Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut

atau kronik dan disebabkan oleh Trichomonas vaginalis yaitu suatu parasit

protozoa. Uretra merupakan tempat infeksi yang paling umum pada laki-laki, dan

vagina menjadi tempat infeksi yang paling umum pada wanita (koas unhas).

Trikomoniasis pada saluran urogenital dapat menyebabkan vaginitis dan sistitis.

Penyakit ini termasuk Penyakit Menular Seksual (PMS). Penyakit ini pernah juga

dilaporkan dapat ditularkan melalui transmisi lain, misalnya melalui pakaian,

handuk, atau karena berenang.1,2

Penderita yang terinfeksi banyak yang tidak menimbulkan gejala. Adanya

kejadian infeksi gabungan dengan PMS lain penting untuk diperhatikan pada saat

membuat diagnosis trikomoniasis, sehingga infeksi ini tidak dapat diabaikan.

Trikomoniasis menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari karena

ketidaknyamanan yang ditimbulkannya, serta merupakan masalah bagi

penderitanya karena gejala dan kemungkinan komplikasi yang disebabkannya.3

Kebiasaan penentuan jenis penyakit dan pengobatan oleh penderita sendiri

ataupun diagnosis oleh petugas kesehatan tanpa menggunakan pemeriksaan yang

memadai, mengakibatkan dengan trikomoniasis tidak terdiagnosis. Penegakan

diagnosis trikomoniasis memerlukan pemeriksaan laboratorium sederhana seperti

sediaan basah (wet mount) untuk menemukan parasit Trichomoniasis vaginalis

1
pada sediaan tersebut. Dengan ditegakkannya diagnosis, maka pengobatan yang

tepat dapat segera diberikan, yaitu menggunakan preparat obat yang berfungsi

sebagai antimikroba dan antiprotozoa seperti metronidazol atau tinidazol.2,4

Beredarnya obat keras seperti antibiotik secara bebas di pasaran ditambah

dengan kekeliruan diagnosis tentu tidak menghasilkan proses kesembuhan bagi

penderita. Berdasarkan penelitian Depkes di beberapa kota di Jawa dan Sumatera

(Tahun 2003-2005), selama ini di Indonesia berkembang upaya pencegahan yang

keliru seperti pemakaian antibiotik yang tidak tepat baik dalam hal jenis maupun

dosis obat, serta tindakan bilas vagina dengan sabun, bahan-bahan tradisional,

ataupun produk kimia cairan cuci vagina. Oleh karena itu, perlu dipelajari lebih

mendalam tentang gambaran penyakit serta pengobatan yang tepat untuk

trikomoniasis ini.5

1.2 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang gambaran trikomoniasis

secara komprehensif dengan menitikberatkan pada cara penulisan resep yang baik

dan rasional.

I.3 Definisi

Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital, yang bersifat akut atau

kronis dan disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Pada wanita biasanya

menginfeksi vagina, dan pada laki-laki menginfeksi uretra.1,6

2
I.4 Insiden dan Epidemiologi

Terjadi diseluruh dunia , mengenai sekitar 180 juta/tahun , 15% pada

wanita dan 10% pria dengan seksualitas aktif. Di USA, infeksi ini merupakan

salah satu penyebab terbanyak PMS dengan insiden 2-3 juta/tahun.1

Angka kejadian di Amerika Serikat sekitar 7.4 juta kasus baru setiap

tahun. Angka pastinya sukar didapat karena kebanyakan kasus ini tidak dilaporkan

atau tidak terdiagnosis. Secara global, WHO memperkirakan terdapat sekitar 180

juta kasus baru tiap tahunnya di seluruh dunia. Sementara angka prevalensinya

bervariasi dari 5% pada klien klinik KB sampai 75% pada pekerja seks.

Trikomoniasis memiliki angka infeksi gabungan yang cukup tinggi dengan

penyakit menular lain, seperti dengan gonore, yang diketahui berhubungan secara

signifikan dengan infeksi trikomoniasis. Trikomoniasis juga memfasilitasi

penularan human immunodeficiency virus (HIV). Trikomoniasis terdapat baik

pada laki-laki maupun perempuan, namun lebih sering ditemukan pada

perempuan.7

I.5 Etiologi dan Faktor Resiko

Trichomonas vaginalis merupakan protozoa flagelata bersel tunggal,

berbentuk filiformis atau seperti buah pir, berukuran 10 x 7 mikron, mempunyai 4

flagela dan bergerak seperti gelombang. Parasit ini berkembang biak secara belah

pasang memanjang dan dapat hidup dalam suasana pH 5-7,5. Pada suhu 500 C

akan mati dalam beberapa menit, tetapi pada suhu 0 0 C dapat bertahan sampai 5

hari. Masa inkubasi sekitar 1 minggu, tapi dapat berkisar antara 4-28 hari.1,6,8,9

3
Ada dua spesies lainnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu

Trichomonas tenax yang hidup pada rongga mulut dan Pentatrichomonas hominis

yang hidup dalam usus besar, yang pada umumnya tidak menimbulkan penyakit.

Tempat infeksi trikomonad sangat spesifik, yaitu Trichomonas tenax hanya

menyebabkan infeksi pada traktus respiratorius, Pentatrichomonas hominis hanya

menyebabkan infeksi pada traktus gastrointestinal, sedangkan Trichomonas

vaginalis hanya menyebabkan infeksi pada traktus genitourinaria.1,8,10

Trikomoniasis merupakan penyakit yang predominan pada PMS sehingga

resiko menderita infeksi ini berdasarkan pada tingkat hubungan seksual pasien.

Yang termasuk faktor resiko adalah 11 :

Jumlah pasangan dalam hubungan seksual

Pasangan yang beresiko menularkan infeksi

Tidak menggunakan alat kontrasepsi

Menggunakan kontrasepsi oral

Trikomoniasis lebih banyak terjadi pada masa remaja dan dewasa dengan

hubungan seks yang aktif pada wanita maupun pria.1

4
A

Gambar 1. (A) Trichomonas vaginalis pada pap smear (mikroskopik 60x dengan
minyak emersi). (B) Trichomonas vaginalis dengan pengecatan Giemsa
stain (mikroskopik 100x dengan minyak emersi).12

I. 6 Patogenesis

Pada perempuan sebelum usia pubertas, dinding vagina yang sehat tipis

dan hypoestrogenic, dengan pH lebih besar dari 4,7, pemeriksaan dengan

pembiakan (kultur) akan menunjukkan beberapa mikroorganisme. Setelah gadis

menjadi dewasa, dinding vagina menebal dan laktobasilus menjadi

mikroorganisme yang dominan, pH vagina menurun hingga kurang dari 4,5. 1

Laktobasilus penting untuk melindungi vagina dari infeksi, dan

laktobasilus adalah flora dari vagina yang dominan (walaupun bukan merupakan

stau-satunya flora vagina). Selama terjadinya infeksi protozoa Trichomonas

vaginalis, trikomonas yang bergerak-gerak (jerky motile trichomonads) dapat

dilihat dari pemeriksaan dengan sediaan basah. pH vagina naik, sebagaimana

halnya dengan jumlah lekosit polymorphonuclear (PMN). Leukosit PMN

5
merupakan mekanisme pertahanan utama dari pejamu (host/manusia), dan mereka

merespon terhadap adanya substansi kimiawi yang dikeluarkan trichomonas.

Trichomonas vaginalis merusak sel epitel dengan cara kontak langsung dan

dengan cara mengeluarkan substansi sitotoksik. T. vaginalis juga menempel pada

protein plasma pejamu, sehingga mencegah pengenalan oleh mekanisme alternatif

yang ada di pejamu dan proteinase pejamu terhadap masuknya T vaginalis.2, 13

Masa inkubasi berkisar antara 4 sampai 28 hari. Trichomonas vaginalis

menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengan cara invasi

mencapai jaringan epitel dan subepitel. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-

bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan

subepitel yang menjalar sampai permukaan epitel. Di dalam vagina dan uretra,

parasit hidup dari sisa-sisa sel, kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat dalam

sekret.1,6,14

I.7 Manifestasi Klinis (Simptom and Sign) 1,6,13,14,15

Gejala (Simptom) :

Perempuan

Perasaan gatal-gatal atau rasa panas pada vagina.

Keputihan abnormal yang purulen, berbusa atau berdarah, berbau tidak normal

(busuk). Keputihan yang berbusa yang dianggap sebagai tanda klasik dari

trikomoniasis hanya terjadi pada 12% dari klien yang mengalami infeksi ini.

Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual.

Pasien dengan trikomoniasis dapat juga mengalami perdarahan pasca

sanggama dan nyeri perut bagian bawah.

6
Rasa nyeri ketika berkemih dan frekuensi berkemih menjadi sering,

menyerupai gejala dari infeksi kandung kemih.

Laki-laki

Kebanyakan infeksi trikomoniasis pada laki-laki asimptomatik tetapi bisa

menginfeksi mitra seksualnya.

Keluhan nyeri pada saat kencing, desakan berkemih yang lebih sering,

mengeluarkan cairan berbusa atau cairan seperti nanah dari uretra, nyeri pada

uretra, testis atau nyeri perut bagian bawah. Gejala-gejala ini biasanya timbul

di pagi hari.

Tanda Fisik (Sign):

Perempuan

Vulva (alat kelamin wanita bagian luar) bisa teriritasi dan luka. Pada kasus

yang berat, vulva dan kulit di sekitarnya bisa meradang dan bibir kemaluan

(labia) membengkak.

Pada pemeriksaan panggul dengan spekulum, tanda-tanda trikomoniasis

diantaranya colpitis macularis (disebut sebagai strawberry cervix); keputihan

yang purulen yang dapat berwarna putih krem, kuning, hijau atau abu-abu,

keputihan yang berbusa, erythema vagina dan vulva.

Colpitis macularis dan keputihan yang berbusa bersama-sama memiliki

spesifisitas 99% dan secara sendiri-sendiri memiliki nilai prediksi positif

(positive predictive value) 90% dan 62%. Penelitian yang dilakukan oleh

Wolner-Hanssen dkk. menemukan bahwa pemeriksaan dengan mata telanjang

7
(tanpa bantuan alat) menemukan colpitis macularis hanya 1,7% dari klien

dengan trikomoniasis sedangkan pemeriksaan dengan bantuan kolposkopi

mendapatkan colpitis macularis sebanyak 70% dari pasien yang menderita

trikomoniasis yang dipastikan diagnosisnya dengan pemeriksaan sediaan

basah.

Sebagian besar dari gejala-gejala yang disebutkan di atas tidak spesifik untuk

infeksi trikomoniasis dan dapat terjadi pada berbagai infeksi vagina dan

serviks yang lain, sehingga jika hanya bergantung pada pemeriksaan fisik saja

banyak klien dengan trikomoniasis akan tidak terdiagnosis. Diagnosis pasti

trikomoniasis dapat ditegakkan dengan adanya protozoa berflagel yang terlihat

dari pemeriksaan sediaan basah, Papanicolaou (Pap) smears, atau media

kultur.

Laki-laki

Kebanyakan laki-laki yang terinfeksi trikomoniasis tidak ada tanda fisik.

Pada beberapa kasus, laki-laki dengan infeksi ini mungkin menunjukkan

adanya discharge dari penis dan kadang-kadang ujung penis tampak lembab..

Beberapa kasus yang lain mungkin ada tanda-tanda prostatitis atau

epididymitis.

Bayi baru lahir perempuan: T vaginalis yang didapat pada saat melewati jalan

lahir dapat menyebabkan keputihan pada bayi pada minggu-minggu pertama

kehidupannya.

Anak-anak sebelum usia pubertas

8
Anak-anak sebelum usia pubertas yang terkena trikomoniasis akan

menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala pada klien remaja dan dewasa.

Adanya T vaginalis pada anak-anak sebelum pubertas harus dicurigai

kemungkinan adanya kekerasan seksual.

I. 8 Penegakan Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala (simptom),

pemeriksaan fisik untuk menentukan tanda penyakit (Sign), serta pemeriksaan

penunjang untuk menemukan protozoa penyebab trikomoniasis yaitu

Trichomonas vaginalis.1,14,15

Pada wanita dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh cairan

vagina. Pada pria dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap sekret dari ujung

penis yang diambil pada pagi hari sebelum penderita berkemih dan sebagian

dibiakkan di laboratorium. Jika hasil pemeriksaan mikroskopik belum

meyakinkan, bisa dilakukan pembiakan air kemih. 1,2,14,15,16

1.9 Pemeriksaan Penunjang

Infeksi trikomoniasis dapat didiagnosis dengan pemeriksaan pH dan

mikroskopik berupa sediaan basah dan apusan serta biakan atau kultur dari sekret

yang diambil dari forniks posterior vagina. Pemeriksaan pH sekret vagina dengan

kertas pH meningkat (>4.5) pada trikomoniasis. Untuk pemeriksaan mikroskopik

digunakan NaCl 0,9% atau larutan KOH 10%. Pada sediaan basah dengan garam

faal dapat terlihat pergerakan aktif parasit yang masih hidup. Sediaan apus dipulas

dengan Giemsa atau Gram dan parasit bersifat Gram negatif.2,15

9
Metode mikroskopik hanya mempunyai sensitivitas sebesar 60-70% dan

meningkat sampai 90% bila ditemukan pada sediaan yang diambil dari uretra

anterior. Bila tidak ditemukan Trichomonas vaginalis, maka dapat dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut dengan fluorescent immunoassay yang memiliki

sensitivitas sebesar 82-86%, enzyme immunoassays yang memiliki sensitivitas

sebesar 81-82%, serta nucleic acid probes yang memiliki sensitivitas sebesar

83%.2,4,15,16

Metode diagnostik yang paling sensitif adalah pembiakan atau kultur dan

merupakan gold standard untuk diagnosis trikomoniasis. Akan tetapi, metode ini

tidak praktis karena membutuhkan media khusus dan waktu yang lama (2-7

hari).1,6,9,10,17

1.10 Penatalaksanaan

Penyakit-penyakit protozoa tidak mudah diobati dibandingkan infeksi

bakteri dan sejumlah obat antiprotozoa menyebabkan efek toksik pada pejamu,

terutama pada sel-sel yang menunjukkan aktivitas metabolik aktif seperti sel saraf,

tubulus ginjal, sel-sel induk tubulus ginjal, sel-sel pencernaan dan sumsum tulang.

Pengobatan dilakukan secara topikal dan sistemik.18

Pengobatan secara topikal berupa irigasi dengan hidrogen peroksida 1-2%

dan larutan asam laktat 4%, bahan suposituria yang bersifat trikomoniasid, atau

gel dan krim.1,2,14,15

Untuk pengobatan sistemik, obat yang sering digunakan antara lain

metronidazol per oral, dosis tunggal 2 gram atau 2 x 500 mg per hari selama 7

hari, nimorazol dan tinidazol per oral dengan dosis tunggal 2 gram, dan ornidazol

10
dosis tunggal 1,5 gram. Dosis metronidazol untuk pengobatan trikomoniasis pada

anak adalah 5 mg/kg berat badan diberikan 3 kali sehari selama 7 hari.2,9,10,12,15

Metronidazol ialah (1--hidroksi-etil)-2-metil-5-nitroimidazol yang

berbentuk kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol. Obat lain

yang memiliki struktur dan aktivitas mirip metronidazol adalah tinidazol,

nimorazol dan ornidazol. Metronidazol memperlihatkan daya amubisid langsung.

Pada biakan Entamoeba histolytica dengan kadar metronidazol 1-2 g/ml, semua

parasit musnah dalam 24 jam. Sampai saat ini belum ditemukan amuba yang

resisten terhadap metronidazol. Metronidazol juga memperlihatkan daya

trikomoniasid langsung. Pada biakan Trichomoniasis vaginalis, kadar

metronidazol 2,5 g/ml dapat menghancurkan 99% parasit dalam waktu 24 jam.

Trofozoit Giardia lamblia juga dipengaruhi langsung pada kadar antara 1-50

g/ml.19

Metronidazol diabsorbsi sempurna dan cepat setelah pemberian oral. Obat

tersebar ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Obat dalam kadar terapeutik dapat

ditemukan dalam cairan vagina dan seminal, ludah, air susu dan cairan

serebrospinal. Satu jam setelah pemberian oral dosis tunggal 500 mg per oral

diperoleh kadar plasma 10 g/ml. Umumnya untuk kebanyakan protozoa dan

bakteri yang sensitif, rata-rata diperlukan kadar tidak lebih dari 8 g/ml. Waktu

paruhnya berkisar antara 8-10 jam. Metabolisme bergantung pada oksidasi rantai

samping metronidazol oleh fungsi oksidase campuran dalam hati, disertai oleh

glukoronidase. Oleh karena itu, pengobatan bersamaan dengan obat-obat induksi

sistem enzim ini (misal: fenobarbital) dapat meningkatkan kecepatan

11
metabolisme. Sebaliknya, pemakaian dengan obat yang menghambat sistem

tersebut (misal: simetidin) akan memperpanjang waktu paruh plasma. Obat akan

tertimbun pada pasien dengan penyakit hati yang sudah berat. Metronidazol dan

turunan nitroimidazol lainnya tidak boleh diberikan bersama litium karena dapat

meningkatkan efek samping dari litium. 18,19,20,21

Regimen yang dianjurkan adalah metronidazol 2 g dosis tunggal yang

memiliki tingkat kesembuhan 90-95%. Sebagai regimen alternatif, diberikan

metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari. Turunan nitroimidazol hanya bermakna

secara terapeutik untuk penggunaan secara oral dan parenteral serta tidak efektif

dalam bentuk topikal. Pemberian secara topikal mempunyai kadar terapeutik yang

rendah ( 50%) dalam uretra dan kelenjar perivaginal sehingga tidak dianjurkan.
18,19,20

Sediaan topikal yang digunakan antara lain krim atau gel metronidazol

yang diberikan dalam dosis 2 x 500 mg selama 10 sampai 20 hari dan tablet

vagina metronidazol yang diberikan 1 x 500 mg selama 10 sampai 20 hari.

Keuntungan pemberian topikal adalah efek sampingnya lebih sedikit. Kadang-

kadang antimikrobial topikal yang lain digunakan untuk pengobatan trikomoniasis

tetapi efektivitasnya tidak sebesar metronidazol topikal. Antimikrobial topikal

tersebut digunakan terutama pada penderita yang alergi terhadap metronidazol.5,9,20

Tinidazol memperlihatkan spektrum antimikroba yang sama dengan

metronidazol. Perbedaannya dengan metronidazol ialah masa paruhnya yang lebih

panjang sehingga dapat diberikan sebagai dosis tunggal per hari. Tinidazol

diberikan sebagai dosis tunggal 2 gram sebanyak 1 kali. Masa paruh tinidazol

12
sekitar 12-14 jam. Kadar plasma setelah 24 jam adalah 10 g/ml. Efek

sampingnya sama seperti metronidazol.19,20,21

Turunan nitroimidazol lain yang digunakan untuk pengobatan

trikomoniasis adalah nimorazol dan ornidazol. Kedua obat ini diberikan 1 kali

sebagai dosis tunggal, yaitu nimorazol 2 gram dan ornidazol 1,5 gram karena

keuntungannya adalah memiliki availabilitas yang lebih lama dibandingkan

pemberian terbagi. Pemberian tunggal ornidazol ditujukan untuk trikomoniasis

akut, sedangkan pada trikomoniasis kronis diberikan 2 x 500 mg selama 5 hari.

Dosis ornidazol untuk anak adalah 25 mg/kgBB per hari diberikan sebagai dosis

tunggal.22,23

Efek samping yang paling sering adalah gangguan saluran cerna seperti

mual, muntah, nyeri epigastrik, diare dan kram perut serta rasa logam yang tidak

enak terasa dalam mulut. Efek lain termasuk moniliasis rongga mulut, urtikaria,

pruritus, disuria, sistitis, rasa tekan pada pelvik, kering pada mulut vagina dan

vulva, serta efek samping yang jarang adalah toksisitas saraf seperti pusing,

vertigo, ataksia, dan mati rasa atau parestesi saraf perifer. Bila obat diminum

bersama alkohol dapat terjadi reaksi menyerupai efek disulfiram, yaitu flushing

(muka merah), takikardia, hiperventilasi dan mual. Tiga hari sebelum pemberian,

konsumsi alkohol harus dihentikan. Metronidazol tidak boleh diberikan bersama

antikoagulan karena dapat meningkatkan potensi antikoagulan tersebut.18,19,20,24

Penderita dinyatakan sembuh bila keluhan dan gejala telah menghilang,

serta parasit tidak ditemukan lagi pada pemeriksaan sediaan langsung. Pria yang

13
menderita trikomoniasis simptomatik dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan

dalam beberapa minggu.1,8,9

Evaluasi pengobatan sukar dilakukan pada penderita yang asimptomatik

sesudah mendapat pengobatan atau yang keluhannya asimptomatik. Beberapa

strain Trichomonas vaginalis kemungkinan dapat resisten sehingga diperlukan

dosis metronidazol yang lebih besar. Jika pengobatan dengan regimen dosis

tunggal gagal, sebaiknya pengobatan diulang kembali dengan regimen alternatif

metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari. Bila terjadi kegagalan kembali,

pengobatan dapat dilanjutkan dengan pemberian metronidazol 2 g dosis tunggal

selama 3 sampai 5 hari. Apabila respon pengobatan tetap tidak memuaskan,

penderita sebaiknya berkonsultasi lebih lanjut ke spesialis dan perlu dilakukan

evaluasi mengenai resistensi Trichomonas vaginalis terhadap metronidazol.1,2,18

Resistensi bukan masalah terapi meskipun sejenis trikomonad yang

resisten terhadap metronidazol pernah dilaporkan. Dalam tingkat penelitian,

resistensi terhadap metronidazol secara in vitro mencapai 5% tetapi resistensi

dalam tingkat yang lebih tinggi tidak terjadi sehingga terapi dosis tunggal

metronidazol masih merupakan terapi pilihan yang efektif untuk sebagian besar

kasus. Penatalaksanaan strain Trichomonas vaginalis yang resisten metronidazol

adalah terapi lanjut dengan pemberian oral dosis 2 gram, metronidazol vaginal

dosis tinggi dan metronidazol intravena atau dapat digunakan antimikrobial lain

seperti tinidazol dan paromomisin. 10,18,25

Hasil yang tidak memuaskan merupakan petunjuk perlunya dilakukan

tindakan pembedahan untuk menghilangkan fokus yang terdapat di kelenjar

14
serviks atau dalam kelenjar Skene dan Bartholini. Kegagalan juga dapat terjadi

bila ada reinfeksi dari pasangan seksual. Perlu dianjurkan terhadap pasangan

seksual untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara bersamaan karena

pengobatan terhadap pasangan seksual meningkatkan angka kesembuhan. Selain

itu juga dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama pengobatan

dan sebelum dinyatakan sembuh serta menghindari pemakaian barang-barang

yang mudah menimbulkan transmisi. Infeksi trikomoniasis dapat dicegah dengan

melakukan hubungan seksual monogami dengan pasangan yang tidak terinfeksi

serta mencegah infeksi ulang dari pasangan seksual yang belum sembuh dalam

pengobatan atau menggunakan kondom.1,5,8,9

I.11 Pencegahan

Karena trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual, cara terbaik

menghindarinya adalah tidak melakukan hubungan seksual. Beberapa cara untuk

mengurangi tertularnya penyakit ini antara lain:

Pemakaian kondom dapat mengurangi resiko tertularnya penyakit ini.

Tidak pinjam meminjam alat-alat pribadi seperti handuk karena parasit ini

dapat hidup di luar tubuh manusia selama 45 menit.

Bersihkan diri sendiri segera setelah berenang di tempat pemandian umum

15
BAB II

SIMULASI KASUS

II.1 Kasus
Ny. Rara, 27 tahun, pegawai perusahaan jasa komputer, alamat Jalan Ratu

Zaleha RT.20 No.13A Banjarmasin, datang ke Poliklinik dengan keluhan

keputihan. Pasien mengalami keputihan sejak 2 hari yang lalu, keputihannya

berwarna kuning kehijauan dan banyak. Sekitar vagina terasa gatal dan kalau

keputihannya keluar agak berbau dan sedikit nyeri. Pasien sering keputihan

sesudah haid, tapi biasanya jernih dan tidak berbau, biasanya sembuh sendiri.

16
Tetapi sekarang pasien belum haid, masih 1 minggu lagi. Pasien sudah mencoba

makan obat Ketokonazol, disarankan oleh teman, tetapi ternyata tidak sembuh.

Pemeriksaan fisik:

Tanda vital : TD = 110/70 mmHg

N = 88 x/menit

RR = 20 x/menit

T = 36,50 C

Kepala dan leher : dalam batas normal

Thorax, abdomen, dan ekstremitas : dalam batas normal

Pemeriksaan genitalia eksterna : vulva agak edema karena lembab, eritema

sekitar introitus vagina

Pemeriksaan in spekulo : eritema dan edema vagina, sekret kuning

kehijauan berbau busuk dan berbusa

Pemeriksaan sediaan basah sekret dan apusan : ditemukan Trichomonas vaginalis

Diagnosis : Trikomoniasis

II.2 Tujuan pengobatan

Tujuan pengobatan trikomoniasis antara lain:

1. Mengeradikasi Trichomonas vaginalis

2. Mencegah penularan atau infeksi ulang

3. Menghilangkan keluhan dan gejala penyakit

II.3 Daftar kelompok obat dan jenisnya yang berkhasiat untuk kasus
trikomoniasis
Kelompok Obat Jenis Obat

17
Trikomoniasid 1. Metronidazol
2. Tinidazol
3. Nimorazol
4. Ornidazol

II.4 Perbandingan kelompok obat menurut khasiat, keamanan dan


kecocokannya
Kelompok/ Khasiat (efek) Keamanan BSO (Efek Kecocokan
jenis obat Samping Obat) (kontraindikasi
BSO)
Metronidazol Trikomoniasid Sediaan topikal lebih Kehamilan
aman dibandingkan trimester I dan
sediaan oral tetapi tidak menyusui
dianjurkan. Hipersensitif
Tablet oral terhadap
ES: rasa logam, nitroimidazol
gangguan saluran cerna, dan turunannya
demam, gejala flu, kaku Penderita
pada tangan, bercak dengan
keputihan pada mulut gangguan SSP
dan bibir, disuria, diare, Penderita
kejang, kelainan darah, kelainan darah
gangguan saraf perifer
Tinidazol Trikomoniasid Tablet oral Kehamilan
ES: rasa logam, trimester I dan
gangguan saluran cerna, menyusui
demam, gejala flu, kaku Hipersensitif
pada tangan, bercak terhadap
keputihan pada mulut nitroimidazol
dan bibir, disuria, diare, dan turunannya
kejang, kelainan darah, Penderita
gangguan saraf perifer dengan
gangguan SSP
Penderita
dengan kelainan
darah

18
Nimorazol Trikomoniasid Tablet oral Kehamilan
ES: rasa logam, trimester I dan
gangguan saluran cerna, menyusui
demam, gejala flu, kaku Hipersensitif
pada tangan, bercak terhadap
keputihan pada mulut nitroimidazol
dan bibir, disuria, diare, dan turunannya
kejang, kelainan darah, Penderita
gangguan saraf perifer dengan
gangguan SSP
Penderita
dengan kelainan
darah
Ornidazol Trikomoniasid Tablet oral Kehamilan
ES: rasa logam, trimester I dan
gangguan saluran cerna, menyusui
demam, gejala flu, kaku Hipersensitif
pada tangan, bercak terhadap
keputihan pada mulut nitroimidazol
dan bibir, disuria, diare, dan turunannya
kejang, kelainan darah, Penderita
gangguan saraf perifer dengan
gangguan SSP
Penderita
dengan kelainan
darah

II.5 Pemilihan obat dan alternatif obat yang digunakan


Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif
Nama Metronidazol Tinidazol
Obat
BSO Generik: Metronidazol19 Generik: Tinidazol19
(generik, BSO: Tablet 250 mg, 500 mg BSO: Tablet 500 mg
paten, Suspensi 125 mg/ 5 ml
kekuatan) Tablet vagina 500 mg
Paten: Flagyl26 Paten: Flatin26
BSO: Tablet 250 mg, 500 mg BSO: Tablet 500 mg
Suspensi 125 mg/ 5 ml
Infus 500 mg/ 100 ml
Tablet vagina 500 mg, 1000g
Krim vagina 500 mg

19
Gel vagina 37.5 mg
BSO yang Tablet oral Tablet oral
diberikan Lebih praktis dibandingkan pemberian Lebih praktis dibandingkan
dan parenteral serta kadar terapeutik pemberian parenteral serta kadar
alasannya dalam uretra dan kelenjar perivaginal terapeutik dalam uretra dan
lebih stabil dibandingkan pemberian kelenjar perivaginal lebih stabil
topikal dibandingkan pemberian topikal
Dosis 2 g dosis tunggal 2 g dosis tunggal
referensi
Dosis Dosis: 4 tablet 500 mg Dosis: 4 tablet 500 mg
kasus dan 1 kali minum 1 kali minum
alasannya Merupakan dosis yang dianjurkan Merupakan dosis yang dianjurkan
karena infeksi trikomoniasis pada karena infeksi trikomoniasis pada
kasus di atas bersifat akut kasus di atas bersifat akut
Frekuensi Dosis tunggal Dosis tunggal
pemberian Metronidazol memiliki daya Memiliki efek yang sama dengan
dan trikomoniasid langsung (membunuh metronidazol dan masa paruhnya
alasannya 99% parasit dalam 24 jam) lebih panjang

Cara Per oral Per oral


pemberian Lebih praktis dan mempunyai kadar Lebih praktis dan mempunyai
dan terapeutik tinggi kadar terapeutik tinggi
alasannya
dr. Azeli Riswan
Waktu Sebelum tidur SIP: 019/02/V/2010 Sebelum tidur
pemberian Alamat:
Agar kadar obat dalam plasmaPraktek:dan Agar kadar obat dalam plasma dan
dan perivaginal
Jl. Ahmad Yanistabil serta mencapai
no.86 perivaginal
Jl. Ahmad Yani no.86 stabil serta mencapai
alasannya Kec.
tingkat efektivitas tertinggi
Gambut Kab. Banjar karena tingkat efektivitas
Kec. Gambut Kab. Banjar tertinggi karena
metabolisme
Telp: menurun saat tidur
0511-4220315 Hari: Senin metabolisme
Sabtu menurun saat tidur
Lama 1 hari 1 hariwita
Jam: 16.00-20.00
pemberian Dosis tunggal efektif untuk Dosis tunggal efektif untuk
dan membunuh parasit dalam 24 jam Gambut, 31 Mei 2010 parasit dalam 24 jam
membunuh
alasannya
Resep yang tepat dan rasional
R/ Metronidazol 500mg tab No.IV
Resep pilihan:S. s.d.d tab IV n.h.s

Pro : Ny. Rara 20


Umur : 37 tahun
Alamat : Jl. Ratu Zaleha 13A RT.20 Banjarmasin
dr. Aida Hastuti
SIP: 052/05/V/2010
Alamat: Praktek:
Jl. Ahmad Yani no.86 Jl. Ahmad Yani no.86
Kec. Gambut Kab. Banjar Kec. Gambut Kab. Banjar
Telp: 0511-4220315 Hari: Senin Sabtu
Jam: 16.00-20.00 wita

Gambut, 31 Mei 2010

Resep alternatif:
R/ Tinidazol tab 500mg No.IV
S. s.d.d tab IV n.h.s

Pro : Ny. Rara 21


Umur : 37 tahun
Alamat : Jl. Ratu Zaleha 13A RT.20 Banjarmasin
II.6 Pengendalian Obat

Pengendalian obat dilakukan dengan memperhatikan dosis, frekuensi

pemberian, cara pemberian, saat pemberian, lama pemberian, efek samping dan

riwayat alergi. Bila timbul efek samping, maka diperlukan konsultasi dan obat

tetap diteruskan untuk sementara atau dihentikan. Bila terdapat riwayat alergi

maka obat dapat diganti dengan obat alternatif dari golongan yang sama atau dari

golongan antibakteri yang mempunyai khasiat trikomonisidal.

Bila terjadi reinfeksi, pemberian obat dapat dilanjutkan dengan

metronidazol 3 x 500 mg per hari selama 7 hari. Apabila respon pengobatan tetap

belum tercapai, maka dilanjutkan dengan pemberian metronidazol 2 gram dosis

22
tunggal selama 3 sampai 5 hari. Apabila respon pengobatan tetap tidak

memuaskan, maka dianjurkan untuk konsultasi lebih lanjut ke dokter spesialis.

Penggunaan trikomonisidal harus habis dan tidak boleh terputus sesuai

lama pemberian yang ditentukan untuk mencegah resistensi obat dan infeksi

ulang. Bila sempat terputus, obat harus diberikan segera mungkin dan tetap sesuai

aturan. Tidak dianjurkan untuk meningkatkan dosis sebagai pengganti dosis yang

hilang. Selama pengobatan dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol,

simetidin, antikonvulsan seperti luminal atau fenitoin, antikoagulan dan obat yang

mengandung disulfiram atau litium karena dapat menyebabkan interaksi obat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Penyusun. Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta:FKUI, 2005

2. Artikel Lebih Jauh Tentang Trikomoniasis Oleh: dr. Siti Nurul Qomariyah,
12/26/2007.Website Informasi Kesehatan Reproduksi Indonesia

3. http://www.ulb.ac.be/sciences/biodic/images/protozoaires/trichomonas.jpg

23
4. American Academy of Pediatrics: Trichomonas vaginalis infections. In: Red
Book. 2000: 588-589

5. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit & Penyehatan Lingkungan.


Laporan hasil penelitian prevalensi infeksi saluran reproduksi pada WPS di
Jakarta Barat, DKI Jakarta, 2005. Departemen Kesehatan RI, 2005; 21,30.

6. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius


FKUI, 2000; 148-9

7. Artikel Trikomoniasis, website www.klik dokter.com 2008

8. Centers for Disease Control and Prevention. Sexually transmitted diseases


treatment guidelines 2006. MMWR 2006:55(RR-11).

9. Centers for Disease Control and Prevention. Sexually transmitted diseases


treatment guideline 2002. Available at http://www.drugs.com,

10. Rein MF. Principles and practice of infectious diseases. 5 th Edition.


Philadelphia, 2000(270):2894-8.

11. artikel trichomonas vaginalis oleh Koas Unhas

12. Cotran RS, et. al. Robbins pathologic basis of disease. 6th Edition. W.B.
Philadelphia: Saunders Company, 1999; 365.
13. Jane R. Schwebke1* and Donald Burgess2 Trichomoniasis CLINICAL
MICROBIOLOGY REVIEWS, Oct. 2004, p. 794803 Vol. 17, No. 4

14. Trichomoniasis: clinical manifestations, diagnosis and management H


Swygard, A C Sea, M M Hobbs, et al. Sex Transm Infect 2004 80: 91-95

15. United Kingdom National Guideline on the Management of Trichomonas


vaginalis (2007). Clinical Effectiveness Group, British Association of Sexual
Health and HIV

16. Methods for Detection of Trichomonas vaginalis in the Male Partners of


Infected Women: Implications for Control of Trichomoniasis Marcia M.
Hobbs,1,2* Dana M. Lapple,1 Lisa F. Lawing,4 Jane R. Schwebke,4 Myron S.
Cohen,1,2 JOURNAL OF CLINICAL MICROBIOLOGY, Nov. 2006, p.
39943999 Vol. 44, No. 11
17. Ravel R. Clinical laboratory medicine. 6th Edition. St. Louis: Mosby,
1995(18);291-2.

24
18. Mycek MJ, et.al. Obat-obat antiprotozoa dalam farmakologi: ulasan
bergambar. Edisi 2. Alih Bahasa: Azwar Agoes. Editor Edisi Bahasa
Indonesia: Huriawati Hartanto. Jakarta: Widya Medika, 2001; 350-2.
19. Ganiswarna, dkk. Amubisid. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI,
1995; 540-1
20. Neal MJ. At a glance: farmakologi medis. Edisi 5. Alih Bahasa: Juwalita
Surapsari. Jakarta: EMS, 2006; 80-1.
21. Thomson Healthcare. Tinidazole. Revised: 2004. Available at
http://www.drugs.com,
22. Ratnatunga CS. The treatment of trichomoniasis with neiaorazole-a
comparison of single dose and 24 hour therapy. IJDVL 1976 (42)1:29-33.
23. Medsafe. Data sheet: ornidazole. New Zealand Medicines and Medical
Devices Safety Authority. Revised: 2004.
24. Cerner Multum Inc. Metronidazole. Revised: 2007. Available at
http://www.drugs.com,
25. Schmid G, et. al. Prevalence of metronidazole-resistant Trichomonas vaginalis
in a gynecology clinic. Journal of Reproductive Medicine 2001;46(6):545-9
26. Winotopradjoko M, dkk. Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia. Jakarta:
ISFI, 2005(40).

25

Anda mungkin juga menyukai