Neonatus :
1) Kunjungan Neonatus 1
Hasilnya : Berat badan bayi 3700 gram, panjang badan 52 cm, vital
sign dalam batas normal, dilakukan pemeriksaan status pemberian
vitamin K1 dan HB-O, tidak ada keluhan yang dirasakan oleh ibu.
2) Kunjungan Neonatus 2
Hasilnya : Berat badan bayi 3900 gram, panjang badan 52 cm, vital
sign dalam batas normal, dan tidak ada keluhan yang dirasakan oleh
ibu.
3) Kunjungan Neonatus 3
Hasilnya : Berat badan bayi 4000 gram, panjang badan 54 cm, vital
sign dalam batas normal, dan tidak ada keluhan yang dirasakan oleh
ibu.
32

c. Pemberian MPASI pertama kali : Anak mendapatkan MPASI pertama kali


berkisar umur 6 – 7 dengan jenis pertama yang diberikan adalah bubur
instan yang dibuat secara encer.
d. Riwayat Imunisasi
1) Hb0 : 06-06-2019
2) BCG & Polio 1 : 27-07-2019
3) DPT HB 1 & Polio 2 : 28 -08-2019
4) DPT HB 2 & Polio 3 : 28-09-2019
5) DPT HB 3 & Polio 4 : 28- 10-2019
6) Campak : 02-03-2020
7) Penta Booster : 05-06-2021
8) Campak Booster : 05-06-2022
5. Pola Kebiasaan Hidup Sehari-hari
a. Nutrisi
1) Makan : Anak biasa makan 3 kali setiap hari, kadang bervariasi, kadang
tidak. Bergantung pada kemauan anak. Sampai saat ini anak masih suka
disuapi (supaya lebih cepat selesai dan makanan tidak berhamburan).
Anak biasa jajan paling tidak sekali setiap hari, biasanya yang dipilih
adalah susu dan permen. Untuk konsumsi buah, biasanya minimal
seminggu 3 kali, dengan jenis macam-macam, sesuai dengan yang
tersedia. Tidak ada jens buah khusus yang disukai oleh anak.
2) Minum : Anak biasa minum air putih 6 – 7 gelas per hari, susu rasa
madu biasanya 1 – 2 gelas siang hari dan 3 – 4 gelas saat malam hari
(pemberian masih dengan dot). Saat dititipkan ke rumah nenek, anak
rutin minum minimal 1 gelas teh.
b. Istirahat : Anak biasa tidur siang setengah jam sampai 1 jam dan tidur
malam selama 9 - 10 jam ( 20.00 – 06.00 / 07.00)
c. Personal Hygiene : Anak mandi 2 kali sehari (pagi dan sore), keramas
setiap hari, dan berganti baju setiap habis mandi atau mau tidur. Anak
sudah diajari tentang cara cuci tangan dan biasa menerapkan cuci tangan
sesudah buang air dan sesudah main. Kebiasaan anak gosok gigi dengan
sendirinya sebanyak 2 kali sehari, saat mandi pagi dan sore. Setelah selesai
33

makan coklat anak jarang dibiasakan utuk langsung membersihkan mulut


dan gigi.
d. Eliminasi : Anak biasa BAK kurang lebih 5 – 7 kali per hari dan BAB 1
kali per hari rutin. Anak sudah dapat mengatakan jika ingin BAB atau pun
BAK. Anak masih mengompol saat malam hari, terlebih jika minum teh
berlebihan. Tidak ada keluhan saat BAB dan BAK. Anak pernah diare
akibat salah makan.
e. Kebiasaan bermain : Anak suka bermain bola dengan teman-teman sebaya
di lingkungan rumah. Terkadang anak suka jahil dengan teman-teman
sebayanya. Setelah bermain, anak selalu diajak untuk membersihkan
mainannya sendiri.
f. Kebiasaan anak menggunakan gadget : Anak minimal 1 kali memainkan
game dalam sehari (jika hendak tidur, wajib melihat video atau game
sampai tertidur) dan sering menonton tv dengan durasi lebih dari 2 jam
setiap hari, posisi tempat tidur anak dengan dengan tv dekat.
6. Kehidupan sosial anak : Menurut ibu, anaknya termasuk sebagai anak yang
tidak suka mengalah dengan temannya. Anak sangat mudah dekat dengan
orang baru dan bukan anak yang pemalu. Terkadang anak terlihat suka jahil
dengan teman-teman sebayanya saat bermain. Anak biasa diajak ke posyandu
oleh nenek atau bibinya.
7. Keadaan emosional anak : Setiap kali menginginkan sesuatu dan tidak segera
mendapat perhatian dari orang sekitar biasanya anak akan menangis.
Disamping itu jika menginginkan sesuatu, perhatiannya tidak mudah dialihkan.
8. Kondisi Lingkungan Rumah
a. Rumah permanen, pencahayaan dan ventilasi ada, penataan ruangan baik,
dipisahkan antara ruang penerima tamu dengan ruangan berkumpul
keluarga. Kamar mandi tertutup. Luas Bangunan mencapai -+ 1500 m,
dengan jumlah 5 orang anggota keluarga.
b. Hewan peliharaan : Di rumah keluarga tidak memelihara hewan apapun.
c. Terpapar polusi : Ibu mengatakan rumah jauh dari jalan raya ataupun
pabrik. Namun, dalam rumah tersebut terdapat perokok aktif ( Ayah nya
dan biasanya minimal habis 1 bungkus rokok dalam sehari)
34

9. Riwayat Penyakit
a. Terakhir anak sakit : Ibu mengatakan anak sakit terakhir kali 1 bulan yang
lalu (batuk pilek)
b. Tujuan ibu jika anak sakit : Ibu selalu datang ke tenaga kesehatan jika
mendapati anaknya sedang sakit dan memberikan obat yang diberikan oleh
tenaga kesehatan.
c. Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan bahwa dari keluarganya
maupun dari keluarga suaminya tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit menular seperti hepatitis, TBC, dan tidak mempunyai riwayat
penyakit keturunan seperti jantung, DM, maupun hipertensi.
d. Riwayat operasi : anak tidak pernah menjalani tindakan operasi apapun.
e. Riwayat menginap di RS : Anak terakhir menginap di RS 6 bulan yang lalu
akibat demam tinggi yang tidak kunjung turun. Sudah 1 tahun belakangan
ini amandel anak sering membesar dan jika sudah membesar, biasanya
nafsu makan anak akan turun.
C. Pemeriksaan Fisik Anak
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan fisik : Baik, lengkap, normal
b. Kesadaran : komposmetis.
2. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu : 36.60C
b. Nadi : 95 x/menit
c. Respirasi : 38 x/menit
3. Antropometri
a. BB : 19,5 kg
b. TB : 108 cm
c. LK : 46 cm
4. Pemeriksan Fisik Sistematis
a. Kepala :Simetris, tidak ada benjolan abnormal
b. Muka :Simetris, Tidak oedema.
c. Mata :Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ada
pengeluaran secret abnormal. Tampak gerakan berkedip yang
d. Mulut :Simetris, tidak ada stomatitis, Tidak ada pembesaran amandel,
35

e. Hidung :Simetris, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada pengeluaran
secret abnormal
f. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
g. Dada :Simetris, naafas teratur.
h. Perut : Simetris, tidak ada luka bekas operasi, tidak kembung.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Tanggal : 30 November 2022 Pukul : 12.00 WIB
A. DIAGNOSA KEBIDANAN
An. S usia 42 bulan dengan Obesitas
Data Dasar :
1. Hasil pemeriksaan BB/ Umur : Anak dalam garis Kuning (Gizi Berlebih)
2. Hasil Pemeriksaan grafikik BB menurut TB : Hasil +2 SD gemuk
3. Hasil Grafik panjang badan menurut umur : +2 SD
4. Grafik Lingkar kepala : Dalam batas Zona hijau ( Normal)
5. Hasil Pemeriksaan SDIDTK yang terdiri :
a. Hasil Pemeriksaan KPSP : Berdasarkan hasil pemeriksaan KPSP Tidak
ditemukan atau tidak ada keraguan
b. TDD
Berdasarkan hasil pemeriksaan KPSP ditemukan 3 pernyataan
c. TDL : Tidak ada kelainan, anak dapat mencocokkan posisi E s/d
baris ketiga
d. KMME : Tidak ada masalah perilaku emosional
e. CHAT* : Tidak ada kelainan
f. GPPH : Nilai total 9 (Tidak terdapat kelainan)

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL DAN


ANTISIPASI
Tumbuh kembang anak tidak berjalan optimal.
IV. KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA
Konsultasi dengan petugas gizi dan bidan
36

V. PERENCANAAN
1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan pada anak
2. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan KPSP skor anak yang berarti
tumbuh kembang anak sesuai atau normal.
3. Berikan penjelasan pada ibu bahwa anak gendut itu belum tentu sehat dan
menjelaskan apa dampak kegemukan pada anak seperti penyakit degeneratif
meliputi diabetes, kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke pada saat anak
sudah dewasa.
4. Anjurkan ibu untuk membiasakan anak makan sesuai pada waktunya 3 kali
sehari pagi, siang dan sore.
5. Anjurkan ibu agar memantau dan mengurangi makan di luar rumah dan di luar
jam makan, hindari makan malam dan jajan di luar jam makan.
6. Anjurkan ibu agar mengurangi makan dan minum manis untuk anaknya seperti
soft drink, coklat, permen dll.
7. Anjurkan ibu agar mengurangi makanan berlemak dan gorengan seperti santan
8. Membatasi anak menonton televisi, bermain komputer, game,dan tidak
menyediakan televisi di kamar dengan cara menggantinya dengan permainan
yang merlukan aktivitas fisik seperti bersepeda, petak umpet
9. Ajak anak melakukan aktivitas fisik, setidaknya 60 menit/hari
10. Libatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi lebih
dengan mengkonsumsi buah dan sayur seperti apel, jeruk, pisang, pepaya, pear,
bayam, wortel, kentang dll.
11. Anjurkan ibu untuk membiasakan anak sarapan pagi dengan menu bergizi yaitu
rendah lemak tinggi protein dan rendah karbohidrat
12. Anjurkan ibu untuk memperbanyak memberikan konsumsi ikan untuk anaknya.
13. Beritahu ibu untuk membiasakan selalu mengontrol berat badan anak dan rajin
ke posyandu setiap bulannya.
14. Anjurkan ibu membawa anaknya untuk konsultasi ke Dokter Sp.A dan
memberikan rujukan
15. Lakukan Pendokumentasian
37

VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 30 November 2022
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan pertumbuhan anak
Berat badan : 19,5 kg
Tinggi badan : 108 cm
LK : 50 cm
Hasil : Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan KPSP skor anak yang berarti
tumbuh kembang anak sesuai atau normal.
Hasil : Ibu mengetahui tentang perkembangan anaknya
3. Memberikan penjelasan pada ibu bahwa anak gendut itu belum tentu sehat dan
menjelaskan apa dampak kegemukan pada anak seperti penyakit degeneratif
meliputi diabetes, kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke pada saat anak
sudah dewasa.
Hasil :Ibu sudah mulai mengerti
4. Menganjurkan ibu untuk membiasakan anak makan sesuai pada waktunya 3 kali
sehari pagi, siang dan sore.
Hasil : Ibu akan mulai membiasakan anak makan tepat waktu
5. Menganjurkan ibu agar memantau dan mengurangi makan di luar rumah dan di
luar jam makan, hindari makan malam dan jajan di luar jam makan.
Hasil : Ibu akan mulai mengurangi makan di luar rumah dan di luar jam makan
anak
6. Menganjurkan ibu agar mengurangi makan dan minum manis untuk anaknya
seperti soft drink, coklat, permen dll.
Hasil : Ibu mengerti dan akan mencoba mengurangi makan dan minum manis
untuk anaknya
7. Menganjurkan ibu agar mengurangi makanan berlemak dan gorengan seperti
santan
Hasil : Ibu sudah mengerti dan akan mulai mengurangi konsumsi gorengan
untuk anaknya
8. Membatasi anak menonton televisi, bermain komputer, game,dan tidak
menyediakan televisi di kamar dengan cara menggantinya dengan permainan
yang mmerlukan aktivitas fisik seperti bersepeda, petak umpet
38

Hasil : Ibu sudah mengerti dan akan mulai membatasi menonton TV pada anak
9. Mengajak anak melakukan aktivitas fisik, setidaknya 60 menit/hari
Hasil: Ibu akan mulai mengajak anak melakukan aktivitas fisik di luar rumah
10. Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi lebih
dengan mengkonsumsi buah dan sayur seperti apel, jeruk, pisang, pepaya, pear,
bayam, wortel, kentang dll.
Hasil : Ibu sudah mengert idan akan mulai mengajak keluarga untuk membantu
perbaikan gizi anaknya
11. Menganjurkan ibu untuk membiasakan anak sarapan pagi dengan menu bergizi
yaitu rendah lemak tinggi protein dan rendah karbohidrat
Hasil : Ibu sudah mengerti dan saat ini mulai membiasakan memberikan makan
pada anaknya makanan yang rendah karbohidrat.
12. Menganjurkan ibu untuk memperbanyak memberikan konsumsi ikan untuk
anaknya.
Hasil : Ibu mengerti dan akan memperbanyak memberikan konsumsi ikan pada
anaknya.
13. Memberitahu ibu untuk membiasakan selalu mengontrol berat badan anak dan
rajin ke posyandu setiap bulannya.
Hasil : Ibu sudah mengerti dan ibu rajin membawa anaknya ke posyandu setiap
bulannya
16. Menganjurkan ibu membawa anaknya untuk konsultasi ke Dokter Sp.A dan
memberikan rujukan

VII. EVALUASI
1. Semua perencanaan telah dilakukan dan telah didokumentasikan
2. Ibu sudah memahami semua hal yang disampaikan
3. Ibu mampu mengulangi penjelasan-penjelasan yang disampaikan
4. Ibu bersedia membawa anaknya ke Dokter Sp.A
39

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang analisis kasus faktor-faktor penyebab
terjadinya obesitas pada balita 42 bulan dengan kajian teori jurnal /Evidence Based
Kebidanan (EBM).
Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan bagi orang dewasa dan usia
balita. Jika kegemukan terjadi pada masa balita kemungkinan besar kegemukan akan
menetap sampai dewasa. Sebagian masyarakat masih mempunyai anggapan bahwa
balita yang gemuk menandakan balita yang sehat dan bukan sebagai masalah yang
perlu di lakukan tatalaksana. Obesitas pada balita disebabkan karena kebiasaan pada
pola makan, makanan siap saji salah satu contoh penyebabnya. Obesitas mempunyai
dampak terhadap tumbuh kembang anak, terutama aspek perkembangan psikososial.
Dampak dari obesitas juga berpotensi mengalami berbagai penyakit yang
menyebabkan kematian antara lain penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, dan
lain-lain.
Masalah obesitas saat ini merupakan masalah yang actual. Masalah obesitas
bukan hanya terjadi pada negara barat saja seperti Amerika tetapi juga sudah banyak
ditemukan di Negara-negara berkembang misalnya saja Indonesia. Peningkatan
kemakmuran di Indonesia juga diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan
makan. Pola makan terutama di kota besar, bergeser dari pola makan tradisional ke
pola makan barat yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola
makan tersebut merupakan jenis-jenis makanan yang bermanfaat, akan tetapi secara
potensial mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori jika dikonsumsi secara
irrasional. Berbagai makanan yang tergolong fast food tersebut adalah kentang
goreng, ayam goreng, hamburger, pizza, hotdog, dan lain-lain. (Diana, Yuliana,
Yasmin, & Hardinsyah, 2013 hal 56) Setiap tahunnya angka kejadian obesitas pada
balita terus meningkat, maka dari itu diperlukan pengetahuan orang tua tentang
obesitas pada balita (Diana, Yuliana, Yasmin, & Hardinsyah, 2013 hal 57)
Banyak faktor penyebab obesitas pada anak, antara lain pemberian ASI,
pemberian MP-ASI terlalu dini dan asupan nutrisi yang berasal dari jenis makanan
olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan cepat
40

saji/ fast food yang tersedia di gerai makanan. Selain itu, obesitas dapat terjadi pada
anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan mengkonsumsi ASI, tetapi
menggunakan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang
dibutuhkan bayi/anak akibatnya anak akan mengalami kelebihan berat badan saat
berusia 4-5 tahun (Sari, 2012).
Menurut Penelitian Indanah et.all (2021) penelitian ini adalah terdapat
hubungan yang signifikan antara factor pola makan, pemberian ASI, tingkat stress
dan obesitas pada ayah dengan kejadian obesitas pada balita di desa NGemplak
Wilayah Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus (p value < 0,05; α =0,05).
Dalam penelitian Fitriarni (2012) didapatkan proporsi kegemukan pada anak
usia 6-23 bulan adalah 22,6% dan proporsi ASI eksklusif sebesar 19,9%. Dari
hasil uji chisquare diketahui tidak ada hubungan bermakna antara ASI eksklusif
dengan kegemukan, sedangkan hubungan yang bermakna ditemukan pada
variable berat lahir, pekerjaan ibu dan pengeluaran keluarga. Hasil
penelitian tersebut didukung dengan penelitian Ekawati (2013) dengan
penelitian analitik menggunakan desain kasus control. Balita dengan kegemukan
umur 6-59 bulan dan sejumlah 215 dengan control balita yang tidak gemuk
6-59 bulan. Hasil analisis multivariat menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara riwayat pemberian ASI tidak eksklusif dengan kegemukan ada balita 6-
59 bulan.
Hasil penelitian Satyawati dan Sidiartha(2015) dengan penelitian studi
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Data dianalisis
menggunakan Chi-square test, risk estimated, danregresi logistic didapatkan
hasil bahwa 16 dari 55 anak yang mendapat ASI lebih dari 1 tahun (29,1%)
mengalami obesitas. Dua puluh satu dari 60 anak yang mendapat ASI kurang
dari atau sama dengan 1 tahun (35%) mengalami obesitas, dan 6 dari 13 anak
yang tidak mendapat ASI sama sekali (46,2%) mengalami obesitas. Risiko
obesitas lebih tinggi pada anak yang tidak mendapat ASI. Hasil analisisbivariat
terhadap riwayat pemberian ASI ditemukan nilai p= 0,537, Odd ratio (OR)
0,758, 95% interval kepercayaan (0,314;1,829). Durasi pemberian ASI didapatkan
nilai p= 0,479. Penelitian ini menemukan riwayat pemberian ASI dan
durasi pemberian ASI tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian
obesitas pada anak Sekolah Dasar.
41

BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada anak An. S 3 tahun 6 bulan dengan
obesitas di Puskesmas Simpang Tuan di Kab. Tanjung Jabung Timur, maka
penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Anak An. S, penulis telah mampu
melakukan pengkajian dengan baik. pengkajian tersebut didapat dari
pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan objektif pasien di mana dari
data pasien yaitu pasien bernama An. S umur 3 tahun 6 bulan dengan
obesitas. Data objektif dilihat dari keadaan umum baik kesadaran
composmentis dan TTV dalam batas normal.
2. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan
diagnosa kebidanan An. S umur 3 tahun 6 bulan dengan obesitas yang didapat
dari data subjektif dan objektif dari hasil pengkajian. Pada kasus ini ibu tidak
mengalami masalah kelebihan berat badan, psikososial anak nantinya
3. Penulis telah mampu mengidentifikasi adanya diagnosa atau masalah
potensial yang mungkin akan terjadi pada An. S yaitu tumbuh kembang anak
tidak berjalan optimal dan psikososial
4. Penulis telah mampu mengidentifikasi adanya tindakan segera terhadap
keluhan An. S yaitu konsultasi dengan petugas gizi dan bidan mengenai diet
untuk balita.
5. Penulis telah mampu memberikan rencana asuhan kebidanan An. S umur 3
tahun 6 bulan dengan obesitas sesuai dengan asuhan yang diberikan yaitu
dengan memberikan informasi yang tepat mengenai keluhan yang dialami
dan cara penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan keluhan yang dialami
anak.
6. Penulis telah mampu melakukan pelaksanaan yang telah dilakukan sesuai
dengan rencana asuhan kebidanan yang diberikan.
7. Penulis telah mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan sesuai dengan rencana asuhan kebidanan yang diberikan
42

B. Saran .
1. Bagi Puskesmas Simpang Tuan
Dalam memberikan pelayanan kebidanan Khususnya deteksi dini
tumbuh kembang di Puskesmas simpang Taun hendaknya selalu memberikan
KIE kepada klien sesuai dengan kebutuhannya. KIE tersebut dapat berupa
Edukasi dan Motivasi kepada klien agar peduli terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak
2. Bagi Institusi
Dapat memberikan pembekalan sebelum mahasiswa diturunkan ke
lahan praktik sesuai dengan tujuan kompetensi yang ingin dicapai sehingga
mahasiswa dapat lebih mudah menggali dan menerapkan ketampilan sesuai
dengan teori yang telah dipelajari.
3. Bagi Penulis/ Mahasiswa
Penulis yang bertugas sebagai Bidan merupakan ujung tombak dalam
menurunkan AKI dan AKB sehingga perlu meningkatkan pengetahuan dan
keterempilan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dan
berkualitas kepada masyarakat.
4. Bagi klien
Klien (anak) dan orang tua anak, diharapkan melakukan pemeriksaan
anaknya secara rutin sesuai saran tenaga kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Amelia, Aurora Andari. (2017). Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Dan Lama Waktu
Tidur Dengan Risiko Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2017.

Anggraini, Lonia. (2014). Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi
Pada Anak Usia Prasekolah di Kota Semarang.

Barlow Se. (2007). Expert Committee Recommendations Regarding the Prevention,


Assesment, and Treatment of Child and Adolescent overweight and Obesity:
Summary Report. US: Pediatrics.

Batubara, Jose. R.L. et al. (2010). Buku Ajar Endokrinologi Anak Edisi I. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI

Bhuiyan, M., Zaman, S., & Ahmed, T. (2013). Risk factors associated with
overweight and obesity among urban school children and adolescents in Bangladesh:
a case. BMC Pediatrics.

Budiwiarti, Y.E. (2012). Gizi Pada Anak Obesitas.

Cahyono, J.B. Suharjo B. (2008). Perubahan Gaya hidup dan Penyakit Kronis
Modern. Gaya Hidup & Penyakit Modern.

Danari, Angel Lolita., Nelly, M,.& Franly, Onibala. (2013). Ejournal Keperwatan:
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak SD Di Kota
Manado, 1(1), 1-4.

Dewi, dkk. (2014). Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Kejadian Overweight
Pada Anak Sekolah Dasar Katolik Frater Bakti Luhur Makassar

Anda mungkin juga menyukai