Anda di halaman 1dari 11

04031281722030

Sayidati Muti’ah
Daya Murni, 27 Mei 1998
SMA Negeri 1 Tumijajar
Trichomonas vaginalis
Donne pada tahun 1836 pertama kali
menemukan Parasit ini dalam sekret
vagina seorang penderita wanita dengan
vaginitis. Pada tahun berikutnya ia
menamakan parasit ini Trichomonas
vaginalis.
Manusia merupakan hospes parasit
ini. Parasit ini menyebabkan trikomoniasis
vagina dan pada pria prostatitis. Pada
wanita, tempat hidup parasit ini di vagina
dan pada pria di uretra dan prostat
Parasit ini dapat ditemukan secara
kosmopolit, termasuk di Indonesia.
Morfologi
Trichomonas vaginalis tidak mempunyai
bentuk kista. Bentuk trofozoit
berukuran 7-25 mikron (kira-kira 17
mikron), mempunyai 4 flagel anterior
dan satu flagel posterior yang melekat
pada tepi membran bergelombang.
Membran ini pendek bentuknya dan
ujungnya tidak ke luar badan sel.
Membran bergelombang ini mempunyai
kosta yang halus.
Morfologi
Intinya berbentuk
lonjong dan
sitoplasmanya berbutir
halus dengan butir-butir
kromatin tersebar rata
sepanjang kosta dan
aksostil. Sitostom tidak
nyata. Aksostil halus
bentuknya dan menonjol
ke luar badan.
Daur Hidup
Parasit ini hidup di mukosa vagina dengan makan bakteri dan
leukosit. T. Vaginalis bergerak dengan cepat berputar-putar di
antara sel-sel epitel dan leukosit dengan menggerakkan flagel
anterior dan membran bergelombang.
Trichomonas berkembangbiak secara belah pasang
longitudinal. Di luar habitatnya, parasit mati pada suhu 50°C,
tetapi dapat hidup selama 5 hari pada suhu 0°C. Dalam biakan,
parasit ini mati pada pH kurang dari 4,9; inilah sebabnya parasit
tidak dapat hidup di sekret vagina yang asam (pH 3,8-4,4). Parsit
ini tidak tahan pula terhadap desinfektans, zat pulasan dan
antibiotik.
Infeksi terjadi secara langsung waktu bersetubuh melalui
bentuk trofozoit. Pada keadaan lingkungan sanitasi kurang baik
denngan banyak orang hidup bersama dalam satu rumah, infeksi
secara tidak langsung melalui alat mandi seperti lap mandi atau
alat sanitasi seperti toilet seat, pernah dilaporkan.
Patologi dan Gejala Klinis
T. Vaginalis yang ditularkan dalam jumlah cukup kedalam vagina mulai
berkembang biak, bila flora bakteri, pH, dan keadaan fisiologi vagina sesuai.
Setelah berkembangbiak cukup banyak, parasit menyebabkan degenerasi dan
deskuamsi sel epitel vagina. Keadaan ini disusul oleh serangan leukosit. Di sekret
vagina terdapat banyak leukosit dan parasit bercamput dengan sel-sel epitel.
Sekret vagina mengalir ke luar vagina dan menimbulkan gejala fluor albus atau
keputihan (“leukorrhoea”). Setelah lewat stadium akut, gejala berkurang dan
dapat reda sendiri. Pada pemeriksaan in speculo, tampak kelainan berupa vaginitis,
dinding vagina dan porsio tampak merah meradang dan pada infeksi berat tampak
pula perdarahan-perdarahan kecil (petechiae). Fluor tampak berkumpul
dibelakang porsio, encer atau sedikit kental pada infeksi campur, berwarna putih
atau kekuning-kuningan atau putih kelabu berbusa. Banyaknya fluor yang dibentuk
tergantung dari beratnya infeksi daan stadium penyakit.
Selain gejala fluor albus yang merupakan keluhan utama penderita, pruritus
vagina atau vulva dan disuria (rasa pedih waktu kencing) merupakan keluhan
tambahan. Infeksi dapat menjalar dan menyebabkan uretritis. Kadang-kadang
infeksi terjadi tanpa gejala. Demikian pula pada pria, infeksi biasanya terjadi
tanpa gejala, atau dapat pula menyebabkan uretritis, prostatitis dan
prostatovesikulitsi.
Diagnosis
Diagnosis berdasarkan keluhan keputihan
atau fluor albus, rasa panas dan gatal pada
pulpa/vagina dan adanya sekret encer, berbusa,
berbau tidak sedap dan berwarna kekuning-
kuningan, serta adanya lesi bekas garukan
karena gatal dan hiperemia pada vagina.
Diagnosis laboratorium dibuat dengan
menemukan parasit T. Vaginalis di bahan sekret
vagina, sekret uretra, sekret prostat dan urin.
Untuk kontrol pasca-pengobatan, pemeriksaan
langsung dengan menggunakan mikroskop perlu
ditunjang dengan melakukan pembiakan sekret
vagina atau bahan lain dalam medium yang cocok.
Pengobatan
Dasar pengobatan ialah memperbaiki
keadaan vagina dengan membersihkan mukosa
vagina dan menggunakan obat-obat per os dan
lokal. Pada saat ini metronidazol merupakan
obat yang efektif untuk pengobatan
trikomoniasis, baik untuk pria maupun wanita.
Dosis per os 2 x250 mg sehari selama 5-7 hari
untuk suami maupun istri. Dosis lokal untuk
wanita seharii 500 mg metronidazol dala bentuk
tablet vagina sehari sekali selama 5-7 hari.
Prognosis Trichomonas vaginalis baik bila
dilakukan pengobatan secara tepat.
Epidemiologi
Trichomonas vaginalis ditemukan dimana-mana. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa parasit ini ditemukan pada semua bangsa/ras dan
pada semua musim. Sukar untuk menentukan frekuensi penyakit ini di
satu daerah atau negeri, karena kebanyakan penelitian dilakukan pada
golongan tertentu saja seperti golongan wanita hamil (18-25% di AS)
dan dari klinik ginokologi (30-40% di Eropa Tmur). Angka-angka untuk
Indonesia yang diambil dari hasil penelitian di RSCM Jakarta ialah
16% dari klinik kebidanan dan 25% dari 1146 orang wanita dari klinik
ginekologi. Cara pemeriksaan yang berbeda dapat pula memberikan
hasil yang berlainan. Pada pria umumnya angka-angka yang ditemukan
lebih kecil , mungkns sekali oleh karena parasit lebih sukar ditemukan
dan oleh karena infeksi sering berlangsung tanpa gejala. Pada wanita
parasiit lebih sering ditemukan pada kelompok usia 20-49 tahun,
berkurang pada usia muda dan usia lanjut dan jarang pada anak gadis.
Untuk pencegahan, karena trichomoniasis merupakan penyakit
hubungan kelamin, kasus-kasus tanpa gejala pada pria perlu mendapat
pengobatan yang tuntas. Demkian pula suami dari wanita yang
menderita trikomoniasis perlu diberi pengobatan yang sama seperti
istrinya sampai parasit tidak diitemukan lagi pada pembiakan kontrol.
Refrensi
Buku Ajar Parasitologi FK UI Edisi 3

Anda mungkin juga menyukai