Anda di halaman 1dari 10

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
I. Trikomoniasis
I. 1 Definisi Trikomoniasis
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan
parasit uniselluler Trichomonas vaginalis (T.vaginalis). Walaupun trikomoniasis
merupakan PMS yang tersering namun data tentang prevalensi dan insidens sangat
kurang dijumpai. Menurut data Centre for Disease Control and Prevention (2007),
diperkirakan bahwa setiap tahun sebanyak 7.4 juta kasus infeksi menular seksual akibat
trikomoniasis terjadi pada wanita dan laki-laki. T.vaginalis biasanya ditularkan melalui
hubungan kelamin dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah, baik pada
wanita maupun laki-laki. Parasit ini dapat ditemukan pada vagina, urethra, kantong
kemih atau saluran parauretral.
I.2 Etiologi
Penyebab trikomoniasis ialah T. vaginalis yang pertama kali ditemukan oleh DONNE
mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti gelombang. Parasit ini berkembang biak
secara pada tahun 1836. Merupakan flagelata berbentuk filiformis, berukuran 15- 18
mikron, belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam suasana pH 5-7.5.
Morfologi dan Daur Hidup Trikomoniasis vaginalis
Habitat T.vaginalis adalah pada vagina wanita, prostat dan vesikel seminal lakilaki serta urethra wanita dan laki-laki. Ia hanya hidup pada fase trofozoit yaitu bentuk
infektifnya. Trofozoit T.vaginalis berbentuk oval dengan panjang 7 m hingga 23 dan
memiliki 5 flagella dan undulating membrane. Intinya berbentuk oval dan terletak di
bagian atas tubuhnya, dan di bagian belakang ada blepharoblast sebagai tempat
keluarnya empat buah flagella yang berjuntai bebas dan melengkung di ujungnya
sebagai alat geraknya yang maju-mundur. Flagella kelimanya melekat ke undulating
membrane dan menjuntai ke belakang. Bawah membrannya terdapat costa yaitu suatu
cord yang mantap, berfilamen dan berfungsi untuk menjaga undulating membrane. Juga

mempunyai axostyle yang terdapat pada sitoplasmanya yang berfungsi sebagai tulang.
T.vaginalis adalah organisme anaerobik maka energi diproduksi melalui fermentasi gula
dalam strukturnya yang dikenal sebagai hydrogenosome. T.vaginalis memperoleh
makanan melalui osmosis dan fagositosis. Perkembangbiakannya adalah melalui
pembelahan diri (binary fision) dan intinya membelah secara mitosis yang dilakukan
dalam 8 hingga 12 jam pada kondisi yang optimum. Trichomanas ini cepat mati pada
suhu 500C dan jika pada 00C ia boleh bertahan sampai 5 hari. Masa inkubasi 4 28
hari serta pertumbuhannya baik pada pH 4,9 7,5. Siklus hidup T.vaginalis boleh
dilengkapkan dengan single host yaitu sama ada wanita atau laki-laki. Transmisi infeksi
yang sering adalah melalui hubungan seksual di mana wanita menjadi reservoir infeksi
dari laki-laki. Pada wanita, parasit tersebut akan mendapat nutrisinya dari permukaan
mukosa vagina, serta dari bakteri dan eritrosit yang diingesti. Setelah itu ia berkembang
biak melalui longitudinal binary fission di mana dimulai dengan pembahagian nukleus
diikuti apparatus neuromotor dan terakhir adalah pemisahan sitoplasma kepada dua
anak trofozoit. Trofozoit merupakan fase infektif parasit ini. Dan semasa kontak
seksual, trofozoit ini akan ditransmisikan kepada laki-laki dan terlokasir pada urethra
atau kelenjar prostat dan mengalami replikasi yang sama seperti di vagina
1.3 Cara Penularan Trikomoniasis
Parasit ini bersifat obligat maka sukar untuk hidup di luar kondisi yang optimalnya
dan perlu jaringan vagina, urethra atau prostat untuk berkembangbiak. Trikomoniasis
mempunyai beberapa faktor virulensi yaitu (1)cairan protein dan protease yang
membantu trofozoi adhere pada sel epital traktus genitourinaria; (2)asam laktat dan
asetat di mana akan menurunkan pH vagina lebih rendah dan sekresi vagina dengan pH
rendah adalah sitotoksik terhadap sel epital serta (3)enzim cysteine proteases yang
menyebabkan aktivitas haemolitik parasit
Trikomoniasis juga dapat ditularkan melalui penggunaan pakaian atau handuk
basah yang mempunyai trofozoit parasit yang masih viable. Trichomonas akan lebih
lekat pada mukosa epitel vagina atau urethra dan menyebabkan lesi superficial dan
sering menginfeksi epital skuamous. Parasit ini akan menyebabkan degenerasi dan
deskuamasi epitel vagina. T.vaginalis merusakkan sel epitel dengan kontak langsung
dan produksi bahan sitotoksik. Parasit ini juga akan berkombinasi dengan protein

plasma hostnya maka ia akan terlepas dari reaksi lytik pathway complemen dan
proteinase host

1.4 Gejala Klinis Trikomoniasis


Trikomonas menyebabkan spektrum klinis yang berbeda pada wanita dan laki-laki.
Laki-laki lebih bersifat asimptomatik sering terabaikan. Pada wanita yang simptomatik,
trikomoniasis dapat menyebabkan vulvo-vaginits dan urethritis. Gejala yang timbul
pada wanita termasuklah pengeluaran sekret tubuh berwarna kuning kehijauan dan
berbau, menimbulkan iritasi atau rasa gatal, dispareunia dan disuria. Selain itu, juga
terjadi pendarahan abnormal setelah koitus atau nyeri abdomen. Jika terjadi urethritis
maka gejala yang timbul adalah disuria dan frekuensi berkemih meningkat. Pada
pemeriksaan epitel vulva dan vaginal dengan spekulum, mukosa tampak hiperemis
dengan bintik lesi berwarna merah dan ini dikenal sebagai strawberry vaginitis atau
colpitis macularis
Trikomoniasis pada laki-laki yang simptomatik akan mengalami irritasi penis,
penegeluaran cairan atau perasaan terbakar setelah berkemih atau ejekulasi. Masa

inkubasi adalah selama 10 hari namun boleh juga di antara 4-28 hari. Fase akut penyakit
boleh dari beberapa minggu ke bulan
1.5 Diagnosa Trikomoniasis
Diagnosa trikomoniasis boleh ditegakkan melalui gejala klinis namun menjadi sulit
apabila pasiennya asimptomatik. Maka boleh dilakukan pemeriksaan mikroskopik yaitu
secara langsung yang dilakukan dengan membuat sediaan dari sekret vagina. Sediaan
vagina dengan pH lebih dari 5,0 dicampurkan dengan saline normal maka akam terlihat
trokomonas yang motil dan predominan PMNs. Cara lain adalah melalui kultur sekret
vagina atau urethra pada pasien akut atau kronik. Hasil kultur positif bila sel clue dan
test bau amine positif, hapusan saline mount atau Gram akan menunjukkan perubahan
flora bakteri vagina. Pemeriksaan serologi dan immnunologi juga boleh dijalankan
namun belum cukup sensitif untuk mendiagnosis T.vaginalis
1.6 Penatalaksanaan Trikomoniasis
Trikomoniasis boleh diobati dengan Metronidazole 2 gr dosis tunggal, atau 2 x 0,5 gr
selama 7 hari. Mitra seksual turut harus diobati. Pada neonatus lebih dari 4 bulan diberi
metronidazole 5 mg/kgBB oral 3 x /hari selama 5 hari. Prognosis penyakit ini baik yaitu
dengan pengambilan pengobatan secara teratur dan mengamalkan aktivitas seksual yang
aman dan benar. Pencegahan bagi trikomoniasis adalah dengan penyuluhan dan
pendidikan kepada masyarakat yang dimulai pada tahap persekolahan. Mendiagnosis
dan menangani penyakit ini dengan benar. Pencegahan primer dan sekunder
trikomoniasis termasuk dalam pencegahan penyakit menular seksual. Pencegahan
primer adalah untuk mencegah orang untuk terinfeksi dengan trikomoniasis dan
pengamalan perilaku koitus yang aman dan selamat. Pencegahan tahap sekunder adalah
memberi terapi dan rehabilitasi untuk individu yang terinfeksi untuk mencegah terjadi
transmisi kepada orang lain

1.7 Komplikasi Trikomoniasis


Komplikasi trikomoniasis tersering pada wanita adalah pelvic inflammatory
disease (PID) dan pada wanita hamil yang terinfeksi sering mengalami ruptur
membrane yang prematur, bayi lahir premature atau bayi lahir dengan berat badan
rendah. Pada laki-laki pula komplikasi yang terjadi termasuk prostatitis, ependydimitis,
striktur urethra dan infertilitas. Infeksi T.vaginalis turut meningkatkan resiko mendapat
infeksi HIV, gonnorhoea dan Chlamydia
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang dapat diobati jika didiagnosa
awal. Maka penting agar masryarakat umum untuk mengetahui tentang trikomoniasis
agar komplikasi penyakit ini dapat dihindari dan mengurangkan resiko penularan HIV.
1.8 Prognosis
Metronidazol menunjukkan angka kesembuhan 95 % . Angka kesembuhan meningkat
bila kontak seksual memakai pengaman

BAB II
ILUSTRASI KASUS
KASUS
Ny. R, wanita berusia 38 tahun datang ke klinik dengan keluhan keputihan
berbau tidak enak sejak 1 minggu disertai gatal dan rasa panas pada vagina. Penderita
tidak pernah beerobat sebelumnya karena dianggap keputihan wajar pada wanita. Nyeri
pada perut bagian bawah maupun nyeri pada saat buang air kecil tidak pernah
dikeluhkan. Penderita baru pertama kali ini sakit seperti ini dan penderita tidak pernah
sakit yang membutuhkan obat-obat imunosupresif.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, dan compos mentis,
serta gizi cukup, vital sign dengan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82x/menit,
respirasi 18x/menit, suhu 37,6C. Berat badan pasien 55 kg. Pada pemeriksaan panggul
dengan spekulum, didapatkan colpitis macularis (strawberry cervix); keputihan yang
purulen yang dapat berwarna kuning kehijauan, berbusa, erythema vagina dan vulva.

Metode SOAP
1. Subyektif

Keputihan berbau tidak enak sejak 1 minggu


Gatal dan rasa panas pada vagina.
Penderita tidak pernah berobat sebelumnya karena dianggap keputihan wajar pada

wanita.
Nyeri pada perut bagian bawah maupun nyeri pada saat buang air kecil tidak pernah

dikeluhkan.
Penderita baru pertama kali ini sakit seperti ini
Penderita tidak pernah sakit yang membutuhkan obat-obat imunosupresif.
6

2. Obyektif

Keadaan umum : baik, dan compos mentis serta gizi cukup


Berat Badan
: 55 kg
Vital sign :
Tekanan darah 120/80 mmHg
Nadi 82x/menit
Respirasi 18x/menit
Suhu 37,6C
Status lokalis : Pada pemeriksaan panggul dengan spekulum, didapatkan colpitis

macularis (strawberry cervix); keputihan yang purulen yang dapat berwarna


kuning kehijauan, berbusa, erythema vagina dan vulva

3. Assessment
Trikomoniasis
4. Plan

Terapi Non Farmakologi :


Bila memungkinkan, periksa dan obati pasangannya. Hubungan seksual
sebaiknya tidak dilakukan sampai pasien dikatakan sembuh. Tidak lupa untuk
memberikan

konseling

mengenai

penyakit,

pentingnya

mematuhi

pengobatan, dan pentingnya penatalaksanaan pada pasangan. Pasien diminta


untuk datang kontrol 1 minggu kemudian untuk melihat hasil pengobatan.

Terapi farmakologi
METRONIDAZOLE
Komposisi
Tiap
tablet
Tiap tablet salut

mengandung
250
selaput mengandung

mg
500 mg

Metronidazole
Metronidazole

Cara kerja obat


7

Metronidazole adalah anti bakteri dan anti protozoa sintetik derivat


nitromidazol yang mempunyai aktifitas baktersid, amebisid, dan
trikomonozoid. Dalam sel atau mikroorganisme metronidazole mengalami
reduksi menjadi produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai hasil anti bakteri
dengan
jalan
menghambat
sintesa
asam
nukleat.
Metronidazole efektif terhadap Trichomonas Vaginalis, Entamoeba histolitica,
Giardia Lamblia. Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun sistemik.
Indikasi
Metronidazole efektif untuk pengobatan :
1. Trikomoniasis, seperti Vaginatis dan uretritis yang disebabkan oleh
Trichomonas Vaginalis.
2. Amebiasis, seperti amebiasis intestinal dan amebiasis hepatic yang
disebabkan oleh E. histolytica.
3. Sebagai obat pilihan untuk giardiasis.
Dosis
Trikomoniasis
:
Pasangan seksual dari penderita dianjurkan menerima pengobatan yang sama
dalam waktu bersamaan.
Dewasa : Untuk pengobatan 2 hari : 2 g 1 kali atau 1 gram 2 kali sehari.
Untuk pengobatan 7 hari : 250 mg 3 kali sehari selama 7 hari berturut turut.
Peringatan dan perhatian
Metronidazole tidak dianjurkan untuk penderita dengan gangguan pada
susunansaraf pusat, diskrasia darah, kerusakan hati, Ibu menyusui dan dalam
masa kehamilan trimester II dan III. Pada terapi ulang atau pemakaian lebih
dari 7 hari diperlukan pemeriksaan sel darah putih.
Efek samping.
Mual, sakit kepala, anoreksia, diare, nyeri, epigastrum dan konstipasi.
Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap metronidazole atau derivat
nitroimidazol lainnya dan kehamilan trimester pertama.
Interaksi obat
Metronidazole menghambat metabolisme warfarin dan dosis antikoagulan
kumarin lainnya harus dikurangi.
Pemberian alcohol selama terapi dengan metronidazole dapat menimbulkan
mual, muntah, sakit perut dan sakit kepala.
8

Dengan obat obat yang menekan aktifitas enzim mikrosomal hati seperti
simetidina, akan memperpanjang waktu paruh metrodinazole
Pembahasan obat
Metronidazol atau tinidazol menjadi obat lini pertama dalam pengobatan trikomoniasis. Pada wanita, dosis diberikan sebesar 2 gr oral, dosis tunggal. Dosis
alternatif adalah 500 mg, 2x/hari, selama 7 hari. Dosis alternatif diberikan pada
kasus dimana pasien tidak menunjukkan respon yang baik pada pemberian
dosis tunggal. Bila setelah 7 hari pengobatan, tidak mendapat hasil optimal
(gejala menetap), ulangi pengobatan dengan dosis seperti pada pengobatan
pertama selama 7 hari.
Bila pasien tidak juga sembuh setelah dilakukan pengobatan ulangan, dapat diberikan metronidazol 2 gr oral, 1x/hari, disertai metronidazol suppositoria 500
mg pervaginam setiap malam selama 3-7 hari.
Bila infeksi trichomonad terjadi berulang atau menetap bahkan ketika pasangan
seksualnya telah diobati maka pasien tersebut mungkin mengalami resistensi
terhadap metronidazol. Pengobatan yang dapat diberikan pada kasus resistensi
adalah dosis maksimal metronidazol 2-4 g/hari selama 10-14 hari. Beberapa
studi melaporkan tinidazol mempunyai keefektivitasan yang cukup baik dalam
mengobati kasus resistensi, sayangnya obat itu lebih mahal.
Preparat metronidazol pervaginam tersedia dimana-mana, namun hanya dianjurkan pada infeksi yang sukar disembuhkan, dan bukan sebagai pengobatan primer
pada trikomoniasis. Metronidazol dalam sediaan gel tidak dianjurkan dalam
terapi trikomoniasis sebab tidak dapat mencapai kadar terapeutik pada uretra dan
kelenjar-kelenjar perivagina. Selain itu, angka kesembuhan sediaan gel kurang
dari 50%

Penulisan Resep
Risca Trisnawati, S.Ked
SIP : 206.121.0030
Jl.Dinoyo Permai No. 42. Telp.085755545050
Malang

Praktek : Setiap hari- pukul 18.00-21.00

Malang, 25 januari 2011

R / Metronidazole tab 500 mg No. XV


S 2 dd tab I

Pro : Ny. R
Umur : 38 tahun
BB : 55 Kg
Alamat : Dinoyo Permai
REFERENSI

Andhi, Djuanda, 1993, Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi II, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia , Jakarta.

Andriyani, Yunilda. 2006. Trichomonas vaginalis. Fakultas Kedokteran Universitas


Sumatera Utara , Jakarta.
Sylvia AP & Lorraine MW: Infeksi Protozoa: Trikomoniasis, Patofisiologi Vol.
2 Jilid 6, Jakarta, 2006, EGC

10

Anda mungkin juga menyukai