Anda di halaman 1dari 6

PROTOZOA

TRICHOMONAS VAGINALIS












Oleh :
Ni Wayan Winda Pradnyani (1120025003)
Desak Gede Novi Mahayanti (1120025017)
Yustina Maria Owa (1120025019)
Ni Luh Ayusita Eka Putra (1120025025)
Dewa Ayu Santi P. (1120025026)
I A Gd Prabawanti (1120025027)
L Gd Popi Cintya D. (1120025030)
Ni Putu Ari Wulandari (1120025045)
Ida Bagus Wisnu Adyaksa (1120025068)



PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2012
Keterangan gambar:
A. Flagella
B. Blepharoplast
C. Axostyle
D. Granula Kromatin
E. Parabalas body
and filamen
F. Nukleus
G. Undulating
Membrane

Morfologi dan Karakteristik Trichomonas Vaginalis

Trichomonas vaginalis berbentuk oval, dengan panjang 4-32m, dan lebar 2,4-14,4
m. Organisme ini memiliki flagella yaitu (4 flagel anterior dan satu flagel posterior) dan
undulating membrane yang panjangnya setengah panjang tubuhnya. Nucleus berbentuk oval,
dan di belakang nucleus terdapat blepharoblast yang merupakan tempat keluarnya 4 buah
flagella yang menjuntai bebas dan melengkung di ujungnya sebagai alat gerak. Flagella ke
lima melekat ke undulating membrane dan menjuntai.
Trichomonas vaginalis ini memperoleh makanannya secara osmosis dan fagsitosis.
Perkembangbiakannya secara membelah diri (binary fission), yang dilakukan setiap 8-12 jam
pada kondisi optimum. Tidak seperti protozoa lainnya, Trichomonas vaginalis tidak memiliki
bentuk kista. Untuk hidup dan berkembang biak, Trichomonas vaginalis memerlukan kondisi
lingkungan yang konstan dengan temperature sekitar 35-37
o
C, pH sekitar 4,9-7,5. Protozoa
ini sangat sensitif terhadap tekanan osmotic, dan akan cepat mati apabia berada dalam
lingkungan kering. Trichomonas berkembangbiak secara belah pasang longitudinal. Parasit
ini tidak tahan terhadap desinfektans, zat pulasan dan antibiotik. Parasit juga tidak dapat
hidup pada lingkungan yang aerob.
















Siklus Hidup

Pada wanita tempat hidup parasit ini di vagina dan uretra, sedangkan pada laki-laki di
uretra, vesika seminalis dan prostrat. Parasit ini hidup di mokusa vagina dengan memakan
bakteri dan leukosit. T.Vaginalis bergerak dengan cepat berputar-putar di antar sel epitel dan
leukosit dengan menggerakkan flagel anterior dan membran bergelombang.
Trchomonas berkembang biak secara belah pasang longitudinal. Di luar habitatnya,
parasit mati pada suhu 50
o
C, tetapi dapat hidup selama 5 hari pada suhu 0
o
C. Dalam biakan,
parasit ini mati pada pH kurang dari 4,9; inilah sebabnya parasit tidak dapat hidup di sekret
vagina yang asam (pH 3,8-4,4).
Infeksi terutama terjadi secara langsung waktu hubungan seksual melalui stadium
trofozoit. Pada keadaan lingkungan kurang baik, misalnya banyak orang hidup bersama
dalam satu rumah dapat tejadi infeksi secara tidak langsung melalui alat mandi seperti lap
mandi, handuk atau alat sanitasi seperti toilet seat. Neonatus mendapatkan infeksi T.Vaginalis
dari ibu yang terinfeksi selama persalinan melalui jalan lahir. Infeksi ini cenderung
asimtomatik sampai pubertas.
Infeksi di mulai dari hubungan seksual dengan orang yang mengandung T.Vaginalis.
Pertama trofozoit harus menempel pada sel epitel vagina dan ini terjadi melalui interaksi
ligand-karbohidrat. Mannose dan N-asetil glukosamin merupakan residu gula pada membran
parasit yang digunakan untuk proses penempelan tersebut. Sekresi hirolase lisosomal seperti
fosfatase asam terjadi pada host cell-parasit interface segera setelah proses penempelan.
Hidrolase asam ini bersifat sitotoksik yang menyebabkan sel target lisis dan mengeluarkan
isinya. Sel debris kemudian dimakan oleh parasit. Parasit menggunakan karbohidrase seperti
N-asetilglukosaminidase dan -mannosidase untuk melepaskan dirinya dari membran sel
target kemudian pindah ke sel selanjutnya.









Patologi dan Gejala Klinis

Trichomoniasis memiliki masa inkubasi 4-20 hari dan rata-rata 7 hari. T. vaginalis
bisa berkembang biak dengan cepat dan menimbulkan degenarasi dan deskuamasi sel epitel
vagina apabila pH dan fisiologi vagina memungkinkan untuk hidup. Keadaan ini kemudian
disusul dengan terjadinya serangan leukosit. Hal ini mengakibatkan sekret vagina
mengandung banyak leukosit dan parasit yang bercampur dengan sel epitel yang apabila
sekret mengalir keluar vagina dapat menimbulkan gejala keputihan (leucorrhoea). Pada
perempuan sering ada tanda-tanda colpitis macularis dan eritema pada vagina dan vulva.
Tanda-tanda ini khas pada trichomoniasis, akan tetapi hanya ditemukan 2-3% pasien
sehingga pemanfaatannya jarang untuk diagnosis. Selain itu, di belakang porsio tampak
berkumpul fluor yang encer dan sedikit kental.
Pada infeksi campur, cairan sekret berwarna putih kekuning-kuningan dan berbusa.
Banyak fluor yang terbentuk bergantung pada beratnya infeksi dan stadium penyakit. Gejala
lainnya selain fluor albus (yang merupakan keluhan utama penderita) ialah pruritus vagina
atau vulva disuria dan dispareunia. Penjalaran infeksi dapat menyebabkan uretritis. Semua
tanda dan gejala klinis dapat mengalami eksaserbasi selama menstruasi. Dalam hal ini, juga
terdapat komplikasi seperti adneksitis, piosalpingtis, endometritis dan infertilitas. Infeksi T.
vaginalis juga bisa menimbulkan pecahnya ketuban sebelum waktunya yang mengakibatkan
bayi lahir prematur dengan berat badan lahir rendah. Pasien trichomoniasis juga sering
mempunyai lesi epitel serviks yang berat dan member kesan adanya hubungan antara
trichomoniasis dan kanker serviks. Walaupun begitu, hal ini belum dapat dibuktikan. Jika
infeksi telah sampai pada tahap kronis, maka timbul gejala-gejala ringan seperti pruritus,
sedangkan skresi vagina yang sedikit bercampur dengan mukus. Dari semua perempuan yang
terinfeksi T. vaginalis diperkirakan 20% tidak menunjukkan gejala klinis. 50% penderita
karier akan mengembangkan gejala klinis dalam waktu 6 bulan. Infeksi T. vaginalis
menyebabkan meningkatnya transmisi HIV yang disebabkan karena terjadinya erosi dinding
vagina. Pada laki-laki, infeksi biasanya terjadi tanpa gejala, tetapi dapat menyebabkan
uretritis, prostatitis dan prostato-vesikulitis, balanoprostatitis, epididimis, dan infertilitas.





Pencegahan

1. Pencegahan Primer
Menjaga kebersihan pribadi dan alat alat toilet hendaknya dilakukan agar tidak terjadi
penularan secara tidak langsung (Soedarto, 1990).
Tidak berganti ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual.
2. Pencegahan Sekunder
Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan membersihkan mukosa vagina dan
menggunakan obat per oral dan topikal. Obat per oral yang diberikan adalah
metronidazol (dapat biderikan kepada laki laki dan perempuan) dengan dosis 2 x
500mg / hari selama 5 7 hari atau 1 x 2gr. Sedangkan dosis topikal untuk perempuan
adalah 1 x 500mg / hari metronidazol dalam bentuk tablet vagina selama 5 7 hari. Jika
terjadi kontraindikasi pada pemberian metronidazol sistemik, maka dapat diganti
dengan acidifying douhes (2 sendok makan cuka putih per liter air) atau acidifying gels
/ foms (2 kali seminggu pada vagina).
Pengobatan juga sebaiknya diberikan pada pasangan penderita.
Jika penderita sedang hamil, trimester pertama kehamilan merupakan kontra indikasi
pemberian metronidazol, maka metronidazol dapat diberikan dalam dosis efektif paling
rendah pada trimester kedua dan ketiga kahamilan.
Jika bayi > 4 bulan terinfeksi trikomoniasis simtomatik atau kolonisasi T. vaginalis
maka dapat diobati dengan memberikan metronidazol 5 mg/kgBB/oral, 3 x sehari
selama 5 hari.
3. Pencegahan Tersier
Adanya konseling terhadap pasangan yang salah satu atau keduanya telah menderita
trikomoniasis.








Daftar Pustaka

Irwandi. 2010. Trikomoniasis. http://dokterirwandigafima.blogspot.com diakses tanggal 28
September 2012
Sutanto, Inge, dkk. 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai