Anda di halaman 1dari 4

TUGAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT MENULAR

“TRIKOMONIASIS”

DISUSUN OLEH :

1722L0003

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI

2018
TRIKOMONIASIS

Pengertian Dan Patofisiologi :


Trikomoniasis merupakan suatu penyakit infeksi protozoa yang menyerang traktus
urogenitalis bagian bawah baik pada pria maupun wanita dan disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis, biasanya penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Pada
wanita infeksi parasit ini terutama menyebabkan vaginitis, sedangkan pada laki-laki
menyebabkan uretritis namun sering asimptomatik sehingga pria jarang memeriksakan diri.
Trikomoniasis menyebabkan keluarnya cairan berbau busuk pada vagina, kelamin gatal,
dan nyeri saat buang air kecil pada wanita. Pria biasanya tidak memiliki gejala apa pun.
Komplikasi trikomoniasis bagi ibu hamil termasuk risiko kelahiran prematur.
Trichomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran
urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan sub epitel. Masa tunas
rata-rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan
jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subepitel yang menjalar
sampai di permukaan epitel. Di dalam vagina dan uretra parasit hidup dari sisa-sisa sel,
kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat dalam sekret.

Penyebab :
Trikomoniasis disebabkan oleh bakteri Trichomonas vaginalis, protozoa motil berflagela.

Gejala:
a.    Pada wanita :
•    Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab (Strawberry Appearance)
•    Perdarahan kecil – kecil pada permukaan serviks.
•    Didapatkan rasa gatal dan panas di vagina.
•    Dysuria
•    Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual (dispareunia
b.    Pada pria : 
•    iritasi di dalam penis
•    keluar cairan keruh namun tidak banyak
•    rasa panas dan nyeri setelah berkemih atau setelah ejakulasi.

Pencegahan :
Karena trikomoniasis adalah penyakit menular seksual, pantangan adalah satu-satunya cara
untuk benar-benar menghindari penyakit ini. Praktik seks yang aman dan menjaga
kebersihan alat genital juga dapat membantu mencegah infeksi trikomonas.
1. Kenakan kondom (ini mengurangi, namun tidak sepenuhnya menghilangkan
kemungkinan tertular infeksi trikomonas)
2. Cuci alat kelamin sebelum dan sesudah hubungan intim
3. Jangan berbagi pakaian renang atau handuk. (trichomonads bertahan hingga 45 menit di
luar tubuh)
4. Mandi segera setelah berenang di kolam renang umum
Prevalensi Penyakit :
Menurut World Heath Organization, prevalensi trikomoniasis pada tahun 2008
mencapai 276,4 juta dari jumlah total kasus baru penyakit menular seksual (105.7 juta
Klamidia trakomatis, 106.1 juta Neisseria gonore, 10.6 juta sifilis). Trikomoniasis telah
dikaitkan dengan peningkatan serokonversi virus HIV pada perempuan. Selain itu,
trikomoniasis dikaitkan dengan kelahiran prematur atau pecahnya ketuban dan berat badan
lahir rendah. Faktor resiko trikomoniasis diantaranya penyakit menular seksual lainnya,
kontak seksual dengan banyak pasangan seksual, tidak pakai kondom, pekerja seks
komersial, dan kadar pH vagina yang tinggi.
Di Indonesia Masih sedikit didapatkan penderita dengan trikomoniasis. Yayasan
Kusuma Buana melaporkan, prevalensi PMS khususnya trikomoniasis yang secara 'tidak
sengaja' ditemukan pada pemeriksaan Pap Smear pada 6666 wanita usia 25-45 tahun dari 6
klinik di Jakarta mencapai 29%. Adapun penelitian lain di sebuah klinik di Bali pada tahun
1997-1998 menemukan bahwa dari 695 wanita yang mengalami abortus, 53% nya
diketahui menderita infeksi saluran reproduksi dan 16,3% diantaranya adalah vaginosis
bakterial, 15,5% kandidiasis, 7,3% trikomoniasis dan 5,2% chlamydia.

Solusi :
Rakyat Indonesia hanya sebagian kecil yang mengerti tentang adanya infeksi
menular seksual akibat trikomoniasis. Maka boleh disimpulkan walaupun pendidikan seks
telah diberi kepada masyrakat namun upaya pencegahan yang diambil untuk menurunkan
angka kejadian PMS amat sedikit. Kegagalan untuk mengkontrol PMS adalah mungkin
disebabkan prioritas kurangnya fasilitas untuk mendiagnosa dan health care kurang diberi
perhatian oleh pemerintah. Trikomoniasis ini bisa menjadi tanda perilaku seksual beresiko
tinggi, dan prevalensinya yang tinggi pada banyak populasi menandakan dibutuhkannya
konseling dan perubahan perilaku untuk mengurangi resiko pasien terjangkit penyakit
menular seksual lainnya termasuk HIV/AIDS.
Selain itu perlu dituntaskan permasalahan terkait WPS karena dari hasil Penelitian
yang dilakukan di daerah Bitung dengan subjek penelitian Wanita Penjaja seks, didapatkan
pada tahun 2003 WPS jalanan sebesar 20% dan WPS tempat hiburan 16% terinfeksi
trikomoniasis.
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Sjaiful. 2001. Penyakit Menular Seksual, Edisi 2. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Mandals, dkk. 2006. Penyakit Infeksi, Edisi 6. Jakarta. Erlangga

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai