Anda di halaman 1dari 7

PMS: Kutil Kelamin-Klamidia

Kondiloma Akuminata (KA)

A. Definisi Kondiloma Akuminata (KA)


Kondiloma Akuminata (KA) disebut juga dengan istilah kutil kelamin adalah
salah satu jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) yang merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh negara, termasuk Indonesia. KA adalah IMS yang disebabkan
oleh Humanpapilloma virus (HPV) tipe tertentu yang menyebabkan adanya kelainan
berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. KA merupakan faktor predisposing
terjadinya kanker serviks, kehamilan ektopik, kemandulan, transmisi transvertikal
pada janin, komplikasi selama kehamilan dan persalinan serta meningkatkan risiko
infeksi HIV (co factor HIV). Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, 30 tipe HPV di
antaranya merupakan penyebab infeksi kelamin atau KA.

B. Penularan Kondiloma Akuminata


Transmisi HPV terjadi melalui kontak dengan lesi epitel yang tampak maupun
dalam bentuk subklinis, dan/atau cairan genital yang mengandung HPV. Penularan
infeksi HPV terutama melalui hubungan seksual. Bila seseorang melakukan hubungan
seksual dengan pasangan yang telah terinfeksi HPV, maka kemungkinan akan tertular
virus dan timbul KA adalah sebesar 75%. Kontak langsung dengan tangan atau tidak
langsung melalui bendabenda yang terkontaminasi dengan HPV (fomites) dapat
terjadi penularan, meskipun jarang terjadi. Penularan dari ibu ke anak melalui kanalis
vagina saat melahirkan dapat menimbulkan lesi disaluran nafas bayi.

C. Etiologi Kondiloma Akuminata


Penyebab kondiloma akuminata adalah Humanpapilloma virus (HPV) yang
merupakan deoxyribo nucleic acid (DNA) papovavirus. Terdapat lebih dari 100 tipe
HPV, namun hanya 30 tipe yang bisa menyebabkan KA, diantaranya yaitu HPV tipe
6, 11, 42, 43, 44 dan 54. HPV tipe 6 dan 11 termasuk HPV yang menimbulkan KA
eksofilik dan displasia derajat rendah. Sedangkan sebanyak 15 tipe HPV telah dapat
diidentifikasi berisiko tinggi menimbulkan displasia derajat tinggi dan kanker, yaitu
HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 73 dan 82.
D. Patogenitas Kondiloma Akuminata
Infeksi Humanpapilloma virus (HPV) genital pada umumnya mengenai mukosa
yang lembab dan berdekatan dengan epitel skuamosa serviks dan anus. Abrasi
mikroskopi pada saat berhubungan seksual memudahkan pasangan yang terinfeksi
HPV untuk menularkannya kepada pasangan yang belum terinfeksi. Trauma berulang
dapat meningkatkan infektivitas dan replikasi virus.
Virus akan memasuki sel epitel basal pejamu, melepaskan kapsul protein dan
berada bersama sel pejamu sebagai circular episome. Selanjutnya virus akan berada
dalam masa inkubasi laten selama 1-8 bulan, dan selama itu tidak nampak manifestasi
klinis. Fase pertumbuhan aktif akan dimulai bila terjadi lesi pertama. Sampai sekarang
belum diketahui pemicu perubahan bentuk laten menjadi infeksius, namun
dipengaruhi oleh faktor pejamu, virus, dan lingkungan. Sistem imun seluler yang
kompeten dibutuhkan untuk pembersihan HPV, namun masih menjadi tantangan
untuk menghilangkan virus dari pejamu yang imunokompeten. HPV terlindung dari
respon imun pejamu karena virus berlokasi didalam sel.

E. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi KA berlangsung antara 1 – 8 bulan, rata-rata selama 2 – 3 bulan.
KA sering timbul di daerah yang mudah mengalami trauma pada saat hubungan
seksual, yaitu sekitar vulva, dinding vagina, perineum, fourchette posterior dan leher
uterus. KA juga dapat berkembang di mulut atau tenggorokan, terutama pada pelaku
oro genital seks.
Tanda dan gejala yang sering timbul pada penderita KA adalah 4:
a. Bintil kecil berwarna abu-abu, merah muda atau agak kemerahan pada alat
kelamin dan tumbuh secara cepat.
b. Beberapa bintil berkembang saling berdekatan, hampir menyerupai bunga kol.
c. Panas di sekitar alat kelamin.
d. Nyeri, perdarahan dan rasa tidak nyaman pada saat melakukan hubungan
seksual.
Bentuk KA dibagi menjadi 3 guna penegakan diagnosis secara klinis, yaitu:
a. Bentuk akuminata
Sering dijumpai di daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai
dengan permukaan berjonjot seperti jari. Kutil bentuknya kecil (berdiameter 1
– 2 mm), namun dapat berkembang dalam kelompok yang lebih besar dan
banyak. Jika berkembang dalam jumlah banyak bisa menyerupai bunga kol.
b. Bentuk papul
Kelainan berupa papul dengan permukaan halus dan licin, multipel dan
menyebar secara diskret. Terdapat di daerah dengan keratinisasi sempurna
(batang penis, vulva bagian lateral, perianal dan perineum).
c. Bentuk datar (flat)
Berbentuk bintil sangat kecil yang jarang bisa dilihat dengan mata telanjang.
Untuk mendiagnosisnya, diberikan larutan asam asetat pada daerah yang
dicurigai terdapat bintil KA. Selanjutnya pemeriksaan dapat ditegakkan
dengan menggunakan mikroskop khusus (colposcope).

F. Epidemiologi Kondiloma Akuminata

Global
Prevalensi KA di tiap negara berbeda, tergantung praktek seksual dan distribusi umur
penduduk. Di negara maju, prevalensi KA di masyarakat berkisar 11 – 46% 0 dan
pada PSK berkisar 43 – 63%.
Insidensi kondiloma akuminatum di dunia mencapai 32 juta kasus baru setiap tahun.
Di Amerika serikat insidens kondiloma akuminatum mencapai 1 juta kasus baru
pertahunnya. Hal ini menjadikan kasus kondiloma akuminatum sebagai penyakit
menular seksual yang paling sering dijumpai Amerika. Sedangkan di Inggris,
kondiloma akuminatum merupakan penyakit menular seksual tersering kedua setelah
klamidia. Tahun 2012, dilaporkan terdapat 80.000 orang terdiagnosis kondiloma
akuminatum kasus baru di klinik kesehatan Inggris.

Indonesia
Sampai saat ini belum ditemukan data yang akurat mengenai kondiloma
akuminatum di Indonesia. Akan tetapi, penelitian retrospektif single center di RSUD
Dr. Soetomo Surabaya tahun 2012 - 2014 melaporkan adanya 315 kasus baru
kondiloma akuminatum dalam 3 tahun. Kondiloma akuminatum menduduki peringkat
tertinggi kedua dari total kasus baru infeksi menular seksual yang ditangani di poli
rawat jalan kulit dan kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Angka insidens tertinggi
didapatkan sampai 9,7% pada tahun 2013.
Di Indonesia, prevalensi KA di masyarakat berkisar 5 – 19% dan pada pasien
klinik IMS sebesar 27%. prevalensi KA pada perempuan yang datang ke klinik KB
dan klinik universitas sebesar 5 – 19%. Prevalensi KA jauh lebih tinggi pada
perempuan yang datang ke klinik IMS yaitu sebesar 27%.

Faktor Risiko Kondiloma Akuminata

Klamidia

A. Pengertian Klamidia

Khlamydia adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Chlamydia yang tidak segera diobati dapat meningkatkan risiko kemandulan,
terutama pada wanita.Penyakit ini dapat terjadi pada pria maupun wanita. Pada pria,
chlamydia dapat menyerang saluran dalam penis (uretra). Sedangkan pada wanita,
chlamydia dapat terjadi di organ panggul. Selain organ kelamin, chlamydia dapat
menyerang dubur, tenggorokan, dan mata. Penularan terjadi bila bagian tersebut
terkena cairan yang dihasilkan oleh organ kelamin.Banyak orang tidak menyadari
bahwa dirinya telah terinfeksi bakteri Chlamydia, karena penyakit ini sering kali tidak
menimbulkan gejala.

B. Epidemiologi Klamidia

Klamidia, dikenal juga sebagai klamidiasis, merupakan infeksi menular seksual


bakterial yang paling sering terjadi di seluruh dunia. Di Indonesia, data epidemiologi
klamidia digabungkan dengan gonorea berupa prevalensi penyakit pada kelompok
berisiko tinggi seperti waria dan wanita pekerja seks.
Global Infeksi menular seksual terjadi sebanyak 1 juta kasus terjadi setiap hari di
seluruh dunia. Klamidia merupakan infeksi bakteri yang menular secara seksual yang
paling umum terjadi. Di tahun 2012, 131 juta kasus baru klamidia pada usia dewasa
dan dewasa muda berusia 15-49 tahun di seluruh dunia, dengan angka kejadian global
yakni setiap 38 dari 1000 wanita dan 33 dari 1000 pria.

Klamidia di Indonesia

Belum ada data yang menjelaskan mengenai kejadian infeksi klamidia di Indonesia
secara utuh. Prevalensi gonorea dan/atau infeksi klamidia tertinggi dari kelompok
berisiko yang disurvei pada tahun 2009 adalah sebagai berikut:

- Wanita pekerja seks langsung: 49%


- Waria: 46%
- Wanita pekerja seks tak langsung: 35%
- Laki seks sesama laki (LSL): 35%
- Pengguna narkoba suntik: 6%
- Pelanggan pekerja seks: 5%

C. Gejala Chlamydia

Chlamydia biasanya tidak menimbulkan gejala. Meski demikian, penderita


chlamydia tetap dapat menularkan penyakit ini kepada orang lain. Bila terdapat
gejala, biasanya gejala tersebut baru muncul 1-3 minggu setelah penderita
terinfeksi.Karena organ yang terinfeksi berbeda, gejala chlamydia pada pria dan
wanita juga akan berbeda. Berikut ini adalah gejala yang dapat dialami oleh penderita
chlamydia:

Gejala chlamydia pada wanita:

- Keputihan yang sangat bau.


- Rasa terbakar ketika buang air kecil.
- Sakit saat sedang berhubungan seksual, dan dapat mengalami
perdarahan di vagina sesudahnya.

Bila infeksi sudah menyebar, maka penderita akan merasa mual, demam, atau merasa
sakit pada perut bagian bawah.

Gejala chlamydia pada pria:

- Keluar cairan dari penis.


- Luka di penis terasa gatal atau terbakar.
- Rasa terbakar ketika buang air kecil
- Rasa sakit atau bengkak pada salah satu atau kedua buah zakar.

Baik pada pria maupun wanita, apabila chlamydia menginfeksi dubur, akan timbul
rasa sakit yang dapat disertai keluarnya cairan atau darah dari dubur.

D. Penyebab Klamidia

Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, yang menyebar melalui


cairan pada organ kelamin. Seseorang dapat tertular penyakit ini bila berhubungan
seksual dengan penderita, terutama bila tidak menggunakan kondom. Selain
hubungan seksual melalui vagina, chlamydia juga dapat menular melalui hubungan
seksual secara oral atau anal, yang bisa menyebabkan chlamydia pada dubur maupun
tenggorokan.Bakteri Chlamydia juga dapat menginfeksi organ mata. Infeksi bakteri
Chlamydia pada mata dinamakan penyakit trakhoma, yang bisa menimbulkan
kebutaan.Trachoma dapat terjadi pada bayi baru lahir dari ibu penderita chlamydia
yang tidak diobati. Selain pada bayi baru lahir, trakhoma juga sering ditemukan pada
orang yang tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.

Melihat cara penularannya, chlamydia lebih mudah terjadi pada orang-orang yang
memiliki faktor risiko berikut:
- Pernah menderita penyakit menular seksual.
- Sering bergonta-ganti pasangan seksual
E.Pencegahan Chlamydia

Pencegahan chlamydia dapat dilakukan dengan tidak bergonta-ganti pasangan


seksual, menggunakan kondom dengan benar saat berhubungan seksual, serta rutin
mengikuti tes skrining chlamydia. Penderita chlamydia perlu menghindari hubungan
seksual sampai diizinkan oleh dokter, untuk menghindari penularan penyakit ke
pasangannya. Orang yang berisiko terinfeksi chlamydia perlu rutin menjalani skrining
chlamydia agar penyakit ini dapat dideteksi dan diobati secara dini, sehingga risiko
penularannya ke orang lain juga akan lebih rendah.

Orang-orang yang dikatakan berisiko terinfeksi chlamydia adalah:

 Ibu hamil

Ibu hamil perlu menjalani skrining chlamydia pada awal kehamilan dan trimester
ketiga kehamilan.

 Pekerja seks komersial dan orang yang suka bergonta-ganti pasangan

Orang yang memiliki beberapa pasangan seksual atau sering bergonta-ganti pasangan
perlu menjalani skrining chlamydia setidaknya setahun sekali.

 Gay atau biseksual

Kelompok gay dan biseksual perlu menjalani skrining chlamydia setidaknya sekali
dalam setahun. Namun bila memiliki beberapa pasangan seksual, kaum gay dan
biseksual perlu menjalani skrining chlamydia lebih rutin, yaitu setiap 3 atau 6 bulan
sekali.

Anda mungkin juga menyukai