Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PARASITOLOGI

“Trichuris Trichiura”

Disusun oleh :

MARGARETA OVITENASIA D (17010010)

DIII ANALIS KESEHATAN

AKADEMI ANALIS KESEHATAN MALANG

MALANG

2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas limpahan
rahmat dan petunjuknya-NYA, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah
yang memuat tentang “ Trichuris Trichiura " untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Parasitologi.
Dalam makalah ini, berisi materi tentang parasit trichuris trichiura, dimana
parasit ini merupakan salah satu penyebab penyakit.Selanjutnya Penulis
mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu Penulis
dalam menyelesaikan Makalah ini. Terima Kasih kepada Bapak dosen yang
telah membimbing Penulis untuk membuat makalah ini, serta kepada keluarga
dan teman-teman penulis yang juga telah membantu Penulis dalam mengerjakan
dan memberikan informasi tentang makalah ini.
Apabila dalam Makalah ini dijumpai banyak kekurangan, Penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Mengingat Penulis hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan, dimana segala sesuatu yang diciptakan oleh
manusia pasti memiliki kekurangan. Oleh sebab itu Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaannya makalah ini,
dan juga Penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan para penggunanya.
BAB I

1.1 PENDAHULUAN
Nematoda berasal dari kata nema: benang dan oidos : bentuk. Nematoda
dikenal dengan sebutan “roundworms” atau cacing gelang. Cacing ini sangat
aktif, ramping, biasanya kedua ujungnya runcing, dan mempunyai mulut dan
anus, jadi mempunyai saluran pencernaan yang lengkap. Rongga tubuh disebut
“pseudoselom”. Dua diantaranya yang terkenal adalah Ascaris lumbricoides,
cacing gelang pada usus manusia,Entrobius vermicularis, cacing kremi pada
anak kecil dan Trichuris trichiura, cacing cambuk yang hidup di dalam usus
manusia.
Cacing cambuk (Trichuris trichiura) merupakan jenis cacing yang paling
umum yang menginfeksi manusia. Dalam tubuh manusia ia suka tinggal dalam
usus besar, dan hidup dari zat gizi yang terdapat di dalamnya. Dalam kasus
yang berat dan menahun ia bisa menyebabkan anemia. Manusia yang terjangkiti
parasit ini disebut menderita penyakit trikuriasis. Menurut Prof.Saleha Sungkar,
Ketua Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
trikuriasis terjadi jika seseorang menelan makanan yang mengandung telur
parasit yang telah mengeram di dalam tanah selama dua sampai tiga minggu.
Larva akan menetas di dalam usus halus lalu berpindah ke usus besar dan
menancapkan kepalanya di dalam lapisan usus. Cacing ini menghisap darah dan
menggigit atau melukai dinding usus sehingga membuat perdarahan terus
menerus dan menyebabkan anemia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana morfologi dari Trichuris Trichiura ?


2. Bagaimana gejala klinis dari Trichuris Trichiura ?
3. Bagaimana siklus hidup Trichuris Trichiura ?
4. Bagaimana Pencegahan dan pengobatan Trichuris Trichiura ?
1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui morfologi dari Trichuris Trichiura


2. Untuk mengetahui gejala klinis dari Trichuris Trichiura
3. Untuk mengetahui siklus hidup Trichuris Trichiura
4. Untuk mengetahui Pencegahan dan pengobatan Trichuris Trichiura
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Trichuris trichiura lebih dikenal dengan nama cacing cambuk karena


secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk. Hospes cacing ini adalah
manusia, dan penyakitnya dinamakan trichuriasis atau trichocephaliasis .

Trichuris trichiura dapat ditemukan baik di negara maju maupun negara


berkembang. Diperkirakan Trichuris trichiuramerupakan prevalensi terbesar
ketiga infeksi oleh cacing usus dan merupakan penyebab terbanyak diare karena
infeksi cacing. Prevalensi sangat tergantung dari pola sanitasi, higiene per-
orangan, dan juga status nutrisi seseorang. Cacing ini terutama ditemukan di
daerah panas dan lembab, seperti Indonesia.Di beberapa daerah di Indonesia,
prevalensi masih tinggi seperti yang dilaporkan oleh Departemen Kesehatan
pada tahun 1990/1991; 53% ,pada masyarakat Bali, 36,2% di perkebunan di
Sumatra Selatan, 51,6% pada sejumlah sekolah di Jakarta. Panjang badan
cacing betina kira-kira 5 cm,sedangkan cacing jantan 4 cm.Cacing dewasa ini
hidup di kolon asendens dan sekum dengan bagian anterior yang menyerupai
cambuk masuk ke dalam mukosa usus. Seekor cacing betina diperkirakan
menghasilkan telur setiap hari antara 3000-10000butir. Telur yang dibuahi
dikeluarkan dari pejamu bersama tinja. Telur menjadi matang dalam waktu 3
sampai 6 minggu dalam lingkungan tanah yang lembab dan tempat yang teduh.
Telur matang yang berisi larva merupakan bentuk infektif. Infeksi langsung
terjadi bila pejamu menelan telur matang. Larva keluar melalui telur dan masuk
ke dalam usus halus. Sesudah dewasa,cacing turun ke usus bagian distal dan
masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Masa pertumbuhan mulai dari telur
yang tertelan sampai cacing dewasa betina meletakkan telur kira-kira 30-90
hari. Cacing trichuris terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga
ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat, cacing trichuris tersebar di
seluruh kolon dan rektum. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa
usus sehingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa
usus. Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan. Selain itu cacing ini
menghisap darah pejamu sehingga dapat menimbulkan anemia.
Klasifikasi

Trichuris trichiura dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Sub Kelas : Aphasmidia

Ordo : Enoplida

Sub- Ordo : Trichurata

Famili : Trichuridae

Genus : Trichuris

Spesies : Trichuris trichiura

Epidemiologi

Cacing ini bersifat kosmopolit terutama di daerah subtropis dan tropis, dimana
kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan lembab
memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah.

Trichuris trichiuraatau cacing cambuk merupakan salah satu Nematodausus


yang penting pada manusia,cacing ini hidup di daerah sekum.Mekanisme pasti
bagaimana cacing ini menimbulkan kelainan pada manusia tidak diketahui, akan
tetapi diketahui ada dua proses yang berperan, yaitu trauma oleh cacing dan
efek toksik.Trauma pada dinding usus terjadi karena cacing ini membenamkan
bagian kepalanya pada dinding sekum yang menyebabkan reaksi anafilaksis
lokal yang dimediasi oleh imuno-globulin E (Ig E), terlihat infiltrasi lokal
eosinofil di submukosa usus dan dapat terjadi edema pada dinding usus. Pada
keadaan ini mukosa mudah berdarah. Pada infeksi berat dapat dijumpai mencret
yang mengandung darah dan lendir (sindrom disentri), menimbulkan intoksikasi
sistemik dan anemia. Trichuris trichiuradisamping menggunakan karbohidrat
juga akan menyebabkan anak kehilangan darah, seekor cacing dewasa
menghisap 0,005 ml darah per hari. Dari studi yang dilakukan pada tikus yang
terinfeksi Trichuris trichiura muris, yaitu Nematoda yang berhubungan dekat
dengan Trichuris trichiura pada manusia ditemukan juga adanya peran beberapa
sitokin seperti interleukin (IL)-18, dan IL-10. Interleukin 18 memegang peranan
penting untuk terjadinya gangguan saluran cerna yang kronik sedangkan
interleukin 10 berperan dalam pemeliharaan fungsi pertahanan kolon (colon
barrier), sehingga bila terjadi defisiensi IL 10, fungsi penghalang (barrier) kolon
akan terganggu dan dapat terjadi diare kronik (sindrom disentri trikuris).Efek
infeksi Trichuris trichiura dapat menyebabkan menurunnya insulin like growth
faktor(IGF-1) suatu hormon pertumbuhan bersifat anabolik yang berfungsi pada
pertumbuhan skeletal dan hematopoesis. Plasma IGF-1 meningkat pada masa
anak dan mencapai puncaknya pada pubertas. Hormon ini merupakan
markerbiokimia yang baik untuk menilai gangguan pertumbuhan dan menilai
gangguan nutrisi pada seorang anak. Dari suatu penelitian terhadap 14 anak usia
sekolah dasar dengan sindrom disentri trikuris, didapatkan kadar plasma insulin
like growth factor (IGF)-1 rendah, kadar serum tumor necrosis factora (TNF)
meningkat, serum albumin normal, konsentrasi rerata hemoglobin rendah,
sintesis kolagen menurun. Secara keseluruhan infeksi Trichuris trichiuradapat
menyebabkan diare kronik berat, serta hilangnya darah dalam jumlah besar,
pernah dilaporkan kadar hemoglobinmencapai 3 gr/dl pada seorang pasien,
menyebabkan plasma IGF-1 menurun, kadar TNF a meningkat dan sintesis
kolagen menurun. Disamping itu umur Trichuris trichiurarelatif panjang
(10tahun),semua keadaan ini secara tidak langsung akan mengakibatkan
gangguan pertumbuhan pada anak.

Cacing ini ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Insiden tertinggi terutama
ditemukan pada penduduk di Indonesia yang hidup di daerah pedesaan
khususnya daerah perkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang
langsung berhubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%.
Kebiasaan berdefekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun
penting dalam penyebaran infeksi. Untuk menghindari infeksi ini antara lain
ialah dengan memakai alas kaki.

Morfologi

Cacing Cambuk Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan jantan 4


cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari
panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing
betina bentuknya membulat tumpul dan cacing jantan melingkar dan terdapat
suatu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum dengan
bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Seekor cacing betina
diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3000-10.000 butir. Telur
berukuran 50-54 mikron x 32 mikron Cacing dewasa Trichuris trichiura Telur
T. trichiura . Telur Trichuris trichiura berukuran 50-55 µm x 20-25 µm,
bentuknya seperti tempayan dengan kedua ujung menonjol,berdinding tebal dan
berisi larva. Kulit bagian luar berwama kekuning-kuningan dan bagian
dalamnya jernih.

Cacing jantan panjangnya 30-45 mm, bagian anterior halus seperti cambuk,
bagian ekor melingkar dan mengandung sebuah spicule. Cacing betina
panjangnya 35-50 mm bagian anterior halus seperti cambuk, bagian ekor lurus
berujung tumpul. Vulva terdapat di bagian tubuh yang mulai membesar,
sedangkan anusnya terletak di bagian posterior tubuh. Cacing dewasa berwarna
merah muda, melekat pada dinding sekum dan pada dinding apendiks, kolon
atau bagian posterior ileum dari hospes. Bagian tiga perlima anterior tubuh
langsing, dan bagian posterior tebal, sehingga menyerupai cambuk .

Faktor Risiko

Infeksi cacing cambuk sering ditemukan di negara berkembang terutama di


wilayah pedesaan. Trichuriasis tidak memiliki predileksi terhadap ras tertentu.
Anak-anak lebih sering terinfeksi daripada dewasa karena kebersihan kuku yang
buruk, jarang mencuci tangan sebelum makan dan sering kontak dengan tanah.
Anak laki-laki lebih sering terinfeksi daripada anak perempuan karena
kebanyakan mereka memakan makanan yang kotor.

Siklus hidup Trichuris trichiura


Manusia merupakan hospes cacing ini. Cacing betina panjangnya sekitar 5
cm dan yang jantan sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di kolon ascendens
dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing
betina diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar 3.000 – 5.000 butir. Telur
yang dibuahi dikelurkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang (berisi
larva dan infektif) dalam waktu 3 – 6 minggu di dalam tanah yang lembab dan
teduh. Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh
manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam
usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan
masuk ke kolon ascendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan
sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap bertelur sekitar 30 – 90 hari.
Telur Trichuris trichiura yang dikeluarkan melalui feses orang yang terinfeksi
belum matang. Pada tanah, telur tersebut akan berkembang menjadi matang dan
bisa menginfeksi manusia bila menelan telur tersebut. Telur-telur yang tertelan
akan menetas diusus kecil dan memerlukan waktu kira-kira 3 bulan untuk
menjadi cacing dewasa dan mulai memproduksi telur .

Cacing betina mulai bertelur 60 sampai 70 hari setelah infeksi dan mulai
memproduksi telur sebanyak 3000-20.000 butir perhari, cacing dewasa ini
dapat hidup untuk beberapa tahun .

Telur yang dihasilkan akan dikeluarkan dari tubuh manusia bersama tinja.
Telur ini akan mengalami pematangan dalam waktu 2-4 minggu di luar tubuh.
Bila telur berada di tempat yang mendukung perkembangannya seperti di
tempat yang lembab, hangat maka telur akan matang dan siap menginfeksi host
lain. Pada infeksi yang berat, cacing dapat pula ditemukan pada ileum,
appendiks, bahkan seluruh usus besar.
Gejala klinis
Cacing Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup didaerah sekum dan
kolon asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak-anak cacing trichuris
trichiura ini tersebar diseluruh kolon dan rectum yang kadang-kadang terlihat
terlihat dimukosa rectum yang mengalami prolapsus akibat dari mengejannya
penderita pada waktu melakukan defekasi. Cacing trichuris trichiura ini
memasukan kepalanya dalam mukosa usus hingga dapat menjadi trauma yang
menimbulkan iritasi dan dapat mengakibatkan peradangan dimukosa usus,
selain itu akibatnya dapat menimbulkan perdarahan. Selain itu juga cacing ini
menghisap darah dari hospes sehingga dapat mengakibatkan anemia. Untuk
penderita terutama pada anak-anak dengan infeksi trichuris trichiura yang berat
dan menahun menunjukan gejala-gejala diare yang dapat diselinggi dengan
sindrom disentri, anemia, nyeri ulu hati, berat badan menurun dan kadang-
Kadang rektum menonjol melewati anus (prolapsus rektum), terutama pada
anak-anak atau wanita dalam masa persalinan, selain itu juga dapat
menyebabkan peradangan usus buntu (apendisitis). Pada tahun 1976, bagian
parasitologi FKUI telah melaporkan 10 anak dengan trikuriasis berat, semuanya
menderita diare yang menahun selama 2-3 tahun. Infeksi Trichuris trichiura
sering di sertai denagan infeksi cacing lainnya atau protozoa.
Pasien yang mendapat infeksi kronis Trichuris trichiura menunjukkan tanda-
tanda klinis seperti :
a. Anemia
b. Tinja bercampur darah
c. Sakit perut
d. Kekurangan berat badan
e. Prolaps rectal yang berisi cacing pada mucosa

Pencegahan :
Cara pencegahan penyakit trichuriasis tidak beda jauh dengan pencegahan
penyakit ascariasis caranya seperti berikut :
a. Individu
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
2. Mencuci sayuran yang di makan mentah,
3. Memasak sayuran di dalam air mendidih.
b. Lingkungan
1. Menggunakan jamban ketika buang air besar,
2. Tidak menyiram jalanan dengan air got,
3. Dalam mebeli makanan, kita harus memastikan bahwa penjual
makanan memperhatikan aspek kebersihan dalam mengolah makanan.
Pengobatan :
a. Perawatan umum: Higiene pasien diperbaiki dan diberikan diet tinggi
kalori, sedangkan anemia dapat diatasi dengan pemberian prefarat besi.
b. Pengobatan spesifik: Bila keadaan ringan dan tak menimbulkan gejala,
penyakit ini tidak diobati.
c. Tetapi bila menimbulkan gejala, dapat diberikan obat-obat:
1. Diltiasiamin jodida, diberikan dengan dosis 10-15 mg/kgBB per hari
selama 3-5 hari.
2. Stibazium yodida. Diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB per hari, 2 x
sehari, selama 3 hari dan bila diperlukan dapat diberikan dalam waktu yang
lebih lama. Efek samping obat ini adalah rasa mual, nyeri pada perut, dan warna
tinja menjadi merah.
3. Heksiresorsinol 0,2%, dapat diberikan 500 ml dalam bentuk enema, dalam
waktu 1 jam.
4. Mebendazol. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 x sehari selama 3 hari,
atau dosis tunggal 600 mg.
BAB III

METODE PENELITIAN

Diagnosa laboratorium
Diagnosa ditegakkan dengan ditemukannya telur pada tinja (faeces). Pada
infeksi ringan, metode pemeriksaan tinja dapat dilakukan dengan metode
konsentrasi. Penghitungan jumlah telur dapat mendeterminasi intensitas infeksi
dan dapat mengetahui hasil pengobatan. Perhitungan jumlah telur dapat
menggunakan metode Stoll
Diagnosis dapat ditemukan dengan pemeriksaan mikroskopis yaitu
menemukan telur Trichuris trichiura pada tinja atau ditemukan cacing dewasa
pada anus atau prolaps rekti. Karena telur mungkin sulit ditemukan pada infeksi
ringan, maka dianjurkan untuk menggunakan prosedur konsentrasi
DAFTAR PUSTAKA

Safitri,Rini.2018. IDENTIFIKASI KONTAMINASI TELUR SOIL


TRANSMITTED HELMINTHS (STH) PADA LALAPAN KUBIS (Brassica
oleracea) DI WARUNG MAKAN KAKI LIMA SEPANJANG JALAN ZAINAL
ABIDIN PAGAR ALAM,KOTA BANDAR LAMPUNG.Bandar Lampung.

Herbowo, Agus Firmansyah.2003. Diare Akibat Infeksi Parasit.Jakarta.

Anggereini, Putri.2017. Prevalensi Infeksi Cacing Pada Mahasiswa/i Yang


Bertempat Tinggal Di Rumah Dan Di Kos.Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Kafalah, Khirza Ulinnuha.2017. HUBUNGAN ANTARA ASPEK HIGIENE


DENGAN KEBERADAAN TELUR CACING USUS PADA KUKU PEDAGANG
SAYUR DI PASAR BERINGHARJO KOTA YOGYAKARTA. FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA.Yogyakarta.

Siregar, D Charles.2006. Pengaruh Infeksi Cacing Usus yang Ditularkan


Melalui Tanah pada Pertumbuhan Fisik Anak Usia Sekolah Dasar. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP
H.Adam Malik. Medan.

Anda mungkin juga menyukai