Anda di halaman 1dari 11

Chlamydia

 Definisi
Chlamydia adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri paling umum di dunia. Chlamydia dapat terjadi pada wanita
maupun pria, infeksi yang paling sering dialami wanita adalah di bagian
serviks yang selanjutnya pada wanita hamil apabila tidak diobati dapat
mennyebabkan aborsi, ketuban pecah dini, endometritis postpartum, berat
badan lahir rendah dan penularan ke bayi baru lahir.Pada pria, infeksi
dapat menyebabkan uretritis, epididimitis, atau arthritis reaktif. pria maupun
wanita yang terinfeksi juga dapat mengalami konjungtivitis, faringitis, dan
limfogranuloma venereum. (Kiguen et al., 2019)(Mohseni et al., 2022)
 Epidemiologi
Infeksi klamidia adalah infeksi bakteri yang paling sering dilaporkan di
Amerika Serikat dan merupakan penyebab infeksi menular seksual
paling umum di dunia. Tingkat infeksi menular seksual di di Amerika
serikat lebih tinggi wanita, dimana jumlah infeksi menular seksual yang
diidap wanita adalah dua kali lipat lebih banyak daripada pria dengan
prevalensi yang lebih tinggi pada wanita usia 15-24 tahun dan pada pria
antara usia 20-24 tahun. (Mohseni et al., 2022)
 Etiologi
Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, bakteri ini
adalah bagian dari genus chlamydophila yang bersifat gram negatif,
anaerobik, obligat intraseluler yang bereplikasi di dalam sel eukariotik. C.
trachomatis berdiferensiasi menjadi 18 serovar berdasarkan uji berbasis
antibodi monoklonal. Beberapa serovar tersebut berhubungan dengan
beberapa penyakit seperti Serovar A, B, Ba, dan C yang menyebabkan
Trachoma atau penyakit mata serius yang endemik di Afrika dan Asia,
ditandai dengan konjungtivitis kronis dan berpotensi menyebabkan
kebutaan; Serovar D-K yang menyebabkan Infeksi saluran genital dan
infeksi neonatal; dan Serovar L1-L3 yang menyebabkan
Lymphogranuloma venereum (LGV), berkorelasi dengan penyakit
ulkus genital di negara tropis. (Mohseni et al., 2022)
 Manifestasi Klinis
Chlamydia trachomatis dapat menyebabkan banyak penyakit seperti
servisitis, penyakit radang panggul, uretritis, epididimitis, prostatitis,
dan limfogranuloma venereum. Infeksi juga bisa terjadi pada diluar genital
seperti konjungtivitis, perihepatitis, faringitis, artritis reaktif, dan proktitis.
Adapun tanda dan gejala umum infeksi Chlamydia adalah:
 Pada wanita:
- Serviks mudah berdarah
- Perdarahan menstruasi
- Sekret mukopurulen dari serviks atau vagina
- Sekret uretra
- Sekret mukopurulen dari rektal (apabila melakukan seks anal)
- Nyeri goyang serviks
- Disuria
- Kepenuhan atau nyeri adneksa, berhubungan dengan radang
panggul
- Nyeri tekan pada perut bagian bawah
- Nyeri perut kuadran kanan atas (sindrom fitz-hugh-curtis)
 Pada pria:
- Sekret uretra mukopurulen
- Sekret mukopurulen dari rektal (apabila melakukan seks anal)
- Frekuensi atau urgensi berkemih meningkat
- Disuria
- Nyeri skrotum, nyeri tekan, atau bengkak (terkadang unilateral)
- Kepenuhan perineum, berhubungan dengan prostatitis. (Mohseni et
al., 2022)
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Gold Standard untuk diagnosis infeksi chlamydia adalah
pengujian amplifikasi asam nukleat (nucleic acid amplification testing
NAAT). pemeriksaan ini dilakukan dengan swab vagina untuk wanita atau
tampungan urin pertama untuk pria, selain itu juga dapat dilakukan pada
swab endoserviks atau uretra. Metode pemeriksaan lain meliputi kultur,
rapid test, serologi, deteksi antigen, dan pemeriksaan genetik. Jika
tidak ada tes yang tersedia, pengobatan direkomendasikan berdasarkan
manifestasi klinis. (Mohseni et al., 2022)
 Penegakan Diagnosis
Ketika seorang pasien datang dengan dugaan infeksi klamidia berdasarkan
dari manifestasi klinis, selanjutnya dilakukan pemeriksaan NAAT untuk
mengkonfirmasi diagnosis chlamydia, selain itu pemeriksaan penyakit
menular seksual lainnya harus dilakukan seperti Hitung darah lengkap
apabila dicurigai radang panggul, dan juga dapat dipertimbangkan tes HIV,
gonore, dan sifilis. Pasangan seksual juga harus diuji untuk
klamidia(Mohseni et al., 2022).
 Tatalaksana
Rekomendasi pengobatan infeksi klamidia tanpa komplikasi adalah sebagai
berikut: Azitromisin 1000 mg per oral sebagai dosis tunggal atau
Doksisiklin 100 mg per oral dua kali sehari selama tujuh hari, atau
salah satu alternatif berikut: tetrasiklin 500 mg per oral empat kali sehari
selama tujuh hari, eritromisin 500 mg per oral dua kali sehari selama 7 hari,
atau ofloksasin 200-400 mg per oral dua kali sehari selama 7 hari. Untuk
tatalaksana non farmakologi sendiri dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan alat kelamin, menggunakan pengaman saat berhubungan seks,
dan usaha untuk tidak bergonta ganti pasangan seksual (Mohseni et al.,
2022).
 Prognosis
Prognosisnya sangat baik dengan pengobatan yang dilaksanakan
sejak awal dan dengan kepatuhan terhadap meminum obat dimana
pengobatan antibiotik memiliki tingkat efektivitas 95%. Infeksi ulang dapat
terjadi dan biasanya dikarenakan terinfeksi pasangan seksual yang
tidak diobati atau didapat dari pasangan baru. Kematian jarang terjadi
tetapi dapat disebabkan oleh perkembangan penyakit menjadi salpingitis
dan abses tubo-ovarium dengan ruptur dan peritonitis. (Mohseni et al.,
2022).
 Upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif
pencegahan infeksi dan komplikasi chlamydia berfokus pada skrining
dan perawatan wanita dan pria yang aktif secara seksual bisa dengan
NAAT urin atau endoserviks, Pasangan juga harus diskrining dan
diobati pada saat yang bersamaan. Petugas kesehatan dan praktisi
perawat harus mendidik pasien tentang pentingnya menggunakan kondom
saat berhubungan seks, mempraktikkan seks aman atau tidak melakukan
aktivitas seksual untuk mencegah klamidia. Tim kesehatan seperti dokter,
perawat, dan apoteker, harus bekerja sama untuk mendidik pasien tentang
metode untuk menghindari infeksi dan pentingnya menyelesaikan
pengobatan sehinga diharapkan dapat menurunkan insiden dan
meningkatkan hasil. (Mohseni et al., 2022)

Trikomoniasis

 Definisi
trikomoniasis adalah penyakit infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis dan merupakan salah
satu infeksi menular seksual non-virus yang paling umum. Trichomonas
vaginalis adalah organisme motil yang hidup di saluran genitourinari bawah
wanita dan pada pria di bagian prostat dan uretra (Schumann and Plasner,
2022).
 Epidemiologi
Trikomoniasis lebih sering terjadi pada orang dengan banyak
pasangan seksual, menurut World Health Organization (WHO)
diperkirakan terdapat 156 juta kasus Trikomoniasis di seluruh dunia
pada tahun 2016 atau hampir setengah dari kejadian Infeksi Menular
Seksual di dunia pada tahun itu. dalam satu penelitian dengan 4057
peserta, 0,5% dari populasi laki-laki dan 1,8% populasi perempuan
terinfeksi Trichomoniasis, dan juga menurut penelitian lain ditemukan
prevalensi ras kulit hitam lebih tinggi dengan tingkat infeksi 4,2% pada pria
dan 8,9% pada. Trikomoniasis paling umum di antara wanita berusia 40
hingga 49 tahun (Van Gerwen and Muzny, 2019)(Schumann and Plasner,
2022).
 Etiologi
Trikomoniasis adalah infeksi yang ditularkan secara seksual dan
diidap melalui kontak seksual langsung. Trichomonas vaginalis
sebenarnya dapat hidup selama beberapa jam di lingkungan yang lembab
namun sebagian besar kasus trikomoniasis disebabkan oleh penularan
organisme melalui hubungan seksual. Faktor risikonya adalah pengidap
riwayat Infeksi menular seksual , sering bergonta ganti Pasangan,
Kontak dengan pasangan yang terinfeksi, Penyalahgunaan obat suntik
intravena, dan Tidak menggunakan kontrasepsi ketika berhubungan
seksual (Schumann and Plasner, 2022).
 Manifestasi Klinis
Pada Wanita gejala utamanya mirip dengan infeksi menular seksual lainnya
seperti keputihan, nyeri saat hubungan seksual , gejala infeksi saluran
kemih, gatal-gatal pada vagina, dan nyeri panggul. Keputihan yang
terjadi pada wanita berkarakteristik dengan discharge encer, berbusa,
dan berbau tidak sedap, selain itu juga Alat kelamin terlihat merah dan
bengkak, pada 40% dapat ditemukan strawberry cervix. Pada pria gejala
yang mungkin terjadi adalah keluarnya cairan dari penis, nyeri testis,
disuria, peningkatan frekuensi buang air kecil, dan urin keruh. Trikomoniasis
dapat menyebabkan uretritis pada pria dan kadang-kadang epididimitis atau
prostatitis(Schumann and Plasner, 2022).
 Pemeriksaan Penunjang
- pemeriksaan yang paling umum dilakukan dan menjadi gold
standard adalah pemeriksaan wet mount, Trichomonas adalah
organisme motil dengan flagela dan dapat terlihat bergerak dalam
preparasi bila dilihat dengan mikroskop. Tes ini telah terbukti hanya
40% - 60% sensitif tetapi biasanya metode pengujian yang paling
umum digunakan karena kenyamanan dan biaya rendah.
- Tes amplifikasi asam nukleat (NAAT) telah terbukti memiliki
sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90% saat menguji Trichomonas
vaginalis.
- PH vagina biasanya lebih dari 4,5 dengan adanya trikomoniasis,
tetapi ini bukan temuan yang spesifik dan harus dilakukan whiff test
atau Tes bau yang dilakukan dengan menambahkan tetes kalium
hidroksida ke sampel keputihan dan selanjutnya menghasilkan bau
amis(Van Gerwen and Muzny, 2019)(Schumann and Plasner, 2022).
 Penegakan Diagnosis
- Riwayat infeksi menular seksual, riwayat bergonta ganti pasangan
dan riwayat berhubungan seks tanpa pengaman dapat menjadi
sumber informasi penyakit trikomoniasis.
- Apabila ditemukan tanda tanda infeksi trikomoniasis pada
Pemeriksaan fisik selanjutnya dilaksanakan pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan wet mount untuk mengkonfirmasi penyakit (Van
Gerwen and Muzny, 2019).
 Tatalaksana
- Ada tiga strategi yang direkomendasikan untuk pengobatan
trikomoniasis yakni metronidazol 2 gram dosis tunggal, 2 gram
tinidazol dosis tunggal, atau metronidazol 500 mg dua kali
sehari selama tujuh hari. Jika tidak diobati, trikomoniasis dapat
tetap menjadi tanpa gejala atau dapat sembuh dengan sendirinya.
tatalaksana non farmakologi dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan alat kelamin, menggunakan pengaman saat berhubungan
seks, dan tidak bergonta ganti pasangan seksual (Schumann and
Plasner, 2022)(Van Gerwen and Muzny, 2019).
 Prognosis
Pasien yang diobati dengan metronidazol memiliki tingkat
kesembuhan 90% - 95%. Tingkat kesembuhan bahkan lebih tinggi ketika
pasangan seksual diobati. Namun sering terjadi infeksi berulang pada
individu yang aktif secara seksual. Pada Ibu hamil berisiko mengalami
persalinan prematur, bayi berat lahir rendah, ketuban pecah dini, dan juga
Ada juga risiko tinggi terkena penyakit radang panggul(Schumann and
Plasner, 2022).
 Upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif
pencegahan infeksi dan komplikasi trikomoniasis berfokus pada edukasi
pasien tentang pentingnya menggunakan kondom saat berhubungan seks,
mempraktikkan seks aman atau tidak melakukan aktivitas seksual untuk
mencegah trikomoniasis. Tim kesehatan harus mendidik pasien tentang
kepatuhan pengobatan dan juga pasangan seksual harus diobati juga
karena apabila tidak diobati maka penularan akan terus berlanjut. dokter
harus skrining ulang pasien yang aktif secara seksual setelah 12 minggu
untuk memastikan kesembuhan total(Schumann and Plasner, 2022).

Infeksi Saluran Kemih

 Definisi
Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri pada kandung kemih dan
struktur terkait. Pasien-pasien ini umumnya tidak memiliki kelainan
struktural dan komorbiditas, seperti diabetes, keadaan
immunocompromised, atau kehamilan. Banyak kasus infeksi saluran kemih
akan sembuh tanpa pengobatan tetapi banyak pasien mencari terapi untuk
menghilangkan gejala dan menurunkan kemungkinan komplikasi(Bono et
al., 2022)
 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri yang sangat sering terjadi
pada wanita berusia 16 sampai 35 tahun, dengan 10% wanita mendapatkan
infeksi setiap tahun dan 40% sampai 60% memiliki infeksi setidaknya sekali
seumur hidupnya. Infeksi saluran kemih pada wanita empat kali lebih sering
terjadi daripada pria(Bono et al., 2022).
 Etiologi
Escherichia coli adalah organisme yang paling umum pada infeksi
saluran kemih yang selanjutnya diikuti oleh Klebsiella. Bakteri patogen
naik dari perineum dan rektum yang biasa terjadi sebagai penyebab
wanita terinfeksi saluran kemih. Wanita juga memiliki uretra yang lebih
pendek daripada pria lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih. Faktor
risiko infeksi saluran kemih adalah kurangnya kebersihan, penggunaan
kateter urin, Hubungan seksual, dan penggunaan spermisida dan
diafragma. Faktor risiko lain termasuk transplantasi ginjal, penggunaan
antibiotik, dan diabetes mellitus(Bono et al., 2022)(Aggarwal and
Lotfollahzadeh, 2022).
 Manifestasi Klinis
Gejala infeksi saluran kemih tanpa komplikasi adalah nyeri saat buang air
kecil (disuria), sering buang air kecil, ketidakmampuan untuk memulai aliran
urin, tiba-tiba ingin buang air kecil, urin keruh, dan darah dalam urin
(hematuria). Biasanya, pasien dengan infeksi saluran kemih tanpa
komplikasi tidak mengalami demam, menggigil, mual, muntah, atau nyeri
punggung, yang merupakan tanda-tanda keterlibatan ginjal atau penyakit
saluran atas/pielonefritis(Bono et al., 2022).
 Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan yang paling umum dilakukan dan menjadi gold standard
adalah pemeriksaan kultur urin dan juga selanjutnya dapat digunakan
urine dipstick pemeriksaan awal untuk mendiagnosis infeksi saluran
kemih(Bono et al., 2022).
 Penegakan Diagnosis
Diagnosis infeksi saluran kemih dibuat dari riwayat klinis (gejala) dan
urinalisis lalu dikonfirmasi dengan kultur urin, pengumpulan sampel urin
yang tepat adalah hal yang sangat penting agar uji akurat dan tidak terdapat
kontaminasi(Bono et al., 2022).
 Tatalaksana
tatalaksana farmakologi dapat diberikan antibiotik golongan fluorokuinolon
seperti ciprofloxacin 50mg tiap 12 jam. Dan dapat juga dilakukan
tatalaksana non farmakologi dengan meminum air putih minimal 2 liter/hari
bila fungsi ginjal normal dan juga dengan menjaga area kelamin baik pria
maupun wanita.
 Prognosis
Mayoritas pengidap infeksi saluran kemih memiliki hasil yang sangat baik.
Setelah pengobatan dengan antibiotik, durasi gejala adalah 2 hingga 4 hari.
Angka kematian rendah namun morbiditas infeksi saluran kemih sangat
besar(Bono et al., 2022).
 Upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif
Upaya promotif kepada masyarakat dapat dilakukan edukasi terkait
menjaga kebersihan dan higienitas, hal utama untuk mencegah
kekambuhan adalah edukasi pasien yang apabila telah didiagnosis infeksi
saluran kemih harus didorong untuk minum lebih banyak cairan dan juga
Wanita yang aktif secara seksual harus mencoba untuk berkemih segera
setelah berhubungan seksual karena ini dapat membantu mengeluarkan
bakteri dari kandung kemih. selain itu upaya prevensi untuk menekan
penyebaran dapat dilakukan skrining(Bono et al., 2022).
ariasi yang berbeda dalam satu spesies bakteri atau virus

Anda mungkin juga menyukai