2. Klasifikasi
Klasifikasi Trichomonas vaginalis adalah :
Golongan : Animalia
Filum : Protozoa
Klas : Zoomastigophora
Ordo : Mastigophora
Genus : Trichomonas
Species : Trichomonas vaginalis
3. Morfologi
Trichomonas vaginalis tidak memiliki stadium kista tetapi hanya
ditemui dalam stadium Tropozoit dan ciri-cirinya adalah :
Bentuknya oval atau piriformis, memiliki 4 buah flagel anterior,
flagel ke 5 menjadi axonema dari membran bergelombang (membrana
undulant) , pada ujung pasterior terdapat axonema yang keluar dari badan
yang diduga untuk melekatkan diri pada jaringan sehingga menimbulkan
iritasi, memiliki 1 buah inti, memiliki sitostoma pada bagian anterior untuk
mengambil makanan, perkembangbiakan dengan cara belah pasang.
Keterangan11 :
1. Blefaroplas ( Parabasal Aparalus), 2. Flagelata, 3. Sitostoma, 4.
Nukleus/inti, 5. Kariosum, 6. Aksotil, 7. Membran bergelombang
(Undalating Membrana Ukuran 15- 20 X 100 Mikron)
5. Siklus Hidup
Pada wanita tempat hidup parasit ini di vagina dan pada pria di
uretra dan prostat.Parasit ini hidup di mukosa vagina dengan makan
bakteri dan lekosit Trichomonas vaginalis bergerak dengan cepat berputar-
putar diantara sel-sel epitel dan lekosit dengan menggerakkan flagel
anterior dan membran bergelombang.
Trichomonas vaginalis berkembang biak secara belah pasang
0
longitudinal, diluar habitatnya parasit mati pada suhu 50 C, tetapi dapat
0
hidup selama 5 hari pada suhu 0 C.
Dalam perkembangbiakannya parasit ini mati pada PH kurang dari
4,9 inilah sebabnya parasit ini tidak dapat hidup disekret vagina yang asam
(PH : 3,8-4,4), parasit ini tidak tahan pula terhadap desinfektan zat pulasan
dan antibiotic. Meskipun organisme ini dapat ditemukan dalam urine sekret
uretra/setelah masase prostat, PH yang disukai pada pria belum diketahui.
Infeksi Trichomonas
vaginalis melalui hubungan
Tropozoit Trichomonas
vaginalis
Gambar
Siklus Hidup Trichomonas vaginalis
6. Distribusi Geografis
Terdapat diseluruh dunia dengan insidens lebih kurang 25% pada
wanita dan lebih tinggi pada golongan wanita yang kurang menjaga
kebersihan alat genitalnya,hanya sepertujuh dari semua wanita yang
terinfeksi dengan parasit ini menunjukkan gejala atau keluhan 5. Gejala
umumnya muncul dalam 4–20 hari setelah infeksi, wanita yang terinfeksi
parasit ini akan mengeluarkan cairan dari vagina berwarna kuning
kehijauan atau abu-abu serta berbusa dalam jumlah banyak, kadangkala
disertai perdarahan, bau tidak sedap serta gatal.
8. Pencegahan Penularan
Kebiasaan melakukan seks bebas ternyata dapat memicu timbulnya
Trichomoniasis sehingga upaya pencegahan infeksi lebih dititik beratkan
pada perilaku manusia, hanya berhubungan seks dengan suami atau istri
yang sah merupakan salah satu alternatif pencegahan infeksi ini. Dengan
hanya berhubungan seks terhadap pasangan sah diharapkan dapat menekan
penyebaran penularan infeksi parasit ini.
Pada ibu rumah tangga sebaiknya selalu memeriksakan diri secara
periodik guna mengetahui infeksi secara dini dan segera melakukan
pengobatan apabila ada gejala dan tanda infeksi. Dengan demikian
diharapkan dapat mengurangi penyebaran parasit pada pria yang
berhubungan dengannya, pada pria yang suka berhubungan dengan wanita
pekerja seks komersial hendaknya selalu menggunakan pelindung
(kondom) saat berhubungan. Namun demikian secara arif kita akan dapat
mencegah penularan penyakit ini pada diri kita masing-masing apabila kita
memegang teguh ajaran agama karena tidak ada satu agamapun yang
mengajarkan umatnya untuk melakukan seks bebas.
9. Pengobatan
Dasar pengobatan yaitu memperbaiki keadaan vagina dengan
membersihkan mukosa vagina dan memakai obat kimia peros dan lokal,
pada saat ini metronidazol (merupakan obat yang efektif untuk pengobatan
baik untuk wanita ataupun pria).
Berbagai obat baru juga telah banyak dan sangat efektif dalam
mengobati Trichomoniasis yaitu Tinidazol, Seknidazol, Nimorazol dan
Ornidazol.
Cara pemberian takaran obat-obat tersebut adalah:
a. Metronidazol
Wanita : diberikan 3 kali 250 mg selama 10 hari atau 2 gr dosis
tunggal tanpa Diberikan malam hari peroral, untuk
pengobatan lokal diberikan tablet Vagina sebanyak 500 mg
sehari selama 10 hari.
Pria : pemberian peroral 2 kali 250 mg sehari selama 10 hari atau 2
gr dosis Tunggal diberikan malam hari.
b. Tinidazol
Baik pada wanita maupun pria diberikan dengan takaran 2 gr dosis
tunggal peroral.
c. Seknidazol
Diberikan untuk Trichomoniasis pada wanita maupun pria dengan
takaran 2 gr dosis tunggal peroral.
d. Nimorazol
Diberikan pada wanita maupun pria dengan takaran 2 kali 250 mg
selama 6 hari atau diberikan 2 gr dosis tunggal.
e. Ornidazol
Diberikan dalam dosis tunggal 1500 mg atau 2 kali lipat 750 mg
pengobatan lokal dengan tablet vagina persarin ataupun krim vagina
yang digunakan pada waktu malam hari.
B. Diagnosis Laboratorium
Diagnosis laboratorium dapat ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan pada sample sekret vagina (fluor albus) pada wanita dan sekret
uretra pada pria, secara mikroskopis apabila ditemukan parasit Trichomonas
vaginalis maka diagnosa laboratorium dapat ditegakkan Secara klinis
diagnosis Trichomoniasis ditegakkan berdasarkan adanya keluhan keputihan
atau flour albus dan rasa panas serta gatal pada vulva atau vagina dan adanya
sekret encer, berbusa, bau tidak sedap dan berwarna kekuningan serta adanya
lesi bakas garukan karena gatal dan hiperemia pada vagina.
Untuk menentukan diagnosis perlu dilakukan diagnosa laboratorium
dengan menemukan parasit Trichomonas vaginalis dibahan sekret vagina,
sekret uretra, sekret prostat dan sedimentasi urine dengan melihat adanya
gerakkan aktif dari temuan tropozoit Trichomonas vaginalis didalam
pemeriksaan mikroskopis, jika pergerakkan dari tropozoit berkurang mungkin
dapat dilihat pergerakkan membran bergelombang pada perbesaran tinggi. Tes
diagnostik selain dengan sediaan basah dapat juga digunakan pulasan
permanen,organisme sulit dikenal pada pulasan permanen, apabila sediaan
hapus kering dikirim ke laboratorium dapat digunakan dengan pulasan atau
pengecatan giemsa atau papanicelau pada pulasan gram biasanya organisme
tidak ditemukan.
C. Penyebab Trichomoniasis
Penyebab keputihan ada dua yaitu fisiologis dan patologis.
Keputihan/fluor albus fisiologis muncul saat mau datang haid, terangsang dan
biasanya tidak berbau dan tidak menyebabkan gatal. Keputihan patologis
muncul dengan adanya kelainan patologis atau faktor infeksi, berbau,
berwarna keruh, hijau atau kuning, rasa gatal dan obatnya adalah segera
periksa ke dokter.
Referensi :
1. Garcia LS, Bruckner DA. Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Jakarta. EGC. 1996 :
63-5
4. http://www.emedicine.com/med/topic2308.htm