Anda di halaman 1dari 11

Makalah Trikomoniasis (Trichomoniasis)

BAB I
PENDAHULUAN
Trikomoniasis (biasanya disebut sebagai “trich”) adalah penyakit menular seksual yang paling
umum dapat disembuhkan di dunia. Penyakit ini juga merupakan salah satu dari tiga infeksi
vagina yang paling umum pada wanita. Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas
vaginalis atau tricomonad. T. vaginalis adalah organisme berbentuk buah pir yang mendorong
dirinya dengan empat flagel seperti cambuk yang menonjol dari ujung depannya. Sebuah flagel
kelima, melekat ke membran bergelombang, memanjang ke belakang. Sebuah ekor berduri yang
disebut axostyle merupakan ujung dari T. vaginalis. Hal ini dipercaya bahwa T. vaginalis
menempelkan diri ke jaringan dengan axostyle mereka yang menyebabkan beberapa iritasi dan
peradangan yang berhubungan dengan infeksi trikomoniasis. T. vaginalis memiliki ukuran yang
bervariasi antara 5-20 µm. Dalam sediaan basah cairan vagina, organisme hidup dapat dikenali
dengan gerakkannya, yang telah digambarkan seperti menyentak, berayun atau berjatuhan. T.
vaginalis adalah anaerobik dan tumbuh baik tanpa oksigen, di lingkungan dengan keasaman
rendah. Pertumbuhan maksimum dan fungsi mentabolik dicapai pada pH 6,0. Reproduksi T.
vaginalis dengan pembelahan biner, tidak seperti kebanyakan protozoa patogen, kista T.vaginalis
tidak terbentuk (Center for Disease Control, 2011).
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogen dengan derajat tertentu yang sebagian besar
menyerang wanita pada traktus urogenitalis bagian bawah. Infeksi ini mungkin bergejala atau
mungkin tidak bergejala dan merupakan infeksi menular seksual. Ada dua jenis spesies lainnya
yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu T. tenax yang hidup di rongga mulut dan
Pentatrichomonas hominis yang hidup dalam kolon, yang keduanya terbukti tidak menimbulkan
penyakit. Pertama kali divisualisasikan oleh Donne pada tahun 1836, T. vaginitis pertama kali
ditunjukkan pada awal abad ke-20, sebagai akibat dari studi inokulasi yang merupakan protozoa
patogenik (Cook, 2009).
BAB II 
PERMASALAHAN
Menurut perkiraan tahunan WHO, ada 7,4 juta kasus trikomoniasis diperkiraan setiap tahun di
Amerika Serikat, dengan lebih dari 180 juta kasus yang dilaporkan di seluruh dunia. Jumlah
sebenarnya orang yang terinfeksi trikomoniasis mungkin jauh lebih tinggi dari itu. Menurut CDC
(Center for Disease Control), uji diagnostik yang paling umum digunakan hanya memiliki
sensitivitas sebesar 60%-70% (Center for Disease Control, 2011).
Berikut adalah diagram yang menggambarkan prevalensi dari penyakit Trikomoniasis di dunia:

Grafik tersebut menunjukkan prevalensi Trikomoniasis di berbagai populasi. Tingkat Prevalensi


adalah 4,8% wanita di klinik perguruan tinggi, 13,8% wanita remaja, 18,5% wanita di klinik STD,
dan 13,1 persen pria di klinik STD (Center for Disease Control, 2011).
Pada akhir 2007, peneliti dari CDC melaporkan bahwa prevalensi infeksi T. vaginalis sebesar 3,1%
pada sampel penelitian dari 3.754 wanita usia 14-49 tahun. Prevalensi trikomoniasis pada wanita
sangat bervariasi tergantung pada populasi yang diteliti. Sebuah studi melaporkan bahwa wanita
yang rutin ke pelayanan reproduksi di klinik perguruan tinggi terdapat prevalensi trikomoniasis
sebesar 4,8%. Beberapa studi telah menunjukkan prevalensi yang jauh lebih tinggi dengan infeksi
(10-18,5%) di antara wanita muda yang tinggal di daerah perkotaan dan prevalensi di klinik STD
di kota biasanya hampir 25% (Center for Disease Control, 2011).
Pria yang terdiagnosis trikomoniasis lebih sedikit daripada wanita. Dua alasan utama untuk hal ini
adalah bahwa gejala infeksi Trichomonas kurang jelas pada pria dan detekti infeksi yang lebih sulit
(kompleks). Studi pada populasi pasien pria di klinik STD telah melaporkan bahwa prevalensi
trikomoniasis pada pria antara 11% dan 17%. Prevalensi trikomoniasis diantara pasangan seksual
pria yang menginfeksi wanita lebih dari 73%. Studi CDC tersebut menunjukkan perbedaan ras
pada wanita yang terinfeksi dengan T. vaginalis. Prevalensi trikomoniasis kalangan wanita kulit
hitam non-Hispanik adalah 10,3 kali lebih tinggi daripada wanita kulit putih non-Hispanik atau
wanita Meksiko Amerika (13,3% dibanding 1,3% dan 1,8% masing-masing) (Center for Disease
Control, 2011).
BAB III 
TINJAUAN PUSTAKA
1. Keluhan dan Gejala Penyakit 
Gejala pada wanita biasanya muncul antara 5 sampai 28 hari setelah terpapar, akan tetapi gejala
tersebut dapat juga muncul dalam waktu beberapa bulan bahkan bertahun-tahun kemudian.
Infeksi dapat ditularkan kepada orang lain meskipun mereka tidak mengalami gejala apapun.
Gejala yang ditimbulkan oleh trikomoniasis ini antara lain:
a. Peradangan 
Pada wanita, trikomoniasis dapat menyebabkan vaginitis (peradangan pada vagina), sedangkan
pada pria dapat menyebabkan urethritis (peradangan pada saluran kencing) di dalam penis.
b. Keluarnya nanah berwarna kuning kehijau-hijauan atau abu-abu dari vagina (bahkan terkadang
berbusa).
c. Bau yang kuat dan rasa sakit pada saat kencing ataupun berhubungan seksual.
d. Iritasi atau gatal-gatal di sekitar vagina.
e. Sakit perut bagian bawah (jarang ditemukan).
f. Pada pria biasanya keluar nanah dari penis.
(Krieger et al.,1993 dan Robert, 2000 dalam Egbere et al. (2009))

Meskipun trikomoniasis telah lama dianggap sebagai infeksi menular seksual yang kurang penting,
tetapi bukti baru-baru ini menyatakan bahwa implikasi dari akumulasi Tricomonas vaginalis dapat
mengkontribusi terjadinya hal-hal yang merugikan baik bagi wanita maupun pria. Dampak
trikomoniasis bagi kesehatan wanita antara lain: 
a. Faktor risiko HIV 
T. vaginalis dapat memperkuat transmisi infeksi HIV. Penanganan wanita yang terinfeksi T.
vaginalis menyebabkan penurunan 4,2 kali lipat jumlah infeksi HIV-1 pada sektret vagina. 
b. Terkait dengan Herpes Simplex Virus-2 (HSV-2)
Insiden trikomoniasis merupakan prediktor independen dari insiden herpes simplex virus-2, wanita
dengan trikomoniasis memiliki risiko empat kali terkena infeksi HSV-2. 
c. Kontributor infertilitas pada wanita 
T. vaginalis dapat berfungsi sebagi pembawa penyebaran organisme lain dengan membawa
patogen-patogen ke tuba falopi. Beberapa penelitian menunjukkan T. vaginalis menjadi risiko
infertilitas tuba. 
d. Penyakit radang panggul (PID)
Peningkatan yang signifikan dari penyakit radang panggul pada wanita dengan infeksi
trikomoniasis dibandingkan wanita yang tidak terinfeksi trikomoniasis. Penelitian lain menunjukkan
bahwa wanita yang terinfeksi Clamydia dan Trichomonas memiliki kemungkinan terkena penyakit
traktus bagian atas yang simtomatik. 
e. Neoplasia serviks 
Infeksi T. vaginalis berhubungan dengan peningkatan risiko dua kali lipat neoplasia serviks,
meskipun setelah mengontrol infeksi human papillomavirus (HPV)
f. Kelahiran prematur
Komplikasi kehamilan seperti persalinan prematur dan bayi berat lahir rendah berhubungan
dengan infeksi T. vaginalis pada beberapa penelitian. Penanganan trikomoniasis asimtomatik pada
kehamilan merupakan suatu kontroversi. 
(Center for Disease Control, 2011)
Sedangkan dampak trikomoniasis pada kesehatan pria antara lain:
a. Faktor risiko HIV 
Terjadi peningkatan enam kali lipat konsentrasi HIV di air mani pada pria yang terinfeksi HIV
positif dengan trikomoniasis dibandingkan dengan pria yang tidak terinfeksi Trichomonas. 
b. Kontributor infertilitas pada pria
Diantara pria yang terkena trikomoniasis, terjadi penurunan yang signifikan pada motilitas sperma
dan viabilitas sperma. Penanganan trikomoniasis menunjukkan perbaikan yang signifikan para
motilitas sperma, viabilitas, dan viskositas sperma. 
c. Nongonococcal Uretritis (NGU)
Trikomoniasis mungkin merupakan penyebab penting uretritis nongonococcal. Sebuah penelitian
menemukan bahwa pada pria dengan NGU, terdapat 19,9% yang terinfeksi Trichomonas.
d. Prostatitis kronis 
Suatu penelitian yang melibatkan pria dengan prostatitis kronis ditemukan bahwa 71% penyebab
terjadinya prostatitis adalah infeksi Trichomonas dengan infeksi spesifik 19%dari pria. 
(Center for Disease Control, 2011)
2. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik 
Trikomoniasis sering kali tidak terdiagnosis. Tes diagnostik yang paling umum digunakan adalah
yang terbaik 60-70% sensitif menurut Center for Disease Control. Baik wanita dan pria, penyedia
pelayanan kesehatan harus melakukan pemeriksaan fisik dan uji laboratorium untuk mendiagnosis
trikomoniasis, antara lain sebagai berikut:
a. Wet Mount
Wet mount adalah metode yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis trikomoniasis.
Metode ini menujukkan sensitivitas sebesar 60%. Untuk metode ini, spesimen ditempatkan dalam
medium kultur selama 2-7 hari sebelum diperiksa. Jika trichomonads hadir dalam spesimen asli,
mereka akan berkembang biak dan lebih mudah untuk dideteksi. Hal ini baik sangat sensitif dan
sangat spesifik. 
b. VPIII Tes Identifikasi Mikroba (BD) 
VPIII Tes Identifikasi mikroba (BD) adalah uji yang mengidentifikasi DNA mikroba yang ada pada
kompleks penyakit vaginitis. Identifikasi spesies Candida, Gardnerella vaginalis, dan Trichomonas
vaginalis dapat ditemukan dari sampel vagina tunggal. Sensitivitas tes untuk mendeteksi T.
vaginalis tinggi, dan dapat memberikan hasil hanya dalam 45 menit.
c. Trichomonas Rapid Test 
Trichomonas Rapid Test adalah tes diagnostik yang mendeteksi antigen untuk trikomoniasis.
Dengan memasukkan sampel usap vagina ke dalam tabung reaksi dengan 0,5 ml buffer khusus
dengan beberapa perlakuan dan kemudian hasilnya dapat dibaca dalam waktu 10 menit. Uji ini
lebih sensitif dibandingkan uji wet mount.
d. Polymerase Chain Reaction 
Dalam Polymerase Chain Reaction (PCR), sampel diperlakukan dengan enzim yang memperkuat
daerah tertentu dari DNA T. vaginalis. PCR telah terbukti sebagai metode diagnostik yang paling
akurat dalam studi baru-baru ini. Namun, PCR saat ini hanya digunakan dalam penelitian, bukan
pengaturan klinis.
e. Kalium Hidroksida (KOH) “Test Whiff” 
Uji ini adalah teknik dasar yang dapat digunakan sebagai bagian dari diagnosis klinis. Pengujian
dilakukan dengan mencampurkan usapan cairan vagina dengan larutan kalium hidroksida 10%,
kemudian menciumnya. Bau amina (amis) yang kuat bisa menjadi indikasi trikomoniasis atau
vaginosis bakteri.
f. Test pH vagina
Trichomonads tumbuh terbaik di lingkungan asam kurang, dan pH vagina meningkat mungkin
merupakan indikasi trikomoniasis. Sebuah penyedia layanan kesehatan melakukan tes dengan
menyentuhkan kertas pH pada dinding vagina atau spesimen usap vagina, kemudian
membandingkannya dengan skala warna untuk menentukan pH.
g. Pap Smear 
Uji Pap Smear adalah pemeriksaan mikroskopis dari spesimen. Hal ini terutama digunakan sebagai
tes diagnostik untuk screening berbagai kelainan serviks dan infeksi kelamin. Meskipun kadang-
kadang dapat mendeteksi trichomonads, uji diagnosa ini memiliki tingkat kesalahan tinggi dan
tidak cocok untuk screening kecuali digunakan bersamaan dengan tes yang lebih sensitif.
3. Etiologi 
Etiologi dari penyakit trikomoniasis ini adalah Trichomonas vaginalis. Trichomonas vaginalis ini
termasuk dalam domain Eukarya, kingdom Protista, filum Metamonada yang termasuk dalam
protozoa yaitu flagellata, Kelas Parabasilia, ordo Trichomonadida, genus Trichomonas dan spesies
Trichomonas vaginalis (Strous, 2008).

Sejumlah faktor telah dikaitkan dengan peningkatan risiko terlular trikomoniasis, antara lain:
a. Multiple Sex Partners (pasangan seks lebih dari satu)
b. Merupakan keturunaan Afrika 
c. Sebelumnya atau sedang terinfeksi PMS lain 
d. Bakterial vaginosis 
e. (derajat keasaman) pH vagina yang tinggi
(Center for Disease Control, 2011)
Parasit Trichomonas vaginalis tersebar melalui hubungan seksual yaitu hubungan penis dengan
vagina atau vulva dengan vulva (daerah kelamin luar vagina) jika kontak dengan pasangan yang
terinfeksi. Wanita dapat terkena penyakit ini dari infeksi pria atau wanita, tetapi pria biasanya
hanya mendapatkan dari wanita yang terinfeksi. Suatu salah pengertian yang umum adalah infeksi
ini dapat ditularkan melalui toilet duduk, handuk basah atau kolam air panas. Hal ini tidak
mungkin karena parasit tidak bisa hidup lama di benda dan permukaannya (Center for Disease
Control, 2011).
Sejak ditemukannya trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual, mereka yang kemungkinan
besar menyebarkan trikomoniasis adalah orang yang meningkatkan aktivitas seksual dan memiliki
lebih dari pasangan. Trikomoniasis kadang-kadang disebut “penyakit ping-pong” karena pasangan
seksual sering menyebarkan kembali. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat kesembuhan
akan meningkat dan tingkat kambuh turun ketika pengobatan dilakukan pada pasangan seksual
dalam waktu yang sama (Center for Disease Control, 2011). 
Organisme T. vaginalis ada di dalam epitel skuamosa dan sangat sedikit yang berasal dari
endoserviks, sedangkan T. vaginalis yang terdapat di dalam uretra ditemukan 90% dari kasus
Trikomoniasis. Dan sangat sedikit pula ditemukan pada epididimis dan prostat pada pria. Infeksi T.
vaginalis disertai oleh sejumlah besar polymorphonuclear neutrofil (PMNs) yaitu mekanisme
pertahanan diri tubuh yang bersama-sama dengan makrofag, membunuh organisme tersebut yang
disertai atau ditunjukkan dengan keluarnya cairan dari vagina. Organisme T. vaginalis tidak
invasif, ada yang hidup bebas di dalam rongga vagina atau di dalam epitelnya. Sekitar 50% kasus
trikomoniasis terjadi perdarahan mikroskopis (menggunakan teknik yang sesuai). IgA lokal
biasanya terdeteksi, tetapi konsentrasi serum antibodi tersebut masih rendah (Cook, 2009).
4. Cara Pencegahan 
a. Melakukan ANC selama masa kehamilan utuk skrining IMS (Infeksi Menular Seksual)
b. Meningkatkan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan
c. Seks yang aman dan dengan satu pasangan
d. Peningkatan status sosial ekonomi
(Jatau et al., 2006)
5. Cara Pengobatan 
Telah ditemukan bahwa metronidazol berhasil membunuh T. vaginalis, akan tetapi penggunaannya
selama kehamilan menjadi kontroversi karena dapat menyebabkan mutagenesis dan bersifat
karsinogen pada model yang digunakan dalam uji laboratorium. Burtin dkk melaporkan meta
analisis dari tujuh studi yang menunjukkan bahwa metronidazol tidak meningkatkan risiko lahir
cacat pada janin selama trimester pertama, sehingga metronidazol disarankan untuk digunakan
hanya selama trimester kedua dan trimester ketiga. Pengobatan selama kehamilan pada wanita
dan pasangan seksnya berpotensi untuk mencegah komplikasi kelahiran prematur serta infeksi
pada keturunannya, karena apabila pasangan seks tidak mendapatkan pengobatan, maka wanita
dapat terkena trichomoniasis kembali (Smith et al., 2002).
Tinidazole (2 gr dosis oral tunggal) merupakan terapi minimal yang memiliki keunggulan lebih
daripada metronidazole untuk pengobatan trikomoniasis. Pada resistensi metronidazole, tinidazole
(dalam berbagai dosis) telah mencapai tingkat kesembuhan 90% dan lebih tinggi. Perbedaan yang
paling penting antara kedua obat ini yaitu tinidazole yang lebih toleransi dan kurang toksik
dibandingkan metronidazole, bahkan pada dosis yang tinggi (Center for Disease Control, 2011). 
6. Prognosis
Pada wanita terjadi penyembuhan spontan kira-kira sebesar 20-25% setelah 6 minggu
pengobatan. Pemberian antibiotik dapat mengobati 95% wanita yang terinfeksi setelah 6 minggu
pengobatan (NHS, 2010).
BAB IV 
PENUTUP
1. Trikomoniasis (biasanya disebut sebagai “trich”) adalah penyakit menular seksual yang paling
umum dapat disembuhkan di dunia. Penyakit ini juga merupakan salah satu dari tiga infeksi
vagina yang paling umum pada wanita. Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas
vaginalis atau tricomonad yang dapat menginfeksi wanita maupun pria.
2. Menurut perkiraan tahunan WHO, ada 7,4 juta kasus trikomoniasis diperkiraan setiap tahun di
Amerika Serikat, dengan lebih dari 180 juta kasus yang dilaporkan di seluruh dunia. 
3. Gejala pada wanita biasanya muncul antara 5 sampai 28 hari setelah terpapar, akan tetapi
gejala tersebut dapat juga muncul dalam waktu beberapa bulan bahkan bertahun-tahun
kemudian. Infeksi dapat ditularkan kepada orang lain meskipun mereka tidak mengalami gejala
apapun. Pada wanita, trikomoniasis dapat menyebabkan vaginitis (peradangan pada vagina),
sedangkan pada pria dapat menyebabkan urethritis (peradangan pada saluran kencing) di dalam
penis. Keluhan dan gejala lainnya: keluarnya nanah berwarna kuning kehijau-hijauan atau abu-
abu dari vagina (bahkan terkadang berbusa), Bau yang kuat dan rasa sakit pada saat kencing
ataupun berhubungan seksual, iritasi atau gatal-gatal di sekitar vagina, sakit perut bagian bawah
(jarang ditemukan), pada pria biasanya keluar nanah dari penis.
4. Pemeriksaan penunjang diagnostik trikomoniasis antara lain: Wet Mount, VPIII Tes Identifikasi
Mikroba (BD), Trichomonas Rapid Test, Polymerase Chain Reaction, Kalium Hidroksida (KOH) “Test
Whiff”, Test pH vagina, dan Pap Smear 
5. Etiologi dari penyakit trikomoniasis ini adalah Trichomonas vaginalis.
7. Cara pencegahan trikomoniasis yaitu: melakukan ANC selama masa kehamilan utuk skrining
IMS (Infeksi Menular Seksual), meningkatkan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan, seks
yang aman dan dengan satu pasangan, peningkatan status sosial ekonomi. 
6. Cara pengobatan trikomoniasis yaitu dengan metronidazole dan tinidazole. 
7. Prognosis penyakit trikomoniasis
DAFTAR PUSTAKA
Cook, G. 2009. Trichomonal Infection. Saunders Elsevier, Amsterdam. 
Egbere, J, et al. 2009. Trichomonas vaginalis and Human Immunodeficiency Virus (HIV) in Women
Attending Gynaecology Clinic at Plateau State Specialist Hospital, Jos, Nigeria. Nigerian Journal of
Microbiology, Vol. 23 (1);1864–1868. http://nsmjournal.org/ overall/journal/pdf/ TRICHOMONAS/
VAGINALIS/19.pdf. Diakses tanggal 5 Mei 2011.
Jatau, D., et al. 2006. Prevalence of Trichomonas Infection among Women Attending Antenatal
Clinics in Zaria, Nigeria. Annals of African Medicine Vol. 5, No. 4; 2006: 178 – 181.
http://bioline.org.br/pdf. Diakses tanggal 5 Mei 2011.
NHS. 2010. Trichomoniasis. http://cks.nhs.uk/clinical_knowledge/ clinical_topics/
previous_version/trichomoniasis.pdf. Diakses tanggal 7 Mei 2011.
Smith, MD., et al. 2002. Trichomonas vaginalis Infection in a Premature Newborn.
http://nature.com/jp/journal/v22/n6/full/7210714a.pdf. Diakses tanggal 5 Mei 2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Sejarah Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis pertama kali dideskripsikan oleh Alfred Donne pada tanggal
19 September 1836 pada saat Academy of Sciences di Paris. Pada saat itu dikatakan bahwa ia
menemukan suatu organisme yang disebutnya sebagai animalcules dari sekret segar vagina.
Dan disepakati pada saat itu juga organisme ini dinamakan Trico-monas vaginale, oleh
karena mirip dengan organisme dari genus Monas dan Trichodina. Dua tahun kemudian,
Ehrenberg memastikan penemuan Donne dan memberikan nama pada protozoa ini yaitu
Trichomonas vaginalis. Pada tahun 1884, Marchan menemukan Trichomonas vaginalis pada
traktus urinarius pria. Selama 50 tahun selanjutnya, penelitian tentang Trichomonas vaginalis
tidak begitu menarik perhatian para ilmuwan. Mereka lebih tertarik mempelajari diagnosis
dan pengobatan gonorrhoe dan syphillis sebagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Dan baru pada tahun 1916 Hoehne melaporkan bahwa Trichomonas vaginalis adalah
suatu flagellata yang patogenik karena ia menemukan kolpitis yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Hospes, Nama Penyakit dan Habitat
Hospes dari Trichomonas vaginalis adalah manusia. Parasit ini terdapat pada genital wanita
dan pria, terutama ditemukan pada saluran kencing kedua jenis kelamin tersebut. Wanita
frekuensi lebih banyak dijumpai daripada pria, dan penyakit ini bersifat kosmopolit.
Trichomoniasis adalah nama penyakit yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis.

Gambar Trichomonas vaginalis

2.2  Distribusi Geografik
Trikomoniasis vagina ditemukan di mana-mana. Penelitian menunjukkan bahwa
parasit ini di temukan pada semua bangsa/ras dan pada semua musim, sukar untuk
menentukan frekuensi penyakit ini di suatu daerah atau negeri, karena kebanyakan penelitian
dilakukan pada golongan tertentu saja seperti golongan wanita hamil (18 – 25 % di AS) dan
dari klinik ginekologi (30 – 40 % di eropa timur). Di Indonesia berdasar hasil penelitian di
RSCM Jakarta terdapat 16% kasus dari klinik kebidanan dan 25 % wanita dari klinik
ginekologi (sample sebanyak 1146 orang).
Trichomonas vaginalis ditemukan pada lebih dari 30% saluran urogenital pria yang
pasangan wanitanya terinfeksi Trichomonas vaginalis. Di Eropa Timur infeksi Trichomonas
vaginalis sekurang-kurangnya 25% ditemukan pada kasus uretritis non gonore. Di Zimbabwe
5,5% infeksiTrichomonas vaginalis terjadi pada pria dan 10-50% infeksiTrichomonas
vaginalis pada wanita bersifat asimtomatik. Di Lods, Polandia, pada pemeriksaan urin
penderita pria dengan usia 18-60 tahun ditemukan 1,74% terinfeksi Trichomonas
vaginalis sedangkan pada wanita usia 18-60 tahun ditemukan 10,67%. Di Inggris Barat, 5,3%
wanita yang datang ke klinik ginekologi terinfeksi Trichomonas vaginalis dan 21,3%
penderita yang datang ke bagian penyakit menular seksual mengandung organisme ini. Di
Amerika, pada 465 pekerja asuransi didapatkan 6,3% wanita yang menikah dari 1,4% wanita
tidak menikah mengidap Trichomonas vaginalis. Sebagian besar pekerja seks komersial atau
peng-guna obat (70%) mem-punyai Trichomonas vaginalis. Pada wanita kulit hitam
diperkirakan 2-8 kali lebih banyak ditemu-kanTrichomonas vaginalis dibandingkan wanita
kulit putih.

2.3  Morfologi
Morfologi berukuran antara 15 - 20 x 10 mikron, tidak berwarna dan bentuknya
cuboid. Sitoplasmanya bergranula dimana granula tersebut pada umumnya terletak di sekitar
custa dan axostyle (ax;axostyle). Membran bergelombang (umundulating membrane)
berakhir pada pertengahan tubuh, jadi tidak mempunyai flagela bebas (Fg). Sitostoma tidak
nyata (cy;sytostoma), nukleus (nu). Makanannya adalah kuman-kuman, sel-sel vagina, hanya
dapat hidup pada pH diatas 5,5 - 7,5.

2.4  Siklus Hidup
Pada wanita tempat hidup parasit ini di vagina dan pada pria di uterus dan prostat.
Parasit ini hidup di makosa vagina dengan makan bakteri dan leukosit. Trichomonas
vaginalis bergerak dengan cepat berputar-putar di antara sel-sel epitel dan leukosit dengan
menggerakkan flagel antesias dan membran bergelombang. Trichomonas vaginalis
berkembangbiak secara belah pasang longitudinal.  Di luar habitatnya, parasit mati pada suhu
500C, tetapi dapat hidup selama 5 hari pada suhu 00C. Dalam biakan, parasit ini mati pada
pH kurang dari 4,9, inilah sebabnya parasir tidak dapat hidup di sekitar vagina yang asam
(pH 3,8 – 4,4). Parasit ini tidak tahan pula terhadap desinfektans dan antibiotik.Infeksi terjadi
secara langsung waktu bersetubuh melalui bentuk trofozoit pada keadaan lingkungan sanitasi
kurang biak dengan banyak orang hidup bersama dalam satu rumah. Infeksi secara tidak
langsung melalui alat mandi seperti : lap mandi atau alat sanitasi seperti toilet seat, pernah di
laporkan.

2.5  Patologi dan Gejala Klinis


Trichomonas vaginalis yang di tularkan pada jumlah cukup ke dalam vagina dapat
berkembang biak, bila flora bakteri, pH dan keadaan fisiologi vagina sesuai. Setelah
berkembang biak cukup banyak, parasit menyebabkan degenerasi dan deskuamasi sel epitel
vagina. Keadaan ini disusul oleh serangan leukosi, dan disekitar vagina tedapat banyak
leukosit dan parasit bercampur dengan sel-el epitel. Sekret vagina mengalir keluar vagina dan
menimbulkan gejala flour albus atau keputihan. Setelah lewat stadium akut, gejala berkurang
dan dapat reda sendiri.  Pada pemeriksaan in speculo, tampak kelaian berupa vaginitis,
dinding vagina dan porsio tampak merah meradang dan pada infeksi berat tampak pula
pendarahan-pendarahan kecil. Flour tampak berkumpul di belakang porsio, encer atau sedikit
kental pada infeksi campur, berwarna putih kekuning-kuningan atau putih kelabu dan
berbusa.banyak flour yang di bentuk tergantung dari beratnya infeksi dan stadium
penyakit.  Selain gejala flour albus yang merupakan keluhan utama penderita, pruritus vagina
atau vulva dan disuria (rasa pedih waktu kencing) merupakan keluhan tambahan. Infeksi
dapat menjalar dan menyebabkan uretritis. Kadang-kadang infeksi terjadi tanpa gejala. Pada
pria, infeksi biasanya terjadi tanpa gejala, atau dapat pula menyebabkan uretritis, prostatitis
dan prostatovisikulitis.

2.6  Epidemiologi
            Trikomoniasis vagina ditemukan di mana-mana. Penelitian menunjukkan bahwa
parasit ini di temukan pada semua bangsa/ras dan pada semua musim, sukar untuk
menentukan frekuensi penyakit ini di suatu daerah atau negeri, karena kebanyakan penelitian
dilakukan pada golongan tertentu saja seperti golongan wanita hamil (18 – 25 % di AS) dan
dari klinik ginekologi (30 – 40 % di eropa timur). Di Indonesia berdasar hasil penelitian di
RSCM Jakarta terdapat 16% kasus dari klinik kebidanan dan 25 % wanita dari klinik
ginekologi (sample sebanyak 1146 orang). Cara pemeriksaan yang berbeda dapat pula
memberikan hasil yang berlainan, pada pria umumnya angka-angka yang ditemukan lebih
kecil, mungkin sekali oleh karena parasit lebih sukar di temukan dan oleh karena infeksi
seringy berlangsung pada gejala pada wanita parasit lebih sering di temukan pada kelompok
usia 20 – 49 tahun, berkurang pada usia muda dan usia lanjut dan jarang pada anak gadis.

2.7  Diagnosa penyakit
Diagnosis berdasarkan keluhan keputihan atau flour albus, rasa panas dan gatal pada
vulva/vagina dan keluarnya sekret encer, berbusa berbau tidak sedap dan berwarna kekuning-
kuningan, serta adanya rasa bekas garukan karena gatal dan heperemia pada vagina.
Diagnosis laboratorium di buat dengan menemukan parasit Trichomonas vaginalis pada
bahan sekret vagina, sekret uretra, sekret prostat dan urine. Dengan cara pembuatan
preparatnya sbb :
  Pada wanita, diambil sekret dari vagina (diambil pada bagian yang putih).
  Pada laki-laki dengan cara memasukan jari peranum, kemudian prostat dipijat sampai keluar
sekret 1 - 2 tetes Untuk kontrol pasca pengobatan, pemeriksaan langsung dengan
menggunakan mikroskop perlu di tunjang dengan melakukan pembiakan sekret vagina atau
bahan lain dalam medium yang cocok. Test serologis sukar dilakukan.
2.8  Penularan
Trichomonas vaginalis menular melalui hubungan seksual meskipun masih
diperdebatkan. Trichomonas vaginalis dapat hidup pada obyek yang basah selama 45 menit
pada kloset duduk, kain lap pencuci badan, baju, air mandidan cairan tubuh. Penularan
perinatal terjadi kira-kira 5% dari ibu yang terinfeksitetapi biasanya sembuh sendiri dengan
metabolisme yang progresif dari hormon ibu. Infeksi Trichomonas vaginalis mempunyai
masa inkubasi selama 4-21 hari

2.9  Pencegahan
Untuk pencegahan, karena kelaian, kasus-kasus tanpa gejala pada pria perlu mendapat
pengobatan yang tuntas. Demikian pula suami dari wanita yang menderita trichomoniasis
perlu di beri pengobatan yang sama seperti istrinya sampai parasit tidak di temukan lagi pada
pembiakan kontrol. Dapat juga dilakukan dengan penyuluhan dan pendidikan terhadap pasien
dan masyarakat umumnya tentang infeksi ini serta diagnosis dan penanganan yang tepat pada
pasangan penderita trichomoniasis.
Pemakaian kondom dapat dijadikan salah satu cara mencegah tertularnya pasangan
seksual terhadap infeksi ini.

2.10       Pengobatan
            Dasar pengobatan ialah memperbaiki keadaan vagina dengan membersihkan mukosa
vagina dan menggunakan obat-obat per os dan lokal. Pada saat ini metronidazol merupakan
obat yang efektif untuk pengobatan trikomoniasis, baik untuk pria maupun untuk
wanita.dosis per os 2 x 250 mg sehari selama 5-7 hari untuk suami atau istri. Dosis lokal
untuk wanita adalah 500 mg metrodizal dalam bentuk tablet vagina sehari selama 5–7 hari.

BAB III
PENUTUP
3.1      Kesimpulan

      Trichomonas vaginalis adalah suatu flagellata yang patogenik karena ia menemukan


kolpitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
      Hospes dari Trichomonas vaginalis adalah manusia.
      Parasit ini terdapat pada genital wanita dan pria, terutama ditemukan pada saluran
kencing kedua jenis kelamin.
      Terdapat 3 spesies yang sering ditemukan pada manusia yaituTrichomonas
Vaginalis yang merupakan parasit pada saluran genitourianaria, Trichomonas
Tenax ditemukan di rongga mulut danPentatrichomonas Homonis ditrmukan di usus besar.
      Trichomonas vaginalis menular melalui hubungan seksual meskipun masih
diperdebatkan.

3.2      Saran

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu
kami mengharapkan kritikan dari teman-teman semua.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Irianto, koes. 2009. Parasitologi. Bandung: yrama widya.
Latifa, laelita. 2010. http://laelitafarikha.blogspot.com/.
Suwita,hardi.2006.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13_Trikomoniasisda

Anda mungkin juga menyukai