DOSEN PENGAMPU :
Titik Hindriati,S.Pd, M.Kes
Oleh :
Siti Najmah
PO. 71242220087
Mahasiswa
Siti Najmah
PO.71242220087
Mengetahui :
Perseptor Akademik
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kebidanan stase Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah yang merupakan
salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan
bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kepada :
1. Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi
3. Titik Hindriani,S.Pd, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Institusi
4. Nuraini, S.Tr.Keb selaku pembimbing lahan.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………… i
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan ................................................................................................ 3
D. Manfaat............................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …....................................................... 6
A. Tinjauan Teori …............................................................................... 6
B. Teori Manajemen Kebidanan.............................................................. 20
C. Evidance Based Midwifery………………………………..…………
BAB III PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN .......... 14
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………… 18
BAB.V PENUTUP …………………………………………………… 20
A. Kesimpulan ........................................................................................ 20
B. Saran ……………………………………………...........………….. 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
emosional dan sosial. Seorang dikatakan overweight bila berat badannya 10% sampai
dengan 20% berat badan normal, sedangkan seseorang disebut obesitas apabila
kelebihan berat badan mencapai lebih 20% dari berat normal. Obesitas saat ini
kejadiaan overweight terus naik dari 5% menjadi 7%. Secara global tahun 2012 44
juta anak 0,5 tahun mengalami overweight, 18% berasal dari Afrika Selatan, dan 7%
Berdasarkan laporan gizi global atau Global Nutrition Report (2014), Indonesia
stunting (pendek), wasting (kurus), dan juga overweight (obesitas). Data riset
menurut BB/TB pada anak usia 0-59 bulan sebesar 11,8% sedangkan data survey
pemantauan status gizi (PSG, 2015) menyatakan bahwa prevalensi balita gemuk
menurut BB/TB usia 0-59 bulan sebesar 5,3%. (Kemenkes RI, 2017)
Secara umum, obesitas disebabkan oleh tiga faktor, yakni faktor perilaku,
1
2
prevalensi kegemukan, tanpa disadari teknologi menggiring kita untuk bergaya hidup
sedentary diantaranya kurang beraktifitas fisik, makan makanan instan, dan kurang
mengonsumsi buah dan sayur. Faktor lain yang dapat memengaruhi terjadinya
obesitas pada anak yaitu pola asuh orang tua terutama pola pemberian makan. Mulai
dari rendahnya ASI Eksklusif karena tergoda memberikan susu formula yang tinggi
lemak dan mengandung gula, sampai pada pemberian makanan rendah protein
namun tinggi gula, garam, dan lemak salah satunya adalah makanan instan.
Selain itu, terdapat pula dampak jangka pendek obesitas seperti, anak obesitas
darah tinggi, dampak psikososial, dimana anak cenderung tidak percaya diri dan
dijauhi atau menarik diri dalam pergaulan. Hal ini akan menyebabkan anak enggan
untuk beraktivitas dan bergaul dengan teman sebayanya, Sleep Apnea (kegagalan
untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar
oksigen dalam darah), pertumbuhan fisik yang lebih cepat serta usia tulang yang
lebih lanjut dari usia kronologinya, masalah ortopedi akibat beban tubuh yang terlalu
berat, gangguan endokrin (pada anak prempuan menarche lebih cepat terjadi
Prinsip dari tatalaksana obesitas pada anak tentunya berbeda dengan orang
dewasa. Pelaksanaan metode ini harus memperhatikan tumbuh kembang yang sedang
terjadi pada anak sehingga tidak diarahkan pada pengurangan asupan makanan
melainkan dengan pengaturan komposisi makanan yang menjadi menu sehat yang
menjadi perencanaan pola diet. Selain dengan perencanaan pola diet, dilakukan pula
3
olahraga teratur, peningkatan aktivitas fisik, serta usaha modifikasi perilaku anak
perkembangan berat dan tinggi badan pada tingkat yang wajar dan tetap
mempertahankan nafsu makan anak agar tidak terjadi penurunan berat badan secara
berlebih. Diet yang dimaksut tentunya adalah diet seimbang mengikuti anjuran AKG
untuk anak yang sedang mengalami masa tumbuh kembang (Fikawati Sandra dkk,
2017, hal.56).
yang berjudul Asuhan Kebidanan Tumbuh Kembang Pada Balita S Dengan Obesitas
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik
C. Tujuan Kasus
1. Tujuan Umum
menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu:
Obesitas.
Dengan Obesitas.
Dengan Obesitas.
D. Manfaat
dengan obesitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
1. Pengertian
Anak balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk
yang berada dalam rentang usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan yaitu, golongan usia bayi (0 - 2 tahun), golongan batita (2 -
kelompok usia balita adalah 0 - 60 bulan. Sumber lain mengatakan bahwa usia
balita adalah 1 - 5 tahun. (Andriani Merryana dan Wirjatmadi Bambang, 2012 hal.
87)
Masa bayi adalah masa terjadinya pertumbuhan yang pesat. Terutama pada
dua tahun pertama kehidupan. Jika dihitung dari saat kelahiran, berat bayi akan
bertambah hingga dua kali lipat pada bulan ke 4, setelah itu pertumbuhan akan
sedikit melambat, begitu pula pada panjang badan bayi. (Marmi dan Rahardjo
2. Tumbuh Kembang
sebagai berikut :
5
6
individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga
1) Faktor Genetik
b) Jenis kelamin
c) Suku bangsa
a) Pertumbuhan dapat terganggu bila jumlah salah satu jenis zat yang
tubuh.
3) Faktor Lingkungan
a) Faktor Pre Natal Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin,
dan akut
rumah.
kasih sayang
dibina/dipantau yaitu :
1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot - otot kecil, tetapi memerlukan
dsb.
3) Bersosialisasi
kehidupan sehari - hari termasuk buang air besar (BAB) maupun buang air
kecil (BAK).
6) Mempelajari nilai - nilai keluarga dasar. (Oktiawati Anisa dkk, 2017, hal
134)
B. Konsep Gizi
1. Pengertian Gizi
dalam tubuh (intake) dari makanan dengan zat gizi yang dibutuhkan untuk
dengan interprestasi informasi dari hasil beberapa metode penilaian status gizi
anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk. Untuk hal tersebut
maka berat badan dan tinggi badan hasil pengukuran dibandingkan dengan suatu
standar internasional yang dikeluarkan oleh WHO. Status gizi tidak hanya
diperlukan adanya perilaku penunjang dari para orang tua, ibu atau pengasuh
kepada balitanya. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan gizi seimbang
adalah makanan yang dikonsumsi balita dalam satu hari yang beraneka ragam dan
mengandung zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur sesuai dengan kebutuhan
tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari derajad kesehatan dan tumbuh kembang
dimakan sehari – hari. Kebutuhan gizi balita dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin, kegiatan dan suhu lingkungan udara dingin dan panas. Kebutuhan gizi
a. Energi
b. Protein
c. Lemak
karya nasional pangan dan gizi (WKNPG) tahun 1998, umur dikelompokkan
C. Obesitas
1. Pengertian Obesitas
lemak berlebih dari yang di perlukan untuk fungsi tubuh. Seorang bayi yang
kegemukan mempunyai kemungkinan yang lebih besar pada masa pubertas dan
dewasa. Hal ini karena faktor keturunan dan juga karena pola makan yang kurang
yang dapat mengganggu kesehatan. Pada bayi dan anak di bawah 5 tahun obesitas
usia dinilai menurut WHO "standar Child pertumbuhan" (berat badan – untuk -
panjang, berat - forheight) dan Referensi WHO untuk 5-19 tahun (indeks massa
tubuh – untuk usia) . Pada 2013, 42 juta bayi dan anak - anak kelebihan berat
badan atau obesitas, world wide1 dan 70 juta anak - anak akan kelebihan berat
badan atau obesitas pada tahun 2025 jika saat ini tren. Tanpa intervensi, bayi
kelebihan berat badan dan anak - anak kemungkinan akan terus menjadi kelebihan
berat badan selama masa kanak - kanak, remaja, dan dewasa. Obesitas dimasa
2. Etiologi
a. Penyebab Obesitas
masyarakat terhadap definisi ‘’anak sehat’’. Sebagai contoh pada ras Hispanik
dikenal bahwa semakin gemuk anak maka semakin sehat anak tersebut. Hal
11
ini mendorong para ibu untuk membentuk perilaku makan di keluarga yang
contoh gaya hidup dapat mempengaruhi gen FTO (fat mass and obesity
terhadap IMT 2, 5 kali lipat lebih tinggi pada individu yang memiliki aktivitas
fisik jika berjalan lambat dibandingkan pada individu yang berjalan cepat.
tidak terkontrol dan dan emosi saat makan. oleh karena itu, pengendalian
makan sangat diperlukan dalam mencegah dan menangani obesitas pada anak
jika obesitas dapat menyebabkan gangguan psikis pada anak seperti depresi
melitus. Adanya kerentanan genetik pada gen FTO dapat meningkatkan risiko
overweight, diantaranya pola makan yang salah (orang tua biasa memberikan
makan pada anak dengan jumlah yang berlebih, mengandung gula, dan lemak
modern dimana anak kurang mempunyai aktivitas, stres yang dilarikan pada
makanan, dan bahkan faktor keturunan. (Fikawati S., Syafiq A., dan
1) Faktor lingkungan
berpengaruh pada obesitas terdiri atas faktor sosial dan faktor budaya.
yang aktif, konsumsi tinggi gula dan tinggi lemak, dan adanya edukator
2) Faktor genetis
kelebihan berat badan pada anak - anak obesitas umumnya berasal dari
keluarga dengan orang tua obesitas. Bila salah satu orangtua obesitas, kira
kedua orang tua obesitas 80% anak – anaknya akan menjadi obesitas.
Y.E, 2016) Resiko obesitas juga dapat dipengaruhi oleh bangsa dan suku
pada anak yang berasal dari ras Hispanik (22, 4%) dibandingkan anak
yang berasal dari bukan Hispanik (20, 2%). Prevalensi obesitas tersebut
lebih tinggi pada ras kulit hitam dibandingkan kulit putih. Pengaruh ini
Faktor lain yang sangat berpengaruh adalah kontrol dari orang tua
yang sangat kurang. Orang tua zaman sekarang lebih mengutamakan karir
kesehatan anak. Di akhir pekan mereka lebih suka membawa anak – anak
rumah untuk memasak makanan yang lebih sehat. Padahal ini adalah
tindakan yang kurang benar. Dengan begitu, orang tua sama saja telah
kembang anak dapat berjalan dengan lancar serta memperbaiki gizi anak
– anak.
Kurangnya pengetahuan dari orang tua bisa menjadi salah satu faktor
menangis belum tentu lapar karena ada kemungkinan ia merasa sakit pada
bagian tubuh tertentu atau karena popoknya basah. Sayangnya, masih ada
saja orang tua yang memberikan makan ketika bayi mereka menangis Hal
itu masih ditambah dengan pola makan bayi yang berlebihan. Banyak
orang tua yang beranggapan bahwa badan anak yang montok menandakan
14
5) Kurangnya aktivitas
badan di luar batas normal . Setidaknya hingga beberapa belas tahun yang
bermain game online, yang masih ditambah dengan ngemil makanan kecil
yang penuh dengan penyedap rasa buatan (MSG). Aktivitas yang mereka
sementara kalori yang masuk lebih besar daripada yang digunakan. Gaya
Salah satu faktor penyebab obesitas pada anak – anak adalah gaya
hidup anak masa kini yang semakin jauh dari perilaku hidup sehat.
mengkonsumsi junk food, yaitu makanan dan minuman cepat saji yang
serat, vitamin dan mineralnya sedikit. Selain itu, makanan tidak sehat
tersebut juga mengandung banyak lemak jenuh atau kolesterol dan zat
minuman yang tergolong dalam junk food, antara lain pizza, hot dog,
15
hormon genetik, dan sebagainya. Namun penyebab ini hanya kurang dari 10%
1) Genetik
sampai 8 kali lebih tinggi dibanding anak dengan orangtua normal. Oleh
karena itu, bayi yang lahir dari orang tua obesitas akan mempunyai
kecenderungan menjadi gemuk. Terlebih lagi gemuk di saat bayi atau anak
nanti.
2) Lingkungan
3) Psikologi
menyebabkan kegemukan.
4) Fisiologis
Meskipun bisa terjadi pada segala usia, namun kelebihan berat badan
Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertmbahnya usia, dan hal ini
overweight. Anak yang kurang aktif membutuhkan energi lebih sedikit daripada
anak aktif, tetapi jika anak kurang aktif makan makanan dengan porsi yang rata –
rata sama dengan anak seusianya, secara gradual dapat menyebabkan overweight.
Aktivitas yang dapat memicu hal tersebut antara lain menonton TV, bermain
game atau komputer yang tidak jarang ditemani dengan makanan cemilan rendah
Seseorang yang telah mengalami overweight sejak kecil dan tidak diatasi,
kemungkinan akan tetap overweight hingga dewasa dan prospek anak yang
mengalami kondisi ini akan mendapatkan masalah kesehatan pada saat dewasa
c. Stroke
e. Gagal jantung
f. Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar)
i. Osteoartritis
ngantuk)
17
karena mereka cenderung memiliki ukuran jantung lebih besar dan kolesterol
yang jumlahnya terus bertambah dapat menumpuk serta menempel pada dinding
pembuluh darah sehingga dapat menghambat aliran darah. Oleh karena itu, orang
tua mempunyai peranan penting untuk mengontrol berat badan anak mulai dari
masa bayi. (Fikawati S., Syafiq A., dan Veratmala A., 2017 hal 100).
atau tekanan darah tinggi. Menurut penelitian dengan sampel anak uaia 5 - 17
tahun, sebesar 70% anak obes memiliki setidaknya satu faktor risiko penyakit
kardiovaskuler .
b. Dampak psikososial, dimana anak cenderung tidk percaya diri dan dijauhi atau
menarik diri dalam pergaulan. Hal ini akan menyebabkan anak enggan untuk
c. Sleep Apnea (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur,
d. Pertumbuhan fisik yang lebih cepat serta usia tulang yang lebih lanjut dari usia
kronologinya
f. Resistens insulin
besar)
h. Cacat
18
Obesitas menyebabkan lipatan kulit semakin banyak dan tebal. Pada saat anak
berkeringat dapat terjadi gesekkan pada lipatan kulit sehingga menimbulkan ruam
dan gatal.
Hal sederhana yang dapat membawa kita untuk memastikan bahwa anak
3) Perut buncit
5) Pada anak laki – laki dada membusung dan payudara sedikit membesar,
serta penis mengcil tidak terlihat secara utuh karena tertutup oleh
timbunan lemak
6) Pada anak perempuan datangnya pubertas lebih dini yaitu usia kurang dari
(b) Sebelum ditimbang, sebaiknya baju, kaos kaki, topi, dan sarung
tangan dilepas.
(c) Timbangan yang diletakkan pada meja yang datar dan tidak
mudah bergerak
timbangan
(a) Letakkan timbangan injak di atas lantai yang datar dan tidak
mudah bergoyang
(d) Lepaskan kaos kaki, sandal, sepatu, topi atau bawaan lain yang
(g) Baca teliti angka timbangan atau angka yang ditunjuk oleh
jarum timbangan
(h) Bila anak terus bergerak, maka perhatikan gerakan jarum dan
kiri
pengukur
c. Menentukan Usia
kita dalam menentukan usia dengan kurva yang kita gunakan. Pada usia < 2
tahun saat kita periksa, wawancara usia kehamilan sangat penting untuk
21
tidak. Jika anak lahir prematur atau kurang bulan, maka usia menggunakan
usia koreksi. Secara sederhana, dapat kita katakan bahwa bayi dilahirkan di
dihitung pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Yang kita gunakan dalam
pengukuran digrafik adalah usia koreksi anak. Namun jika anak tersebut sudah
berumur 2 tahun, maka yang digunakan adalah usia kronologinya. Kita tidak
perlu menghitung lagi usia koreksinya, walaupun anak tersebut lahir prematur.
Cara menghitung usia koreksi adalah dengan megurangi usia kehamilan yang
cukup bulan (aterm) yaitu 40 minggu dengan usia kehamilan saat bayi
prematur lahir.
anak, maka langkah selanjutnya adalah memilih grafik yang sesuai. Grafik
WHO 2006 digunakan untuk anak usia < 5 tahundan grafik CDC 2000
Penilaian Status Antropometri untuk anak usia 0-5 tahun dengan grafik
WHO (2006).
f. Memilih Grafik IMT Jika anak berusia < 5 tahun maka menggunakan grafik
WHO 2006 dengan BB/TB. Sementara itu, jika anak berusia > 5 tahun, maka
5. Penatalaksanaan Obesitas
c. Membiasakan sarapan setiap hari dengan menu bergizi dan membawa bekal
ke sekolah
(≥ 5 porsi sehari)
j. Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi lebih.
Namun bila ternyata orang tua memiliki anak dalam kondisi overweight atau
dari tatalaksana obesitas pada anak tentunya berbeda dengan orang dewasa.
terjadi pada anak sehingga tidak diarahka pada pengurangan asupan makanan
melainkan dengan pengaturan komposisi makanan yang menjadi menu sehat yang
menjadi perencanaan pola diet. Selain dengan perencanaan pola diet, dilakukan
pula olahraga teratur, peningkatan aktivitas fisik, serta usaha modifikasi perilaku
anak untuk hidup sehat. Tujuan perencanaan pola diet adalah menyeimbangkan
perkembangan berat dan tinggi badan pada tingkat yang wajar dan tetap
mempertahankan nafsu makan anak agar tidak terjadi penurunan berat badan
secara berlebih. Diet yang dimaksut tentunya adalah diet seimbang mengikuti
anjuran AKG untuk anak yang sedang mengalami masa tumbuh kembang.
(Fikawati S., Syafiq A., dan Veratmala A., 2017 hal 70)
Makan makanan yang sehat dapat membantu mencegah obesitas orang dapat :
2) Membatasi asupan lemak total dan menggeser konsumsi lemak dari lemak
m. Membatasi asupan gula dan garam. (Khodaee, G.H dan Saedi Masumeh, 2016
hal 90)
n. Pemberian ASI
(AQR = 0.78;95% Cl:0.74, 0.81). Anak yang mendapatkan ASI dengan durasi
lebih singkat memiliki resiko obesitas lebih besar. Anak yang mendapatkan
ASI lebih dari 3 bulan, memiliki risiko kelebihan berat badan lebih rendah
memiliki IMT yang lebih tinggi secara signifikan. Beberapa hipotesis telah
menyebutkan bahwa ASI memiliki kandungan energi dan protein yang lebih
secara ketat, yaitu dengan menghindari makanan dan minuman yang tinggi
kalori dan mengandung lemak berlebih. (Akhmad, Y.E, 2016 hal 45).
Untuk mencegah terjadinya ibu hamil kek dengan beberapa cara (Simbolon et
yang dimakan serta kualitas makanan dan zat gizi yang sesuai kebutuhan serta
suplementasi zat gizi yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil yaitu tablet
tambah darah berisi zat besi dan asam folat kalsium,vitamin A vitamin D ,
iodium.
c. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu dengan selalu
menggunakan air bersih, cuci tangan dengan air bersih dan sabun
dan sayur setiap hari melakukan aktivitas fisik setiap hari tidak merokok di
dalam rumah persalinan oleh tenaga kesehatan, memberikan ASI eksklusif dan
menimbang balita setiap bulan merupakan Upaya yang harus dilakukan dalam
rangka mencegah terjadinya kanker pada wanita usia subur, calon pengantin
d. Segera mengatasi masalah kesehatan yang timbul pada wanita usia subur,
primer atau puskesmas oleh tenaga kesehatan. Pelayanan antenatal terkait gizi
a. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah. Penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien.
b. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney
Langkah I: Pengkajian
Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang
dikumpulkan meliputi data subyektif dan data obyektif serta data penunjang.
a. Diagnosa Kebidanan
kebidanan.
Data Dasar:
Data Subyektif: Adalah data didapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh
Data Obyektif: Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat
27
oleh tenaga kesehatan. Balita terlihat sehat dan gerakannya aktif serta tanda-
b. Masalah
c. Kebutuhan
data.
dilakukan sepenuhnya oleh bidan dan sebagian oleh pasien atau tim
kesehatan lainnya.
bidan, dokter, dan keluarga. Pada langkah ini evaluasi dari asuhan
dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah lama
praktek. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan.
pada tahun 2003. Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam mendorong
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada
praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai
sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek,
berdasarkan
bukti ilmiah
kebidanan
dan teori
30
TINJAUAN KASUS
30
31
9. Riwayat Penyakit
a. Terakhir anak sakit : Ibu mengatakan anak sakit terakhir kali 1 bulan yang
lalu (batuk pilek)
b. Tujuan ibu jika anak sakit : Ibu selalu datang ke tenaga kesehatan jika
mendapati anaknya sedang sakit dan memberikan obat yang diberikan oleh
tenaga kesehatan.
c. Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan bahwa dari keluarganya
maupun dari keluarga suaminya tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit menular seperti hepatitis, TBC, dan tidak mempunyai riwayat
penyakit keturunan seperti jantung, DM, maupun hipertensi.
d. Riwayat operasi : anak tidak pernah menjalani tindakan operasi apapun.
e. Riwayat menginap di RS : Anak terakhir menginap di RS 6 bulan yang lalu
akibat demam tinggi yang tidak kunjung turun. Sudah 1 tahun belakangan
ini amandel anak sering membesar dan jika sudah membesar, biasanya
nafsu makan anak akan turun.
C. Pemeriksaan Fisik Anak
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan fisik : Baik, lengkap, normal
b. Kesadaran : komposmetis.
2. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu : 36.60C
b. Nadi : 95 x/menit
c. Respirasi : 38 x/menit
3. Antropometri
a. BB : 19,5 kg
b. TB : 108 cm
c. LK : 46 cm
4. Pemeriksan Fisik Sistematis
a. Kepala :Simetris, tidak ada benjolan abnormal
b. Muka :Simetris, Tidak oedema.
c. Mata :Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ada
pengeluaran secret abnormal. Tampak gerakan berkedip yang
d. Mulut :Simetris, tidak ada stomatitis, Tidak ada pembesaran amandel,
35
e. Hidung :Simetris, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada pengeluaran
secret abnormal
f. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
g. Dada :Simetris, naafas teratur.
h. Perut : Simetris, tidak ada luka bekas operasi, tidak kembung.
V. PERENCANAAN
1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan pada anak
2. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan KPSP skor anak yang berarti
tumbuh kembang anak sesuai atau normal.
3. Berikan penjelasan pada ibu bahwa anak gendut itu belum tentu sehat dan
menjelaskan apa dampak kegemukan pada anak seperti penyakit degeneratif
meliputi diabetes, kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke pada saat anak
sudah dewasa.
4. Anjurkan ibu untuk membiasakan anak makan sesuai pada waktunya 3 kali
sehari pagi, siang dan sore.
5. Anjurkan ibu agar memantau dan mengurangi makan di luar rumah dan di luar
jam makan, hindari makan malam dan jajan di luar jam makan.
6. Anjurkan ibu agar mengurangi makan dan minum manis untuk anaknya seperti
soft drink, coklat, permen dll.
7. Anjurkan ibu agar mengurangi makanan berlemak dan gorengan seperti santan
8. Membatasi anak menonton televisi, bermain komputer, game,dan tidak
menyediakan televisi di kamar dengan cara menggantinya dengan permainan
yang merlukan aktivitas fisik seperti bersepeda, petak umpet
9. Ajak anak melakukan aktivitas fisik, setidaknya 60 menit/hari
10. Libatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi lebih
dengan mengkonsumsi buah dan sayur seperti apel, jeruk, pisang, pepaya, pear,
bayam, wortel, kentang dll.
11. Anjurkan ibu untuk membiasakan anak sarapan pagi dengan menu bergizi yaitu
rendah lemak tinggi protein dan rendah karbohidrat
12. Anjurkan ibu untuk memperbanyak memberikan konsumsi ikan untuk anaknya.
13. Beritahu ibu untuk membiasakan selalu mengontrol berat badan anak dan rajin
ke posyandu setiap bulannya.
14. Anjurkan ibu membawa anaknya untuk konsultasi ke Dokter Sp.A dan
memberikan rujukan
15. Lakukan Pendokumentasian
37
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 30 November 2022
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan pertumbuhan anak
Berat badan : 19,5 kg
Tinggi badan : 108 cm
LK : 50 cm
Hasil : Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan KPSP skor anak yang berarti
tumbuh kembang anak sesuai atau normal.
Hasil : Ibu mengetahui tentang perkembangan anaknya
3. Memberikan penjelasan pada ibu bahwa anak gendut itu belum tentu sehat dan
menjelaskan apa dampak kegemukan pada anak seperti penyakit degeneratif
meliputi diabetes, kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke pada saat anak
sudah dewasa.
Hasil :Ibu sudah mulai mengerti
4. Menganjurkan ibu untuk membiasakan anak makan sesuai pada waktunya 3 kali
sehari pagi, siang dan sore.
Hasil : Ibu akan mulai membiasakan anak makan tepat waktu
5. Menganjurkan ibu agar memantau dan mengurangi makan di luar rumah dan di
luar jam makan, hindari makan malam dan jajan di luar jam makan.
Hasil : Ibu akan mulai mengurangi makan di luar rumah dan di luar jam makan
anak
6. Menganjurkan ibu agar mengurangi makan dan minum manis untuk anaknya
seperti soft drink, coklat, permen dll.
Hasil : Ibu mengerti dan akan mencoba mengurangi makan dan minum manis
untuk anaknya
7. Menganjurkan ibu agar mengurangi makanan berlemak dan gorengan seperti
santan
Hasil : Ibu sudah mengerti dan akan mulai mengurangi konsumsi gorengan
untuk anaknya
8. Membatasi anak menonton televisi, bermain komputer, game,dan tidak
menyediakan televisi di kamar dengan cara menggantinya dengan permainan
yang mmerlukan aktivitas fisik seperti bersepeda, petak umpet
38
Hasil : Ibu sudah mengerti dan akan mulai membatasi menonton TV pada anak
9. Mengajak anak melakukan aktivitas fisik, setidaknya 60 menit/hari
Hasil: Ibu akan mulai mengajak anak melakukan aktivitas fisik di luar rumah
10. Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi lebih
dengan mengkonsumsi buah dan sayur seperti apel, jeruk, pisang, pepaya, pear,
bayam, wortel, kentang dll.
Hasil : Ibu sudah mengert idan akan mulai mengajak keluarga untuk membantu
perbaikan gizi anaknya
11. Menganjurkan ibu untuk membiasakan anak sarapan pagi dengan menu bergizi
yaitu rendah lemak tinggi protein dan rendah karbohidrat
Hasil : Ibu sudah mengerti dan saat ini mulai membiasakan memberikan makan
pada anaknya makanan yang rendah karbohidrat.
12. Menganjurkan ibu untuk memperbanyak memberikan konsumsi ikan untuk
anaknya.
Hasil : Ibu mengerti dan akan memperbanyak memberikan konsumsi ikan pada
anaknya.
13. Memberitahu ibu untuk membiasakan selalu mengontrol berat badan anak dan
rajin ke posyandu setiap bulannya.
Hasil : Ibu sudah mengerti dan ibu rajin membawa anaknya ke posyandu setiap
bulannya
16. Menganjurkan ibu membawa anaknya untuk konsultasi ke Dokter Sp.A dan
memberikan rujukan
VII. EVALUASI
1. Semua perencanaan telah dilakukan dan telah didokumentasikan
2. Ibu sudah memahami semua hal yang disampaikan
3. Ibu mampu mengulangi penjelasan-penjelasan yang disampaikan
4. Ibu bersedia membawa anaknya ke Dokter Sp.A
39
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang analisis kasus faktor-faktor penyebab
terjadinya obesitas pada balita 42 bulan dengan kajian teori jurnal /Evidence Based
Kebidanan (EBM).
Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan bagi orang dewasa dan usia
balita. Jika kegemukan terjadi pada masa balita kemungkinan besar kegemukan akan
menetap sampai dewasa. Sebagian masyarakat masih mempunyai anggapan bahwa
balita yang gemuk menandakan balita yang sehat dan bukan sebagai masalah yang
perlu di lakukan tatalaksana. Obesitas pada balita disebabkan karena kebiasaan pada
pola makan, makanan siap saji salah satu contoh penyebabnya. Obesitas mempunyai
dampak terhadap tumbuh kembang anak, terutama aspek perkembangan psikososial.
Dampak dari obesitas juga berpotensi mengalami berbagai penyakit yang
menyebabkan kematian antara lain penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, dan
lain-lain.
Masalah obesitas saat ini merupakan masalah yang actual. Masalah obesitas
bukan hanya terjadi pada negara barat saja seperti Amerika tetapi juga sudah banyak
ditemukan di Negara-negara berkembang misalnya saja Indonesia. Peningkatan
kemakmuran di Indonesia juga diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan
makan. Pola makan terutama di kota besar, bergeser dari pola makan tradisional ke
pola makan barat yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola
makan tersebut merupakan jenis-jenis makanan yang bermanfaat, akan tetapi secara
potensial mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori jika dikonsumsi secara
irrasional. Berbagai makanan yang tergolong fast food tersebut adalah kentang
goreng, ayam goreng, hamburger, pizza, hotdog, dan lain-lain. (Diana, Yuliana,
Yasmin, & Hardinsyah, 2013 hal 56) Setiap tahunnya angka kejadian obesitas pada
balita terus meningkat, maka dari itu diperlukan pengetahuan orang tua tentang
obesitas pada balita (Diana, Yuliana, Yasmin, & Hardinsyah, 2013 hal 57)
Banyak faktor penyebab obesitas pada anak, antara lain pemberian ASI,
pemberian MP-ASI terlalu dini dan asupan nutrisi yang berasal dari jenis makanan
olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan cepat
40
saji/ fast food yang tersedia di gerai makanan. Selain itu, obesitas dapat terjadi pada
anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan mengkonsumsi ASI, tetapi
menggunakan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang
dibutuhkan bayi/anak akibatnya anak akan mengalami kelebihan berat badan saat
berusia 4-5 tahun (Sari, 2012).
Menurut Penelitian Indanah et.all (2021) penelitian ini adalah terdapat
hubungan yang signifikan antara factor pola makan, pemberian ASI, tingkat stress
dan obesitas pada ayah dengan kejadian obesitas pada balita di desa NGemplak
Wilayah Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus (p value < 0,05; α =0,05).
Dalam penelitian Fitriarni (2012) didapatkan proporsi kegemukan pada anak
usia 6-23 bulan adalah 22,6% dan proporsi ASI eksklusif sebesar 19,9%. Dari
hasil uji chisquare diketahui tidak ada hubungan bermakna antara ASI eksklusif
dengan kegemukan, sedangkan hubungan yang bermakna ditemukan pada
variable berat lahir, pekerjaan ibu dan pengeluaran keluarga. Hasil
penelitian tersebut didukung dengan penelitian Ekawati (2013) dengan
penelitian analitik menggunakan desain kasus control. Balita dengan kegemukan
umur 6-59 bulan dan sejumlah 215 dengan control balita yang tidak gemuk
6-59 bulan. Hasil analisis multivariat menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara riwayat pemberian ASI tidak eksklusif dengan kegemukan ada balita 6-
59 bulan.
Hasil penelitian Satyawati dan Sidiartha(2015) dengan penelitian studi
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Data dianalisis
menggunakan Chi-square test, risk estimated, danregresi logistic didapatkan
hasil bahwa 16 dari 55 anak yang mendapat ASI lebih dari 1 tahun (29,1%)
mengalami obesitas. Dua puluh satu dari 60 anak yang mendapat ASI kurang
dari atau sama dengan 1 tahun (35%) mengalami obesitas, dan 6 dari 13 anak
yang tidak mendapat ASI sama sekali (46,2%) mengalami obesitas. Risiko
obesitas lebih tinggi pada anak yang tidak mendapat ASI. Hasil analisisbivariat
terhadap riwayat pemberian ASI ditemukan nilai p= 0,537, Odd ratio (OR)
0,758, 95% interval kepercayaan (0,314;1,829). Durasi pemberian ASI didapatkan
nilai p= 0,479. Penelitian ini menemukan riwayat pemberian ASI dan
durasi pemberian ASI tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian
obesitas pada anak Sekolah Dasar.
41
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada anak An. S 3 tahun 6 bulan dengan
obesitas di Puskesmas Simpang Tuan di Kab. Tanjung Jabung Timur, maka
penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Anak An. S, penulis telah mampu
melakukan pengkajian dengan baik. pengkajian tersebut didapat dari
pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan objektif pasien di mana dari
data pasien yaitu pasien bernama An. S umur 3 tahun 6 bulan dengan
obesitas. Data objektif dilihat dari keadaan umum baik kesadaran
composmentis dan TTV dalam batas normal.
2. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan
diagnosa kebidanan An. S umur 3 tahun 6 bulan dengan obesitas yang didapat
dari data subjektif dan objektif dari hasil pengkajian. Pada kasus ini ibu tidak
mengalami masalah kelebihan berat badan, psikososial anak nantinya
3. Penulis telah mampu mengidentifikasi adanya diagnosa atau masalah
potensial yang mungkin akan terjadi pada An. S yaitu tumbuh kembang anak
tidak berjalan optimal dan psikososial
4. Penulis telah mampu mengidentifikasi adanya tindakan segera terhadap
keluhan An. S yaitu konsultasi dengan petugas gizi dan bidan mengenai diet
untuk balita.
5. Penulis telah mampu memberikan rencana asuhan kebidanan An. S umur 3
tahun 6 bulan dengan obesitas sesuai dengan asuhan yang diberikan yaitu
dengan memberikan informasi yang tepat mengenai keluhan yang dialami
dan cara penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan keluhan yang dialami
anak.
6. Penulis telah mampu melakukan pelaksanaan yang telah dilakukan sesuai
dengan rencana asuhan kebidanan yang diberikan.
7. Penulis telah mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan sesuai dengan rencana asuhan kebidanan yang diberikan
42
B. Saran .
1. Bagi Puskesmas Simpang Tuan
Dalam memberikan pelayanan kebidanan Khususnya deteksi dini
tumbuh kembang di Puskesmas simpang Taun hendaknya selalu memberikan
KIE kepada klien sesuai dengan kebutuhannya. KIE tersebut dapat berupa
Edukasi dan Motivasi kepada klien agar peduli terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak
2. Bagi Institusi
Dapat memberikan pembekalan sebelum mahasiswa diturunkan ke
lahan praktik sesuai dengan tujuan kompetensi yang ingin dicapai sehingga
mahasiswa dapat lebih mudah menggali dan menerapkan ketampilan sesuai
dengan teori yang telah dipelajari.
3. Bagi Penulis/ Mahasiswa
Penulis yang bertugas sebagai Bidan merupakan ujung tombak dalam
menurunkan AKI dan AKB sehingga perlu meningkatkan pengetahuan dan
keterempilan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dan
berkualitas kepada masyarakat.
4. Bagi klien
Klien (anak) dan orang tua anak, diharapkan melakukan pemeriksaan
anaknya secara rutin sesuai saran tenaga kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Amelia, Aurora Andari. (2017). Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Dan Lama Waktu
Tidur Dengan Risiko Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2017.
Anggraini, Lonia. (2014). Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi
Pada Anak Usia Prasekolah di Kota Semarang.
Batubara, Jose. R.L. et al. (2010). Buku Ajar Endokrinologi Anak Edisi I. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI
Bhuiyan, M., Zaman, S., & Ahmed, T. (2013). Risk factors associated with
overweight and obesity among urban school children and adolescents in Bangladesh:
a case. BMC Pediatrics.
Cahyono, J.B. Suharjo B. (2008). Perubahan Gaya hidup dan Penyakit Kronis
Modern. Gaya Hidup & Penyakit Modern.
Danari, Angel Lolita., Nelly, M,.& Franly, Onibala. (2013). Ejournal Keperwatan:
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak SD Di Kota
Manado, 1(1), 1-4.
Dewi, dkk. (2014). Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Kejadian Overweight
Pada Anak Sekolah Dasar Katolik Frater Bakti Luhur Makassar