1. Penyakit tidur
Penyakit ini terjadi secara rutin di sejumlah wilayah Afrika Sub-Sahara, dengan
populasi yang berisiko terjangkit sekitar 70 juta orang di 36 negara.[4] Sejak tahun 2010,
penyakit ini menyebabkan sekitar 9.000 kematian, lebih rendah dari tahun 1990 yaitu
sebanyak 34.000 kematian.[5] Saat ini, kira-kira 30.000 orang terinfeksi, dengan 7000
kasus infeksi baru pada tahun 2012.[1] Lebih dari 80% kasus tersebut terjadi di negara
Republik Demokratik Kongo.[1] Tiga peristiwa wabah terbesar telah terjadi dalam
sejarah: satu kasus mulai tahun 1896 sampai 1906 terjadi terutama di Uganda dan
Lembah Kongo serta dua kasus pada tahun 1920 dan 1970 di beberapa negara di Afrika.
[1] Hewan lain, seperti sapi, dapat membawa penyakit dan terkena infeksi.[1]
2. Trikomoniasis
Insidensi
Trikomoniasis (sering disebut sebagai "trich") adalah penyakit menular seksual
paling umum yang dapat disembuhkan di dunia. Penyakit ini juga salah satu dari tiga
infeksi vagina yang paling umum pada wanita.
Menurut perkiraan tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan
ada 7,4 juta kasus trikomoniasis setiap tahun di Amerika Serikat, dengan lebih dari 180
juta kasus yang dilaporkan worldwide. Dan jumlah sebenarnya penderita infeksi
trikomoniasis mungkin jauh lebih tinggi dari ini-menurut Pusat Pengendalian Penyakit
''(Center for Disease Control)''.
Tes diagnostik yang paling umum digunakan hanya memiliki tingkat sensitifitas
sebesar 60-70%. [1]
Faktor Risiko
Risiko tertular infeksi Trichomonas vaginalis didasarkan pada jenis aktivitas seksual.
Wanita yang terlibat dalam aktivitas seksual beresiko tinggi berada pada risiko lebih
besar terkena infeksi. Faktor risiko untuk infeksi Trichomonas vaginalis meliputi:
Pasangan baru atau multi pasangan
Riwayat Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS) yang sedang dialami sekarang
Kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi
Bertukar seks untuk uang atau obat-obatan
Menggunakan obat injeksi
Tidak menggunakan kontrasepsi penghalang (misalnya, karena kontrasepsi oral)
Dalam sebuah penelitian bahwa faktor risiko trikomoniasis dipertimbangkan untuk
umum, penggunaan narkoba dalam 30 hari sebelumnya adalah orang yang paling sangat
terkait dengan infeksi dan infeksi dengan kejadian (infeksi baru diamati selama studi) [2]
Faktor risiko yang paling signifikan adalah aktivitas seksual selama 30 hari sebelumnya
(dengan 1 atau lebih pasangan). Wanita dengan 1 atau lebih pasangan seksual selama
30 hari sebelumnya memiliki 4 kali lebih mungkin mengalami infeksi Trichomonas
vaginalis.[2]
Gejala Klinis
1.Trikomoniasis pada wanita
Yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada kasus
akut terlihat sekret vagina seropurulen berwarna kekuning-kuningan, kuning-hijau,
berbau tidak enak (malodorous), dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan
sembab. Kadang-kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang
tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai "strawberry appearance"
dan disertai gejala dispareunia, perdarahan pascacoitus, dan perdarahan
intermenstrual. Bila sekret banyak yang keluar dapat timbul iritasi pada lipat paha atau
di sekitar genitalia eksterna.
Selain vaginitis dapat pula terjadi uretritis, Bartholinitis, skenitis, dan sistisis yang pada
umumnya tanpa keluhan. Pada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan sekret vagina
biasanya tidak berbusa.[3]
Pengobatan
Biasanya antibiotik oral disebut metronidazole (Flagyl) diberikan
untukmengobati trikomoniasis. Sebelum mengkonsumsi obat ini, sangat penting untuk
memberitahu dokter Anda jika ada kemungkinan bahwa Anda hamil, karena obat
tersebut dapat membahayakan bayi.
Pasangan Anda juga harus diobati pada saat yang sama untuk mencegah infeksi
ulang dan penyebaran lebih lanjut penyakit. Selain itu, orang yang sedang dirawat
karena trikomoniasis harus menghindari seks sampai pengobatan mereka dan mitra
seksualnya lengkap dan tidak memiliki gejala. Ini penting jika Anda merasa lebih baik.
3. Penyakit Amebiasis
Amebiasis adalah infeksi usus besar dan terkadang infeksi hati. Parasit yang
menyebabkan Amebiasis adalah Entamoeba histolytica. Tubuh kita memiliki 8 jenis
amoeba, hanya Entamoeba histolytica yang menyebabkan Amebiasis.Berdasarkan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 10% penduduk di dunia terjangkit Amebiasis. Selain
itu, Amebiasis biasanya terjadi di daerah tropis, terlebih daerah tempat tinggal yang
tidak bersih. Amebiasis terjadi pada wanita dan pria di segala umur. Selalu konsultasi
dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.
Demam tinggi
Diare disertai darah
Sakit perut
Sakit pada perut bagian kanan
Penyakit kuning
Penyebab
Amebiasis disebabkan oleh parasit yang disebut Entamoeba histolytica. Parasit ini
adalah penyebab utama diare, kerusakan pada perut dan saluran pencernaan. Parasit
menginfeksi tubuh saat Anda minum air yang tidak higienis, atau makan makanan yang
terkontaminasi.
Lalat, nyamuk, dan serangga lain juga berisiko menjadi penyalur parasit. Amebiasis
dapat menyebar dari hubungan anal dengan orang yang terinfeksi.
Faktor-faktor risiko
Ada banyak faktor berisiko untuk Amebiasis, seperti:
Obat-obat yang disarankan dapat berupa Metronidazole dan Iodoquinol. Namun, obat-
obat ini memiliki efek samping seperti mual, sakit kepala, menyebabkan mulut kering,
atau warna urin yang gelap. Jika mengonsumsi obat-obat ini, Anda tidak boleh
meminum alkohol selama perawatan.
Anda sebaiknya meminum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi. Di beberapa kasus,
Anda membutuhkan transfer air.
Infeksi Entamoeba dalam saluran pencernaan akan menghilang dalam dua minggu. Jika
histolytica bergerak ke organ lain, Anda tetap memiliki kemampuan untuk pulih
sepenuhnya jika dirawat dengan tepat dan benar.
Namun, tanpa campur tangan dokter, pasien yang terinfeksi Entamoeba berisiko
meninggal. Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun terdapat
70.000 orang meninggal karena Amebiasis.
Dokter Anda akan mendiagnosa Amebiasis dengan memeriksa sejarah kesehatan Anda
secara langsung. Di saat yang sama dokter membutuhkan setidaknya 3 sampel kotoran
untuk memeriksa parasit melalui mikroskop.
Dokter dapat menggunakan kolonoskopi atau stigma kolonoskopi sebagai sampel jika
tes lainnya tidak jelas.
Pengobatan di rumah
Gaya hidup dan perawatan di rumah berikut dapat membantu Anda mengatasi
Amebiasis:
Konsumsi obat-obatan sesuai dosis dan bekerja sama dengan dokter dalam
proses perawatan
Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi atau diare
Rajin cuci tangan Anda dengan sabun dan air hangat untuk mencegah infeksi
parasit
Pastikan semua makanan dimasak sebelum dimakan
Pastikan hubungan seksual yang sehat (gunakan kondom)
4. Penyakit Gingivitis
Hasil pelebaran dari sel-sel junctional epitelium pada awal terjadinya gingivitis adalah
merupakan tempat masukknya agen yang berbahaya yang berasal dari bakteri atau
bakteri itu sendiri akan menyebar ke jaringan penghubung
Tahapan Gingivitis
Gingivitis tahap I
Gingivitis tahap II
GINGIVITIS TAHAP I
Terjadi pelebaran pembuluh darah hal ini merupakan awal terjadinya gingivitis, akan
tetapi secara klinis belum terlalu jelas (sub klinis). Gambaran histologi : leukosit dan
netrofil PMN meninggalkan kapiler dengan cara bermigrasi melewati dinding kapiler
sehingga jumlahnya meningkat pada jaringan penghubung Junctional epitelium dan
sulcus gingiva.
GINGIVITIS TAHAP II
Tanda klinis: Adanya kemerahan ( hiperemi sudah terlihat ) terjadinya pendarahan pada
saat probing . Histologi : infiltrasi leucosit dalam jaringan konektive dibawah junctional
epitelium leukasit +_ 75% dan netrofil yang bermigrasi sebagai mana juga sel-sel plasma.
Bertambah beratnya lesi inflamasi, aliran darah bertambah lambat, warna gingiva
menjadi merah kebiruan. Perbedaan gingivitis tahap II dan III meningkatnya jumlah sel
plasma yang berubah menjadi sel inflamasi sel plasma akan menginvasi ke konective
tissue tidak hanya dibawah junctional epitelium , akan tetapi ke jaringan yang lebih
dalam sekitar pembuluh darah terjadinya pelebaran pada junctional epitelium dan pada
ruangan interseluler diisi dengan granuler seluler yaitu lisosom yang berasal dari netrofil
yang hancur, limfosit dan monosit, lisosom ini mengandung asam hidrolase yang dapat
merusak komponen jaringan.
Aktivitas genolitic meningkat pada inflamasi jaringan gingiva oleh enzim kologenase.
Enzim kologenase ini secara normal terdapat pada jaringan gingiva yang dapat di
produksi oleh beberapa bakteri yang berada di dalam mulut dan oleh PMN
Pembagian Gingivitis
a. Menurut durasinya
1. Gingivitis akut
Adalah suatu kondisi yang sangat nyeri datang tiba-tiba dan durasi waktu yang singkat.
2. Gingivitis subakut
3. Gingivitis rekuren
Adalah gingivitis yang muncul kembali setelah dirawat / hilang dengan sendirinya
kemudian muncul kembali
4. Gingivitis kronis
Yaitu : gingivitis yang munculnya perlahan-perlahan, durasi lama, tidak begitu nyeri
kecuali bila disertai eksaserbasi akut. Gingivitis kronis merupakan tipe yang paling sering
dijumpai.
b. Menurut penyebarannya :
Gingivitis marginalis : mengenai marginal gingiva dan juga sebagian attach gingiva.
1. Faktor lokal
2. Faktor sistemik
Perdarahan yang bersifat kronis dan rekuren dapat diperperah oleh adanya trauma
mekanik , misalnya : menyikat gigi, food impaksi, mengigit makanan yang keras,
bruxism.
Terjadinya oleh karena adanya perlukaan dapat pula terjadi secara spontan pada
penyakit gingiva yang akut perdarahan oleh perlukaan terjadinya oleh adamya laserasi
gingiva oleh bulu sikat gigi pada saat penyikatan yang agresif. Bagian tajam dari
makanan yang keras dapat menyebabkan perdarahan tanpa adanya penyakit gingivalis.
Terbakarnya gingiva oleh makanan yang panas , bahan kimia. Perdarahan spontan atau
perdaranan pada ransangan ringan terjadinya pada ANUG.
Faktor Sistemik
Yaitu dipicu oleh adanya factor mekanik akan tetapi terjadi secara spontan yang sulit
dikontrol kelainan vaskuler ( defisiensi vitamin c ), adanya alergi. gangguan platelet
(idiopatik trombasitopenia purpura), trombasitopenia purpura perlukaan pada
sumsum ), hipoprotrombinemia ( defisiensi vitamin k ), akibat penyakit lever kelainan
pembekuan (hemafilia , leukemia ) . Kekurangan platelet tromboplastik faktor ( PF III )
akibat oleh uremia, , post rubella purpura pemberian obat secara berlebihan misalnya :
salisilat, heparin, antikoagulan.