Anda di halaman 1dari 17

Komplikasi wanita

1. Uretritis adalah pembengkakan uretra. Uretra adalah tabung yang membawa air kencing dari
kandung kemih ke luar tubuh. Nyeri ketika buang air kecil adalah gejala utama uretritis. Uretritis
biasanya disebabkan infeksi oleh bakteri. Kondisi urethritis biasanya disembuhkan dengan antibiotik.

Penyebab uretritis
Sebagian besar episode uretritis disebabkan oleh infeksi oleh bakteri yang memasuki uretra dari
kulit sekitar lubang uretra. Bakteri yang umumnya menyebabkan uretritis meliputi:

 Coli dan bakteri lainnya hadir dalam tinja.


 Gonococcus, yang menular secara seksual dan menyebabkan gonore.
 Chlamydia trachomatis, yang menular secara seksual dan menyebabkan klamidia.
 Virus herpes simpleks (HSV-1 dan HSV-2) juga dapat menyebabkan uretritis.
 Trichomonas adalah penyebab lain dari uretritis, organisme bersel satu yang menular secara
seksual.

Infeksi menular seksual seperti gonore dan klamidia biasanya terbatas pada uretra, dan juga bisa
meluas ke organ reproduksi wanita, menyebabkan penyakit radang panggul (pelvic inflammatory
disease/ PID).

Pada pria, gonore dan klamidia terkadang menyebabkan epididimitis, infeksi epididimis, tabung
di bagian luar testis. Baik PID dan epididimitis dapat menyebabkan infertilitas.

Gejala uretritis
Gejala utama peradangan uretra dari uretritis adalah nyeri ketika buang air kecil (disuria). Selain
sakit, gejala uretritis meliputi:

 Merasa sering atau mendesak untuk buang air kecil


 Kesulitan memulai buang air kecil
 Uretritis juga bisa menyebabkan rasa gatal, nyeri, atau ketidaknyamanan saat seseorang tidak
kencing.
 Sakit saat berhubungan seks
 Discharge (cairan) dari lubang uretra atau vagina
 Pada pria, darah di air mani atau air kencing

Diagnosis dari uretritis


Anda mungkin mendapatkan diagnosis uretritis saat dokter mencatat riwayat kesehatan Anda dan
menanyakan gejala Anda.

Jika Anda mengalami buang air kecil yang menyakitkan, dokter Anda mungkin menduga adanya
infeksi. Dia mungkin segera mengobatinya dengan antibiotik sambil menunggu hasil tes.

Tes dapat membantu memastikan diagnosis uretritis dan penyebabnya. Tes uretritis bisa
meliputi:
 Pemeriksaan fisik, termasuk alat kelamin, perut, dan rektum
 Tes urin untuk gonore, klamidia, atau bakteri lainnya
 Pemeriksaan debit apapun di bawah mikroskop
 Tes darah seringkali tidak diperlukan untuk diagnosis uretritis. Tapi tes darah bisa dilakukan
dalam situasi tertentu.

Pengobatan uretritis
Antibiotik berhasil menyembuhkan uretritis akibat bakteri. Banyak antibiotik yang berbeda dapat
mengobati uretritis. Beberapa antibiotik yang paling sering diresepkan meliputi:

 Adoxa, doksisiklin (Vibramycin), Monodoks, Oracea


 Azitromisin (Zmax), Zithromax
 Ceftriaxone (Rocephin)

Uretritis karena infeksi trichomonas (disebut trikomoniasis) biasanya diobati dengan antibiotik
yang disebut metronidazol (Flagyl). Tinidazole (Tindamax) adalah antibiotik lain yang bisa
mengobati trikomoniasis. Pasangan seksual Anda juga harus diobati untuk mencegah reinfeksi
(infeksi berulang). Penting untuk diuji ulang setelah tiga bulan untuk memastikan infeksi benar-
benar bersih, termasuk pasangan seksual Anda.

Uretritis karena virus herpes simpleks dapat diobati dengan:

 Asiklovir (Zovirax)
 Famciclovir (Famvir)
 Valacyclovir (Valtrex)

Seringkali, organisme yang tepat yang menyebabkan uretritis tidak dapat diidentifikasi. Dalam
situasi ini, dokter mungkin meresepkan satu atau lebih antibiotik yang cenderung
menyembuhkan infeksi yang mungkin ada.

2. Bartolitis
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan
pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa
nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring
pembengkakan pada kelamin yang memerah.
Biasanya disebabkan oleh Gonokokkus sehingga bartholinitis sering kali timbul pada
gonorhea, namun dapat pula disebabkan oleh kuman lain, misalnya Streptokokkus atau Basil
koli. Pada bartholinitis terjadi pembengkakan di labium majus.
Biasanya penderita Bartholinitis segera pergi ke dokter karena rasa nyeri mendorongnya,
sehingga penyakitnya segera diobati. Terapi yang paling baik untuk Bartholinitis adalah
terapi causal (penyebab). Pada orang dewasa kemungkinan diabetes juga harus
dipertimbangkan.
Lain halnya dengan peradangan menahun dan kista bartholini yang kecil. Pada
Bartholinitis akut terjadi kelenjar membesar, merah, nyeri, dan lebih panas daripada daerah
sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui duktusnya, atau jika duktus
tersumbat, mengumpul didalamnya dan menjadi abses yang kadang-kadang dapat menjadi
sebesar telur bebek. Diagnosis yang dilakukan adalah dengan tanda-tanda seperti diatas
(merah, nyeri, dll) juga pemeriksaan laboratorium dengan memeriksa hapusan urethra dan
vulva dengan metode blue atau gram, positif bila dijumpai banyak sel nanah dan diplokokkus
intra maupun ekstraseluler. Lebih baik lagi dengan pembiakan (kultur) dan sekaligus
dilakukan uji kepekaan kuman.
Sumbatan duktus utama kalenjar bartolin menyebabkan retensi sekresi dan dilatasi kistik.
Kalenjar bartolin membesar. Merah, nyeri dan lebih panas dari daerah sekitarnya. Isi dalam
berupa nanah dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat (biasanya akibat infeksi),
mengumpul didalam menjadi abses.
Sumbatan duktus utama kalenjar bartolin menyebabkan retensi sekresi dan dilatasi kistik.
Kalenjar bartolin membesar. Merah, nyeri dan lebih panas dari daerah sekitarnya. Isi dalam
berupa nanah dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat (biasanya akibat infeksi),
mengumpul didalam menjadi abses.
Lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut sebagai kista
(kantong berisi cairan). Kuman dalam vagina bisa menginfeksi salah satu kelenjar bartolin
hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada infeksi, tak akan menimbulkan keluhan.
Kuman yang berada di sana bisa jalan-jalan ke wilayah lebih dalam, yaitu vagina.
Peradangan di vagina ini sering disebut vaginitis, biasanya diikuti rasa nyeri saat
bersenggama. Jumlah kuman pun makin lama makin banyak. Dan ketika daya tahan tubuh
semakin menurun, kuman-kuman akan makin leluasa menjelajah bagian lain, mulut rahim
misalnya, sehingga menimbulkan servisitis. Biasanya, virus yang sering tinggal di daerah
mulut rahim adalah human papilloma virus (HPV). Virus inilah yang menyebabkan infeksi,
cikal bakal kanker rahim. Darahnya, jika terus menjalar, ia juga bisa menimbulkan radang
panggul. Radang panggul terjadi jika mikroba sudah menembus rongga perut. Salah satu
mikroba yang senang bermain di sini biasanya adalah klamedia. “Mikroba ini sangat
berbahaya, lantaran bisa bersemayam di saluran telur dan menyumbat saluran ini. Saluran
yang tersumbat ini akan menyebabkan sel telur tak bisa keluar saat pembuahan, dan
mengakibatkan kemandulan.
Glandula Bartholini adalah suatu kelenjar yang letaknya di seputar bibir kemaluan
(vulva) tepatnya di kiri dan kanan bawah dekat fossa navikulare. Kelenjar Bartholini
memiliki diameter lebih kurang 1 cm, terletak dibawah otot konstriktor kunni dan
mempunyai saluran kecil panjang 1,5 – 2 cm yang bermuara di vulva. Pada koitus, kelenjar
bartholini mengeluarkan getah lendir.
Untuk menghadang radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah satunya adalah gaya
hidup bersih dan sehat :

 Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.

 Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan membasuh dari
depan ke belakang.
 Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada penderita radang yang
menggunakannya sebelum Anda.

 Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama. Tak perlu malu
berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun belum menikah. Karena keputihan
dapat dialami semua perempuan.

 Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu kelembapan. Pilih pakaian dalam
dari bahan yang menyerap keringat agar daerah vital selalu kering.

 Konsumsi makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari kegemukan
yang menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat menimbulkan luka, sehingga
keadaan kulit di sekitar selangkangan menjadi panas dan lembap. Kuman dapat hidup
subur di daerah tersebut.

Cara pencegahan bartolinitis :

 Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan seringkali salah


kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya bersih. Padahal penggunaan
pantyliner dapat meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar vagina.

 Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman yang merugikan
kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina yang banyak diperdagangkan
sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika digunakan berlebihan bisa berbahaya.

 Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat, kuman juga bisa
berasal dari pasangan Anda. Jika Anda berganti-ganti pasangan, tak gampang mendeteksi
sumber penularan bakteri. Peradangan berhubungan erat dengan penyakit menular
seksual dan pola seksual bebas.

3. salpingitis
Salpingitis merupakan infeksi yang terjadi di bagian saluran tuba uterine, dipicu oleh
infeksi dari bakteri. Kondisi ini adalah penyebab umum dari terjadinya ketidaksuburan pada
perempuan sebab peradangan bisa saja merusak saluran tuba. Salpingitis mungkin saja tidak
memiliki gejala, akan tetapi tanda-tandanya diantaranya termasuk keputihan yang terjadi
secara abnormal, bercak antara tiap periode, periode yang cukup menyakitkan, terasa sakit
saat terjadi ovulasi atau saat sedang melakukan hubungan seks dan juga terasa nyeri pada
punggung bagian bawah.
Salpingitis Definisi Penyebab Dan Pengobatan serta Gejala Klinis Penyakit
Salpingitis Menurut Ilmu Kedokteran
Tanpa adanya pengobatan yang dilakukan dengan tepat, maka infeksi bisa secara
permanen merusak bagian tuba falopi sehingga menyebabkan telur dilepaskan setiap kali
siklus menstruasi sehingga tidak bisa bertemu dengan sperma.
Penyebab Salpingitis
Adapun salpingitis yang akut kebanyakan disebabkan infeksi gonore. Sedangkan salpingitis
kronik bisa berbentuk sebagai salpingitis ismika nodosa, piosalping, atau hidrosalping. Pada
salpingitis yang akut perlu juga dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik
ataupun apendisitis sebagai bentuk diagnosis pembanding.
Beberapa bakteri yang umumnya pada salpingitis diantaranya:

1. Klamidia
2. Mycoplasma
3. Staphylococcus
4. Streptococcus.
5. Gonococcus

Bakteri bisa masuk menuju alat reproduksi wanita dalam berbagai cara, yaitu:

1. Persetubuhan
2. Penyisipan sebuah IUD
3. Persalinan
4. Keguguran
5. Abortus
6. Usus buntu

Faktor dari gaya hidup yang meningkatkan risiko wanita mengalami salpingitis kontrak
diantaranya meliputi:

1. terlibat dalam sebuah hubungan seksual tidak menggunakan kondom


2. infeksi sebelumnya dari penyakit menular seksual.

Gambaran Klinis Salpingitis


Adapun gambaran klinis dari salpingitis adalah sebagai berikut.

1. Penderita akan mengeluhkan rasa nyeri pada perut bagian bawah, baik itu unilateral
maupun bilateral. Rasa nyeri ini bertambah jika melakukan gerakan.
2. Kadang-kadang terdapat perdarahan yang berada di luar siklus serta terdapat secret
vagina yang keluar secara berlebihan.
3. Sedangkan pada kasus yang akut maka dapat terjadit demam yang terkadang disertai
dengan keluhan menggigil.
4. Selain itu terdapat nyeri tekan pada abdomen di bagian bawah yang didisertai dengan
nyeri pada saat pergerakan serviks. Parametrium terasa nyeri baik unilateral maupun
bilateral.

Dalam kasus yang ringan, maka salpingitis mungkin saja tidak memiliki gejala-gejala
tertentu. Ini artinya saluran tuba bisa menjadi rusak tanpa disadari oleh seorang wanita
saat mengalami infeksi ini. Adapun gejala dari salpingitis bisa mencakup:
1. keputihan yang abnormal, misalnya saja seperti warnanya yang tidak biasa ataupun
berbau
2. bercak yang terjadi antara periode haid
3. mengalami dismenorea (yaitu periode yang menyakitkan)
4. terasa nyeri saat ovulasi
5. saat melakukan hubungan seksual merasa tidak nyaman atau sangan menyakitkan
6. mengalami demam
7. terasa nyeri pada perut di kedua sisi
8. terasa nyeri pada punggung bagian bawah
9. mual dan juga muntah
10. sering sekali melakukan buang air kecil
11. gejala-gejala biasanya muncul sesudah masa menstruasi.

Diagnosis Salpingitis
Nyeri tekan serta terasa kaku di daerah tuba yang dilakukan pada pemeriksaan
ginekologi.
Selain itu mendiagnosis salpingitis dapat melibatkan sejumlah tes, diantaranya termasuk:

1. Pemeriksaan secara umum yaitu untuk memeriksa adanya nyeri lokal serta kelenjar getah
bening
2. Tes darah yaitu untuk memeriksa jumlah dari sel darah putih serta faktor-faktor yang lain
yang menunjukkan adanya infeksi
3. pemeriksaan panggul yaitu untuk memeriksa debit dan kelembutan
4. lendir swab yaitu smear diambil yang tujuannya untuk dibiakkan dan kemudian diperiksa
di laboratorium agar bisa mengetahui jenis bakterinya
5. laparoskopi yang biasanya juga dilakukan dalam beberapa kasus, karena saluran tuba
mungkin saja perlu dilihat oleh sebuah instrumen ramping yang dimasukkan lewat
sayatan perut.

Penatalaksanaan Salpingitis

1. Pasien dianjurkan untuk melakukan tirah baring dengan posisi Fowler.


2. Berikanlah antibiotika spektrum luas dengan menggunakan dosis tinggi yaitu:
3. Diberikan Ampisilin 2 g i.v, lalu diberikan 1 g yaitu setiap 6 jam sekali
4. Dapat juga ditambah dengan Gentamisin sebanyak 5 mg/kg BB dilakukan dengan cara i.v
dengan menggunakan dosis tunggal per hari dan juga dapat diberikan Metronidazol
sebanyak 500 mg dengan cara i.v yaitu setiap 8 jam sekali.
5. Lanjutkanlah antibiotika ini hingga pasien tidak merasa panas dalam waktu 24 jam.
6. Adapun pilihan yang lain yang dapat diberikan yaitu Ampisilin sebanyak 3,5 gram
diberikan per oral, yang disusul dengan jumlah 500 mg sebanyak 4 x dalam sehari yaitu
dalam waktu 7 – 10 hari. Selain itu bisa juga diberikan robenesid sebanyak 1 gram dalam
sehari yang diberikan secara per oral baik untuk alternatif yang pertama maupun untuk
alternatif yang kedua.
7. Selain itu pilihan yang lainnya yaitu diberikan Doksisiklin sebanyak 100 mg yaitu 2 x
dalam sehari dalam waktu 10 hari.
8. Apabila pasien memakai AKDR, maka harus dicabut.
9. Apabila tata laksana yang telah disebutkan di atas sudah dilakukan namun tidak dapat
menolong, maka pasien sebaiknya segera dirujuk.

3. Metritis
Endometritis/Metritis
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian ibu. Infeksi / peradangan yang terjadi pada tempat insersi dalam waktu
singkat dan mengenai seluruh endometrium, yaitu lapisan sebelah dinding rahim.
Jenis Endometritis:
Endometritis Post Partum
Peradangan / infeksi dinding rahim sesudah melahirkan.
Endometritis sinsitial
Peradangan / infeksi dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial dan trofoblas
yang banyak.
Endometrium tuberkulosa
Peradangan / infeksi pada dinding rahim endometrium dan tuba fallopi, biasanya akibat
mycobacterium tuberculosis.
Tanda dan gejala :
Peningkatan suhu tubuh secara persisten hingga 40˚C, bergantung pada keparahan
infeksi.
Takikardi.
Menggigil dengan infeksi berat.
Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral.
Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual.
Lokea sedikit, tidak berbau, atau berbau tidak sedap.
Sel darah putih meningkat.
Penyebab:
Mikroorganisme:
Campylobacter Foetus Brucella sp
Vibrio sp
Trichomonas Foetus
Bakteri Oportunistik spesifik:
Corynebacterium Pyones,
Fusobacterium Neccrophorum
Kelanjutan kasus distokia atau retensi plasenta.
Penanganan kurang higienis,
Kondisi rahim mengalami gangguan.
Akibatnya:
Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat, dapat menjadi:
abses pelviks,
peritonitis,
syok septik,
trombosis vena yang dalam,
emboli pulmonal,
infeksi pelvik yang menahun,
dispareunia,
penyumbatan tuba,
infertilitas.
Sub-involusi
Septicemia
Ibu demam
Lokia berbau
Cara Mengatasi:
Berikan transfusi bila dibutuhkan.
Berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi.
Ampisilin 2gr IV, kemudian 1gr setiap 6 jam ditambah Gentamicin 5mg IV dosis
tunggal/hari dan Metronidazole 500mg IV setiap 8 jam.
Lanjutkan antibiotika ini sampai suhu ibu tidak panas selama 24 jam.
Bila dicurigai adanya sisa placenta, lakukan pengeluaran (digital atau dengan kuretase).

Komplikasi pria
1. Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan (inflamasi) yang terjadi pada kelenjar prostat, yaitu
kelenjar yang memproduksi cairan mani yang berfungsi untuk memberi makan dan
membawa sperma. Prostatitis bisa terjadi pada semua laki-laki dari segala usia, namun
umumnya terjadi di bawah usia 50 tahun, berbeda dengan kanker prostat atau pembesaran
kelenjar prostat yang cenderung dialami oleh pria lanjut usia.
Prostatitis dibagi menjadi empat jenis, yaitu prostatitis bakteri akut, prostatitis bakteri
kronis, chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome (CP/CPPS), dan asymptomatic
inflammatory prostatitis. Penting untuk mengetahui jenis-jenis prostatitis ini karena penyebab
dan gejalanya berbeda-beda, sehingga pengobatannya pun akan berbeda
Penyebab Prostatitis Berikut ini adalah sejumlah penyebab prostatitis yang
dikelompokkan berdasarkan jenis-jenisnya:

 Prostatitis bakteri akut. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar
naik. Beberapa jenis bakteri yang dapat memicu terjadinya prostatitis akut antara lain E.
coli dan Pseudomonas. Bakteri penyebab infeksi menular seksual seperti Neisseria
gonorrhoeae yang menjadi penyebab penyakit gonore, dan Chlamydia trachomatis juga
dapat menjadi penyebab infeksi. Prostatitis bakteri akut biasanya terjadi pada usia di
bawah 35 tahun.
 Prostatitis bakteri kronis. Berbeda dengan prostatitis bakteri akut, prostatitis bakteri
kronis Penyebabnya juga merupakan penyebaran infeksi dari saluran kemih, sehingga
jenis bakterinya sama dengan penyebab prostatitis bakteri akut. Prostatitis bakteri kronis
juga dapat dipicu oleh penyakit lain seperti tuberkulosis ginjal, HIV, dan sarkoidosis.
 Chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome (CP/CPPS). Merupakan jenis
prostatitis yang paling sering terjadi dan belum diketahui secara pasti penyebabnya.
Gejala yang muncul mirip dengan prostatitis bakteri kronis, namun yang berbeda adalah
pada saat pemeriksaan tidak ditemukan bakteri yang tumbuh.
 Asymptomatic inflammatory prostatitis. Merupakan kondisi ketika prostat meradang,
namun tidak menimbulkan gejala. Asymptomatic inflammatory prostatitis dapat diketahui
ketika dokter melakukan pemeriksaan kesehatan kelenjar prostat. Penyebab dari jenis
prostatitis ini sama dengan prostatitis bakteri kronis.

Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami prostatitis.
Di antaranya adalah:

 Mengalami infeksi saluran kemih.


 Memiliki riwayat prostatitis sebelumnya.
 Mengalami cedera daerah panggul dan lipat paha.
 Menggunakan kateter urine.
 Menderita HIV/AIDS.
 Pernah melakukan biopsi prostat, yaitu pengambilan sampel jaringan prostat untuk
diperiksa di bawah mikroskop.

Gejala-gejala Prostatitis

Terdapat beragam gejala yang mungkin dialami oleh penderita prostatitis. Perbedaan tersebut
tergantung pada jenis prostatitis yang terjadi. Di antaranya adalah:

 Prostatitis bakteri akut. Gejala prostatitis bakteri akut biasanya muncul dengan cepat,
seperti:
o Demam, menggigil, nyeri sendi, dan pegal-pegal.
o Aliran urine lemah dan nyeri saat berkemih.
o Nyeri punggung bawah dan nyeri di pangkal penis atau di bagian belakang
skrotum.
o Selalu terasa ingin buang air besar.
 Prostatitis bakteri kronis. Pasien dengan prostatitis bakteri kronis tidak memiliki gejala
sistemik seperti demam, menggigil, pegal-pegal, dan nyeri sendi. Gejalanya yang dialami
antara lain adalah:
o Selalu ingin buang air kecil (terutama pada malam hari) atau tidak dapat buang air
kecil.
o Nyeri punggung bawah, daerah dubur, dan nyeri pada saat berkemih.
o Rasa berat di belakang skrotum.
o Nyeri setelah ejakulasi dan terdapat darah pada cairan semen.
 Chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome (CP/CPPS). Gejala utama dari
CP/CPPS adalah nyeri yang dirasakan lebih dari tiga bulan pada salah satu bagian tubuh,
seperti penis (terutama di daerah kepala penis), bagian perut bawah atau punggung
bawah, serta skrotum atau di antara skrotum dan dubur. Sedangkan untuk Gejala lainnya
sama dengan gejala pada prostatitis bakteri kronis.
 Asymptomatic inflammatory prostatitis. Tidak ada gejala yang dirasakan, seringkali
ditemukan saat pemeriksaan kesehatan pada prostat.

Diagnosis Prostatitis
Dokter akan menanyakan gejala, riwayat penyakit, dan pemeriksaan fisik sebelum menentukan
diagnosis yang tepat termasuk jenis dari prostatitis. Pemeriksaan fisik yang dilakukan termasuk
pemeriksaan colok dubur karena kelenjar prostat dapat diraba melalui pemeriksaan colok dubur.

Setelah itu, dokter akan melanjutkan pemeriksaan dengan metode-metode berikut ini:

 Tes darah. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi tanda infeksi seperti hitung darah lengkap
atau kultur kuman dari darah. Terkadang karena prostat meradang, prostate-specific
antigen (PSA) yang biasa mendeteksi kanker prostat, juga dapat meningkat.
 Tes urine. Dokter akan mengambil sampel urine pasien untuk memeriksa tanda-tanda
infeksi. Deteksi bakteri dapat dilakukan melalui kultur urine dengan meletakkan sampel
urine pada medium khusus untuk melihat adanya pertumbuhan kuman dan jenis kuman
yang tumbuh.
 Prostatic massage. Prostatic massage atau pijat prostat dilakukan saat pemeriksaan colok
dubur dan bertujuan untuk memperoleh cairan sekresi dari prostat sebagai sampel untuk
dianalisis. Pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita
prostatitis bakteri akut.
 Pemindaian. Pemindaian dapat dilakukan dengan USG atau CT Scan untuk memperoleh
gambaran visual prostat, sehingga memudahkan diagnosis.

Pengobatan Prostatitis

Prostatitis dapat diobati dengan banyak cara dan bisa berbeda-beda, tergantung dari bakteri
penyebab, gejala yang ditimbulkan, dan tingkat keparahannya. Karena itu, diagnosis yang tepat
sangatlah penting sebelum menjalani pengobatan.

 Prostatitis bakteri akut. Pengobatan prostatitis bakteri akut biasanya membutuhkan


perawatan di rumah sakit untuk medapatkan antibiotik yang diberikan lewat pembuluh
darah atau infus. Namun bila gejala yang dialami ringan dan tidak menimbulkan sepsis,
pasien tidak perlu dirawat dan hanya diberikan antibiotik minum. Obat lain yang
digunakan sebagi pendukung adalah obat penurun demam dan pereda rasa sakit.
Penambahan cairan melalui infus dan pencahar juga terkadang dibutuhkan. Pemasangan
kateter langsung dari dinding perut bawah yang dihubungkan dengan kandung kemih
(kateter suprapubik) lebih dipilih dibandingkan dengan kateter urine yang biasa dipasang
melalui penis, bila terdapat sumbatan pada saluran kemih, misalnya akibat
pembengkakan prostat yang menekan saluran kemih.
 Prostatitis bakteri kronis dan Chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome
(CP/CPPS). Pengobatan pendukung seperti anjuran untuk banyak minum, pemberian
obat pencahar, obat antiinflamasi nonsteroid, atau obat alpha blockers (seperti
tamsulosin) dapat diberikan. Pemberian alpha blockers bertujuan untuk mengurangi
penyumbatan dan gangguan saat buang air kecil akibat pembengkakan kelenjar prostat
dengan. Untuk prostatitis kronis, antibiotik diberikan selama 4 hingga 6 minggu. Bila
terdapat batu pada prostat, dapat dilakukan pemotongan dan pengangkatan prostat
melalui prosedur transurethral resection of the prostate (TURP) atau total prostatectomy.
 Asymptomatic inflammatory prostatitis. Asymptomatic prostatitis tidak memerlukan
pengobatan, namun perlu hati-hati dengan kemungkinan gangguan kesuburan. Tetap ikuti
anjuran dokter untuk kasus ini.

Selain obat-obatan, pasien dapat dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut agar dapat
membantu meredakan gejala prostatitis:

 Mengurangi konsumsi makanan pedas atau asam serta minuman berkafein atau
beralkohol.
 Banyak minum air putih untuk membantu membuang bakteri dalam prostat melalui urine.
 Menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan iritasi pada prostat, seperti duduk dalam
waktu lama atau bersepeda.

Komplikasi gonore
 Biasanya komplikasi yang terjadi bisa mengenai persendian, yang mengakibatkan
pembengkakan pada sendi dan menyebabkan nyeri sendi. Infeksi melaui aliran darah juga
dapat menyebabkan bintik-bintik merah yang berisi nanah dikulit,demam rsa tidak enak
pada badan atau nyeri dibeberapa persendian yang berpindah-pindah dari satu sendi ke
sendi yang lainya. Komplikasi juga dapat menyebar ke jantung yang menyebabkan
endokarditis (peradangan pada jantung), serta dapat pula menginfeksi pada lapisan hati
(perihepatitis) yang menyebabkan nyeri seperti penyakit kandung empedu
 a. Pada pria:
 1) Prostatitis adalah pembengkakan dan peradangan kelenjar prostat, yang dapat
bersifat akut atau kronis.
 2) Cowperitis adalah peradangan pada kelenjar Cowper yang dapat menyebabkan
abses atau nanah.
 3) Vesikulitis seminalis merupakan radang akut yang mengenai vesika seminalis dan
duktus ejakulatoris, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis akut.
 4) Epididimitis adalah suatu kondisi medis yang dalam hal ini terdapat peradangan
pada epididimis (suatu struktur melengkung di bagian belakang testis tempat
penyimpanan sperma yang sudah dewasa)
 5) Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior.
 eminal vesikulitis adalah suatu peradangan yang menyerang kelenjar seminal vesikulis/
vesikula seminalis, yaitu sepasang kelenjar yang terletak di bagian belakang-
bawah kantung kemih dari pria yang berfungsi mensekresi 70% cairan pada semen pria
yang merupakan pemberi nutrisi utama bagi sperma.
 Seminal vesikulitis ini dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu Seminal Vesikulitis Akut dan
Seminal Vesikulitis Kronis.
 Pada Seminal Vesikulitis Akut umumnya penyakit ini berkembang dalam tubuh selama 1
sampai 2 minggu atau lebih. Dan Seminal Vesikulitis Akut terjadi akibat dari prostatitis
sekunder. Seminalis Vesikuitis akut biasanya menimbulkan gejala pada penderitanya
berupa :
 Timbul nyeri pada perut bagian bawah mirip dengan gejala peritonitis, nyari
daerah perineum dan pangkal paha.
 Badan lemah.
 Deman dan menggigil.
 Mual muntah.
 Terjadi infeksi uretra posterior yang menimbulkan ketidaknyamanan seperti rasa
panas saat berkemih, sering berkemih, rasa ingin berkemih yang mendesak, nyeri saat
berkemih (disuria), kemih yang bercampur dengan darah (hematuria).
 Nyeri pada rectum yang dapat memperburuk proses BAB.
 Infeksi akut dapat menyebabkan nyeri yang dapat mempengaruhi fungsi seksual .
 Jika gejala ini tidak segera ditangani, dapat menyebakan jumlah leukosit dan
klasifikasi mungkin meningkat , terjadi abses prostat , muncul infeksi pada uretra ,
rektum dan gejala iritasi perineum.
 Untuk pengobatannya Seminalis Vesikulitis Akut harus diobati hingga gejala hilang
sepenuhnya. Setelah itu pengobatan dilanjutkan dalam 1 - 2 minggu untuk mendapatkan
pengobatan yang optimal.
 Menghindari atau meminimalisir hubungan seksual dalam kondisi ini sangat membantu
proses penyembuhan karena melakukan hubungan seksual dapat memperburuk kondisi
penyakit ini. Namun dalam hal ini hubungan sekali dalam seminggu masih dibolehkan.
2. Epididimis

Epididimitis adalah peradangan pada epididimis (saluran sperma) yang terletak di


belakang testis. Penyakit ini dapat menyerang pria dari berbagai usia, namun paling
sering menyerang pria berusia 19 sampai 35 tahun. Apabila peradangan yang terjadi
sudah menyebar hingga ke testis, kondisi ini dikenal dengan istilah epididymo-orchitis.
Epididimis adalah saluran yang bergulung-bergulung menghubungkan antara testis dan
vas deferens. Sedangkan vas deferens adalah saluran sperma yang langsung menuju pintu
keluar di penis saat pria ejakulasi. Epididimis berfungsi untuk menyimpan dan membawa
sperma.

Orang yang bergonta-ganti pasangan dan melakukan hubungan seksual yang tidak aman,
berisiko terinfeksi penyakit menular seksual (PMS). Bakteri penyebab PMS ini juga akan
menyebabkan epididimitis. Faktor lain yang bisa meningkatkan risiko terkena epididimitis
adalah:

 Pembesaran prostat.
 Pernah mengalami infeksi prostat atau infeksi saluran kemih.
 Pernah menjalani prosedur medis yang memengaruhi saluran urine.
 Pria yang belum disunat.
 Letak anatomis saluran kemih yang tidak normal.

Gejala Epididimitis
Gejala adalah sesuatu yang dirasakan dan diceritakan oleh penderita. Beberapa gejala yang akan
dirasakan seseorang jika menderita epididimitis adalah:

 Skrotum akan membengkak, terasa hangat, terasa sakit saat di sentuh, atau berwarna
kemerahan.
 Nyeri pada testis, biasanya di salah satu satu sisi. Testis juga bisa terasa sakit saat
disentuh.
 Darah pada cairan sperma.
 Nyeri saat buang air kecil.
 Sering ingin buang air kecil dan selalu merasa tidak tuntas.
 Muncul benjolan di sekitar testis yang disebabkan karena penumpukan cairan.
 Ujung penis mengeluarkan cairan tidak normal, biasanya terkait dengan penyakit menular
seksual.
 Nyeri saat ejakulasi atau berhubungan seksual.
 Rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut bagian bawah atau sekitar panggul.
 Pembesaran kelenjar getah bening di pangkal paha.
 Demam bisa juga terjadi, meski cukup jarang.

Jika tidak kunjung membaik selama lebih dari enam minggu atau kambuh kembali, maka ini
disebut epididimitis kronis. Gejala epididimitis kronis bisa muncul secara bertahap. Segera
berkonsultasi dengan dokter jika skrotum terasa sakit, cairan tidak normal keluar dari penis, atau
nyeri saat buang air kecil.

Penyebab Epididimitis
Epididimitis sebagian besar disebabkan oleh infeksi bakteri. Pada kebanyakan kasus epididimitis,
infeksi dimulai pada uretra, prostat atau kandung kemih. Seringkali, bakteri penyebab
epididimitis pada anak-anak dan orang tua maupun kaum homoseksual adalah E.coli serta
bakteri sejenisnya. Umumnya, beberapa penyebab epididimitis adalah:
 Infeksi saluran kemih. Kondisi di mana terjadi infeksi bakteri yang menyerang bagian
dari sistem saluran kemih.
 Epididimitis Kimia, adalah kondisi di mana urine mengalir kembali ke epididimis
karena tubuh yang terlalu meregang atau mengangkat barang berat.
 Mumps atau gondongan.
 Amiodarone, salah satu jenis obat jantung yang bisa menyebabkan peradangan pada
epididimis.
 Penyakit menular seksual, seperti gonorea dan klamidia biasanya menjadi penyebab
epididimitis pada pria yang aktif secara seksual.
 Infeksi lainnya, khususnya pada anak laki-laki dan pria yang tidak aktif secara seksual.
Baik dari infeksi kelenjar prostat atau infeksi saluran kemih.
 Cedera pada bagian selangkangan.
 Penyakit Behḉet.
 Tuberkulosis.

Diagnosis Epididimitis
Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi tertentu yang
menjelaskan gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh pasien. Jika seorang pasien dicurigai
mengidap epididimitis, maka dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Antara lain memeriksa
adanya pembesaran kelenjar getah bening di selangkangan dan pembesaran testis di area yang
terinfeksi. Selain itu, dokter akan merekomendasikan beberapa jenis pemeriksaan seperti:

 Sampel cairan. Kain penyeka kecil akan dimasukkan sedikit pada ujung lubang penis
untuk mengambil sampel cairan dari uretra, untuk memeriksa apakah ada bakteri
penyebab penyakit menular seksual.
 Tes darah dan urine. Sampel dari urine dan darah akan diteliti lebih lanjut di
laboratorium.
 Pemeriksaan dubur. Untuk memeriksa apa ada masalah dengan kelenjar prostat.
 Ultrasound. Ultrasound dapat memberikan gambaran adanya torsi (berputar melilit)
testis. Ultrasound dengan pewarnaan Doppler bisa digunakan untuk memeriksa apakah
aliran darah di testis di bawah atau di atas normal.

Pengobatan dan Komplikasi Epididimitis


Beberapa langkah penanganan yang biasanya dijalankan dokter untuk mengobati epididimitis
adalah:

 Obat antibiotik. Jika penyebab epididimitis adalah infeksi bakteri, maka dokter akan
meresepkan antibiotik. Selain antibiotik, ibuprofen mungkin akan diberikan untuk
meredakan inflamasi.
 Obat pereda nyeri dan istirahat. Selain antibiotik, dokter mungkin juga akan
meresepkan obat pereda nyeri. Penderita juga disarankan untuk beristirahat. Usahakan
untuk berbaring di ranjang dengan skrotum terangkat untuk membantu meredakan nyeri.
Gunakan penopang skrotum jika perlu. Kompres skrotum dengan kompres dingin.
 Pembedahan. Jika sudah berlanjut menjadi abses, maka penderita perlu tindakan
pembedahan untuk menyedot cairan nanah yang terkumpul. Kadang, seluruh bagian
epididimis perlu diangkat melalui prosedur pembedahan.

Bagi Anda yang sering berganti-ganti pasangan dan aktif secara seksual, dianjurkan untuk
melakukan dengan cara aman dan higienis agar tidak terkena epididimitis. Selain epididymo-
orchitis, beberapa komplikasi yang bisa diidap oleh penderita epididimitis yang tidak diobati
adalah:

 Munculnya abses (infeksi bernanah) pada skrotum.


 Mengganggu kesuburan pria.
 Epididimitis kronis.
 Robeknya lapisan kulit pada skrotum.
 Matinya jaringan testis akibat kekurangan darah.

3. Cystitis

 Cystitis adalah peradangan (inflamasi) pada kandung kemih. Kondisi ini sangat
mengganggu kenyamanan. Kendati demikian, gangguan ini sering kali
tidak menimbulkan masalah serius karena penderita dapat pulih dalam beberapa hari.
Penyebab utama dari peradangan kandung kemih ini adalah infeksi bakteri.
 Penyakit cystitis lebih banyak dialami kaum wanita. Hal ini disebabkan oleh ukuran
uretra (saluran urine) pada wanita lebih pendek dibanding pada pria. Akibatnya, bakteri
dari sekitar anus mudah masuk ke dalam kandung kemih.

Gejala-gejala Cystitis

Gejala umum yang menandai munculnya penyakit cystitis, antara lain adalah:

 Frekuensi ibuang air kecil yang melebihi normal dengan jumlah sedikit.
 Rasa sakit atau sensasi terbakar (perih) saat buang air kecil.
 Urine keruh atau berbau tajam.
 Nyeri pada perut bagian bawah.
 Darah pada urine.
 Tubuh terasa kurang sehat atau demam.

Cystitis pada anak-anak dapat menimbulkan gejala berupa demam dengan suhu tubuh melebihi
38 derajat Celcius, selera makan berkurang, lemas, muntah, sering mengompol, serta rewel.

Penyebab dan Faktor Risiko Cystitis

Cystitis terjadi saat bakteri yang biasanya hidup dalam usus atau kulit masuk dan berkembang
biak dalam saluran kemih. Bakteri dapat masuk ke saluran kemih melalui uretra melalui berbagai
cara, misalnya ketika berhubungan seksual, akibat kebiasaan menyeka anus ke arah vagina, atau
saat menggunakan kateter.
Bakteri yang menjadi penyebab pada sebagian besar kasus cystitis adalah Escherichia coli (E.
coli). Risiko infeksi bakteri dalam saluran kemih dapat semakinbesar saat seseorang mengalami
gangguan mengosongkan kandung kemih, menopause, atau menderita penyakit diabetes.

Selain dipicu oleh berbagai hal di atas, cystitis juga dapat dipicu oleh faktor-faktor seperti:

 Penggunaan obat-obatan kemoterapi, misalnya cyclophosphamide atau ifosfamide.


 Radioterapi.
 Penyakit tertentu, misalnya batu ginjal, pembesaran prostat, dan peradangan kronis pada
saluran kemih (interstitial cystitis).
 Bahan kimia, misalnya sabun pembersih daerah intim.

Diagnosis Cystitis

Guna mendiagnosis penyakit cystitis, dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik, termasuk
menanyakan gejala dan riwayat penyakit yang dialami pasien.

Diagnosis cystitis baru dapat ditetapkan jika pemeriksaan tersebut dilengkapi dengan
pemeriksaan penunjang, seperti analisis sampel urine untuk mendeteksi keberadaan bakteri
dalam urine, dan foto Rontgen atau USG guna mencari penyebab lain dari peradangan saluran
kemih. Dari sampel urine, juga dapat dilakukan pemeriksaan biakan atau kultur untuk melihat
bakteri penyebab dan menentukan antibiotik yang sesuai.

Pemeriksaan penunjang lainnya yang memberikan hasil lebih mendetail adalah dengan
sistoskopi. Selain untuk melihat kondisi saluran kemih, pemeriksaan dengan memasukkan selang
kecil yang dipasang kamera pada ujungnya ini dapat juga dilakukan untuk keperluan biopsi atau
pengambilan sampel jaringan saluran kemih guna diteliti lebih lanjut di laboratorium.

Pengobatan Cystitis

Setelah diagnosis cystitis dinyatakan positif, dokter akan menentukan langkah penanganan yang
dibutuhkan pasien. Penanganan tersebut tergantung pada tingkat keparahan yang dialami pasien.
Kasus cystitis ringan biasanya dapat pulih tanpa pengobatan dalam waktu beberapa hari.

Beberapa langkah penanganan mandiri guna mengurangi gejala cystitis, antara lain adalah
dengan banyak minum untuk membantu membersihkan infeksi dari saluran kemih, mengompres
perut dengan air hangat atau di antara kedua paha guna mengurangi rasa tidak nyaman, serta
mengonsumsi obat pereda nyeri jika dibutuhkan (paracetamol atau ibuprofen). Selain itu,
dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual dulu sementara waktu agar kondisi infeksi tidak
semakin parah.

Jika cystitis tidak kunjung mereda, penanganan yang dapat dilakukan adalah melalui pemberian
obat antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri. Dokter dapat menetapkan dosis antibiotik sesuai
bakteri yang terdapat dalam urine dan tingkat keparahan cystitis. Antibiotik biasanya diresepkan
untuk waktu 3-7 hari dan pasien dianjurkan untuk menghabiskan seluruh obat antibiotik yang
diresepkan agar infeksi dapat hilang seluruhnya. Untuk kasus cystitis yang berulang, dokter
dapat menganjurkan untuk mengonsumsi antibiotik lebih lama. Namun yang terpenting adalah
evaluasi lebih dalam dengan dokter spesialis ginjal atau urologi, untuk mengetahui penyebab dari
cystitis berulang.

Komplikasi Cystitis

Jika diabaikan atau tidak ditangani secara benar, penyakit cystitis berisiko menimbulkan
komplikasi. Contoh komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit ini adalah perdarahan saluran
kemih (hematuria) dan infeksi ginjal (pyelonephritis).

Pencegahan Cystitis

Cystitis yang sering kambuh tentu sangat mengganggu kenyamanan sekaligus aktivitas sehari-
hari penderitanya. Terdapat beberapa langkah sederhana yang bisa diterapkan guna menghindari
peradangan, sekaligus mencegah kekambuhannya, di antaranya:

 Jangan menahan keinginan untuk buang air kecil dan upayakan mengosongkan kandung
kemih setiap mengeluarkan urine. Selain itu, usahakan untuk membuang air kecil setelah
berhubungan seksual.
 Hindari membersihkan organ intim dengan sabun mandi atau sabun pembersih organ
intim yang mengandung parfum.
 Banyak minum guna mencegah perkembangbiakkan bakteri dalam kandung kemih.
 Kenakan celana dalam berbahan katun yang lembut.
 Membiasakan diri menyeka anus atau dubur ke arah belakang, bukan ke arah vagina.

4.

Anda mungkin juga menyukai