Anda di halaman 1dari 17

Trichomonas vaginalis

Margareta Ovitenasia D 17010010

DIII ANALIS KESEHATAN

AKADEMI ANALIS KESEHATAN MALANG

TAHUN AJARAN 2017/2018

MALANG
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogen dari traktus urogenital manusia.


Sejumlah infeksi sering bersifat asimtomatis sehingga dibutuhkan metode pemeriksaan yang
spesifik. Trichomonas vaginalis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual. Dan ternyata
organisme ini dapat bertahan hidup selama 45 menit di tempat dudukan toilet,baju mandi,
pakaian dan air hangat. Penularan perinatal ditemukan sekitar 5% dari ibu-ibu yang terinfeksi
trikomoniasis, tetapi biasanya self limited oleh karena metabolisme dari hormon ibu. Pasien-
pasien dengan trikomoniasis dapat simtomatik atau asimtomatik. Dan biasanya parasit ini
dijumpai secara tidak sengaja melalui pemeriksaan sekret vagina (laten trikomoniasis). Masa
inkubasinya berkisar 3 sampai 28 hari, rata-rata 7 hari. Gejala klinisnya berupa dijumpainya
cairan vagina bewarna kuning kehijauan, pada kasus yang berat dapat berbusa, cairan vagina
berbau tidak sedap, rasa gatal, panas dan iritasi, dispareunia, dan disuria ringan, perdarahan

vagina abnormal, terutama setelah koitus dan nyeri abdomen (Hidayat,2015).

Trichomonas vaginalis pertama kali dideskripsikan oleh Alfred Donné pada tanggal 19
September 1836 pada saat Academy of Sciences di Paris. Pada saat itu dikatakan bahwa ia
menemukan suatu organisme yang disebutnya sebagai animalcules dari sekret segar vagina.
Dan disepakati pada saat itu juga organisme ini dinamakan Trico-monas vaginale, oleh
karena mirip dengan organisme dari genus Monas dan Trichodina. Dua tahun kemudian,
Ehrenberg memastikan penemuan Donné dan memberikan nama pada protozoa ini yaitu
Trichomonas vaginalis. Pada tahun 1884, Marchand menemukan Trichomonas vaginalis pada
traktus urinarius pria. Selama 50 tahun selanjutnya, penelitian tentang Trichomonas vaginalis
tidak begitu menarik perhatian para ilmuwan. Mereka lebih tertarik mempelajari diagnosis
dan pengobatan gonorrhoe dan syphillis sebagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Dan baru pada tahun 1916 Hoehne melaporkan bahwa Trichomonas vaginalisadalah
suatu flagellata yang patogenik karena ia menemukan kolpitis yang disebabkan oleh

Trichomonas vaginalis(Hidayat,2015).

Penelitian tentang protozoa ini terus berkembang hingga pada tahun 1943 oleh Allison
trichomoniasis direkomendasikan sebagai salah satu penyebab penting penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Dari beberapa species Trichomonas (Trichomonas
vaginalis, Trichomonas tenax, dan Pentatrichomonas hominis), yang bersifat parasit patogen
pada manusia hanya Trichomonas vaginalis.
Infeksi Trichomonas vaginalis dikarenakan beberapa faktor antara lain: faktor–faktor
yang mempengaruhi infeksi Trichomonas vaginalis tingkat kebersihan diri kurang, kurang
pedulinya mereka untuk memeriksakan diri dengan keluhan/ gejala yang terjadi akibat infeksi
Trichomonas vaginalis. Sehingga dengan demikian penyakit ini dapat berkembang dengan
pesat diantara penjaja sex tersebut. Penelitian infeksi Trichomonas vaginalis sudah banyak
dilakukan seperti pada wanita hamil (18-25%) di AS dan dari klinik ginekologi (30-40%) di
Eropa timur. Sedangkan yang terdapat di Indonesia yang di ambil dari hasil penelitian di
RSCM Jakarta adalah 16% dan dari klinik kebidanan 25% dari 1146 orang wanita dari klinik
genekologi (Pratomo,dkk)

Trichomonas vaginalis yang diidentifikasi pada sekret vagina dengan menggunakan


pemeriksaan mikroskopis sediaan basah memiliki sensitifitas hanya 35 hingga 80%
dibandingkan dengan teknik kultur. Pap smears merupakan metode pemeriksaan yang sering
dilakukan pada skrining ginekologis dan sensitivitas yang dilaporkan adalah 60 hingga 70%.
Teknik pewarnaan seperti pewarnaan Giemsa dan Acridine orange, menunjukkan sensitivitas
masing-masingnya adalah kira-kira 60% dan 50%. Teknik diagnostik lain seperti antibodi
fluoresen, enzyme linked immunosorbent assay (ELISA), dan teknik hibridisasi telah
digunakan untuk mendeteksi Trichomonas vaginalis dan tingkat sensitivitas yang dilaporkan
adalah 70 hingga 90%. Kultur pada keadaan mikroaerofilik diperkirakan tingkat
sensitifitasnya 85 hingga 95% dan telah dipertimbangkan sebagai ”gold standar“ dalam
diagnosis trikomoniasis.Teknik PCR dengan set primer β tubulin 9/2 (BTUB9/2) dilaporkan
memiliki sensitivitas 97% dan spesifisitas 98% (Hidayat,2015).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana morfologi pada Trichomonas Vaginalis ?
2. Apa klasifikasi Trichomonas Vaginalis ?
3. Bagaimana siklus hidup Trichomonas Vaginalis ?
4. Bagaimana gejalas klinis Trichomonas Vaginalis ?
5. Bagaimana cara pengobatan serta pencegahan yang disebabkan Trichomonas
Vaginalis ?
6. Bagaimana cara metode diagnosa yang digunakan untuk mendekteksi Trichomonas
Vaginalis ?
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 MORFOLOGI
Protozoa ini berbentuk oval, panjang 4-32 μm dan lebar 2,4-14,4 μm, memiliki
flagella dan undulating membran yang panjangnya hanya setengah panjang tubuhnya. Intinya
berbentuk oval dan terletak di bagian atas tubuhnya, di belakang inti terdapat blepharoblast
sebagai tempat keluarnya 4 buah flagella yang menjuntai bebas dan melengkung di ujungnya
sebagai alat geraknya yang ‘maju-mundur’. Flagella kelima melekat ke undulating membrane
dan menjuntai ke belakang sepanjang setengah panjang tubuh protozoa ini. Sitoplasma terdiri
dari suatu struktur yang berfungsi seperti tulang yang disebut sebagai
axostyle(Andriyani,2005).
Trichomonas vaginalis ini memperoleh makanan secara osmosis dan fagositosis.
Perkembangbiakannya dengan cara membelah diri (binary fision), dan inti membelah dengan
cara mitosis yang dilakukan setiap 8 sampai 12 jam dengan kondisi yang optimum. Jadi tidak
heran bila dalam beberapa hari saja protozoa ini dapat berkembang mencapai jutaan. Tidak
seperti protozoa lainnya, Trichomonas vaginalis tidak memiliki bentuk kista.
Sel-sel Trichomonas vaginalis memiliki kemampuan untuk melakukan fagositisis. Vakuola,
partikel, bakteri, virus, atau pun leukosit dan eritrosit (tetapi jarang) dapat ditemukan di
dalam sitoplasma. Pada infeksi yang ditemukan bercampur dengan Neisseria gonorrhoe,
Mycoplasma hominis, atau Chlamydia trachomatis, maka kebanyakan gonococcus akan
dibunuh dalam waktu 6 jam, dan semua mycolasma akan dibunuh dalam waktu 3 jam. Belum
diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membunuh Chlamydia trachomatis,
tetapi belum ada bukti yang menunjukkan Chlamydia trachomatis dapat bertahan hidup bila
dijumpai infeksi campuran dengan Trichomonas vaginalis. Untuk hidup dan berkembang
biak, Trichomonas vaginalis membutuhkan kondisi lingkungan yang konstan dengan
temperatur sekitar 35-37°C, pH antara 4,9 dan 7,5 dan sangat baik perumbuhannya pada pH
berkisar 5,5 dan 6. Sangat sensitif terhadap tekanan osmotik dan kelembaban lingkungan.
Protozoa ini akan cepat mati bila diletakkan di air atau dikeringkan. Meskipun penularan
Trichomonas vaginalis secara non-venereal sangat jarang, ternyata organisme ini dapat hidup
beberapa jam di lingkungan yang sesuai dengan lingkungannya.
Trichomonas vaginalis dapat diidentifikasi dari sediaan sekret vagina yang masih
segar, dimana kita dapat melihat organisme ini secara jelas beserta pergerakannya. Selain dari
sekret vagina, protozoa ini dapat juga kita temukan dalam urine. Tetapi sediaan dari sekret
vagina yang masih segar lebih baik karena protozoa ini sangat sensitif dan mudah
mati,apalagi pada urine bisa terdapat sel-sel lain (seperti leukosit) yang menyulitkan kita
untuk membedakannya (Andriyani,2005).

2.2 KLASIFIKASI
Trichomonas vaginalis, merupakan protozoa dari super-class Mastigophora, class
Zoomastigophora, ordo Trichomonadina, dan famili Trichomonadidae. Famili
Trichomonadidae ini kemudian oleh Honigberg (1946) dibagi menjadi subfamili
Trichomonadinae (dengan genus Trichomonas dan Pentatrichomonas) dan

Tritrichomonadinae.

Class : Flagellata

Family : Trichomonadidae

Genus : Trichomonas

Species : Trichomonas Vaginalis , trichomonas hominis, trichomonas faetus

2.3 SIKLUS HIDUP

Penularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga melalui pakaian,
handuk, atau karena berenang. Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama ditemukan pada
orang dengan aktivitas seksual tinggi, tetapi dapat juga ditemukan pada bayi dan penderita
setelah menopause. Penderita wanita lebih banyak dibandingka pria.
Trichomonas vaginalis ditemukan di seluruh dunia di semua ras, tetapi delapan kali lebih
sering pada orang kulit hitam dibandingkan pada orang kulit putih.
Trichomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital
dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. Masa tunas rata-rata 4 hari
sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan granulasi
yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan dilapisan subepitel yang menjalar sampai dipermukaan
epitel. Di dalam vagina dan urethra parasit hidup dari sisa-sisa sel, kuman-kuman dan benda
lain yang terdapat dalam sekret (Andriyani,2005).
2.4 GEJALA KLINIS

Menurut Sari (2017), pasien-pasien dengan trichomoniasis dapat simptomatik atau


asimptomatik. Dan biasanya parasit ini dijumpai secara tidak sengaja melalui pemeriksaan
sekret vagina (latent trichomoniasis).Masa inkubasinya berkisar 3 sampai 28 hari, rata-rata 7
hari. Gejala klinisnya dapat terdiri dari :

• dijumpainya cairan vagina bewarna kuning kehijauan, pada kasus yang berat dapat berbusa.
• cairan vagina berbau tidak sedap
• rasa gatal
• panas
• iritasi
• dispareunia
• perdarahan vagina abnormal, terutama setelah coitus
• disuria ringan
Trichomonas vaginalis dapat ditegakkan berdasarkan adanya keluhan keputihan dan
rasa panas, serta gatal-gatal pada vulva/vagina dan adanya sekret encer, berbusa, bau tidak
sedap dan hiperemia pada vagina. Pada wanita parasit lebih sering ditemukan pada kelompok
usia muda dan lanjut jarang pada anak-anak gadis. Salah satu penyebab keputihan adalah
adanya infeksi Trichomonas vaginalis namun keputihan juga dapat disebabkan adanya infeksi
bakteri, virus, jamur, atau juga parasit. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya
disertai dengan rasa gatal di dalaman di sekitar bibir vagina bagian luar, infeksi ini dapat
menjalar dan menimbulkan peradangan sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita
buang air kecil. Adanya gejala keputihan adalah ditandai dengan keluarnya cairan berwarna
putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina(Andriyani,2005).

Nyeri abdomen dapat dijumpai pada 12% wanita penderita trichomoniasis dimana
kemungkinan telah terjadi vaginitis berat dan dapat dijumpai regional lymphadenopati, atau
endrometritis/salpingitis. Pada pemeriksaan vagina dengan spekulum, mukosa vagina kadang
tampak hiperemis dengan bintik lesi bewarna merah, yang sering disebut dengan “strawberry
vaginitis” atau “colpitis macularis”. Pemeriksaan secara mikroskopik pada cairan vagina dari
colpitis macularis ternyata rata-rata terdapat 18 organisme Trichomonas vaginalis per
lapangan pandang besar, sedangkan pada yang tidak dijumpai colpitis macularis rata-rata
hanya dijumpai 7 organisme. Apabila Trichomonas vaginitis ini tidak diterapi dengan baik,
organisme ini dapat menjadi dormant dan berkolonisasi di urethra serta di kelenjar Skene dan
Bartholin, sehingga hal ini menyebabkan berulangnya infeksi Trichomonas vaginitis sehingga
menjadi trichomoniasis kronik. Dari penelitian terakhir ternyata infeksi Trichomonas
vaginalis diketahui juga berhubungan dengan komplikasi pada organ reproduksi, seperti
infeksi pasca operasi caesar, infertilitas serta kelahiran prematur (Andriyani,2005).

Pada pria biasanya asimptomatik. Trichomonas vaginalis biasanya dapat ditemukan di


urethra, para-urethra dan kelenjar Cowper, vesikula seminalis, prostat, epididymis dan testis.
Tetapi organisme ini paling sering ditemukan berkumpul di prostat. Apabila telah mengenai
prostat dan vesikula seminalis atau bagian lain dari traktus urinarius, biasanya gejala menjadi
lebih berat. Dari pemeriksaan dapat ditemui Trichomonas vaginalis pada cairan kelamin.
Prostat mungkin bisa membesar dan kadang-kadang dihubungkan dengan epididymitis .
Gejala yang dikeluhkan dapat berupa disuria dan nokturia. Gejala trichomoniasis
pada pria dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :
o stadium akut primer, dijumpai eksudat urethra
o stadium sub-kronik , eksudat dijumpai sangat sedikit
o stadium laten, gejala klinis tidak dijumpai
o stadium kronik, yang dapat berlangsung sampai beberapa tahun

Dari berbagai penelitian dikatakan bahwa Trichomonas vaginalis ditemukan dari 14 –


60 % pria pasangan wanita yang terinfeksi, tetapi sebaliknya Trichomonas vaginalis
ditemukan dari 67-100% wanita pasangan pria yang terinfeksi. Mungkin hal ini disebabkan
oleh karena tingginya kadar Zinc dan substansi antitrichomonas pada cairan prostat yang
berperan menghambat perkembangan organisme ini.
2.5 PENGOBATAN SERTA PENCEGAHAN

Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik.


Secara topikal, dapat berupa :
Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hydrogen peroksida 1-2% dan larutan asam laktat 4%,
bahan berupa supositoria yang bersifat trikomoniasidal misalnya metronidazol sediaan 500
mg dan 1 gram, jel dan krim yang berisi zat trikomoniasidal.
Secara sistemik (oral) :
Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg per hari selama 7 hari. Jika tidak
hamil, minum 2 gram per oral satu kali atau masing-masing 1 gram saat pagi dan sore (dosis
terbagi) pada hari yang sama. Efek samping hebat yang memerlukan penghentian pengobatan
jarang ditemukan. Efek samping yang paling sering dikeluhkan ialah sakit kepala, mual,
mulut kering, dan rasa kecap logam. Efek samping lain adalah pusing, vertigo, ataksia,
parestesia pada ekstremitas, urtikaria, pruritus, disuria, sistitis, rasa tekan pada pelvik, kering
pada mulut, vagina dan vulva.
Tinidazol : dosis tunggal 2 gram, memperlihatkan spektrum antimikroba yang sama
dengan metronidazol. Perbedaannya dengan metronidazol adalah masa paruhnya yang lebih
panjang sehingga dapat diberikan sebagai dosis tunggal per hari, dan efek sampingnya lebih
ringan daripada metronidazol. Adapun obat lainnya adalah Nimorazol : dosis tunggal 2 gram
dan Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram
Kontraindikasi pemberian metronidasol pada wanita hamil, terutama pada trimester
pertama.

Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita, yaitu pemeriksaan dan
pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah jangan terjadi infeksi bola
“pingpong”, jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum
dinyatakan sembuh, hindari pemakaian barang-barang yang mudah menimbulkan transmisi,
pasien harus diperingatkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol. Karena flagyl dapat
memperkuat efek antikoagulan oral, fenitoin, dan litium. Flagyl berlawanan dengan
fenobarbital, fenitoin, dan penginduksi enzim hati, menjaga kebersihan diri terutama daerah
vagina, hindari pemakaian handuk secara bersamaan, hindari pemakaian sabun untuk
membersihkan daerah vagina yang dapat menggeser jumlah flora normal dan dapat merubah
kondisi pH daerah kewanitaan tersebut (Aninomous).

Metronidazole adalah antibiotik pilihan pertama dan yang paling baik untuk kasus-
kasus trichomoniasis, meskipun kini telah hadir sejumlah turunannya seperti tinidazole,
ornidazole, memorazole, tioconazole, dll. Pengobatan trichomoniasis dengan menggunakan
metronidazole pertama kali diperkenalkan oleh Cosar dan Julou yang mendemonstrasikan
aktivitas in vitro metronidazole terhadap Trichomonas vaginalis. Dosis yang disarankan
untuk trichomoniasis ini adalah :

• 2 gram, dosis sekali minum (single dose)


• 250 mg 3 kali sehari selama 7-10 hari
• 500 mg 2 kali sehari selama 5-7 hari

Pada kasus-kasus gagal terapi maka dapat diberikan dosis 2 gram metronidazole
sehari sekali selama 3-5 hari.
Pemberian metronidazole terhadap wanita hamil tidak disarankan karena diketahui bahwa
metronidazole dapat melewati plasenta barrier, walaupun efek teratogeniknya masih
dipertanyakan. Pemberian metronidazole secara topikal pada vagina dapat mengurangi
gejala-gejala klinis, tetapi tidak dapat menyembuhkan infeksi ini karena Trichomonas
vaginalis juga menginfeksi urethra dan kelenjar periurethtral, sehingga bila dilakukan
pemberian topikal saja tidak akan dapat membunuh semua organisme ini yang nantinya dapat
menyebabkan terjadinya re-infeksi. Pemberian secara topikal dianjurkan pada kehamilan
yang kurang dari 20 minggu atau pada penderita yang peka terhadap metronidazole.
Sebaiknya terapi juga diberikan kepada kedua pasangan, agar tidak terjadi re-infeksi dan
dapat meningkatkan persentase penyembuhan sampai dengan 95%.

Sedangkan untuk pencegahan yang disebabkan Trichomonas Vaginalis dapat


dilakukan dengan penyuluhan dan pendidikan terhadap pasien dan masyarakat umumnya
tentang infeksi ini serta diagnosis dan penanganan yang tepat pada pasangan penderita
trichomoniasis. Pemakaian kondom dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencegah
tertularnya pasangan seksual terhadap infeksi ini (Andriyani,2005).
2.6 METODE DIAGNOSA

Diagnosa dapat ditegakkan melalui hal-hal berikut ini :

• Gejala klinis
Diagnosa ditegakkan melalui gejala klinis baik yang subjektif maupun objektif. Tetapi
diagnosa sulit ditegakkan pada penderita pria dimana trichomoniasis pada pria hanya
dijumpai sedikit organisme Trichomonas vaginalis dibandingkan dengan wanita penderita
trichomoniasis.
• Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopis secara langsung dilakukan dengan cara membuat sediaan
dari sekret dinding vagina dicampur dengan satu tetes garam fisiologis di atas gelas objek dan
langsung dapat dibaca di bawah mikroskop. Atau apabila tidak dapat langsung dibaca, dapat
mengirimkan gelas objek yang telah dioleskan sekret vagina tersebut dalam tabung yang telah
berisi garam fisiologis. Pemberian beberapa tetes KOH 10-20% pada cairan vagina yang
diperiksa, dapat menimbulkan bau yang tajam dan amis pada 75% wanita yang positif
trichomoniasis dan infeksi bakterial vaginosis, tetapi tidak pada mereka yang menderita
vulvovaginal kandidiasis. Untuk menyingkirkan bakterial vaginosis dari infeksi
trichomoniasis dapat diketahui dengan memeriksa konsentrasi laktobasillus yang jelas
berkurang pada trichomonisis dan pH vagina yang lebih basa. Dari pemeriksaan sekret secara
mikroskopik pada mereka yang terinfeksi trichomoniasis, dapat dijumpai sel-sel PMN yang
sangat banyak, coccobacillus, serta organisme Trichomonas vaginalis (pada sedian yang
segar dapat kelihatan motile).

Pemeriksaan mikroskopik merupakan pemeriksaan langsung, sederhana dengan biaya


yang relatif murah, dilakukan untuk melihat parasit berbentuk seperti buah pir dengan ciri
khas, melihat pergerakan dari stadium trofozoit Trichomonas vaginalis melalui pembuatan
sediaan basah menggunakan larutan salin dari sekret vagina maupun sekret uretra.
Pemeriksaan ini pertama kali diperkenalkan oleh Donne pada tahun 1836. Namun
pemeriksaan mikroskopik ini kurang sensitif dikarenakan pengamatan mikroskopik harus
dilakukan sesegera mungkin dan apabila terjadi keterlambatan dalam pengumpulan, transport
dan pemeriksaan spesimen, maka akan mengurangi kemampuan pergerakan dari parasit.
Pemeriksaan yang dilakukan antara 10-30 menit, penyimpanan spesimen dibawah suhu 22°C
akan mengurangi motilitas atau Pergerakan parasit. Dari beberapa penelitian yang dilakukan
didapatkan bahwa pemeriksaan mikroskopik hanya memiliki sensitivitas berkisar 44-68%
apabila dibandingkan dengan pemeriksaan molekuler. Sensitivitas dari pemeriksaan ini
rendah dikarenakan bila jumlah parasit hanya sedikit atau lebih rendah dari 10parasit/mL,
maka parasit tidak tampak. Pemeriksaan pap smear merupakan pemeriksaan yang sering
digunakan dalam praktik klinik dan ditemukan T. vaginalis. Tetapi pemeriksaan pap smear
tidak dapat diandalkan untuk mendiagnosis T. Vaginalis karena hanya memiliki sensitivitas
57-61% dan spesifisitas 83-97%. Jenis pewarnaan lain yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan acridine orange dan giemsa. Oleh karena itu diperlukan tes yang lebih sensitif
dan spesifik untuk mendeteksi trikomoniasis pada wanita asimptomatik (Sari,2017)

• Kultur
Selain pemeriksaan secara klinis dan mikroskopik langsung, cara lain yang dapat
dilakukan adalah dengan kultur, terutama pada mereka yang sedikit jumlah organisme
Trichomonas vaginalis-nya, seperti pada pria atau pun wanita penderita trichomoniasis
kronik.

Untuk menunjang pemeriksaan mikroskopik, diperlukan pemeriksaan kultur terhadap


sekret vagina dengan menggunakan medium yang sesuai. Beberapa medium kultur yang
sering digunakan seperti medium Diamond’s, Trichosel, dan InPouchTM. Kultur merupakan
metode yang direkomendasikan sebagai “Gold standard” dalam diagnosis trikomoniasis
karena hasilnya mudah diinterpretasikan, diinkubasi pada suhu 37°C dan hanya memerlukan
sekitar 300-500 trikomonas/ml. Diperlukan waktu sekitar 2-7 hari untuk deteksi T.vaginalis.
Kontaminasi dengan bakteri merupakan masalah utama dalam pemeriksaan dengan
menggunakan kultur. Untuk meningkatkan kemampuan metode kultur dalam diagnosis
T.vaginalis, dikembangkan metode terbaru yaitu metode sampul plastik (TV in Pouch).
Metode TV in Pouch merupakan metode pemeriksaan langsung dari biakan, terbuat dari
plastik lunak tahan oksigen dan terdiri atas dua ruangan berbentuk V yang dihubungkan
dengan lubang yang meruncing. Ruangan atas merupakan ruangan tempat sampel yang
diduga mengandung parasit dan pengamatan secara langsung dapat dilakukan dari kedua
ruangan tersebut menggunakan mikroskop. TV in Pouch harus disimpan pada suhu kamar
(18-28°C) selama 48 jam penelitian ini melaporkan bahwa TV in Pouch memiliki sensitivitas
sebesar 82.4% bila dibandingkan dengan medium diamond dengan sensitivitas sebesar
87.8%. Dapat disimpulkan bahwa TV in Pouch sebanding dengan metode diamond dalam
diagnosis T. Vaginalis (Sari,2017).

 Deteksi Antigen dan Antibodi


Pemeriksaan langsung dengan membuat sediaan basah dari sekret vagina menggunakan
mikroskop dan metode kultur memerlukan penanganan spesimen yang sangat cepat untuk
menemukan stadium trofozoit yang motil/bergerak. Oleh karena itu saat ini dikembangkan
metode non-kultur yang dapat mendeteksi T.vaginalis seperti deteksi antigen yang dikenal
dengan sebutan Rapid diagnostic tests (RDT) yang telah terdaftar pada Food and Drug
Administration (FDA) dan digunakan di Amerika Serikat sebagai RDT. Alat ini berbentuk
Immunochromatography test (ICT) yang menggunakan antibodi spesifik untuk mendeteksi
protein antigen T. Vaginalis seperti epitope adhesion protein(AP) 65, AP 51, AP 33, dan AP
23. Antigen T.vaginalis akan mengikat antibodi sehingga terbentuk garis biru pada strip test
tersebut. Pemeriksaan ini
tidak memerlukan alat khusus sehingga dalam waktu kurang dari 10 menit hasil sudah dapat
diperoleh. Selain RDT, telah dikembangkan juga Latex TV yang merupakan perangkat
diagnostik yang digunakan di Uni Eropa walaupun tidak terdaftar pada FDA. Perangkat ini
menggunakan manik –manik lateks yang dilapisi antibodi spesifik untuk mendeteksi antigen
protein T. Vaginalis Perangkat ketiga yang dikembangkan adalah VPIII, merupakan uji
hibridisasi menggunakan probe oligonucleotide tertentu yang dapat mendeteksi DNA T.
vaginalis, Gardnerella vaginalis, dan Candida albicans. Hasil pemeriksaan diperoleh kurang
lebih satu jam dan memerlukan peralatan yang lebih kompleks
, sehingga perangkat ini tidak rutin digunakan sebagai RDT (Sari,2017).
• Serologi dan immunologi
Pemeriksaan dengan cara ini belum menjamin dan belum cukup sensitif untuk
diagnosis infeksi Trichomonas vaginalis. Walaupun sudah banyak penelitian yang akhir-akhir
ini menggunakan teknik serologi untuk mendiagnosa infeksi T. Vaginalis (Sari,2017).
BAB III
KESIMPULAN
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogenik yang biasanya dijumpai di
traktus genitaourinaria manusia yang terinfeksi. Ditularkan melalui hubungan seksual, yang
dapat menyebabkan vaginitis pada wanita dan uretritis non-gonococcoal pada pria.
Trichomonas vaginalis dapat diidentifikasi dari sediaan sekret vagina yang masih
segar, dimana kita dapat melihat organisme ini secara jelas pergerakannya. Selain dari sekret
vagina yang masih segar lebih baik karena protozoa ini sangat sensitif dan mudah mati,
apalagi pada urine bisa terdapat sel-sel lain (seperti leukosit) yang menyulitkan kita untuk
membedakannya.
Pada wanita, Trichominiasis menyebabkan vaginitis (radang vagina) dengan fluor
albus yang berwarna putih seperti cream dan berbuih. Bagian vulva dan cervic bisa
mengalami peradangan. Sedangkan pada pria jarang menunjukkan tanda yang jelas, tetapi
dapat pula terjadi uretritis dan prostatitis. Pria biasanya mendapatkan infeksi ini dari
hubungan seksual dengan wanita yang terinfeksi trichomonas vaginalis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sari, Puspa Monica.2017. Metode Diagnostik Trikomoniasis Vagina. J. Kedokt
Meditek. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
2. Pratomo, Yoga Ary dkk._____. STUDI KASUS PEMERIKSAAN Trichomonas
vaginalis PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI SUNAN KUNING
SEMARANG. SEMARANG
3. Andriyan,Yunilda. 2005. Trichomonas Vaginalis. Universitas Sumatra Utara
4. Aninomous.____. DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN TRIKOMONIASIS.
https://www.academia.edu/8584091/DIAGNOSIS_DAN_PENATALAKSANAAN_TRI
KOMONIASIS
5. Hidayat,Rachmat.2015. Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi
Trichomonas vaginalis. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH
KUALA BANDA ACEH.

Anda mungkin juga menyukai