Anda di halaman 1dari 8

Zulfahmi Zulfa FK USU

Trikomoniasis

Defenisi Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Parasit ini paling sering menyerang wanita, namun pria dapat terinfeksi dan menularkan ke pasangannya lewat kontak seksual. Vagina merupakan tempat infeksi paling sering pada wanita, sedangkan uretra (saluran kemih) merupakan tempat infeksi paling sering pada pria. Karena adanya kebiasaan penentuan jenis penyakit dan pengobatan oleh klien sendiri dan diagnosis oleh petugas kesehatan tanpa menggunakan pemeriksaan yang memadai, beberapa orang dengan trikomoniasis tidak terdiagnosis. Penentuan jenis penyakit sendiri dapat terjadi karena terdapatnya obat-obat yang dijual bebas. Gejala dan tanda trikomoniasis tidak begitu spesifik, dan penegakan diagnosis memebutuhkan pemeriksaan laboratorium sederhana seperti sediaan basah (wet mount). Trikomoniasis dapat menyebabkan seseorang kehilangan hari kerjanya karena adanya rasa yang tidak enak yang disebabkannya, sehingga infeksi ini seharusnya tidak diabaikan begitu saja. Adanya kejadian infeksi gabungan dengan PMS lain penting untuk diperhatikan pada saat membuat diagnosis trikomoniasis. Trikomoniasis merupakan masalah bagi penderitanya karena gejala dan kemungkinan komplikasi yang disebabkannya.

Patofisiologi Pada gadis-gadis sebelum usia pubertas, dinding vagina yang sehat tipis dan hypoestrogenic, dengan pH lebih besar dari 4,7, pemeriksaan dengan pembiakan (kultur) akan menunjukkan beberapa mikroorganisma. Setelah gadis menjadi dewasa, dinding vagina

menebal dan laktobasilus menjadi mikroorganisma yang dominan, PH vagina menurun hingga kurang dari 4,5. Laktobasilus penting untuk melindungi vagina dari infeksi, dan laktobasilus adalah flora dari vagina yang dominan (walaupun bukan merupakan stau-satunya flora vagina). Masa inkubasi sebelum timbulnya gejala setelah adanya infeksi bervariasi antara 328 hari. Selama terjadinya infeksi protozoa Trichomonas vaginalis, trikomonas yang bergerak-gerak (jerky motile trichomonads) dapat dilihat dari pemeriksaan dengan sediaan basah. PH vagina naik, sebagaimana halnya dengan jumlah lekosit polymorphonuclear (PMN). Lekosit PMN merupakan mekanisme pertahanan utama dari pejamu (host/manuasia), dan mereka merespon terhadap adanya substansi kimiawi yang dikeluarkan trichomonas. T vaginalis merusak sel epitel dengan cara kontak langsung dan dengan cara mengeluarkan substansi sitotoksik. T vaginalis juga menempel pada protein plasma pejamu, sehingga mencegah pengenalan oleh mekanisme alternatif yang ada di pejamu dan proteinase pejamu terhadap masuknya T vaginalis. Angka kejadian di Amerika Serikat sekitar 7.4 juta kasus baru setiap tahun. Angka pastinya sukar didapat karena kebanyakan kasus ini tidak dilaporkan atau tidak terdiagnosis. Secara global, WHO memperkirakan terdapat sekitar 180 juta kasus baru tiap tahunnya di seluruh dunia. Sementara angka prevalensinya bervariasi dari 5% pada klien klinik KB sampai 75% pada pekerja seks. Trikomoniasis memiliki angka infeksi gabungan yang cukup tinggi dengan penyakit menular lain, seperti dengan gonore, yang diketahui berhubungan secara signifikan dengan infeksi trikomoniasis. Trikomoniasis juga memfasilitasi penularan human immunodeficiency virus (HIV). Trikomoniasis terdapat baik pada laki-laki maupun perempuan, namun lebih sering ditemukan pada perempuan. Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Parasit ini menyebar melalui hubungan seksual dengan orang yang sudah terkena penyakit ini. Trikomoniasis menyerang (uretra) saluran kemih pada pria, namun biasanya tanpa gejala, sedangkan pada wanita, trikomoniasis lebih sering menyerang vagina. Resiko untuk terkena penyakit ini tergantung aktivitas seksual orang tersebut. Beberapa faktor resiko untuk terkena penyakit ini antara lain :

Jumlah pasangan seksual selama hidupnya Pasangan seksual saat ini

Tidak memakai kondom saat berhubungan seksual Trikomoniasis terdapat baik pada laki-laki maupun perempuan, namun lebih sering ditemukan pada perempuan. Pada laki-laki, gejala adanya trikomoniasis bervariasi dari tidak ada gejala (asimtomatik/karier) sampai uretritis, prostatitis, atau epididymo-orchitis. Perempuan juga dapat merupakan karier asimptomatis, namun umumnya gejala akan menunjukkan adanya proses peradangan

Mortalitas/morbiditas

Trikomoniasis memiliki angka infeksi gabungan yang cukup tinggi dengan PMS lain. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wolner-Hanssen dkk, menemukan gonore berhubungan secara signifikan dengan infeksi trikomonas. Trikomoniasis juga memfasilitasi penularan human immunodeficiency virus (HIV).

Pada perempuan gejala adanya infeksi trikomoniasis dapat bervariasi dari tidak ada gejala (asimptomatik) sampai adanya tanda radang seperti gatal-gatal pada vagina dan adanya duh tubuh vagina (vaginal discharge/keputihan).

Pada perempuan hamil, trikomoniasis yang tidak diobati berhubungan dengan ketuban pecah dini, bayi berat lahir rendah dan cellulites pasca histerektomi.

Keluhan Klinis Perempuan


o

Klien dengan trikomoniasis mungkin merasakan gatal-gatal atau rasa panas pada vagina. Kemungkin juga ada keputihan yang berbau tidak normal (busuk). Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual mungkin juga merupakan keluhan utama yang dirasakan klien dengan trikomoniasis. Keputihan abnormal yang purulen, berbusa atau berdarah kemungkinan terjadi juga. Keputihan yang berbusa yang dianggap sebagai tanda klasik dari trikomoniasis hanya terjadi pada 12% dari klien yang mengalami infeksi ini.

Pasien dengan trikomoniasis dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri perut bagian bawah.

Laki-laki
o o

Kebanyakan infeksi trikomoniasis pada laki-laki asimptomatik. Mungkin ada keluhan nyeri pada saat kencing, nyeri pada uretra, testis atau nyeri perut bagian bawah.

Pemeriksaan Fisik Perempuan


o

Pada pemeriksaan panggul dengan spekulum, tanda-tanda trikomoniasis diantaranya colpitis macularis (disebut sebagai strawberry cervix); keputihan yang purulen yang dapat berwarna putih krem, kuning, hijau atau abu-abu, keputihan yang berbusa, erythema vagina dan vulva. Colpitis macularis dan keputihan yang berbusa bersama-sama memiliki spesifisitas 99% dan secara sendiri-sendiri memiliki nilai prediksi positif (positive predictive value) 90% dan 62%. Yang menarik, penelitian yang dilakukan oleh Wolner-Hanssen dkk. Menemukan bahwa pemeriksaan dengan mata telanjang (tanpa bantuan alat) menemukan colpitis macularis hanya 1,7% dari klien dengan trikomoniasis sedangkan pemeriksaan dengan bantuan kolposkopi mendapatkan colpitis macularis sebanyak 70% dari pasien yang menderita trikomoniasis yang dipastikan diagnosisnya dengan pemeriksaan sediaan basah. Sebagian besar dari gejala-gejala yang disebutkan di atas tidak spesifik untuk infeksi trikomoniasis dan dapat terjadi pada berbagai infeksi vagina dan serviks yang lain. Sehingga jika hanya bergantung pada pemeriksaan fisik saja banyak klien dengan trikomoniasis akan tidak terdiagnosis. Diagnosis pasti trikomoniasis dapat ditegakkan dengan adanya protozoa berflagel yang terlihat dari pemeriksaan sediaan basah, Papanicolaou (Pap) smears, atau media kultur.

Laki-laki
o

Kebanyakan laki-laki yang terinfeksi trikomoniasis tidak ada tanda fisik.

Pada beberapa kasus, laki-laki dengan infeksi ini mungkin menunjukkan adanya discharge dari penis.

Beberapa kasus yang lain mungkin ada tanda-tanda prostatitis atau epididymitis.

Bayi baru lahir perempuan: T vaginalis yang didapat pada saat melewati jalan lahir dapat menyebabkan keputihan pada bayi pada minggu-minggu pertama kehidupannya. Anak-anak sebelum usia pubertas
o

Anak-anak sebelum usia pubertas yang terkena trikomoniasis akan menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala pada klien remaja dan dewasa. Adanya T vaginalis pada anak-anak sebelum pubertas harus dicurigai kemungkinan adanya kekerasan seksual.

Pemeriksaan Laboratorium

Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk klien yang memiliki gejala-gejala vaginitis. Berbagai pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan dengan fasilitas laboratorium sederhana. Dasar dari pemastian diagnosis adalah pemeriksaanpemeriksaan yang dilakukan untuk mengeluarkan penyebab lain yang mungkin juga menyebabkan keluhan pada klien.

pH vagina
o

Penentuan pH vagina dengan cara menempelkan swab dengan sekresi vagina pada kertas pH paper dengan nilai antara 3.5-5.5. pH vagina normal secara praktis menunjukkan diagnosis trikomoniasis negatif. pH lebih dari 4.5 ditemukan pada trikomoniasis dan vaginosis bacterial.

Tes Whiff
o

Tes ini memeriksa adanya amine dengan menambahkan KOH pada discharge vagina dan membaui adanya bau seperti bau ikan, tes ini berguna untuk menyingkirkan kemungkinan vaginosis bakterial. Saat ini telah ada pemeriksaan pH Vagina dan tes whiff yang dikombinasikan dalam satu bentuk tes dengan tanda negatif positif.

Sediaan Basah (Wet mount)

Pemeriksaan dengan sediaan garam basah melalui mikrokoskop terhadap secret vagina yang diusapkan pada objek glass dapat mengidentifikasi protozoa yang berbentuk seperti tetesan air, berflagela, dan bergerak. Pemeriksaan ini juga dapat menemukan clue cells (tanda adanya penyakit vaginosis bacterial). Rasio sel darah putih (lekosit) terhadap sel epitel juga dapat dihitung. Sensitivitas pemeriksaan ini mencapai 40-60%. Sedangkan spesifisitas dapat mencapai 100% jika sediaan garam basah segera dilihat di bawah mikroskop.

Pap smear
o

Sensitivitas untuk mendeteksi sama dengan pemeriksaan sediaan garam basah, yaitu 40-60%. Sedangkan spesifisitas mencapai 95-99% untuk petugas-petugas yang sudah terlatih.

Pemeriksaan lain
o

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya trikomoniasis yaitu pemeriksaan biakan (kultur) secret vagina, direct immunofluorescence assay, dan Polymerase chain reaction (PCR)

Pemeriksaan PMS lain


o

Jika ditemukan trikomoniasis maka harus dilakukan juga pemeriksaan untuk PMS lain seperti sifilis, Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, HIV, hepatitis B, dan hepatitis C. Infeksi gabungan dengan gonore cukup tinggi.

Hal-hal lain:

Trikomoniasis dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi pada kehamilan. Adanya T vaginalis pada populasi anak dapat untuk memprediksi kemungkinan adanya kekerasan seksual pada anak. CDC merekomendasikan metronidazole untuk digunakan dalam kehamilan. Namun, beberapa dokter lebih cenderung untuk memakai clotrimazole terutama pada trimester pertama kehamilan.

Pengobatan trikomoniasis untuk klien dengan HIV positif sama dengan klien dengan HIV negatif.

Pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada kasus akut terlihat sekret vagina keruh kental berwarna kekuning-kuningan, kuning hijau, berbau tidak enak dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Selain itu didapatkan rasa gatal dan panas di vagina. Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual mungkin juga merupakan keluhan utama yang dirasakan penderita dengan trikomoniasis. Pasien dengan trikomoniasis dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri perut bagian bawah. Bila sekret banyak yang keluar, dapat timbul iritasi pada lipat paha atau di sekitar bibir vagina. Pada kasus yang kronis, gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak berbusa. Berbeda dengan wanita, pada pria biasanya tidak memberikan gejala. Kalaupun ada, pada umumnya gejala lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Gejalanya antara lain iritasi di dalam penis, keluar cairan keruh namun tidak banyak, rasa panas dan nyeri setelah berkemih atau setelah ejakulasi.

Gambar 1. Gambaran sekret vagina pada penderita Trikomoniasis

Pengobatan paling efektif untuk trikomoniasis adalah dengan obat minum metronidazol. Dosis biasanya 2 gram dosis tunggal ataupun 500 miligram dua kali sehari selama tujuh hari. Obat ini tidak boleh diberikan bila penderita dalam keadaan hamil 3 bulan pertama karena efeknya pada janin. Pada keadaan ini, penderita tersebut dapat menggunakan obat clotrimazole, yang penggunaanya secara dimasukan ke dalam vagina. Gejala trikomoniasis pada pria yang terinfeksi biasanya akan hilang dalam beberapa minggu tanpa pengobatan. Namun, pria yang terinfeksi tersebut, walaupun tidak pernah memberikan gejala atau gejalanya sudah tidak ada, dapat terus menularkan ke pasangan seksualnya sampai ia selesai diobati. Oleh karena itu, kedua pasangan seksual tersebut harus

diobati sekaligus untuk menghentikan penyebaran penyakitnya. Penderita yang sedang diobati disarankan tidak melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum dinyatakan sembuh. Orang yang pernah terkena trikomoniasis tidak melindungi orang tersebut untuk tidak terkena lagi. Walaupun pengobatannya berhasil, orang tersebut dapat terkena infeksi kembali. Pencegahan Karena trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual, cara terbaik menghindarinya adalah tidak melakukan hubungan seksual. Beberapa cara untuk mengurangi tertularnya penyakit ini antara lain:

Pemakaian kondom dapat mengurangi resiko tertularnya penyakit ini. Tidak pinjam meminjam alat-alat pribadi seperti handuk karena parasit ini dapat hidup di luar tubuh manusia selama 45 menit. Bersihkan diri sendiri segera setelah berenang di tempat pemandian umum.

Anda mungkin juga menyukai