Anda di halaman 1dari 9

KI

1. Recurrent Urinary Tract Infection (UTI)/ cystisis

Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urin dari uretra ke dalam
kandung kemih. (Prabowo & Pranata, 2014).

Pada perempuan, terdapat dua jenis ISK bawah pada perempuan yaitu sistitis dan sindrom
uretra akut. Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna.

Sistitis akut adalah radang selaput mukosa kandung kemih (Vesica urinaria) yang timbulnya
mendadak,bisa ringan dan sembuh spontan (self-limited disease) atau berat di sertai penyulit
infeksi saluran kemih atas (pielonefritis akut).

Sistitis kronis adalah radang kandung kemih yang menyerang berulang-ulang (recurrent attact
of cystitis) dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit- penyulit dari saluran
kemih bagian atas dan ginjal.

2. Kultur urine
Kultur urine adalah metode pemeriksaan untuk mendeteksi adanya bakteri di dalam urine,
sebagai pertanda dari infeksi saluran kemih. Selain mendeteksi keberadaan bakteri, kultur
urine juga dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri penyebab infeksi.

3. Berkemih
Berkemih atau buang air kecil timbul karena reflek berkemih yang merupakan reflek medula
spinalis yang seluruhnya bersifat otomatis. Selama kandung kemih terisi penuh dan menyertai
kontraksi berkemih, keadaan ini disebabkan oleh reseptor regang sensorik pada dinding
kandung kemih sampai reseptor pada uretra posterior ketika mulai terisi urin pada tekanan
kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor kandung kemih ke segmen
sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus kemudian secara reflek kembali lagi ke
kandung kemih melalui syaraf parasimpatis
4. Dysuria

Disuria adalah istilah medis yang berarti nyeri pada saat buang air kecil, terasa tidak nyaman
atau terasa panas perih saat buang air kecil. Dalam bahasa masyarakat kita dikenal dengan
istilah anyang-anyangan. Keluhan ini bisa terjadi pada anak-anak sampai orang tua, baik laki-
laki ataupun perempuan.

Disuria bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala dari penyakit lain, misalnya infeksi
saluran kencing. Oleh karena itu, pengobatan yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk
meredakan keluhan nyeri saat berkemih saja, melainkan untuk mengatasi penyebabnya.

5. Nyeri suprapubic
Nyeri di suprapubik( nyeri di perut bagian atas kemaluan)

6. Tenderness
Nyeri tekan (?)
7. Dinding anterior vagina
8. Urinalisis

Urinalisis berasal dari bahasa Inggris urinalysis yang merupakan gabungan dari kata urine
dan analysis. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) mengartikan urinalisis sebagai
“pemeriksaan secara kimiawi dan dengan mikroskopis terhadap air kencing” (p. 1252).
Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urine secara fisik, kimia dan mikroskopik
(Gandasoebrata, 2013).

Tujuan urinalisis secara umum adalah untuk mendeteksi kelainan ginjal, saluran kemih, serta
untuk mendeteksi kelainan- kelainan di berbagai organ tubuh lain seperti hati, saluran
empedu, pankreas, dan lain – lain (Gandasoebrata, 2013). Pemeriksaan ini juga berguna
untuk membantu penegakan diagnosis; untuk penapisan penyakit asimptomatik, kongenital,
atau yang diturunkan; untuk membantu perkembangan penyakit; dan untuk memantau
efektifitas pengobatan atau komplikasi (Lembar dkk, 2013).

RM
1. Apa keterkaitan cystisis dengan gejala yang dialami pasien sekarang?
2. Apa saja tujuan dari kultur urine?
Menentukan ada tidaknya dugaan infeksi saluran kemih dan mengidentifikasikan jenis
bakteriaerob yang ditemukan.
3. Bagaimana cara melaksanakan kultur urine?
Sumber 1 :

Prosedur pengambilan sampel urine cukup sederhana. Pasien terlebih dahulu diharuskan
mencuci tangannya dan membersihkan alat kelaminnya, guna menghindari kontaminasi
bakteri dari luar. Pasien laki-laki perlu membersihkan kepala penisnya, sedangkan pasien
perempuan harus membersihkan vaginanya dari depan hingga ke belakang.
Pada waktu buang air kecil, pasien jangan langsung menampung urine dalam wadah,
melainkan buang dulu kira-kira setengah urine yang keluar pertama. Setelah itu, pasien dapat
menampung urine yang masih tersisa dalam tubuh di dalam wadah sampel hingga mencapai
jumlah yang dibutuhkan. Lalu bersihkan kembali alat kelamin setelah selesai melakukan
pengambilan sampel, kemudian cuci tangan.
Pengambilan sampel urine juga dapat dilakukan melalui kateter, yaitu selang tipis yang
dimasukkan melalui lubang kencing pasien. Petugas medis akan mengambil urine segar dari
pasien dan bukan mengambil dari tempat penampungan urine. Pada kasus tertentu, urine
dapat diambil melalui metode aspirasi jarum halus. Aspirasi urine melalui jarum dilakukan
jika pasien tidak dapat mengeluarkan urine melalui kateter ataupun jika sampel yang didapat
dari metode sampling sebelumnya selalu terkontaminasi.
Urine yang sudah dikumpulkan kemudian dikirim ke laboratorium untuk diuji keberadaan
bakteri penyebab infeksinya.
Sampel urine dari pasien akan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Sampel urine akan
dibiakkan dalam medium khusus berbentuk agar, kemudian disimpan di dalam ruang
penyimpanan khusus yang memiliki suhu seperti suhu tubuh. Jika di dalam urine terdapat
bakteri, akan tumbuh dalam beberapa hari. Perlu diingat bahwa di permukaan kulit penis
maupun vagina, terdapat mikroorganisme normal yang mungkin terbawa di dalam sampel.
Dari hasil jumlah koloni bakteri yang tumbuh, serta gejala yang ditumbulkan, dokter akan
menilai apakah pasien menderita infeksi saluran kemih, dan perlu atau tidak diberi
pengobatan. Bila dirasa hasilnya meragukan, dokter dapat menganjurkan untuk mengulang
pemeriksaan kultur urine.
Berbagai macam jenis bakteri dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Namun, jenis
bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi ini adalah Escherichia coli, yang normal
terdapat di saluran pencernaan. Bakteri lain yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
adalah:

 Proteus sp
 Enterococcus sp
 Klebsiella sp
 Staphylococcus sp
 Candida sp.

Jika sudah diketahui jenis bakteri yang tumbuh, akan dilakukan tes resistensi atau kerentanan
melaui sampel yang sama. Tes resistensi antibiotik dilakukan untuk menentukan antibiotik
mana yang efektif dalam mengobati infeksi bakteri tersebut.
Sumber 2 :

4. Mengapa terapi antibiotic diberikan pada pasien dan hanya dapat meringankan
gejala di awal saja tapi tidak memberikan efek pada keluhan berikutnya?
5. Mengapa terjadi dysuria pada pasien?
Disuria seringkali dikaitkan dengan adanya infeksi pada sistem kemih, namun sebenarnya
dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit. Beberapa penyebab yang paling sering
menimbulkan keluhan disuria antara lain :

Infeksi pada sistem kemih

Infeksi yang terjadi di sistem kemih merupakan penyebab utama yang paling sering terjadi
pada disuria. Infeksi pada sistem kemih ini paling sering disebabkan oleh bakteri. Infeksi ini
dapat terjadi pada bagian mana saja pada sistem kemih, mulai dari ginjal, ureter (saluran yang
membawa air kencing dari ginjal menuju kandung kemih), kandung kemih, dan juga uretra
(saluran yang membawa air kencing dari kandung kemih keluar dari tubuh). Akan tetapi
paling sering disebabkan oleh infeksi pada kandung kemih.

Faktor resiko terjadinya infeksi pada saluran kemih, antara lain :

 Jenis kelamin wanita


 Memiliki riwayat penyakit diabetes
 Usia lanjut
 Pmbesaran kelenjar prostat pada pria
 Adanya batu ginjal
 Saat hamil
 Terpasang selang kateter

Infeksi vagina

Infeksi pada vagina paling sering disebabkan oleh infeksi jamur. selain adanya nyeri saat
buang air kecil, maka pada infeksi vagina juga disertai dengan keluhan lain seperti lendir
keputihan dari vagina dan bau yang tidak sedap.

Penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual yang sering menyebabkan disuria adalah herpes genitalia,


chlamydia, dan juga gonorrhoea. Selain dysuria, gejala lain yang dapat timbul dari penyakit
menular seksual antara lain gatal, terasa panas perih, keluar keputihan yang tidak normal,
adanya lepuhan atau benjolan-benjolan berisi cairan yang mudah pecah.
Penyakit menular seksual yang sering menyebabkan disuria adalah herpes genitalia,
chlamydia, dan juga gonorrhoea. Selain dysuria, gejala lain yang dapat timbul dari penyakit
menular seksual antara lain gatal, terasa panas perih, keluar keputihan yang tidak normal,
adanya lepuhan atau benjolan-benjolan berisi cairan yang mudah pecah.

Adanya peradangan (inflamasi) dan juga iritasi

Proses peradangan ini dapat terjadi pada sistem kemih maupun daerah genitalia. Beberapa
contoh hal yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan adalah:

 Akivitas seksual yang menyebabkan iritasi pada uretra


 Aktivitas tertentu yang menekan lubang keluar saluran uretra; seperti berkuda,
berseda, mengendarai motor, dan sebagainya.
 Daerah vagina yang sensitive terhadap bahan tertentu; seperti sabun, busa, tissue
toilet, alat kontrasepsi, dan sebagainya.
 Efek samping dari obat-obatan tertentu atau pengobatan tertentu
Trauma

Trauma pada sistem kemih dapat terjadi karena benturan, iritasi akibat pemasangan selang
kateter yang terlalu lama, atau akibat hubungan seksual.

Sumbatan atau obstruksi saluran kemih

sumbatan yang terjadi dapat disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat, striktur


uretra (terbentuknya jaringan parut pada saluran uretra, adanya batu saluran kemih, atau
tumor pada sistem kemih.

Perubahan hormonal

Pada wanita yang sudah mengalami menopause (tidak mengalami menstruasi lagi), maka


kemungkinan besar akan mengalami disuria karena daerah kewanitaannya cenderung menjadi
lebih kering.

6. Apa yang menyebabkan nyeri suprapubic pada pasien?


7. Apa keterkaitan antara merokok dengan keluhan yang dialami pasien?
8. Mengapa pasien mengeluhkan gejala berkemih yang frekuensi setiap 30-60
menit sekali saat siang hari?
9. Apa yang terjadi ketika pada pemeriksaan fisik didapatkan tenderness pada
regio suprapubic dan dinding anterior vagina?
10. Bagaimana nilai normal pada urinalisis?
11. Bagaimana interpretasi hasil urinalisis dari pasien?
12. Bagaimana mekanisme singkat terjadinya berkemih?

Reflek berkemih adalah reflek medula spinalis yang seluruhnya bersifat otomatis. Selama
kandung kemih terisi penuh dan menyertai kontraksi berkemih, keadaan ini disebabkan oleh
reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih sampai reseptor pada uretra posterior
ketika mulai terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari
reseptor kandung kemih ke segmen sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus kemudian
secara reflek kembali lagi ke kandung kemih melalui syaraf parasimpatis (Syaifuddin, 2001).

Berkemih pada dasarnya merupakan reflek spinal yang akan difasilitasi dan dihambat oleh
pusat-pusat susunan syaraf yang lebih tinggi. Urin yang memasuki kandung kemih tidak
begitu meningkatkan tekanan intravesika sampai terisi penuh. Pada kandung kemih
ketegangan akan meningkat dengan meningkatnya isi organ tersebut, tetapi jari-jaripun
bertambah, oleh karena itu peningkatan tekanan hanya akan sedikit saja, sampai organ
tersebut relatif penuh. Selama proses berkemih otot-otot perinium dan sfingter uretra eksterna
relaksasi, otot detrusor berkontraksi dan urin akan mengalir melalui uretra. Kontraksi otot-
otot perinium dan sfingter eksterna dapat dilakukan secara volunter, sehingga mencegah urin
mengalir melewati uretra atau menghentikan aliran urin saat sedang berkemih (Guyton,
2006).

Proses pengosongan kandung kemih terjadi bila kandung kemih terisi penuh. Proses miksi
terdiri dari dua langkah utama:

1. Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat


diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua. Terjadinya distensi
atau peningkatan tegangan pada kandung kemih mencetuskan refleks I yang
menghasilkan kontraksi kandung kemih dan refleks V yang menyebabkan relaksasi
uretra.
2. Timbul refleks saraf yang disebut reflek miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal setidaknya menimbulkan kesadaran
dan keinginan untuk berkemih. Ketika proximal uretra mengalirkan urin maka akan
mengaktifkan refleks II yang akan menghasilkan kontraksi kandung kemih dan IV
sehingga stingfer eksternal dan uretra akan berelaksasi, sehingga urin dapat keluar.
Jika tejadi distensi pada uretra yang bisa disebabkan karena sumbatan, atau
kelemahan sfingter uretra maka akan mengaktifkan refleks III, sehingga kontraksi
kandung kemih melemah.

Reflek berkemih adalah refleks medulla spinalis yang seluruhya bersifat autonomik, tetapi
dapat dihambat atau dirangsang di otak. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih,
bahkan ketika refleks berkemih muncul, yaitu dengan membuat kontraksi tonik terus menerus
pada sfingter eksternus kandung kemih sampai mendapat waktu yang baik untuk berkemih.
Jika sudah tiba saat berkemih, pusat cortical dapat merangsang pusat berkemih sacral untuk
membantu mencetuskan refleks berkemih dan dalam waktu yang bersamaan menghambat
sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat terjadi (Guyton, 2006).

Pada kondisi tertentu, proses berkemih tidak dapat terjadi secara normal, oleh karenanya
diperlukan tindakan khusus untuk tetap dapat mengeluarkan urin dari kandung kemih, yaitu
dengan pemasangan kateter. Pola eliminasi urin sangat tergantung pada individu, biasanya
berkemih setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normalnya dalam sehari sekitar lima
kali. Jumlah urin yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan.
Pada orang dewasa sekitar 1200 sampai 1500 ml per hari atau 150-600 ml per sekali
berkemih.

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin menurut Tarwoto & Wartonah (2006) antara
lain :

1. Pertumbuhan dan perkembangan

Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. Pada usia lanjut
volume kandung kemih berkurang, perubahan fisiologis banyak ditemukan setelah
usia 50 tahun. Demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi berkemih juga akan
lebih sering.

2. Sosiokultural
Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat berkemih pada tempat
tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat berkemih pada lokasi terbuka.
3. Psikologis

Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih.

4. Kebiasaan seseorang Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet sehingga ia


tidak dapat berkemih menggunakan pot urin.
5. Tonus otot. Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot abdomen,
dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus otot, dorongan untuk
berkemih juga akan berkurang. Mekanisme awal yang menimbulkan proses berkemih
volunter belum diketahui dengan pasti. Salah satu peristiwa awal adalah relaksasi
otot-otot dasar panggul, hal ini mungkin menimbulkan tarikan yang cukup besar pada
otot detrusor untuk merangsang kontraksi. Kontraksi otot-otot perineum dan sfingter
eksterna dapat dilakukan secara volunter sehingga mampu mencegah urin mengalir
melewati uretra atau menghentikan aliran urin saat sedang berkemih (Guyton, 2006).
6. Intake cairan dan makanan. Alkohol menghambat anti diuretik hormon, kopi, teh,
coklat, dan cola (mengandung kafein) dapat meningkatkan pembuangan dan ekskresi
urin.
7. Kondisi penyakit. Pada pasien yang deman akan terjadi penurunan produksi urin
karena banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ
kemih menyebabkan retensi urin.
8. Pembedahan.Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi
urin akan menurun.

9. Pengobatan . Penggunaan diuretik meningkatkan output urin, anti kolinergik dan


antihipertensi menimbulkan retensi urin.
10. Pemeriksaan diagnostik . Intravenus pyelogram dimana pasien dibatasi intake
sebelum prosedur untuk mengurangi output urin. Eliminasi urin atau mikturisi
biasanya terjadi tanpa nyeri dengan frekuensi lima sampai enam kali sehari, dan
kadang-kadang sekali pada malam hari. Rata-rata individu memproduksi dan
mengeluarkan urin sebanyak 1200-1500 dalam 24 jam. Jumlah ini tergantung asupan
cairan, respirasi, suhu lingkungan, muntah atau diare.

Proses berkemih pada seseorang dapat mengalami gangguan sehingga tidak dapat berjalan
dengan normal. Kondisi umum yang terjadi sebagian besar adalah ketidakmampuan individu
untuk berkemih karena adanya obstruksi uretra. Pada kondisi ini perlu dilakukan intervensi
untuk mengosongkan kandung kemih yaitu dengan pemasangan kateter.

13. Mengapa pasien mengalami urgensi dan gagal tidur sebanyak 5x dan selalu
terbangun di tengah tidur sebanyak 3x setiap malam?

DAFTAR PUSTAKA
Honestdocs editorial team, 2019. Disuria : Gejala, Penyebab, Pengobatan.<
https://www.honestdocs.id/disuria>. Diakses pada 14 Mei 2020.

th
Netter, Frank H. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25 Edition. Jakarta: EGC, 2014.

Anda mungkin juga menyukai