Anda di halaman 1dari 6

MATERI SAFARI SKP

Safari SKP adalah kegiatan sosialisasi akreditasi tentang sasaran keselamatan pasien (SKP).
Kegiatan ini dilakukan setiap hari kerja antara jam 07.00 – 14.00 WIB. Kegiatan bersifat
mengajarkan satu per satu tentang SKP, ruangan per ruangan, bagian per bagian. Pengajar
adalah seluruh tim SKP dan peserta adalah seluruh pegawai di RSI PKU Muhammadiyah
Palangka Raya. Peserta diajari sampai bisa. Setelah dirasa mampu, peserta akan menjalani
ujian (secara lisan).

1. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

 Pasien diidentifikasi dengan 2 dari 3 identitas, yaitu :


 Nama
 Tanggal lahir/ umur
 No RM
 Jangan mengidentifikasi berdasarkan nomor kamar atau nomor bed
 Cara identifikasi pasien :
 Tanyakan nama pasien, tanggal lahir/ umur pasien, atau no RM (jarang).
Contoh : Assalamualaikum bapak/ ibu mohon maaf namanya siapa? Tanggal
lahir/ umurnya berapa?
 Lihat pada gelang identitas pasien untuk konfirmasi
 Bila verbal dan visual sesuai, pasien telah teridentifikasi dengan benar
 Bila anda sudah bertemu dengan pasien dan telah terjalin hubungan yang baik
antara dokter-pasien, atau perawat-pasien, atau lainnya, identifikasi bisa
dilakukan secara verbal saja. Contoh : Assalamualaikum bapak/ ibu (sebutkan
namanya), ada yang bisa saya bantu?
 Pasien diidentifikasi setiap kali anda melakukan tindakan (termasuk injeksi,
pemberian obat oral, pasang cateter, pengambilan sampel, transfusi darah, operasi,
dll)
 Sebelum memberikan obat kepada pasien, pastikan tepat pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat rute, dan tepat waktu pemberian obat
 Jangan lakukan tindakan medis apapun bila identifikasi salah atau tidak sesuai, segera
konfirmasi ulang, koordinasi dengan petugas shift sebelumnya, petugas pendaftaran,
IGD, dan pihak pasien/ keluarga
 Untuk pasien yang identitasnya tidak diketahui :
 Diberi identitas Tn X atau Ny X
 Bila terdapat pasien lebih dari 1 (dalam 1 waktu), tambahkan inisial petugas
pendaftaran dan nomor urut. Contoh Tn Xn1, Tn Xn2, Ny Xn3
 Tambahkan foto pasien (wajah) dan tempelkan pada halaman depan status rekam
medik (hal ini berlaku juga untuk pasien dengan gangguan jiwa)
 Ketentuan gelang identitas :
 Biru : laki-laki
 Pink : perempuan
 Bening : jenis kelamin tidak dapat ditentukan (pada neonatus)
 Ketentuan gelang penanda peringatan :
 Merah : alergi
 Kuning : risiko jatuh
 Ungu : do not rescucitation
 Setiap pasien yang rawat inap harus terpasang gelang identitas dari IGD, tegurlah
IGD bila mendapati pasien tanpa gelang identitas
 Beritahukan kepada pasien atau keluarga pasien tentang manfaat gelang identitas.
Contoh : Assalamualaikum bapak/ ibu mohon maaf ini kami pasangkan gelang
identitas, mohon agar gelang identitas selalu terpasang, ingatkan petugas kami untuk
selalu melihat gelang identitas pasien dan mengkonfirmasinya agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan tindakan medis dan agar tidak ada insiden pasien tertukar
 Pastikan nama, tanggal lahir/ umur, no RM tertulis dengan benar
 Bila didapati gelang identitas pasien rusak, segera ganti dengan yang baru
 Untuk pasien neonatus :
 Segera tunjukkan/ perlihatkan bayi di depan ibu atau keluarga lain bila ibu
tidak sadar
 Pemasangan gelang identitas dilakukan di depan ibu atau keluarga lain bila ibu
tidak sadar
 Pasangkan gelang di kaki
 Identitas bayi menggunakan identitas ibu (identitas sama dengan ibu)
 Identifikasi verbal dengan menanyakan kepada ibu dan melihat gelang
identitas
 Gelang identitas dan gelang penanda peringatan dilepas (digunting) saat pasien keluar
dari RS

2. KOMUNIKASI EFEKTIF

 Setiap komunikasi baik dengan sesama petugas kesehatan maupun dengan pasien,
gunakan kata-kata dan intonasi yang tepat (perlu dilatih)
 Untuk pelaporan terhadap kondisi pasien, gunakan konsep SBAR (situation-
background-assessmen-recommendation), yaitu :
 Situation : jelaskan kondisi terkini yang menyebakan pasien tersebut harus
dilaporkan
 Background : jelaskan kemungkinan yang menjadi latar belakang/ penyebab
kondisi tersebut
 Assessmen : jelaskan kesimpulanmu dan apa yang telah anda lakukan terhadap
pasien
 Recommendation : mintalah rekomendasi/ advis kepada yang bersangkutan
(dokter jaga/ DPJP), jelaskan rencana ke depannya terhadap pasien tersebut
 Contoh : assalamualaikum dok, lapor pasien di ruang… tn X 45 th, pasien mengeluh
menggigil, saat ini TD…, N…, T… (paparkan secara singkat hasil pemeriksaan
anda), pasien didiagnosa susp malaria tapi hasil pemeriksaan lab malaria negatif,
sementara ini pasien saya edukasi untuk memakai selimut, mohon advis dok.
 Setiap advis/ pesan via telpon harus dicatat lengkap, dibaca ulang, dan dikonfirmasi
 Konfirmasi dilakukan dengan membubuhkan tanda tangan pada bagian yang telah
ditentukan di catatan rekam medis, dan harus terkonfirmasi dalam waktu 1x24 jam
 Beberapa singkatan tidak boleh digunakan (lihat catatan kecil)
 Bila komunikasi via telpon tidak jelas karena beberapa hal, mintalah untuk mengeja
hurufnya satu per satu dengan nato phonetic alphabet

3. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI


 Setiap obat yang termasuk golongan high alert dan LASA diberi penanda dengan
stiker
 Stiker tersebut ditempelkan pada bagian yang tidak menghalangi nama dan etiket lain
pada obat
 Stiker ditempelkan di tiap ampul/vial, blister, kotak, dan lemari/ laci obat
 Obat-obatan yang termasuk LASA tidak diletakkan berdekatan (atau sesuai ketentuan
tentang menata obat-obatan)
 Elektrolit konsentrat tidak boleh berada di ruang perawatan (kecuali memang milik
pasien dan akan diberikan dalam 24 jam)
 Obat-obatan yang termasuk obat emergency dimasukkan ke dalam troli emergency,
diberi label dan ditulis tanggal kadaluarsa
 Troli emergency harus dalam kondisi tersegel, bila mau digunakan buka segel dengan
mengguntingnya
 Sebelum memberikan obat kepada pasien, pastikan tepat pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat rute, dan tepat waktu pemberian obat
 Lakukan pengecekan ganda bila obat tersebut termasuk golongan high alert atau
LASA
 Pengecekan ganda dilakukan oleh 2 orang yang kompeten
 Daftar obat high alert dan LASA harus ada di tiap ruang perawatan
 Bubuhkan paraf pada CKO (CKO yang baru) setelah selesai memberikan obat kepada
pasien (paraf ganda oleh 2 orang bila obat high alert/ LASA)
 Dalam menulis instruksi, harus mencakup Nama obat (generik), dosis, jalur
pemberian, kecepatan atau durasi (sesuai ketentuan yang telah disepakati)
 Setiap obat-obatan yang diberikan bercampur cairan infus (drip) atau dengan syringe
pump, berikan label yang mencakup :
 Nama obat
 Dosis
 Nama pelarut / infus
 Kecepatan
 Berikan etiket pada obat-obatan yang diserahkan kepada pasien sesuai format
4. KEPASTIAN TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT PASIEN OPERASI

 Lokasi operasi ditandai dengan menandai tubuh pasien dengan sepidol (permanent
marker)
 Penentuan lokasi operasi harus diketahui dan dikonfirmasi oleh pasien/ keluarga
 Lokasi operasi juga ditandai pada lembar rekam medis pasien dan dikonfirmasi
(ditandatangani) oleh pasien atau keluarga pasien
 Penandaan lokasi operasi dilakukan oleh dokter operator, bila didelegasikan dilakukan
oleh perawat OK atau dokter jaga
 Penandaan dilakukan setelah pasien menyetujui tindakan operasi
 Cara melakukan penandaan lokasi operasi :
 Memperkenalkan diri dan lakukan prosedur identifikasi pasien
 Informasikan kepada pasien bahwa anda akan melakukan penandaan lokasi
operasi, jelaskan manfaat, dan bila pasien menolak jelaskan risikonya. Contoh
: Assalamualaikum bapak/ ibu, saya (nama dan peran anda) disini saya akan
melakukan penandaan lokasi operasi, dimana nanti berguna untuk menandai
area/ tempat yang akan dilakukan operasi agar kita tidak melakukan kesalahan
lokasi operasi. Adapun bila menolak maka akan berisiko bisa salah operasi
sehingga terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.
 Lakukan penandaan di tubuh pasien dan rekam medis (menggunakan stempel
yang sesuai)
 Konfirmasi dengan pasien atau keluarga pasien dengan meminta tanda tangan
di lembar rekam medis
 Macam-macam tanda
 Tanda O : lokasi operasi berada dalam lingkaran
 Tanda  : lokasi operasi tepat ditunjuk oleh panah
 Tanda √ : lokasi operasi di sisi yang ditandai (kanan/kiri)
 Sebelum pasien masuk ruang OK, pastikan seluruh anggotoa tim operasi sudah hadir
 Di ruang persiapan, lakukan prosedur identifikasi pasien, konfirmasi ulang lokasi
operasi, dan Seluruh tim operasi memperkenalkan diri dan menjelaskan tugasnya
masing-masing
 Mengisi dan melakukan “ceklist keselamatan pasien operasi”
 Luangkan waktu untuk melakukan time out, ingatkan dokter operator

5. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI

 Pengurangan risiko infeksi dengan menerapkan 6 langkah cuci tangan pada 5 momen
cuci tangan
 5 momen cuci tangan
 Sebelum kontak dengan pasien (handrub)
 Sebelum melakukan tindakan aseptik (handwash)
 Setelah kontak dengan pasien (handrub)
 Setelah terpapar material tubuh pasien (handwash)
 Setelah meninggalkan area sekitar pasien (handrub)
 6 langkah cuci tangan

 Handrub dilakukan dalam waktu 20-30 detik, handwas dilakukan dalam waktu 40-60
detik
 Untuk handwash prosedur dilakukan 2 kali, yaitu cuci tangan 6 langkah dengan
sabun, dilanjutkan cuci tangan 6 langkah di bawah air mengalir
 Keringkan tangan yang basah (setelah melakukan handwash) dengan tissue

6. PENGURANGAN RISIKO JATUH


 Setiap pasien baru baik di IGD, poliklinik, maupun ruang perawatan harus di
assesmen risiko jatuh
 Untuk pasien rawat jalan menggunakan assesmen get up and go, rawat inap
menggunakan assesmen morse (dewasa), sydney (lansia), humpty dumpty (anak)
 Lakukan assesmen dengan memberi skor untuk setiap kriteria sesuai dengan form
assesmen risiko jatuh
 Bila didapati form salah, minta ulang dengan petugas pendaftaran
 Pasien/ keluarga pasien harus diminta tanda tangan persetujuan akan dilakukan
assesmen risiko jatuh (pada form assesmen)
 Bila menolak, mintakan tanda tangan pada lembar penolakan tindakan medis
 Setiap pasien yang berisiko jatuh harus terpasang gelang penanda kuning, jelaskan
manfaat gelang penanda
 Lakukan seluruh prosedur/ protokol pencegahan pasien jatuh
 Bila pasien risiko jatuh rendah/sedang, beri tanda ceklist (√) di setiap kolom protokol
pencegahan rendah/sedang, dan laksanakan protokol
 Bila pasien risiko jatuh tinggi, beri tanda ceklist (√) di setiap kolom protokol
pencegahan rendah/sedang dan tinggi, dan laksanakan protokol
 Bila lembar assesmen dan protokol habis, minta kepada petugas pendaftaran
 Tulis lembar laporan insiden pasien jatuh setiap hari, prosedur penulisan dijelaskan
 Lakukan monitoring dan evaluasi setiap bulan, dilakukan oleh petugas (penanggung
jawab SKP 6), catat pada form monitoring dan evaluasi

Anda mungkin juga menyukai