Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MIKROBIOLOGI & PARASITOLOGI

“TRICHOMONAS VAGINALIS”

Dosen Pengampu:

DR. Elsa F,S.Keb.,Bd.,M.Ked,Trop

Disusun Oleh:

Cindy Elisa 200105002

R. Roro Retno A E K 200105006

Tazkia Farah 200105008

Sevita Febiola 200105010

Dwi Wahyu Septiani 200105012

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB


JOMBANG

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, dan h
idayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang PARASIT
DENGAN SPESIES TRICHOMONAS VAGINALIS.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan ba
ik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuk
a kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki maka
lah ini.

Jombang, 28 Mei 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trichomonas (biasanya disebut sebagai “trich”) adalah penyakit menular seksu
al yang paling umum dapat disembuhkan di dunia. Penyakit ini juga merupakan salah
satu dari tiga infeksi vagina yang paling umum pada wanita. Trikomoniasis disebabka
n oleh parasit Trichomonas vaginalis atau tricomonad. T. vaginalis adalah organisme
berbentuk buah pir yang mendorong dirinya dengan empat flagel seperti cambuk yang
menonjol dari ujung depannya. Sebuah flagel kelima, melekat ke membran bergelomb
ang, memanjang ke belakang. Sebuah ekor berduri yang disebut axostyle merupakan
ujung dari T. vaginalis. Hal ini dipercaya bahwa T. vaginalis menempelkan diri ke jari
ngan dengan axostyle mereka yang menyebabkan beberapa iritasi dan peradangan yan
g berhubungan dengan infeksi trikomoniasis. T. vaginalis memiliki ukuran yang berva
riasi antara 5-20 μm.
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa pada traktus urogenitalis dan sala
h satu penyebab penyakit menular seksual. Dengan mengetahui beberapa teknik labor
atorium dalam diagnosis trikomoniasis, mulai dari pemeriksaan sederhana sampai pe
meriksaan molekuler, termasuk kelebihan dan kekurangannya diharapkan dapat mem
bantu menegakkan diagnosis, pengobatan, maupun kontrol penyakit ini secara lebih a
kurat, sehingga dapat mengurangi kejadian trikomoniasis sebagai penyakit menular se
ksual.
Trichomonas vaginalis sangat banyak ditemukan di berbagai tempat, ataupun belahan
Dunia manapun, Trichomonas vaginalis lebih banyak ditemukan pada negara berkembang
dari pada negara yang maju, contohnya adalah negara Indonesia, hal ini disebabkan karena
kurangnya tingkat pendidikan dan minimnya pengetahuan serta kurangnya kesadaran tentang
bagaimana menjaga kebersihan diri oleh masyarakat itu sendiri.
Penyakit ini memiliki gejala yang kurang diketahuai sehingga terkadang orang yang
terkena protozoa ini tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi pada tahap awal, cara
penularan penyakit ini juga sangat gampang melalui lingkungan disekitar kita tanpa kita
sadari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Trichomonas Vaginalis?
2. Bagaimana klasifikasi dari Trichomonas Vaginalis?
3. Bagaimana siklus hidup dari Parasite Trichomonas Vaginalis?
4. Apa penegakan diagnosis Parasite Trichomonas Vaginalis?
5. Dimanakah habitat dan bagaimana epidemiologi Trichomonas vaginalis?
6. Bagaimana gejala klinis Parasite Trichomonas Vaginalis?
7. Bagaimana pencegahan/terapi untuk Parasite Trichomonas Vaginalis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dari Trichomonas Vaginalis.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Trichomonas Vaginalis.
3. Untuk mengetahui siklus hidup Parasite Trichomonas Vaginalis.
4. Untuk mengetahui diagnosis Parasite Trichomonas Vaginalis.
5. Untuk mengetahui habitat epidemiologi dari Trichomonas Vaginalis.
6. Untuk mengetahui gelaja klinis Parasite Trichomonas Vaginalis.
7. Untuk mengetahui pencegahan/terapi untuk Parasite Trichomonas Vaginalis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Trichomonas Vaginalis


Trichomonas vaginalis pertama kali dideskripsikan oleh Alfred Donne pada
tanggal 19 September 1836 pada saat Academy of Sciences di Paris. Pada saat itu
dikatakan bahwa ia menemuakan suatu organisme yang disebutnya sebagai
animalcules dari sekret segar vagina. Dan disepakati pada saat itu juga organism ini
dinamakan Trichomonas vaginale, oleh karena mirip dengan organism dari genus
Monas dan Trichodina. (Candiani GB,1973). Dua tahun kemudian, Ehrenberg
memastikan penemuan Donne dan memberikan nama pada protozoa ini yaitu
Trichomonas vaginalis. Pada tahun 1884, Marchan menemukan Trichomonas
vaginalis pada traktus urin arius pria. Dan baru pada ahun 1916 Hoehne melaporkan
bahwa Trichomonas vaginalis adalah flagella yang patogenik karena menemukan
kolpitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

B. Klasifikasi Trichomonas Vaginalis


Trichomonas vaginalis merupakan protozoa yang bersifat parasit, berdiameter
10-30 µm, dan memiliki flagel, anaerobik, protozoa flagellated, bentuk
mikroorganisme. Parasit mikroorganisme adalah agen penyebab trikomoniasis, dan
yang paling umum infeksi protozoa patogen manusia di negara-negara industri
ataupun negara berkembang.
Berdasarkan klasifikasi umumnya maka Trichomonas vaginalis memiliki
klasifikasi sebagai berikut:
Klasifikasi:
Class : Flagellata
Family : Trichomonadidae
Genus : Trichomonas
Species : Trichomonas vaginalis, Trichomonas hominis, Trichomonas faetus
Menurut Donne 1836 klasifikasi ilmiah Trichomonas Vaginalis adalah:
Domain : Eukarya
Filum : Metamonada
Kelas : Parabasalia
Order : Trichomonadida
Genus : Trichomonas
Spesies : T. vaginalis
Nama binomial : Trichomonas vaginalis.

C. Siklus Hidup Trichomonas Vaginalis

Perkembangbiakannya dengan cara berkembang biak secara belah pasang


longitudinal dan inti membelah dengan cara mitosis yang dilakukan setiap 8 sampai
12 jam dengan kondisi yang optimum. Jadi tidak heran bila dalam beberapa hari saja
protozoa ini dapat berkembang mencapai jutaan. Tidak seperti protozoa lainnya,
trichomonas tidak memiliki bentuk kista. Sel-sel trichomonas vaginalis memiliki
kemampuan untuk melakukan fagositosis.
Untuk dapat hidup dan berkembang biak, trichomonas vaginalis membutuhkan
kondisi lingkungan yang konstan dengan temperatur sekitar 35-37˚C, hidup pada Ph
diatas 5,5- 7,5. Sangat sensitif terhadap tekanan osmotik dan kelembaban lingkungan.
Protozoa ini akan cepat mati bila diletakkan di air atau di keringkan. Meskipun
penularan trichomonas vaginalis secara non-venereal sangat jarang, ternyata
organisme dapat hidup beberapa jam dilingkungan yang sesuai dengan
lingkungannya.
Trichomonas vaginalis bergerak dengan cepat berputar-putar di antara sel-sel
epitel dan leukosit dengan menggerakkan flagel anterior dan membran bergelombang.
Parasit ini mati pada suhu 500C, tetapi dapat hidup selama 5 hari pada suhu
00C. Dalam biakan, parasit ini mati pada pH <4,9, (pH vagina 3,8 - 4,4) dan tahan
terhadap desinfektans dan antibiotik.
Trichomonas vaginalis dapat diidentifikasi dari sediaan sekret vagina yang
masih segar, dimana kita dapat melihat organisme ini secara jelas pergerakannya.
Selain dari sekret vagina yang masih segar lebih baik karena protozoa ini sangat
sensitif dan mudah mati, apalagi pada urine bisa terdapat sel-sel lain (seperti leukosit)
yang menyulitkan kita untuk membedakannya.
Trichomonas vaginalis berada di saluran alat kelamin perempuan bagian
bawah. Pada laki-laki berada di uretra dan prostat. Memperbanyak diri dengan
pembelahan biner (satu menjadi dua). Parasit tidak memiliki bentuk kista, dan tidak
bertahan dengan baik di lingkungan luar. Trichomonas vaginalis ditularkan di antara
manusia, terutama melalui hubungan seksual.

D. Penegakan Diagnosis Trichomonas Vaginalis


Ada beberapa cara pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk men
diagnosis trikomoniasis. Diagnosis dapat ditegakkan melalui hal – hal berikut ini:
1. Gejala klinis.
Diagnosis ditegakkan melalui gejala klinis baik yang subyektif maupun obyekt
if. Tetapi diagnosis sulit ditegakkan pada penderita pria dimana trikomoniasis pad
a pria hanya dijumpai sedikit organisme Trichomonas vaginalis dibandingkan den
gan wanita penderita trikomoniasis. (Chin J,2000)
2. Pemeriksaan mikroskopik.
Pemeriksaan secara mikroskopik dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan samp
el yang digunakan sebagai bahan pemeriksaan yaitu:
a. Sediaan sekret vagina
Pengambilan sampel sekret vagina dilakukan dengan cara–cara pap sm
ear. Kemudian buat sediaan lalu dilakukan pengecatan dan lihat di bawah mi
kroskop. Pemeriksaan mikroskopis secara langsung dapat juga dilakukan den
gan cara membuar sediaan dari sekret vagina yang dicampur dengan satu tete
s garam fisiologis diatas gelas obyek dan langsung dilihat dibawah mikrosko
p.
Pemberian beberapa tetes KOH 10 – 20 % pada cairan vagina yang dip
eriksa, dapat menimbulkan bau yang tajam dan amis pada 75% wanita yang p
ositif trikomoniasis dan infeksi bacterial vaginosis. Tetapi tidak pada mereka
yang menderita vulvovaginal kandidiasis. Untuk menyingkirkan bacterial vag
inosis dari infeksi trikomoniasis dapat diketehui dengan memeriksa konsentra
si lactobacillus yang jelas berkurang pada trikomoniasis dan pH vagina yang
basa.
Pada pria, pengambilan sekret dilakukan dengan memencet gland penis
sampai cairan terkumpul diujung gland penis lalu dibuka.
Pada pemeriksaan sekret secara mikroskopik pada mereka yang terinfe
ksi trikomoniasis sering dijumpai sel – sel PMN yang sangat banyak, coccob
acillus, serta organisme Trichomonas vaginalisyang pada sediaan yang segar
dapat kelihatan motil. (Mulyati Ompungsu,1995)
b. Sediaan sedimen urine
Urin yang akan diperiksa, sebelumnya diputar terlebih dahulu dengan k
ecepatan rendah selama 5 menit, kemudian dibuang supernatannya. Sedimen
yang mengendap pada dasar tabung tersebut diperiksa secara mikroskopis de
ngan lensa obyektif 10 kali atau memakai lensa obyektif 40 kali untuk menga
mati Trichomonas vaginalis. Setelah itu segera dilakukan pengecatan. (Graci
a L.S,2006)
3. Kultur
Selain pemeriksaan secara klinis dan mikroskopis langsung, cara lain yang dap
at dilakukan adalah dengan kultur, terutama pada mereka yang sedikit jumlah orga
nisme Trichomonas vaginalisnya, seperti pada pria atau wanita penderita trikomon
iasis kronik. (Yunilda,2005).
4. Serologi dan Immunologi
Pemeriksaan dengan cara ini belum menjamin dan belum cukup sensitive untu
k mendiagnosis infeksi Trichomonas vaginalis. Walaupun sudah banyak penelitih
an yang akhir – akhir ini menggunakan teknik serologi untuk mendiagnosis infeks
i Trichomonas vaginalis. (Andriyani,2005)

E. Habitat Dan Epidemiologi Trichomonas Vaginalis


Epidemiologi
Trikomoniasis vagina ditemukan di mana-mana, sukar untuk menentukan
frekuensi penyakit ini di suatu daerah karena kebanyakan penelitian dilakukan pada
golongan tertentu saja seperti golongan wanita hamil (18 – 25 % di AS) dan dari
klinik ginekologi (30 – 40 % di Eropa timur). Di Indonesia berdasar hasil penelitian di
RSCM Jakarta terdapat 16% kasus dari klinik kebidanan dan 25 % wanita dari klinik
ginekologi (sample sebanyak 1146 orang). Trichomonas vaginalis biasanya ditularkan
melalui hubungan seksual dan ternyata organisme ini dapat bertahan hidup selama 45
menit di tempat dudukan toilet, pakaian mandi dan air hangat. Penularan perinatal
ditemukan sekitar 5 % dari ibu yang terinfeksi trikomoniasis, tetapi biasanya sembuh
dengan sendirinya (self – limited) oleh karena metabolism dari hormon ibu. (Prasetyo
H.R,2002)
Pada wanita Trichomonas vaginalis sering diketemukan pada kelompok usia
20 – 49 tahun, berkembang pada usia muda dan usia lanjut dan jarang terjadi pada
anak gadis. Pada penelitihan sekitar tahun enampuluhan angka infeksi Trichomonas
vaginali mencapai tiga kali lipat dari infeksi candida pada wanita yang telah menikah.
Dan angka ini bervariasi dapat mencapai 15 % atau lebih terutama pada wanita yang
kurang memperhatikan kualitas kebersihan pribadinya. (Chin J,1973)

F. Gejala Klinis Trichomonas Vaginalis


Masa inkubasi setelah terinfeksi adalah 4-28 hari (rata rata 10 hari). T.
vaginalis yang masuk ke saluran urogenital akan melakukan adhesi dengan sel epitel
skuamosa. Kemampuan adhesi ini dipengaruhi oleh faktor waktu, suhu dan pH
(Arroyo R, 1992). Pada wanita, spektrum klinik dari trichomoniasis bervariasi dari
asymptomatic carrier hingga gambaran vaginitis berat. Gejala klasik T. vaginalis pada
wanita adalah keputihan yang disertai rasa gatal, nyeri berkemih dan nyeri daerah
supra pubis. Secret vagina biasanya berwarna putih kehijauan (purulent), berbusa dan
berbau tajam. Pada 20% kasus dapat ditemukan strawberry cervix yang ditandai
dengan lesi berbentuk bintik bintik kemerahan (punctate hemorrhagic lesions) akibat
inflamasi (Petrin D, 1998). Pada laki laki infeksi T. vaginalis umumnya asymptomatic
atau kadang kadang ada keluhan nyeri berkemih ringan, urethritis, epididymitis, dan
prostatitis.

G. Pencegahan/terapi untuk Parasite Trichomonas Vaginalis


Terapi
Metronidazole adalah antibiotik pilihan pertama dan yang paling baik untuk ka
sus-kasus trichomoniasis, meskipun kini telah hadir sejumlah turunannya seperti tinid
azole, ornidazole, memorazole, tioconazole, dll.
Pengobatan trichomoniasis dengan menggunakan metronidazole pertama kali
diperkenalkan oleh Cosar dan Julou yang mendemonstrasikan aktivitas in vitro metro
nidazole terhadap Trichomonas vaginalis.
Dosis yang disarankan untuk trichomoniasis ini adalah :
• 2 gram, dosis sekali minum (single dose)
• 250 mg 3 kali sehari selama 7-10 hari
• 500 mg 2 kali sehari selama 5-7 hari
Pada kasus-kasus gagal terapi maka dapat diberikan dosis 2 gram metronidazo
le sehari sekali selama 3-5 hari. Pemberian metronidazole terhadap wanita hamil tidak
disarankan karena diketahui bahwa metronidazole dapat melewati plasenta barrier,
walaupun efek teratogeniknya masih dipertanyakan.
Pemberian metronidazole secara topikal pada vagina dapat mengurangi gejala-
gejala klinis, tetapi tidak dapat menyembuhkan infeksi ini karena Trichomonas
vaginalis juga menginfeksi urethra dan kelenjar periurethtral, sehingga bila dilakukan
pemberian topikal saja tidak akan dapat membunuh semua organisme ini yang
nantinya dapat menyebabkan terjadinya re-infeksi. Pemberian secara topikal
dianjurkan pada kehamilan yang kurang dari 20 minggu atau pada penderita yang
peka terhadap metronidazole. Sebaiknya terapi juga diberikan kepada kedua
pasangan, agar tidak terjadi re-infeksi dan dapat meningkatkan persentase
penyembuhan sampai dengan 95%.

Pencegahan
Pencegahan infeksi yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dapat
dilakukan dengan penyuluhan dan pendidikan terhadap pasien dan masyarakat
umumnya tentang infeksi ini serta diagnosis dan penanganan yang tepat pada
pasangan penderita trichomoniasis. Pemakaian kondom dapat dijadikan sebagai salah
satu cara untuk mencegah tertularnya pasangan seksual terhadap infeksi ini.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Trichomonas vaginalis adalah protozoa patogen dari saluran urogenital. Cara
infeksinya terutama melalui hubungan seksual, sehingga dimasukkan sebagai organisme
penyebab Sexual Transmitted Disease. Trichomoniasis pada wanita sering menimbulkan
gejala vaginitis sedangkan pada pria biasanya asimptomatis sehingga sering menyulitkan
untuk menegakkan diagnosanya. Berhubungan seksual dengan tidak berganti-ganti pasangan
dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencegah tertularnya infeksi yang disebabkan
parasit ini. Dan apabila salah satu pasangan menderita trichomoniasis, maka sebaiknya
pengobatan diberikan kepada kedua orang pasangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni, Sitti. Parasit Pada Organ Urogenitallia dan Parasit yang Mengganggu
Kehamilan. Makassar: Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai