Anda di halaman 1dari 20

SKABIES

Kelompok 2

Merke Lengkong

Chrismita Komaling

Citra E. Mokoagow
Klamidia Trachomatis
Clamydia merupakan penyakit kelamin yang
disebabkan oleh bakteri chlamydia trachomatis.
Biasanya penyakit ini tidak terdapat gejala apa-
apa, walaupun begitu tetap saja gejala-gejala
ringan seperti nanah atau keputihan pada penis
atau vagina dan adanya rasa sakit saat buang
kecil, ini merupakan infeksi yang terjadi pada
uretra (laki-laki) dan serviks (mulut rahim) pada
perempuan.
Chlamydia merupakan penyakit menular
seksual yang di kenal sebagai penyakit
peradangan pada perviks (panggul) sehingga
menyebabkan invertilisasi kemandulan pada
perempuan.
C. trachomatis Infections in Women
 Normal Serviks  Infeksi klamidia trakomatis
pada serviks
 C. trachomatis
 Infeksi Klamidia pada
Syndromes Seen in Men
Tuba
or Women
C. trachomatis Infection in Men
 Urethritis–One cause of  Swollen or tender
non-gonococcal urethritis testicles (epididymitis)
(NGU)
 C. trachomatis Infeksi
 C. trachomatis
pada bayi Infections
in Children
manifestasi klinis Perinatal: Manifestasi klinis
 inklusi konjungtivitis  Pra-remaja pria dan
 Pneumonia wanita: infeksi
 urogenital biasanya
 Asimtomatik
 penularan vertikal
Epidemologi

Infeksi klamidia merupakan penyakit orang muda. Faktor


resiko tambahan lain status sosioekonomi yang rendah, pasangan
seks yang berganti-ganti, dan penggunaan kontrasepsi oral.
Menurut data Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku
(STBP) yang dilakukan di 23 kota/kabupaten di Indonesia,
prevalensi infeksi klamidia tertinggi pada Wanita Penjaja Seks
Langsung (WPSL) dan Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung
(WPSTL) masing-masing 41%, waria 28% dan Lelaki Seks Lelaki
(LSL) 21%. Serta prevalensi gonore dan atau klamidia sekitar 35%
(LSL) dan 56% (WPSL). (STBP, 2012).
Penyebab

Clamydia adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri C.


trachomatis yang ditularkan melalui hubungan
seks .Chlamydia trachomatis, imunotipe D sampai dengan
K, ditemukan pada 35 – 50 % dari kasus uretritis non
gonokokus di AS.
Gejala
Gejala mulai timbul 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi. Pada penis
atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri.
Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik
sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau kedua selangkangan.
Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak diobati
akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah bening
tersebut. Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu akan
membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh kembali.
Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri
sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi rektum
yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat penyakit yang
berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa
menyebabkan pembentukan jaringan parut yang selanjutnya mengakibatkan
penyempitn.
Cara Penularan

Bakteri chlamydia merupakan penyebab penyakit chlamydia.


Bakteri ini hanya dapat bertahan di sel hidup yang kemudian
akan dibunuhnya. Pertukaran cairan tubuh akan berpotensi
menjadi sarana penyebaran penyakit chlamydia.
Penatalaksanaan
Penting untuk dijelaskan pada pasien dengan infeksi genital oleh C.
trachomatis, mengenai resiko penularan kepada pasangan seksualnya, Contact
tracing (pemeriksaandan pengobatan partner seksual) diperlukan untuk
keberhasilan pengobatan.
Untuk pengobatan, Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan
sejak lama untuk infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.Trachomatis.
 Regimen alternatif dapat diberikan :
Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama l4
hari.
Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari
 Regimen untuk wanita hamil :
Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari
Skabies
Apa itu skabies ?
Mau tahu?
capcus
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infestasi dan sensitasi terhadap sarcoptes
scabiei varian homonis dan produknya, beberapa
sinonim penyakit ini yaitu: Kudis, the Itch, guding,
budukan, gatal agogo
Epidemiologi
Skabies merupakan penyakit epidemic pada banyak masyarakat, ada
dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Penyakit ini
banyak di jumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai
semua umur ,insidensi semua pada pria dan wanita.
Insidensi skabies pada negara berkembang menunjukkan siklus fluktasi
yang sampai saat ini belum dapat di jelaskan, interval dari akhir suatu epidemik
pada permulaan epidemik berikutnya kurang lebih 10-15 tahun, Beberapa faktor
yang dapat mempengaruh penyebarannya adalah kemiskinan, hygiene yang
jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demogarfi, ekologi dan derajat
sensitasi individual, insidensi di indonesia masih cukup tinggi, terendah di
sulawesi utara ,dan tertinggi di jawa barat.
Penyebab
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit
timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.
Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
Tanda & gejala
Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah,iritasi dan rasa gatal pada
kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan
lipatan paha. Gejala lain adalah munculnya garis halus yang berwarna
kemerahan di bawah kulit yang merupakan terowongan yang digali
Sarcoptes betina. Gejala lainnya muncul gelembung berair (vesikel) pada
kulit.
Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2005) :
 1) Pruritus nokturna
 2) Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok
 3) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat- tempat predileksi
 4) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik
Cara Penularan

Karena penyebab scabies adalah kutu yang dapat menyebar dari orang ke
orang maka penyakit ini mudah menular. Penularan scabies bisa terjadi secara
kontak langsung atau bersentuhan kulit-kulit dan hubungan suami istri. Bisa juga
terjadi secara tak langsung misalnya melalui pakaian, handuk, dan tempat tidur
yang dipakai bersama-sama. Maka tak heran jika penyakit scabies ini akan
mengenai orang secara berjamaah seperti dalam satu keluarga, satu asrama,
pondok pesantren, dan satu sekolah.
Pencegahan
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang
kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal
skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran
scabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang
masih dalam periode inkubasi asimptomatik. Selain itu untuk mencegah
terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan pakaian yang
digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan
udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit,
karpet dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (Orkin, 2005).
Penatalaksanaan
Menurut Handoko (2008), obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk
topikal antara lain:
 Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam
bentuk salep atau krim. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2
tahun.
 Emulsi benzil-benzoat (20-25%). Benzil benzoat adalah ester asam
benzoat dan alkohol benzil yang merupakan bahan sintesis balsam peru
 Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane ; Lindane
 Krotamiton 10% , Krotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan
sebagai krim 10% atau lotion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara
50% dan 70%.
 Permetrin dengan kadar 5%

Anda mungkin juga menyukai